• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wartawan Hamemayu Fauzi Eko Pranyono sekaligus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wartawan Hamemayu Fauzi Eko Pranyono sekaligus"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Wartawan Hamemayu

Juara Publikasi Keaksaraan

Salam Hamemayu,

W

artawan Hamemayu Fauzi Eko Pranyono seka-ligus penulis artikel opini di Harian Bernas Jogja memperoleh penghargaan publikasi keaksa-raan bagi wartawan dan umum, sebagai juara III. Peng-hargaan disampaikan oleh Wamen Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, di Plaza Insan Berprestasi Kemdikbud Senayan Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2013 lalu.

Lomba publikasi aksaraan ditujukan ke-pada wartawan media lokal maupun nasional dan umum yang menulis opini atau feature tentang keaksaraan kewirausaha-an. Pemenang penghar-gaan publikasi keaksaraan adalah Juara I Dian Lestari (Tribun Pontianak), Juara II Ag. Tri Joko Her Riadi (Pikiran Rakyat, Ban-dung), Juara III Fauzi Eko Pranyono (Harian Bernas

Jogjakarta), Juara Harapan I Mahrin Malau (Harian Anali-sa, Medan), Juara Harapan II Ivana The (Tribun, Manado) dan Juara Harapan III Tika Sekar (Solo Pos).

Pemberian penghargaan disampaikan pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional ke-48 di Jakarta.

Se-lain penghargaan bagi jurnalis, juga disampaikan penghar-gaan anugrah aksara bagi Gubernur, Bupati dan Walikota, enam penyelenggara Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sembilan penyelenggara Taman Bacaan Masya-rakat (TBM), dan tiga pemenang lomba disain perangko keaksaraan.

Pada kesempatan itu, Lydia Freyani Hawadi, Direk-tur Jenderal PAUDNI Kemdikbud menyampaikan bahwa sampai Oktober 2013 dengan berbagai upaya pemerintah berhasil menurunkan angka niraksara orang dewasa hing-ga tinghing-gal 4,21% atau tersisa sekitar 6,4 juta orang.

“Disparitas antarprovinsi kian membaik, terdapat 2 provinsi dengan prosentase di atas 10%, dan tujuh provinsi dengan jumlah niraksara di atas 200.000 orang. Capaian ini meru-pakan prestasi tersendiri bagi Indonesia karena kita dapat melampaui target Pendidikan Untuk Semua (PUS) yaitu menyetenga-hkan jumlah penduduk ni-raksara pada tahun 2015 dan mengurangi disparitas gender,” ungkap Lydia.

Hari Aksara Interna-sional diperingati secara nasional setiap tahun se-bagai wujud komitmen pemerintah Indonesia terhadap kesepakatan Konferensi Tingkat Menteri Negara-negara Anggota PBB pada tahun 1965 yang bertekad membebas-kan seluruh warga dunia dari niraksara.

(Emi)

SALAM redaksi

2

Foto cover:

Penampilan senam poco-poco kontingen DIY pada Apresiasi PTK PAUDNI Oktober 2013 di Batam (Foto Fauzi eP / Hamemayu) (Foto ist. / Hamemayu)

(3)

TAJUK

dAfTAriSi

HAMEMAYU

BAHASA

INDONES

IA

BULAN Bahasa dan bulan Sumpah Pemuda, yang jatuh pada bulan Oktober, baru saja kita tinggalkan. Meski bulan tersebut telah berlalu, namun bukan berarti kita “meninggalkan” makna kedua hal itu. Sumpah Pemuda dan bahasa memiliki hubungan dan sekaligus peranan yang strategis bagi bangsa dan negara ini.

Sumpah Pemuda kita kenal sebagai bentuk kesadaran dan perjuangan luar biasa dari para pemuda di masa lalu tentang pen-tingnya persatuan, kesatuan dan kemerdekaan.

Bahwa tanpa persatuan dan kesatuan, “bangsa dan Negara Indonesia” belum tentu mewujud, apalagi tidak dilanjutkan de-ngan apa yang dinamakan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Kita mengetahui, dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu antara lain tercetus sumpah tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita. Dua sumpah lainnya adalah tentang tanah air dan bangsa yang satu yakni Indonesia.

Pada bulan Oktober 2013, tepatnya tanggal 28 – 31, di Jakar-ta dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia (KBI) X yang dihadiri 1.450 peserta dari Sabang sampai Merauke dan dari berbagai profesi. Tema KBI X adalah “Memperkuat Bahasa Indonesia di Dunia Internasional”. Melalui tema ini, pemerintah dan para pihak akan berjuang keras untuk mengangkat Bahasa Indonesia di dunia internasional agar bahasa kita dapat mendunia.

Upaya untuk memperkuat bahasa Indonesia di dunia inter-nasional memang patut kita apresiasi, namun juga harus diperha-tikan kemantapan pemakaian bahasa Indonesia secara benar dan baik di dalam negeri sendiri.

Secara faktual kita dapat melihat di lapangan, ada sebagian di antara kita yang “merasa lebih pandai” apabila berbicara dengan bahasa Indonesia “menyisipkan” kata atau kalimat asing. Atau dengan komunikasi media sosial ada kecenderungan melakukan penyingkatan karakter dalam berbahasa dan memakai istilah-istilah asing misalnya on the way yang disingkat “otw”.

Majalah HAMEMAYU melalui program pendidikan dan la-tihan (diklat) jurnalistik bagi segenap jajaran di lingkungan BPKB DIY dan penyajian materi tulisan di media pendidikan ini, juga terpanggil untuk ikut “hamemayu” bahasa Indonesia agar tetap dicintai dan dimanfaatkan (dipakai sehari-hari) oleh anak-anak bangsa.

Hamemayu di sini bukan hanya “mempercantik” tetapi juga ikut “menyelamatkan” bahasa Indonesia dari usaha untuk merusak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peran serta pembaca dalam “membaca” dan “menulis” di HAMEMAYU sangat kita harapkan. (YBM)

(4)

K

epala BPKB DIY Bambang Irianto menjelaskan, konti-ngen DIY berhasil meraih dua predikat juara I, satu juara II, tiga juara III, dua juara harapan I ser-ta satu juara harapan II. Juara I diraih Eko Ady Saputra, kategori pamong belajar dan Febrianto Atmoko kate-gori pengelola PKBM. Antang WW. Ardhana, kategori instruktur kursus komputer meraih juara II.

Sementara tiga orang meraih juara III, yakni Bambang Hario Pra-bowo (kategori pengelola kursus dan pelatihan), Ismuningsih (katego-ri pengelola PAUD), Subur Rahayu (kategori penilik). Dua orang

mem-peroleh juara harapan I yaitu Rr. Dwi Suwarniningsih (kategori Kepa-la SKB) dan Yosephine Flori Setiarini (kategori instruktur kursus tata busa-na). Sedangkan Ratnaningtyas Dewi, S.S.A. meraih juara harapan II untuk kategori instruktur kursus merangkai bunga.

Kegiatan ini setara dengan pe-milihan guru, pengawas dan kepala sekolah berprestasi mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK pada jalur pendidikan formal. Apresiasi PTK PAUDNI diperuntukkan bagi PTK di jalur pendidikan nonformal an-tara lain pendidik/pengelola PAUD, pengelola PKBM, pengelola TBM,

pengelola kursus, tutor keaksaraan, pamong belajar, penilik, dan instruk-tur kursus.

Sesuai dengan tajuk acaranya, perhelatan ini dimaksudkan mem-berikan penghargaan kepada PTK PAUDNI. Format Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi adalah lomba karya nyata atau lomba karya tulis. Artinya kegiatan ini memberikan penghargaan kepada PTK PAUDNI yang mempunyai karya nyata yang unggul dan hebat serta bermanfaat bagi dunia pendidikan nonformal.

“Kontingen DIY berhasil men-dongkrak prestasi dari peringkat kedelapan pada tahun 2012 menjadi peringkat kedua nasional pada tahun 2013. Hasil ini sesuai dengan tar-get yang dicanangkan,” ungkap Kasi Pemberdayaan BPKB DIY Emi Nur-maya.* (Fauzi Eko Pranyono) Kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhasil meraih peringkat

kedua nasional pada gelaran Apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PTK PAUDNI). Apre-siasi PTK PAUDNI Berprestasi Tingkat Nasional diselenggarakan di Batam, Kepulauan Riau pada 2-8 Oktober 2013 lalu.

f

OKUS

Apresiasi PTK PAUDNI Nasional 2013

(5)

P

erhelatan tersebut menjadi pembuktian bangkitnya konti-ngen Daerah Istimewa Yogya-karta (DIY) dalam ajang bergengsi nasional Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi. DIY berkesempat an memberangkatkan 15 peserta lom-ba, dua orang pendamping dan lima orang penggembira dari BPKB DIY. Lengkap sejumlah aksesoris, tanda pengenal serta 25 koper perlengkap-an kontingen.

“Stiker, pita dan pin ini memang diberikan oleh panitia kepada peser-ta sebagai peser-tanda yang mudah dikenali bahwa kita adalah kontingen lomba yang kompak dan siap berjuang un-tuk DIY,” kata Ketua Kontingen Hik-mat Hidayat, S.Pd.

Tujuh hari kemudian kontingen DIY kembali ke Kota Yogyakarta. Tahun 2013 ini menjadi tahun emas Kontingen Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi DIY yang berhasil me-raih 9 (sembilan) kejuaraan dari 15 (lima belas) kategori lomba yang dikompetisikan di Batam. DIY pun meraih dua emas dari bidang Pen-didikan Masyarakat yang dipersem-bahkan oleh Febrianto Atmoko, S.Si. (Kategori Pengelola PKBM) dan Eko Ady Saputra, S.Pd (Kategori Pamong Belajar).

Kategori pamong belajar dalam lomba diikuti oleh PTK PAUDNI yang bertugas di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) perwakilan dari 32 provinsi se-Indonesia. Hasil lomba tingkat pro-vinsi yang telah diselenggarakan oleh BPKB DIY memutuskan pamong be-lajar dari SKB Kulonprogo yakni Eko

Ady Saputra, S.Pd sebagai wakil dari DIY untuk kompetisi nasional. Tema lomba karya tulis “Strategi Pening-katan Kompetensi Pamong Belajar dalam Mendukung Pelaksanaan Pro-gram PAUDNI yang Efektif”.

Pada kategori lomba pengelo-la Pusat Kegiatan Bepengelo-lajar Masyara-kat (PKBM) yang mengangMasyara-kat jenis lomba karya nyata lebih menekan-kan pada usaha real yang kemudian

diterjemahkan dalam tulisan ilmiah. Febrianto Atmoko yang sehari-hari aktif bertugas menjadi guru di SMK Kuncup dan karyawan di LKM Bi-nangun ini harus menyisakan wak-tu khusus unwak-tuk menyusun naskah karya nyata yang mengambil setting

lembaga tempatnya mengabdi yakni PKBM Galuh Sari.

Dua orang ini dalam kesehari-annya mengikuti persiapan lomba. Butuh kerja ekstra karena harus menempuh perjalanan dari rumah ke tempat latihan selama satu jam. Bahkan Febrianto harus menempuh waktu dua jam untuk sampai di tem-pat pemusatan latihan.

Tidak ada rekayasa, meski kedu-anya berasal dari kabupaten Kulon-progo. Bahkan keduanya sama-sama memiliki cita-cita sejak kecil ingin menjadi dokter. Mereka pun sama-sama akan berangkat studi banding ke Turki sebagai reward dari Direk-torat P2TK PAUDNI atas predikat Juara I yang diraihnya. *

(Havissah Dyah Alaini)

f

OKUS

DIY Peringkat Dua Nasional

Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi DIY 2013

Dari

Kulonprogo

Menuju

Turki

Penantian menuju kota Batam tempat diselenggarakannya

Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi Tingkat Nasional 2013

terhi-tung setengah tahun; tepatnya mulai 22 Mei - 2 Oktober 2013.

Eko Ady Saputra, S.Pd dan Febrianto Atmoko, S.Pd

Febrianto Atmoko, S.Pd dan Eko Ady Saputra, S.Pd menerima ucapan selamat dari Bupati Kulonprogo. (Foto ist/Hamemayu)

(6)

J

awaban itu nampak salah satu-nya pada usaha kerassatu-nya dalam menulis naskah lomba karya tulis kaitannya dengan kompetensi pa-mong belajar. Karya

tulis itu merupakan hasil pengalaman dan ilmu yang didapat setelah sekian lama bergelut dengan pro-fesi pamong belajar. Mewakili instansi UPTD SKB Kulon-progo untuk maju dalam lomba Apre-siasi PTK PAUDNI Berprestasi tingkat DIY, Eko Ady Sapu-tro, S.Pd akhirnya sampai pada sebuah

kompetisi dengan lawan sesama pamong belajar se-DIY yang lebih senior, “Iya mbak, dulu lawan saya pamong senior semua, ada lima orang dari masing-masing kabupa-ten dan lumayan bikin saya grogi waktu lomba,” tambah Eko.

Agenda lomba tingkat DIY pada hari Rabu, 22 Mei 2013 berakhir dengan diumumkannya pemenang-pemenang lomba yang akan maju

mewakili DIY di kompetisi Apresi-asi PTK PAUDNI Berprestasi tingkat nasional. Kategori pamong belajar memutuskan Eko Ady Saputra, S.Pd sebagai Juara I yang sekaligus memba-wanya terbang ke Kota Batam pada 2 Oktober 2013. Menyadari tanggung jawab untuk me-ngemban amanah sebagai Juara I, Eko mulai menyiap-kan diri untuk mengikuti pemusatan latihan yang telah diagendakan oleh panitia DIY.

Tiba saatnya pemusatan pelatihan diselenggarakan bagi 15 peserta wakil DIY yang akan maju

di tingkat nasional. Eko merupakan peserta yang mewakili PTK Dikmas dengan karya tulisnya yang berjudul “Strategi peningkatan kompetensi pamong belajar melalui pengem-bangan profesional berkelanjutan”. Bukan jalan singkat yang membuat judul itu muncul sebagai karya tu-lisnya, namun melalui tahapan yang cukup menguras energi dan pikiran. Semangatnya untuk mempersem-bahkan yang terbaik bagi profesi dan daerah yang diwakilinya, Eko pantang menyerah dengan berbagai revisi yang disarankan oleh pem-bimbing.

Kisah lomba di Kota Batam yang dilalui Eko membawa banyak pengalaman, mulai dari berjum-pa dan berdiskusi dengan rekan pamong belajar se-Indonesia hingga rekreasi ke beberapa tempat wisata di pulau-pulau sekitar Batam. Hari ketiga di Hotel BCC tempat lomba PTK Dikmas, Eko mendapatkan undian presentasi di hari itu, ia mempersiapkan diri secara man-diri menjelang menit-menit jadwal presentasinya. Sekitar pukul 14.00 WIB tibalah waktunya untuk unjuk gigi di depan juri dalam sebuah ruang yang tertutup bagi orang lain kecuali dewan juri dan peserta. Banyak diskusi dan perdebatan dengan juri pada waktu itu, “Saya dibantai de ngan banyak pertanyaan dari juri, ada satu juri yang belum sepaham dengan dua juri lainnya sehingga saya agak kebingungan

Kegemarannya diskusi baik dengan teman sejawat dan rekan

dis-kusi yang dikenalnya dimana pun dan kapan pun, membuat mahasiswa

paska sarjana Jurusan Pendidikan Luar Sekolah ini makin mencintai

pro-fesinya sebagai pamong belajar di SKB Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Tujuh tahun bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

di lingkungan Dinas Pendidikan Kulonprogo tidak membuatnya terus

berada dalam situasi nyaman di zona aman rutinitas ke-PNS-annya.

Meski pada awal dinas masih mengalami kegundahan atas tugas pokok

pamong belajar, tidak menghalanginya untuk mencari pengalaman lain

yang dapat menjawab kegundahan hatinya.

fOKUS

Cinta Profesi

Buahkan

Juara

Eko Ady Saputra, S.Pd

(7)

untuk memilih waktu yang tepat untuk memotong diskusi mereka dengan jawaban yang akan saya uta-rakan,” terang Eko. Situasi diskusi panas saat itu masih terbawa hingga malam hari tiba, Eko merasakan sebuah beban yang tertinggal di dalam pikirannya karena banyak hal yang belum sempat disampaikan ke juri saat diskusi.

Banyak agenda kegiatan lomba yang berlangsung selama empat hari hingga menghantarkan para peserta pada hari ke-6 perhe-latan lomba bergengsi Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi. Malam penganugerahan bagi PTK PAUDNI Berprestasi adalah agenda penting untuk pengumuman kejuaraan 15 kategori lomba individu dan 2 kategori lomba kelompok. Singkat cerita, kemenangan membawa Eko ke Turki, pamong belajar kelahiran Temanggung, 27 September 1980 ini tidak menyangka bahwa akhir dari pembacaan kejuaraan lomba yang terakhir menyebutkan nama-nya sebagai Juara I Kategori pamong belajar.

Sebagai pamong belajar

pe-nyandang predikat Juara I Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi, Eko sadar dengan tanggung jawab yang diembannya untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan sesama pa-mong belajar melalui diskusi formal dan nonformal. Eko mengungkap-kan sarannya untuk jambore selan-jutnya lebih baik presentasi materi

peserta diadakan secara terbuka untuk memungkinkan terjadinya

sharing ilmu antar peserta lomba. Sehingga adanya lomba membawa makna dan manfaat yang lebih dari sekedar ajang kompetisi mempere-butkan kejuaraan.*

(Havissah Dyah Alaini)

Turut berduka cita atas meninggalnya

Abdurrahman

(17 th)

putra Bapak Asbani, wartawan

Hamemayu

Meninggal tgl 26 Oktober 2013

di Surulanang, Karangduwet, Paliyan, Gunungkidul

Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya

dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Amin

Redaksi HAMEMAYU

Eko Ady Saputra, S.Pd menerima ucapan selamat dari Bupati Kulonprogo.

(8)

Rabu, 2 Oktober 2013

Kontingen siap berangkat ke

ajang penghargaan bertajuk

“Apresiasi PTK PAUDNI

2013” tingkat nasional di

Ba-tam. Kontingen DIY berjumlah

15 orang peserta dan 5

pen-damping dengan pemimpin

rombongan BPKB DIY.

K

esiapan kontingen DIY ini bu-kanlah tanpa usaha dan kerja keras dari tim pendamping dan tim pembimbing. Sekitar dua bulan waktu untuk membekali pe-serta dalam technical center. Tujuan pemusatan pelatihan ini agar peserta memiliki kesiapan mental dan materi yang baik di tingkat nasional.

Jenis apresiasi tahun 2013 meru-pakan lomba karya tulis dan lomba karya nyata dengan tema yang sudah ditentukan. Mata lomba sebanyak 15 perlombaan terdiri dari PTK kursus, PTK PAUD dan PTK Dikmas.

Anggo-ta Kontingen merupakan para juara pertama hasil apresisiasi di tingkat DIY.

Lama waktu dua jam perjalan-an dari Yogyakarta menuju Batam melalui jalan udara tak terasa berat. Setibanya di batam, dua hotel te-lah menunggu sebagai tempat ajang berlaga para juara provinsi

yaitu Hotel BBC dan Hotel Harmony inn. Hotel BBC di tempati PTK Dikmas dan PTK PAUD. Sedangkan Hotel Harmony merupakan tempat unjuk kebolehan PTK Kursus. Seluruh peserta memastikan kedatangan dan keikutsertaan lomba dengan melakukan registrasi.

Agenda tanggal 3 Oktober 2013 adalah test psikologi dan upacara pembukaan di Stodiun Temunggun-gan, Batam. Pagi hari, test psikologi di mulai di Hotel Harmony yang dii-kuti oleh seluruh peserta. Test ter-bagi menjadi dua yaitu test ke p r ib a d i a n dan test inte-legensi. U p a c a r a p e m b u k a a n di mulai pukul 14.00 dengan beragam bu-sana adat dan tampilan defile

yang luar

bi-asa dari masing-masing kontingen. Keindahan warna budaya Indonesia menyatu dalam upacara pembukaan. Beragam tarian melayu disuguhkan secara kolosal.

Sayangnya, kemegahan pembu-kaan tidak didukung cuaca yang ber-sahabat. Hujan deras dan angin besar

terjadi selama upacara pembukaan berlangsung.

Pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2013 merupakan hari ‘perjuangan’ yang sesungguhnya yaitu perlombaan individual. Kontingen DIY memiliki amunisi lengkap yang memang telah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Lomba untuk PTK PAUD dan PTK Dikmas dilakukan secara tertutup. Sementara PTK Kursus terbuka. Tentunya, model lomba terbuka dan tertutup memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Jika tertutup transfer pengetahuan antar daerah dan mengukur kemampuan peserta lain menjadi tertutup.

Hari kelima, bertepat hari Ming-gu, 6 Oktober 2013 memiliki jadwal

Catatan Perjalanan PTK PAUDNI Batam 2013

fOKUS

Berlomba Tingkatkan Layanan

Pendidikan Nonformal

Oleh Ismuningsih

Kontingen DIY memasuki hotel Harmoni One, Batam

(Foto Fauzi eP/Hamemayu)

Sebagian kontingen DIY berpose di jembatan Barelang, Batam

(9)

lomba kelompok senam poco-poco dan senam. Lomba yang menyita be-gitu banyak tenaga dan waktu dalam persiapannya. Peserta lomba indivi-dual tidak semua berlatar belakang kebugaran dan memiliki bakat ber-nyanyi bahkan sebagian besar peser-ta baru saja mengenal bagaimana not lagu dinyanyikan.

Lomba kelompok ini menjadi menarik sekaligus melelahkan, begitu banyak kenangan yang ada dari persi-apan hingga perlombaan. Kontingen DIY untuk poco-poco mendapat nomor undian 17 tampil di pagi hari.

Leader tim senam poco-poco meru-pakan instruktur senam profesional. Berdandan ala brigade mataram kon-tingen DIY tampil memukau, meski-pun tidak juara.

Untuk paduan suara, konti-ngen DIY mendapat nomor undian 30. Leader tim paduan suara adalah instruktur tata busana yang memiliki kemampuan bernyanyi jauh di atas rata-rata peserta. Kostum batik ungu terkesan simple tetapi elegance men-jadi simbol kebersahajaan dan keang-gunan tim paduan suara DIY.

Hari Senin, 6 Oktober 2013 pagi dimulailah seminar internasio-nal di Harmoni One. Pada saat itu, kembali kontingen DIY hadir full tim.

Seminar berakhir pukul 12.00. Jeda waktu yang tersisa di manfaatkan oleh peserta untuk menghilangkan penat dan tekanan selama lomba dengan menyusuri beberapa tempat pembelanjaan cindera mata.

Malam penutupan merupakan malam yang ditunggu peserta. Kare-na akan diumumkan hasil kejuaraan. Kontingen DIY telah berhasil pulang memenuhi target mengembalikan kejayaan DIY sebagai Kota Pendi-dikan. Peringkat juara dua nasional setelah Jawa Tengah, berhasil diraih tim Mataram. Kontingen DIY mem-bawa 2 emas, 1 perak, 3 perunggu, 2

harap an satu dan 1 harapan dua. Air mata kesedihan dan ke-bahagiaan menjadi satu malam itu. Aroma keterkejutan, bahagia dan kecewa terasa di tengah hiruk upa-cara penutup an. Seperti wejangan Tim Pendamping,” Bagi ksatria, jua-ra bukanlah segala-galanya. Karena perlombaan yang sesungguhnya baru akan dimulai pasca peserta yang jua-ra kembali ke lembaga dan daejua-rah- daerah-nya masing-masing. Yaitu berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan nonformal. Kalian akan menjadi juara sejati jika mampu memberikan makna pada dunia pen-didikan nonformal. Jika tidak, kalian hanyalah juara pecundang.”

Juara sejati adalah juara yang te-tap bekerja membangun iklim pendi-dikan yang lebih berkualitas ada atau tidaknya sebuah kejuaraan. Konti-ngen DIY adalah kontiKonti-ngen istimewa dengan kebersahajaan dan sikap ke-satrianya. Ksatria Mataram kembali ke Yogya dengan Kehormatan se-sungguhnya karena jiwa sawiji, greg-get, sengguhlanora mingkuh. (*)

Berlomba Tingkatkan Layanan

Pendidikan Nonformal

Seminar Internasional PTK PAUDNI di Harmoni One, Batam. (Foto Fauzi eP/Hamemayu)

Kontingen DIY dengan kostum senam poco-poco bersama Ka BPKB DIY dan Kasi Pember-dayaaan. (Foto Fauzi eP/Hamemayu)

(10)

P

enyelenggaraan pendidikan kesetaraan yang dilakukan dengan baik dapat menjadi rujukan bagi lembaga lain yang me-nyelenggarakan program sama. Hal tersebut yang menjadi tujuan dari adanya In House Training (IHT) Pem-belajaran dan Penilaian Pendidikan Kesetaraan Paket C yang diselengga-rakan oleh UPTD SKB Kulonprogo, 21-22 Oktober 2013 di aula utama komplek SKB setempat.

Bekerja sama dengan Direkto-rat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Direktorat PSMA) menghadir-kan narasumber yang kompeten di bidang pendidikan kesetaraan yakni Drs. Fauzi Eko Pranyono dan Sudi-harto, S.Pd.

Kegiatan dimulai pada pukul 08.45 WIB dengan 20 peserta, ter-diri dari tutor pendidikan kesetaraan Paket C SKB Kulonprogo dan PKBM Jogelo Samigaluh.

Pembukaan kegiatan disampai-kan oleh Eko Teguh Santosa, S.Pd (Kasie. PNF) didampingi oleh Drs. Harijana (Kepala UPTD SKB), yang sekaligus memberikan motivasi bagi peserta pelatihan.

Substansi pelatihan dalam IHT yang ditujukan untuk tutor Paket C yakni pembelajaran dan penilaian pendidikan kesetaraan Paket C. Tu-juan dari IHT ini juga terbagi men-jadi dua sesuai substansi pelatihan. Menurut Ketua Panitia Dian Astutik Wulandari, S.Pd, IHT pembelajaran bertujuan agar tutor mampu

meren-canakan pembelajaran sesuai dengan pembagian beban SKK sesuai ma-pelnya. Selain itu tutor diharapkan mampu membuat analisis SK dan KD mapel.

Substansi pelatihan yang kedua yakni IHT untuk penilaian. Bertujuan agar tutor bisa merancang penilaian dan membuat kisi-kisi soal dan soal evaluasi hasil belajar sesuai mata pe-lajaran (mapel).

Kualitas yang baik dari pelak-sanaan IHT ini nampak pada materi pelatihan yang telah disusun sesuai dengan tujuan kegiatan, seperti yang disampaikan oleh narasumber pela-tihan Drs. Fauzi Eko Pranyono. “Ma-teri kegiatan hari pertama tentang

profil dan konsep Paket C, metode

pelaksanaan pembelajaran, analisis kompetensi dasar dan penyusunan silabus dan RPP dan praktik mengajar pada hari kedua,” kata dia.

Pemilihan materi pelatihan di-sesuaikan dengan perkembangan

in-formasi dari pusat serta kebutuhan pembelajaran Paket C di lapangan. Menurut penuturan beberapa peser-ta pelatihan, kegiapeser-tan IHT ini mem-berikan manfaat yang banyak bagi tutor khususnya untuk peningkatan kualitas pembelajaran Paket C bagi peserta didik.

Salah satu tutor Paket C dari PKBM Jogelo, F. Subardja, B.A. (68 tahun), menyampaikan kesannya terhadap kegiatan IHT yang mem-bawa banyak informasi baru tentang pendidikan kesetaraan. “Kegiatan ini sa ngat baik karena menambah informasi tentang kurikulum belajar hingga penyadaran untuk tutor bah-wa pendidikan itu sepanjang hayat termasuk pembelajaran Paket C,” ungkapnya dengan semangat.

Sinergi antara tutor dan pro-sedur pembelajaran pada program pendidikan kesetaraan yang diba-ngun melalui IHT Pembelajaran Pa-ket C ini diharapkan menjadi upaya peningkat an mutu pembelajaran Pa-ket C di UPTD SKB Kulonprogro.*

(Havissah Dyah Alaini)

“Jadikan Pendidikan Sepanjang Hayat”

Perluasan akses dan layanan untuk masyarakat dalam

peme-nuhan kebutuhan pendidikan kesetaraan merupakan hal yang

penting dilakukan. Salah satunya oleh UPT SKB kabupaten/kota.

WArTA

In House Training

Paket C UPTD SKB Kulonprogo

(11)

D

irektur Jenderal PAUD Ly-dia Freyani Hawadi menga-takan, bermain merupakan bagian dari dunia anak-anak. Dengan lomba ini, lanjutnya, Kemdikbud ingin melahirkan pendidik, orangtua, yang bisa mewarnai lahirnya alat permain-an edukatif dengpermain-an bahpermain-an-bahpermain-an ypermain-ang ada di sekitarnya. “Kita ingin menge-dukasi orangtua, untuk menyikapi membanjirnya pasar mainan anak dari China di Indonesia,” kata dia.

Dalam acara penganugerahan pemenang, turut hadir pula Di-rektur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Euis Saedah. Ia menyatakan, Kemenperin siap untuk men-dukung tumbuhnya wirausaha kriya mainan anak. Karena dari perspektif ekonomi, kata be-liau, wirausaha kriya ini akan menjadi awalnya peluang kerja baru. “Kami menyambut baik program ini, untuk menimbul-kan wirausaha-wirausaha baru yang terfasilitasi SDM, standar, teknologi, dan HAKI nya,” katanya.

Adapun dari hasil penjurian dipi-lih kejuaraan dari lomba APE PAUD tahun 2013 adalah sebagai berikut : juara pertama diraih Puji Riswati, guru PAUD dari Pekalongan, dengan hasil karya berjudul loker divergen. Untuk juara dua diraih Tony Suhen-dra, dengan judul karya Injak Jejak

dari pengrajin Bandung. Juara tiga diraih Rohita dari Jawa Timur, de-ngan judul karya Panggung Boneka jari Tematik (Pabotik).

Sedangkan juara harapan satu diraih Gun Sugianto, dengan karya permainan kewirausahaan anak (Kid-preneur Toy) dari Pengrajin Kota Padang, juara harapan dua diraih En-dang Titik Setianingsih.S.Pd,MM dari Pamong Belajar BPKB DIY dengan karya Menara Tancap, dan juara ha-rapan tiga diraih Ismi Fauzia Ulinuha

dengan karya Math For Kids dari Ka-bupaten Magelang.

Para pemenang memperoleh penghargaan berupa piagam dan

trofi serta dana pembinaan dengan

total Rp 82.500 .000 ( delapan pu-luh dua juta lima ratus ribu rupiah ). Juara satu Rp 25 juta, juara dua Rp 20 juta, juara tiga Rp 15 juta, juara

ha-rapan satu Rp 10 juta, juara haha-rapan dua Rp 7,5 juta, dan juara harapan tiga Rp 5 juta

Lomba APE PAUD 2013 kali ini diikuti 480 peserta dari seluruh In-donesia, baik pendidik PAUD mau-pun pengrajin APE PAUD. Dari hasil seleksi dan penilaian terhadap 480 naskah lomba yang masuk, telah di-tetapkan oleh tim penilai sebanyak 30 naskah lomba sebagai nominasi pemenang.

Untuk menetapkan pemenang lomba, 30 nominator kemudian un-tuk mempresentasikan hasil karya (prototype) di hadapan dewan juri. Presentasi telah dilaksanakan pada hari kamis tanggal 23 Oktober 2013. Di Hotel the The Media & Tower Se-belum presentasi, tim juri melakukan

penilaian Penilaian 480 naskah telah dilakukan sejak tanggal 20 Sep-tember 2013.

Tim penilai da-lam lomba ini terdiri dari unsur Direktorat Pembinaan PAUD, HIMPAUDI, akademi-si, Konsorsium Main-an Anak Indonesia (KMAI), dan forum PAUD. Sedangkan tim juri terdiri dari unsur Kementerian Perin-dustrian, Pusat Pe ngembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspi-tek), akademisi, Indonesian Toy and Research Center (ITORCH), dan Praktisi PAUD Senior.*

(Endang Titik Setianingsih,S. Pd.,M.M., Pamong Belajar BPKB

DIY)

“Jadikan Pendidikan Sepanjang Hayat”

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud)

me-lalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal

Informal (PAUDNI) telah menyelenggarakan Lomba

Pengem-bangan Alat Permainan Edukatif (APE) - PAUD tingkat Nasional

tahun 2013, di Hotel The Media & Tower di Jalan Gunung Sahari

no 3 Jakarta Kamis 23 Oktober.

Lomba APE PAUD Nasional 2013

Lahirkan Permainan Edukatif Khas Indonesia

Pemenang lomba pengembangan alat permainan edukatif PAUD Nasi-onal 2013 menerima penghargaan di Jakarta(Foto dok/Hamemayu)

(12)

K

epedulian pemerintah atas pentingnya budaya baca masyarakat menjadi inspirasi tema perayaan HAI tahun ini. “De-ngan peringatan hari aksara interna-sional ke 48, kita tingkatkan budaya gemar membaca” adalah tema peri-ngatan HAI yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Gunungkidul.

Menurut Kepala Dinas Dikpora Drs. Sudodo, MM dalam sambutan-nya saat penutupan HAI di Pendopo kompleks UPT SKB Gunungkidul, mengungkapkan bahwa adanya pe-ringatan HAI tahun 2013 ini menjadi energi tambahan bagi masyarakat untuk melestarikan budaya cinta membaca. Hingga saat ini Kabupa-ten Gunungkidul telah mengupaya-kan pelestarian budaya baca mela-lui gerakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang dilakukan disetiap keca-matan oleh minimal 1 desa. Sehingga dengan peringatan HAI masyarakat dapat menjadi alarm bagi masyara-kat untuk melestarikan budaya cinta membaca.

Kegiatan perayaan HAI ini dime-riahkan oleh partisipasi dari berba-gai lembaga pendidikan nonformal (PNF) dan mitra PNF se-Kabupaten Gunungkidul. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berjum-lah 50 lembaga, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang berjumlah 24 lembaga, Forum PKBM, Forum

TBM, Forum Tutor dan lembaga mi-tra seperti HIMPAUDI, IGTKI dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Tata Busana dan Tata Boga. Berbagai lembaga tersebut

membu-ka stand pameran sebagai ajang un-tuk memamerkan hasil karya warga belajar dan mengenalkan langsung lembaganya kepada pengunjung pa-meran HAI. Acara yang tidak kalah menarik dari Pameran Produk Hasil Karya Program PAUDNI adalah per-lombaan dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Infor-mal (PAUDNI). Perlombaan tersebut antara lain: lomba karaoke tembang campur sari (PAUDNI Idols), lom-ba membuat sinopsis dan lom-baca tu-lis untuk warga belajar keaksaraan, lomba kreativitas pembuatan APE Bahan Alam. Serta kegiatan pendu-kung lainnya adalah pertunjukan reog perempuan salah satunya dari PKBM Karya Manunggal, Panggung gembira anak usia dini, dan demo pembuatan roti/kue dari kelompok Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM).*

(Havissah Dyah Alaini)

Gunungkidul

Budayakan

Membaca

Momentum Hari Aksara Internasional (HAI) sejatinya diperingati

setiap tanggal 8 September, namun banyak

ceremony

yang digelar di

luar tanggal tersebut. Tanpa mengurangi makna HAI yang sebenarnya,

Kabupaten Gunungkidul menggelar perayaan HAI pada tanggal 22-24

Oktober 2013.

WArTA

Hari Aksara Internasional 2013

Kunjungan Kabid PNFI Disdikpora Gunungkidul di stan pameran HAI(Foto dok skB Gunungkidul)

Sambutan Kepala Disdikpora Gunungkidul saat peringatan HAI(Foto asbani/ Hamaemayu)

(13)

P

erkembangan Sumber Daya Masyarakat (SDM) di setiap Negara harus dibarengi den-gan merumuskan KKNI atau qualifi -cation framework sejak awal. Indone-sia termasuk negara yang sebenarnya sudah tertinggal sekitar 30 tahun yang lalu dari negara-negara lain di dunia. Padahal MOU sudah ditanda-tangani waktu itu bersama dengan berbagai negara lain, baru tahun 2012 yang lalu Indonesia bergerak dengan munculnya Perpres nomor 8 tahun 2012 tentang KKNI.

KKNI mengatur mengenai

jen-jang atau klasifikasi terhadap kuali

-fikasi setiap manusia Indonesia ber -dasarkan pendidikan yang diperoleh. Asumsi yang beredar di Indonesia adalah pendidik an hanya ada formal, padahal menurut Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terdapat 3 jalur pendidikan, yaitu formal, nonformal dan informal. Melalui KKNI, perwu-judan pengakuan kesetaraan terha-dap pendidikan formal dan nonfor-mal dapat diakui. Pendidikan infornonfor-mal tidak termasuk KKNI dikarenakan

pendidikan informal memiliki defi -nisi pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga dan lingkungan.

Pencanangan KKNI membawa muatan khusus dalam perumusan tingkatan yang disebut level. Level tersebut adalah bentuk pengakuan pendidikan formal dan nonformal. Indonesia menetapkan 9 level dan ini berbeda dengan negara-negara lain, ada yang menetapkan kurang dari 9 level dan ada yang menetapkan

le-bih dari 9 level. Level 1 di Indonesia setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan level 9 adalah Doktor. “Di sisi formal ada 9 level dan di sisi nonformal ada pendidikan

vokasional,” tutur Perdana Afif Lut

-hfi, ST, MT.

Pendidikan nonformal berkontri-busi melalui kursus dan pelatihan. Di luar pendidikan formal dan

nonfor-mal sebenarnya terdapat pengakuan atas pembelajaran secara mandiri. Pembelajaran mandiri digambarkan sebagai orang yang menjadi praktisi di bidangnya. “Misalkan tukang las yang jago sampai bisa nge-las kapal selam dalam air, itu gak mungkin setara dengan master jika dilihat dari keah-liannya,” ujar Perdana

Afif Luthfi, ST, MT.

KKNI berkaitan erat dengan pendidi-kan vokasional,

Per-dana Afif Luthfi, ST, MT menjelaskan

bahwa kursus pada dasarnya terbagi menjadi vokasional dan non-vokasi-onal. Kursus yang sifatnya vokasional harus mampu merumuskan tingka-tannya. Perumusan tersebut diguna-kan sebagai tolok ukur sejauh mana

level kualifikasi lulusan dari kursus

tersebut. “qualification framework ini

Gunungkidul

Budayakan

Membaca

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menjadi bentuk pengakuan

atas pembelajaran yang telah dilakukan di masa lampau.

Sekretaris Dewan PNF, Perdana Afif Luthfi, ST, MT.

KKNI

Jadikan Indonesia Lebih Baik

WArTA

(14)

Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB) Kabupaten Bantul

bera-lamat di Jl. Imogiri Barat km.7,

Bangunharjo, Sewon, Bantul,

Yogyakarta sekitar 10

kilo-meter dari pusat Kabupaten

Bantul. Daerah perbatasan

Kabupaten Bantul dan Kota

Yogya karta posisi strategis

dan mudah aksesnya.

Menem-pati bangunan seluas 1991

me-ter persegi, di atas tanah 5970

meter persegi. Dikelola 10

pa-mong belajar, 8 pegawai tata

usaha, dan 14 karyawan non

PNS. Tahun 2013 menjalankan

24 program Pendidikan Non

Formal dan Informal (PNFI)

dengan sumber dana mandiri,

subsidi APBD, dan dana

bloc-kgrand APBN.

Rr.

Dwi Suwarniningsih, S.Pd. mulai menjabat Kepala SKB Kabupa-ten Bantul tahun 2009. Sejak tahun 1981 sebagai pamong belajar di Bali. Mulai tahun 1987 koordina-tor pamong belajar di Kabupaten Bantul. “Kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, menjadi inspirasi seo-rang pemimpin harus bersemangat, memberi solusi terbaik dan motiva-si untuk maju,” ungkap Dwi.

Perubahan SKB Kabupaten Bantul sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat menjadi UPT daerah, tingkat birokrasi daerah belum mengenal SKB. Perlu

pe-ningkatan kualitas SKB, dirintis tahun 2009 berusaha mendapat-kan standar ISO 9001 -2004 pada tahun 2010. Akreditasi lembaga dan akreditasi program pada tahun yang sama. Berbekal akreditasi, sarana dan prasarana, pengajar berkualitas dan kompeten, serta terpenuhinya delapan standar pendidikan. SKB

Kabupaten Bantul berkesempatan mengajukan Tempat Uji Kompeten-si (TUK) rias pengantin dan TUK hantaran pengantin.

TUK rias pengantin SKB Kabu-paten Bantul tahun 2010, menda-patkan juara ketiga tingkat nasional tahun 2012. Peserta kursus rias pengantin dan hantaran pengantin

setelah mendapatkan sertifikat kur -sus uji lokal, sekaligus uji kompeten-si secara nakompeten-sional di SKB Kabupaten Bantul. Peserta kursus mandiri luar daerah memilih SKB Kabupaten Bantul, pada satu tempat kursus mengikuti ujian lokal dan ujian nasional. Fasilitas penginapan yang tersedia juga menjadi daya dorong peserta kursus dari luar kota.

SKB lebih pantas menjadi TUK dengan dukungan sarana prasarana lengkap dan pamong belajar

ber-sertifikat adalah penyelenggara yang

kompeten. Tahun 2011 SKB

Kabu-WarTa

SKB Bantul

Jadi

TUK

dan

Percontohan

Rr. Dwi Suwarniningsih, S.Pd.

(15)

paten Bantul menjadi TUK pendidik PAUD. Sejak tahun 2011 sebagai training provider diklat berjenjang tingkat dasar pendidik PAUD, me-luluskan 1124 pendidik. Tahun 2013 mengajukan TUK busana/menjahit, baru-baru ini sudah visitasi. Menuju SKB ideal sebagai pelaksana pro-gram PAUDNI, tupoksinya sebagai percontohan. Jika belum baik, ada proses perbaikan.

“Pencapaian SKB Kabupaten Bantul ideal, didukung team work

yang kompak, pamong belajar dan TU,” tambah Dwi.

Menyitir semangat Projo Taman Sari Kabupaten Bantul. Produktif dan profesionalisme pamong belajar dan TU dikembangkan dengan pendekatan humanistik. Pendekat-an secara kekeluargaPendekat-an dPendekat-an agamis disesuaikan karakter pribadinya. Senyum, sapa, dan salam (S3) budaya di lingkungan SKB Kabu-paten Bantul. Komunikasi terjalin baik, reward, teguran, dan penilaian profesionalisme berdasarkan ketu-gasannya. Semua pamong dan TU mendapat ketugasan sesuai potensi diri.

“Sebagai kepala SKB perlu

update informasi, berangkat rakor, mengikuti forum HIPKI,

bekerjasa-ma dengan LKP, dan lembaga/orga-nisasi mitra lainnya. Pamong belajar diperbolehkan mengikuti forum lembaga mitra agar mengetahui hal-hal di luar kedinasan, menunjang kegiatan kursus di SKB Kabupaten Bantul,” kata Dwi.

Sementara untuk pemetaan fasilitas informasi dilaksanakan me-lalui berbagai media, yakni media cetak, brosur, web, dan facebook

SKB Kabupaten Bantul.

SKB Kabupaten Bantul tidak saja dikenal masyarakat wilayah

DIY, tetapi hingga ke luar kota di antaranya SKB Pekan Baru, SKB Wonogiri, SKB Jepara, SKB Beka-si, SKB Palembang, SKB Balangan Kalimantan Selatan, dan SKB Kali-mantan Timur. SKB Bantul sering menerima kunjungan dari berbagai daerah dalam rangka studi banding. “Saya berharap semua SKB mem-punyai TUK dan sebagai lembaga percontohan di wilayahnya,” tandas Dwi.

(Sabatina Rukmi Widiasih)

SKB Bantul juara 3 tingkat Nasional TUK Rias Pengantin (Foto ist/Hamemayu)

(16)

LiPUTan

Brand Lembaga Kursus dan

Pelatihan (LKP) dirasa

penge-lola lembaga kurang

“mem-bumi”. Beberapa pengelola

merasa malu menggunakan

nama lembaga mereka dengan

sebutan LKP. Sebagai salah

satu satuan pendidikan

non-formal, LKP seharusnya dapat

berperan lebih dalam

menso-sialisasikan program-program

pelatihan dan meningkatkan

keterampilan masyarakat.

Namun kebanyakan dari

pe-ngelola lembaga enggan untuk

memakai istilah LKP.

H

al tersebut diakui oleh Ka-bid PNFI, Dinas Pendidik-an Pemuda dPendidik-an Olahraga (Dikpora) Sleman Drs. Bambang Edy Baskara. Di kabupaten Sleman men-catat ada 99 LKP yang terdaftar di wilayahnya. Sebagai daerah dengan populasi lembaga pendidikan maupun pelatihan cukup tinggi, Sleman beri kontribusi besar dalam mem-berikan ruang untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Bukti dari itu, beberapa LKP besar dan terkenal berdiri di Sleman, seperti English First

(EF), Primagama, Neutron, Aviation Training Centre (ATC) dan Bugs Trai-ning Centre (BTC).

Dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan, Dinas Dikpora Kabupaten Sleman men-coba memfasilitasi dan mendorong LKP supaya memenuhi standar yang telah ditentukan pemerintah. Bentuk fasilitasi Dinas Pendidikan Sleman

meliputi pemberian izin operasional, akreditasi, pelatihan dan pengawas-an kelembagapengawas-an. Pemberipengawas-an rupengawas-ang dan fasilitas tersebut selain bertu-juan untuk mencapai mutu layanan pendidikan yang memadai namun juga sebagai usaha supaya LKP dapat berkembang dan memiliki daya saing yang tinggi.

LKP sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal memiliki pe-ran dalam meningkatkan keterampil-an (skill) masyarakat. Nilai strategis LKP dalam mendorong tumbuhnya minat belajar masyarakat dirasakan

cukup signifikan. LKP menjadi sara -na belajar masyarakat dalam mening-katkan skill. “Keberadaan LKP sangat membantu dalam rangka memberi-kan media pembelajaran bagi masya-rakat untuk meningkatkan keteram-pilannya,” tutur Kabid Pemberdayaan PNFI, Dinas Pendidikan Sleman Drs. Bambang Edy Baskara.

Banyaknya LKP di wilayah

Sle-man menjadikan Kabupaten SleSle-man memiliki jenis layanan LKP yang beragam. Terdapat beberapa jenis layanan LKP antara lain: komputer, menjahit, senam, akupuntur, tata rias pengantin, dll. Bentuk layanan LKP yang beragam memberikan pilihan dan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih layanan kursus dan pelatihan sesuai dengan minat mau-pun bakatnya.

Dengan mengusung visi mening-katkan pemerataan mutu layanan pendidikan, Dinas Pendidikan Sleman terus mendorong lembaga-lembaga kursus dan pelatihan supaya dapat berkembang. Bentuk usaha yang dilakukan mengarah pada tataran kebijakan pemerintah yang menga-tur tentang kelembagaan kursus dan pelatihan. Kelengkapan kelembagaan harus dimiliki oleh setiap LKP, mulai dari izin operasional, akreditasi dan sampai pada kepemilikan Nomor In-duk Lembaga Kursus (NILEK). “Kita

LKP Kembangkan

Skills

Masyarakat

(17)

dorong LKP yang punya izwwin un-tuk ikut akreditasi dan kita dorong lembaga tersebut memiliki NILEK,” kata Edy Baskara.

Kepemilikan NILEK pada LKP dirasa penting sebagai upaya pe-nataan lembaga kursus

agar lebih optimal. Tu-juan adanya NILEK yang dikeluarkan langsung dari Direktorat Jenderal Pendidikan agar lemba-ga dapat denlemba-gan mudah dipantau setiap saat apa-kah lembaga tersebut masih aktif atau sudah tidak aktif.

Temuan Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan (Ditbinsus-lat) yang dipublikasikan tahun 2012 lalu cukup mencengangkan. Terda-pat beberapa lembaga yang memiliki NILEK se-kaligus memiliki Nomor Induk Lembaga

Masya-rakat (NILEM). Hal ini mengakibat-kan satu lembaga yang sama amengakibat-kan memiliki data sebagai dua lembaga yaitu LKP dan Pusat Kegiatan Be-lajar Masyarakat (PKBM). Temuan Ditbinsuslat tak berhenti di situ saja, namun beberapa lembaga yang telah memiliki NILEK saat dikunjungi tidak ditemukan keberadaannya. Pendirian lembaga tersebut diduga hanya untuk mengakses bantuan dari pemerintah, saat mereka tidak mendapatkan ban-tuan, lembaga tersebut akan mati.

(www.paudni.kemdikbud.go.id)

Permasalahan LKP terus me-rambah tidak hanya pada mutu dan kualitas layanan lembaga yang kian merosot, namun dari segi eksisten-si atau keberlangsungan LKP mulai dipertanyakan. Ketidakmampuan

dalam segi pemasaran (marketing)

menjadi kendala utama lembaga. Tak sedikit lembaga habis akal untuk mempromosikan lembaganya, alhasil peserta didik kian menurun dan ha-bis. Selain itu, dirasakan oleh

bebera-pa lembaga bahwa penggunaan istilah LKP di depan nama lembaga mereka kurang menarik minat masyarakat untuk datang dan mendaftar di lem-baganya. “Dari salah satu temuan yang memprihatinkan kita, ada lem-baga yang malu menggunakan kata LKP,” ungkap Edy Baskara.

Dinas Pendidikan Sleman selaku pengatur regulasi tidak tinggal diam, pembinaan dan fasilitasi termasuk juga di dalamnya pelatihan kelem-bagaan bagi para pengelola maupun pendidik LKP terus dilaksanakan se-tiap tahunnya. Bersama dengan Him-punan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia (HIPKI) dan Him-punan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia (HISPPI), Dinas Pendidikan Sleman melalui Bidang

Pemberdaya-an PNFI menyelenggarakPemberdaya-an pembi-naan dan pelatihan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar LKP yang ada dan telah terdaftar di Sleman khususnya dapat ter-cover dan terbina dengan baik, sehingga LKP-LKP tersebut mampu berkembang dan bersaing di dunia industri.

Menurut Kasi Pembinaan dan Ke-lembagaan PNFI, Di-nas Dikpora Sleman Eko Suharyono, SH., M.Si., tidak semua LKP dapat ter-cover

dengan baik dikare-nakan sikap partisi-patif LKP yang kurang dalam mengikuti bah-kan menindaklanjuti dari adanya fasilitasi Dinas Pendidikan Sleman. Dari 99 LKP ada 10 LKP dengan status terdaftar tapi tidak aktif dan 5 LKP baru masuk. “Kami mengharapkan kepada pemilik atau pengelola lem-baga dapat mengelola secara profe-sional dan proporprofe-sional,” ujar Eko Suharyono.

Di kabupaten Sleman program pelatihan dan pembinaan LKP selain ditujukan bagi pengelola, pendidik dan program LKP, peserta didik yang kurang mampu juga berkesempatan memperoleh bantuan. Bantuan ter-sebut berupa fasilitas untuk mengi-kuti uji kompetensi. Melalui prosedur pengajuan bantuan oleh pengelola LKP maka peserta didik yang kurang mampu dapat mengakses layanan tersebut. Tahun 2013 ada 40 peserta didik yang dibantu. Setiap tahunnya diharapkan meningkat.

(Mochamad Fatchan Chasani)

(18)

Dihadapkan pada tantangan

global, lembaga-lembaga kursus

siap tidak siap harus terjun dalam

persaingan yang ketat.

Keta-hanan masing-masing lembaga

menghadapi beragam dampak

dari era globalisasi akan

menen-tukan perkembangan lembaga.

Ada yang naik “peringkat”

men-jadi akademi atau sekolah tinggi,

namun ada pula yang terpaksa

gulung tikar.

D

iungkapkan Sigit Aryanto, penilik Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) kota Yogyakarta, tingkat perkembangan lembaga kursus khususnya komputer memang sangat cepat. Artinya arus perkembangan teknologi komputer sangat cepat berubah. Kalau tidak bisa mengikuti, bisa dipastikan lem-baga kursus tersebut bakalan gulung tikar.

“Sebelum tahun 2000, kursus komputer masih banyak diminati terutama untuk kepentingan vokasi. Setelah itu, geliat kursus komputer hampir bisa dikatakan kembang kem-pis,” katanya.

Penyebabnya sangat kompleks. Standar kurikulum yang diberlakukan dinas tak mampu mengikuti ritme kecepatan laju perubahan teknologi komputer. Dalam waktu yang bersa-maan universitas besar di Yogyakar-ta, seperti UNY dan UGM, membu-ka program komputer jenjang D1, D2, dan D3, sehingga persaingan terasa sangat berat bagi lembaga - lembaga kursus.

Kondisi seperti itu semakin

pa-rah ketika banyak lembaga kursus tak pandai membuat terobosan dan

perubahan yang signifikan. Terutama

dalam tata kelola manajemen lem-baganya. Berdasarkan pengamatan Sigit, penyusutan jumlah lembaga kursus yang aktif saat itu mencapai 35 persen.

Kondisi yang sama juga dirasa-kan pengelola LKP IMBIA Suryono. Tujuh tahun dari awal rintisan, laju perkembangan LPK IMBIA sangat pesat. Sempat tiga angkatan bertu-rut-turut, di tahun 1997-1999, warga belajar di LKP IMBIA ini membludak mencapai 700-an. Saat itu dilaku-kan pengembangan kampus dengan membuka lokal baru di Jln Mojo no 42, yang sebelumnya berpusat di Jln Melati Wetan 8A, Baciro, Yogyakar-ta.

Memasuki tahun 2000, sedikit demi sedikit warga belajar di LKP IMBIA mengalami penurunan, hingga

saat ini tinggal mencapai kisaran 100 saja. Menurutnya, banyaknya seko-lah-sekolah formal yang membuka program komputer dan bermuncul-an lembaga kursus ybermuncul-ang sama menja-di faktor utama penyebab terpuruk-nya laju perkembangan LKP ini. Dan komputer sekarang bukanlah barang yang mewah sehingga kebanyakan orang memilikinya. Apalagi sudah banyak modul-modul terjual bebas di pasaran, bahkan bebas diakses secara online.

Berdasarkan penilaian Dinas, LKP IMBIA ini memiliki manajemen administrasi yang sudah terakredita-si B. Pendistributerakredita-sian brosur ke dae-rah-daerah sudah dilakukan sebagai upaya terobosan untuk mendong-krak kemajuan lembaga, tapi belum

mencapai hasil yang signifikan.

Berkaca pada LKP-LKP yang masih bertahan, maka kemandirian keuangan lembaga dan etos

peda-LKP Komputer

Beradu Siasat

agar

Bertahan

LiPUTan

LKP IMBIA mengikuti pelatihan manajemen yang diselenggarakan Disdikpora DIY

(19)

gogik, lanjut Sigit, disinyalir mampu membangun ketahanan lembaga da-lam menghadapi segala macam tan-tangan. Bersinergi dengan lembaga pendidikan formal menjadi terobo-san yang ditawarkannya

kepada pengelola LKP dalam kegiatan bimbing-an dbimbing-an pendampingbimbing-an. Bentuk konkretnya ada-lah de ngan menerjunkan instruktur-instruktur komputer ke sekolah-sekolah untuk turut memberikan pembela-jaran. Program ini akan meminimalisir persaing-an dengpersaing-an menggpersaing-andeng sekolah formal sebagai mitra.

Memperluas mitra dengan perusahaan atau

instansi swasta dapat memberikan lapangan pekerjaan sehingga memu-dahkan penyaluran lulusan kursus. Konsekuensinya, lembaga kursus ha-rus benar-benar bisa menghasilkan

lulusan kursus yang siap dan mampu bersaing di dunia kerja dengan tena-ga kerja asing.

Adanya program KKNI, seorang peserta didik kursus yang memiliki ketrampilan tingkat tertentu, dapat dise-tarakan dengan sarja-na (S1) bahkan doktor (S3). “Hal tersebut akan memberikan op-timisme di kalang an pengelola LKP untuk kemudian sedikit demi sedikit menapaki ke-majuan perkembangan lembaga kursus kom-puter,” ungkap Sigit.

(Maya Veri Oktavia)

(20)

Lembaga Kursus dan

Pelatihan (LKP) Duta Persada

telah meluluskan lebih dari

900 orang yang dapat bekerja

di kapal pesiar dan hotel

in-ternasional. LKP yang lebih

di-kenal dengan sebutan DUPER

tersebut berdiri sejak tanggal

9 September 1999 berlokasi di

Jl. Ibu Ruswo 55 Yudonegaran,

Yogyakarta.

N

ama Duta Persada dipilih dengan harapan lembaga ini mampu mendidik pe-sertanya guna menjadi “duta-duta” terbaik dari persada negeri Indonesia sekaligus dapat bersaing di pasar ker-ja dunia. Program keterampilan yang diberikan berupa pendidikan dan pe-latihan kapal pesiar dan perhotelan. Alasan awal yang melatari pen-dirian lembaga tersebut, banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mau-pun Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mengalami nasib buruk secara

fisik maupun mental yang disebab -kan kurangnya kesiapan keterampil-an, pengetahuan dan mental yang mereka miliki untuk bekal bekerja. Di sisi lain, permintaan tenaga kerja formal dan profesional di sektor pa-riwisata (kapal pesiar dan perhotel-an) di berbagai negara berkembang sangat pesat.

“Kami memilih untuk mendi-rikan lembaga pendidikan dan pela-tihan kursus di bidang kapal pesiar dan hotel internasional karena pasar serapan lulusan sangat besar dan ter-buka lebar,” kata Direktur LKP Duta Persada, Ir. Avianty Kartikasari.

Kurikulum yang dikembangkan mengacu pada kurikulum perhotelan pada umumnya. Ditambah dengan kebutuhan pasar yang dirumuskan dengan “ABC Plus”, yakni Attractive, Believe, Commitment, dan Plus (Pem-bentukan Karakter). Biaya kursus sangat relatif terjangkau, jika melihat lembaga ini mendampingi lulusannya sampai mendapatkan pekerjaan

se-suai yang diharapkan. Seluruh biaya dibebankan kepada peserta didik. Sampai tahun 2013 ini belum pernah mengakses dana dari pemerintah.

Lembaga yang mendapatkan izin operasional sejak tahun 2000 ini telah terakreditasi pada tahun 2010. Pada tahun 2013 ini ada surveyer dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) PNF untuk memastikan keterlaksa-naan keberlanjutan mekanisme ker-ja sesuai dengan hasil akreditasi 2010 dengan nomor Surat Keputusan 021/ SKEP/STS-AKR/BAN PNF/XI/2010. Ketentuan dan persyaratan un-tuk dapat bergabung di dalam LKP DUPER antara lain Pria / wanita usia 17 s.d. 25 tahun, pendidikan minimal SLTA atau Paket C, berpenampilan dan berkepribadian menarik (good performance and good personality), tinggi badan minimal 165 cm (pria) dan 157 cm (wanita), sehat jasmani dan rohani (bukan pemakai narko-ba, tidak memiliki cacat tubuh, dan tidak bertato). Memiliki kemampu-an dasar dkemampu-an minat ykemampu-ang tinggi dalam mengembangkan bahasa Inggris, ser-ta memiliki motivasi sukses dengan mengikuti peraturan yang ditetapkan

LKP Duta Persada

Lahirkan Sumber Daya Berkualitas

Kegiatan housekeeping peserta didik LKP DUPER. (Foto ist/Hamemayu)

Ir. Avianti Kartikasari

(21)

oleh penyelenggara program. Meskipun persyaratan sangat ketat, banyak warga masyarakat yang mendaftarkan diri menjadi calon pe-serta didik. Banyak pula yang tidak lolos karena tidak memenuhi salah satu kriteria calon peserta.

Faktor yang sangat memikat bagi calon peserta didik adalah pendam-pingan sampai mendapatkan peker-jaan. Apabila belum dapat diterima di sebuah perusahaan kapal pesiar atau hotel, maka mereka diberi kesempat-an untuk mengulkesempat-ang dkesempat-an meningkat-kan kemampuannya secara gratis.

Upaya yang dilakukan dalam merekrut calon peserta didik adalah dilakukannya sosialisasi ke sekolah SMU atau sederajat (baik di Yogya-karta maupun di luar DIY), kerja sama dengan alumni, sistem gethok-tular atau word of mouth oleh alumni (testimony). Dibangunnya jalinan ko-munikasi antara lembaga dan alumni menjadi salah satu penentu keber-hasilan promosi lembaga ini. Sebagai contoh ketika pimpinan lembaga ini mengikuti Festival PTK PNF tahun 2013 di Batam Kepulauan Riau me-nyempatkan untuk berkunjung ke Singapura dengan salah satu agenda-nya adalah bertemu dengan alumni yang bekerja di sana.

Hal yang menarik lagi bahwa indikator kelulusan yang ditetapkan adalah diterimanya peserta didik oleh perusahaan /

user. Bahkan surat keterangan tanda lulus tidak begitu penting bagi lulusan karena sudah dite-rima di perusahaan-perusahaan. LKP hanya memberikan rekomendasi untuk dapat mendaftarkan di perusahaan tanpa memberikan nilai se-cara kuantitatif mau-pun kualitatif.

Staf LKP DUPER Bambang Hadi Prabowo mengungkapkan, setidak-nya ada 5 (lima) komponen penting yang mampu menjadikan lembaga ini tetap eksis dan mampu bersaing di antara 30 lembaga sejenis yang lain di DIY. Kelima hal tersebut 1) memiliki idealisme serta komitmen yang ting-gi dalam memilih sumber daya ma-nusia yang berkualitas, mandiri, dan profesional; 2) pelayanan dan sistem manajemen yang sistematis dan memanusiakan peserta didiknya; 3) terus memperluas jaringan kemitra-an dengkemitra-an dunia usaha dunia indistri

(DUDI); 4) program yang terus digo-dok agar mampu menjawab keingi-nan dan kebutuhan pasar; 5) inovasi

proses pembelaja-ran dan pemasapembelaja-ran yang tiada henti untuk mencapai sa-sarannya. Kelima hal tersebut terus dikembangkan.

LKP DUPER te-rus gigih melakukan rekruitmen calon peserta didiknya. Juga menyeleng-garakan program keterampilan, men-dampingi lulusannya memilih perusa-haan yang dikehendakinya. Lembaga meraih juara I tingkat DIY dalam Festival PTK PNF tahun 2013. Hing-ga menyabet juara II nasional tahun 2013. Predikat lain yang pernah di-raih sebagai juara nasional lembaga pelatihan berprestasi tahun 2009.

Satu lagi yang pantas diapresiasi bahwa LKP DUPER adalah salah satu lembaga kursus dan pelatihan yang dapat menempatkan dirinya sebagai pendamping dan pelengkap yang di-butuhkan oleh pendidikan formal.

Faktanya, kurang lebih 30 per-sen peserta didiknya adalah lulusan diploma atau sarjana yang belum be-kerja karena pengetahuan dan kete-rampilan mereka belum mencukupi guna menembus dunia kerja. Bagi DUPER ini merupakan peluang yang tidak akan pernah habis.*

(Asbani)

Bambang Hadi Prabowo

Peserta didik LKP DUPER mendengarkan arahan instruktur.

(22)

S

alah satunya Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Bahasa Inggris Alpha Yogyakarta. Lem-baga tersebut didirikan dan dikelola oleh Dra. Sri Joelantini, seorang sar-jana pendidikan dari Institut Kegu-ruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Sa-nata Dharma Yogyakarta (sekarang Universitas Sanata Dharma) jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Untuk semakin menambah bekal ilmunya, ia memperdalam English

Teaching Methodology di Bell College,Safron Wal-den, England.

LKP ALPHA berdiri tahun 1995 berlamat di Jalan Monjali (sekarang Jalan Nyi Condrolukito) 34 C, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman dan memiliki cabang di Jalan Letjen Suprapto 106 Yo-gyakarta.

Saat ditemui di kantornya, perempuan yang energik serta

mu-rah senyum ini menuturkan tentang visi lembaganya, yakni menjadi pusat pelatihan bagi kaum muda Indonesia yang mengedepankan profesionalis-me dalam asas formal dan kekeluar-gaan.

Juga memiliki dua misi, yakni membantu kaum muda Indonesia mengembangkan keterampilan dan

potensi yang dimilikinya agar siap memasuki dunia pendidikan lebih lanjut. Serta membantu kaum muda Indonesia mengembangkan kepri-badian agar selalu semangat untuk menjadi semakin baik.

Miss Yuli, sapaan akrab Sri Joe-lantini, mengatakan tujuan pendirian lembaganya untuk menyokong ter-wujudnya generasi muda yang tram-pil, bermoral, berbudaya, dewasa

dan mandiri, tanggap terhadap tun-tutan zaman dan mampu menjawab tantangannya. Maka, sasaran peser-ta LKP Alpha sebagian besar anak sekolah, mulai dari usia tiga tahun hingga siswa SMA, mahasiswa dan masyarakat umum.

Tak hanya sebagai penyedia Kur-sus Bahasa Inggris, lembaga ini juga

melayani kursus sempoa dan mate-matika gaya Sakamoto. LKP Alpha juga pernah meraih juara 1 lomba Lembaga Kursus Bahasa Inggris se Yogyakarta di tahun 2000.

Terkait dengan target lulusan, LPK Alpha menargetkan peserta didiknya mampu berekspresi dalam bahasa Inggris lisan maupun tulis-an dengtulis-an menggunaktulis-an lafal bunyi yang tepat dan indah, kosa kata yang tepat, struktur kalimat yang benar, dan gaya bahasa yang benar. Juga mampu memahami informasi dalam bahasa Inggris lisan maupun tulisan dengan pengertian yang tepat. Hing-ga peserta didiknya mampu meraih prestasi dalam pelajaran Bahasa

Ing-gris di sekolah. Bahkan target besarnya men-jadikan peserta didik mampu mengikuti pe-lajaran formal/ nonfor-mal di negara-negara berbahasa Inggris tan-pa mengalami kesulitan berbahasa.

Sejumlah presta-si pun diraih oleh LPK Alpha, baik tingkat lokal maupun nasional, di an-taranya juara 1 Lomba Lomba Lembaga Kur-sus Bahasa Inggris se-Kota Yogyakarta tahun 2000. Juara Terbaik I Lomba Lembaga Kursus Bahasa Inggris se DIY tahun 2000. Harapan II Lomba Lembaga Kursus Bahasa Inggris Ting kat Nasional ta-hun 2000. Terbaik I Lomba Lembaga Kursus Bahasa Inggris se Kota Yogya-karta tahun 2002.

LKP Alpha

Targetkan Orang Indonesia Mendunia

Lembaga kursus kian marak berdiri di Daerah Istimewa

Yogya karta (DIY). Sebagai sarana alternatif meraih keberhasilan,

selain lembaga pendidikan formal, sejumlah lembaga tak hanya

berdiri di pusat kota, namun merambah hingga kawasan

pedesa-an. Semua menyediakan layanan pendidikan dan pelatihan guna

meraih keberhasilan bagi pesertanya.

Program My First Class (MFC) di LKP Alpha, Yogyakarta

(Foto dok/Hamemayu)

(23)

Juga meraih juara terbaik I Lom-ba LemLom-baga Kursus Bahasa Inggris se Kota Yogyakarta tahun 2002 (Pi-agam Walikota). Terbaik I Evaluasi Penyelenggaraan LPK Diklusemas DIY tahun 2002. Pengelola Terbaik Evaluasi Program Standar Nasional Ujian Nasional Kursus dan Pelatihan Pendidikan Non-Formal tahun 2004. Terbaik I Pengelolaan Lembaga Kur-sus se Kota Yogyakarta tahun 2005. Penghargaan dari Walikota Kota Yogya karta tahun 2006 atas presta-sinya dalam mengembangkan bahasa Inggris di Kota Yogyakarta.

Melalui Surat Keterangan dari Ketua BPKB DIY dinyatakan sebagai Juara I dalam Lomba Karya Nyata jenis Manajemen Kursus Jambore 1000 PTK PNF tingkat Provinsi tahun

2009. Pengharga-an dari Menteri Pendidikan Nasi-onal sebagai Juara II dalam Lomba Karya Nyata jenis Manajemen Kur-sus Jambore 1000 PTK PNF tingkat Nasional tahun 2009. Hasil Peni-laian Kinerja LKP 2009 (LKP Alpha Suprapto): A (SK Direktur Pembinaan Lambaga Kursus dan Kelembagaan No.

KEP-143/E5/HK/2009 – 4 Desember 2009). LKP Alpha Suprapto terakreditasi (SK No. 007/K.1/SK/AK/2012 tanggal 21 Nopember 2012. K e b e r h a s i l a n sebuah lembaga kur-sus tak lepas dari daya dukung manusia yang mengelola serta

lingkung an sekitar. Sejumlah fasilitas tersedia telah mampu mengembangk-an kreativitas serta imajinasi pengajar serta peserta didiknya. Materi ajar pun dapat diatur secara khusus guna

memenuhi kebutuhan peserta didik. Juga dukungan sarana dan prasarana

fisik nyaman untuk belajar. Ditambah

keramahan administrasi yang terus turut membantu kemajuan lembaga tersebut. Kurikulum mengacu pada pendidikan formal.

Pun begitu, kadang menemui sejumlah kendala, di antaranya, terbatasnya calon instruktur yang memenuhi persyaratan sebagai pen-gajar. “Sejumlah perserta didik dan orangtua peserta didik kurang me-mahami bahwa program pendidikan bahasa Inggris memiliki tujuan jangka

panjang, yakni pendidikan lebih lan-jut. Sehingga tidak bisa dicapai seca-ra instant,” ungkap Miss Yuli, sapaan akrab Sri Joelantini.

Tiap program kursus memiliki waktu belajarnya masing-masing. Di-sesuaikan tingkatan usia serta pendi-dikan peserta didik.

Untuk pengawasan ujian ak-hir tingkat bahasa Inggris bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogya karta setiap bilan Juni dan Desember. Tersedia pula KBM dan bea siswa untuk warga di sekitar LKP Alpha berdiri. (Erna Yuli Agustin)

Interaksi antar peserta didik dan pendidik dalam kegitan outbond.

(Foto dok/Hamemayu)

Program English for SMP Student (EFJ), pembelajaran interaktif

di LKP Alpha, Yogyakarta (Foto dok/Hamemayu)

Peserta didik sedang mengikuti Program English for Univer-sity Student (Foto dok/Hamemayu)

(24)

Ide kreatif dari

sekelom-pok mahasiswa di tahun 2000

lalu, agaknya menjadi awal

ka-rir gemilang Bugs Training

Cen-ter (BTC) dalam dunia kursus

dan pelatihan. Perkembangan

teknologi yang sudah cukup

pesat di kala itu mendorong

mereka untuk menghadirkan

sebuah solusi untuk

masya-rakat agar ikut berkembang

bersama teknologi.

B

erawal dari warung internet (warnet) bernama BTC yang beralamat di Jalan Kaliurang km 5 nomor 34 ternyata mendapat apresiasi yang baik. Terbukti dengan pengunjungnya yang begitu banyak setiap harinya. Tahun pertama berdi-ri, justru banyak proposal yang masuk untuk mengadakan pelatihan. Alhasil warnet pun diubah menjadi tempat pelatihan pada jam-jam tertentu.

“Pada tahun pertama berdirinya warnet, banyak proposal berdatang-an minta kerjasama pelatihberdatang-an inter-net. Dari situlah warnet kita ubah menjadi tempat pelatihan. Kalau jam pelatihan biliknya kita buka. Saat un-tuk warnet biliknya kita tutup,” ung-kap Direktur Utama BTC, Perdana

Afif Luthfy.

Dari bulan ke bulan, peserta pe-latihan kian bertambah. Tidak hanya dari masyarakat umum tetapi juga dari instansi pemerintah, instansi swasta dan juga lingkungan kampus. Dalam satu periode pelatihan peser-ta bisa mencapai 200 orang. Satu hari untuk pelatihan internet basic saja

bisa mencapai empat shift.

Melihat kondisi tempat pelatihan yang masih mendopleng dengan

war-net dianggap tidak efisien. Akhirnya,

tepat pada 2 Mei 2001 BTC berdiri sebagai pusat pelatihan dan berlokasi di salah satu gedung Cakra Kembang Plaza.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat serta masyarakat yang kian haus teknologi dan tidak mau

dianggap gagap teknologi (gaptek),

dimanfaatkan Afif dan kawan-kawan

untuk mulai fokus pada BTC. “Tahun 2003 bisnis warnet di-pandang sudah tidak terlalu meng-untungkan. Tahun itu internet sudah kita gratiskan di lembaga untuk ke-butuhan pembelajaraan di kelas. Jadi ya kita off kan saja dan fokus pada BTC,” katanya.

Satu tahun berdiri, BTC sudah mendapatkan kepercayaan dari World Bank untuk pelatihan dan pengembangan IT untuk usaha kecil menengah di Bantul. Saat itu, mereka menjadi project manager termuda di Indonesia dan mendapat penilaian cukup baik yang akhirnya dijadikan percontohan.

Kesibukan rekan-rekan lain yang turut mendirikan LKP tersebut

membuat Afif harus meneruskan ka -rir lembaganya sendiri. Dibantu se-kitar 10 orang pengelola dan sese-kitar 30 instruktur saat itu, eksistensinya terus ditunjukkan.

Segmen awal yang memang

su-Bermula

dari

Warnet

,

Jadi

LKP Berprestasi

Perdana Afif Luthfy

Kegiatan kursus komputer di Bugs Training Center (Foto dok BTC/Hamemayu)

(25)

dah berbeda dengan yang lain mem-buatnya lebih mudah berkembang. Selain karena mutu dan kualitas pem-belajaran harus tetap terjaga.

“Sejak awal kita memang me-nyasar segmen pasar yang berbeda, pelatihan yang ditawarkan lebih un-tuk meningkatkan kompetensi diri, meningkatkan kemampuan kampus, persiapan skripsi, meningkatkan

kemampuan IT untuk dosen atau karyawan jadi kompetitor kita justru bukan dari LKP tapi dari IT training center milik beberapa perguruan

tinggi,” ungkap Afif.

Fokus pada peningkatkan pe-layanan merupakan salah satu stra-tegi bertahan yang dilakukan. Materi pembelajaran harus bagus, harus up to date, instruktur yang disediakan juga yang terbaik dan berprestasi.

Materi yang ditawarkan saat ini ada sekitar enam materi paket dan se-kitar 20 materi khusus. Materi terse-but akan selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar yang sedang dibutuhkan. Contohnya, pembuatan aplikasi android yang sedang banyak digemari, maka akan dibuka materi khusus pembuatan aplikasi android dengan jaminan instruktur yang pa-ham di bidangnya.

“Materi pembelajaran yang kita tawarkan selalu selangkah lebih maju, itu yang sulit untuk diikuti oleh kom-petitor lain. Instrukturnya juga kita pastikan yang terbaik dan berpres-tasi, fasilitas, promosi media melalui website, spanduk, surat penawaran juga rutin kita lakukan, makanya kita selalu dapat loyal customer,” ungkap-nya.

Perkembangan tek-nologi yang begitu pe-sat dan selalu berubah bahkan setiap harinya membuat mereka tidak bisa stop hanya disitu saja. Tuntutan untuk selalu meng ikuti trend

yang sedang digemari di masyarakat menjadi sa-lah satu patokan dalam melakukan inovasi.

Berbagai prestasi kini kerap diraih. Tahun 2011 lembaga yang telah terakreditasi A oleh Ba-dan Akreditasi Nasional – Pendidikan Nonformal (BAN-PNF) ini dijadikan tempat uji kompetensi Teknologi In-formasi dan Komunikasi (TUK - TIK)

dari Lembaga Sertifikasi dan Kompe -tensi LSK – TIK. Tahun 2012 lalu jua-ra 1 LKP berprestasi ting kat nasional juga berhasil diraih. Tahun 2012 dan 2013 instrukturnya juga berhasil

me-nyabet juara 1 tingkat DIY dan Juara 2 tingkat Nasional.

Jumlah peserta didik juga selalu meningkat setiap tahunnya. Tercatat sekitar 500 sampai 700 peserta didik yang mendaftar sebagai siswa setiap tahunnya tidak hanya dari golongan masyarakat, tapi juga mahasiswa maupun karyawan di instansi swasta dan negeri.

Sebagai salah satu penggiat PNF

sekaligus sekretaris BAN-PNF, Afif

menyampaikan banyak harapan un-tuk BTC dan juga unun-tuk kemajuan dunia PNF di Indonesia. Dia berha-rap BTC bisa terus berkembang dan menjadi pilihan tidak hanya di DIY tapi juga di tingkat nasional.

Menurut Afif kalau Indonesia

masih formal mainded justru suatu ke-munduran. Tidak harus jadi sarjana. Kalau orang sudah menyukai bidang tertentu kemudian fokus, mengambil pelatihan untuk meningkatkan kom-petensi di bidangnya nantinya juga bisa buat bekerja.

“PNF itu ibarat mutiara dalam cangkang yang ada di dasar laut yang saya yakin suatu saat akan ditemu-kan, bersinar dan dimuliakan pada waktunya. Saya yakin semua orang nanti juga akan sadar betapa bagus-nya pendidikan vokasional yang ada

di LKP,” pungkas Afif.

(Kareni Ajiningsih)

Peserta kursus berpraktik perbaiki LCD (Foto dok/ Hamemayu)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi engagement diukur dengan mengacu pada dimensi dan komponen engagement pada framework APS yang dilakukan dengan pembobotan dengan metode AHP pada

Tekniknya dengan cara mengambil data perilaku melalui pembagian kategori waktu aktivitas satwa target, pengamatan karakteristik daerah jelajah (tipe vegetasi) dan posisi

Dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang “ Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas

Onderzoek naar zelforganisatie zou dan ook niet primair de overheid moeten helpen om te gaan met burgers die zich sneller, meer en beter organiseren maar zou in de eerste

Sisanya (88%) adalah pikiran bawah sadar (unconscious) yang masih dapat dimaksimalkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, menampilkan kemampuan terbaik setiap saat

Hamdani Harahap selaku Pembantu Dekan III FISIP USU mengusulkan untuk membuat UKM dimana nantinya hanya ada dan boleh satu UKM saja yang membuat kegiatan dan

Selain itu hukum Islam juga memiliki prinsip yang sangat bersahaja, dengan konsep kemaslahatan, menegakkan keadilan, tidak menyulitkan, menyedikitkan beban,

Masih banyak terjadi kesalahan konsep pembelajaran pecahan di antara calon-calon guru di Indonesia yang disebabkan kurangnya pemahaman tentang konsep dasar pecahan