MAKALAH SUPERVISI KLINIS
A. Supervisi klinisSeorang supervisor pembelajaran yang professional mampu melakukan pendekatan klinis dalam pelaksanaan tugasnya. Kajian dan diskusi mengenai supervise klinis di bidang pendidikan makin intensif akhir-akhir ini. Hal ini
membersitkan kuatnya pengakuan atas status supervisor klinis sebagai profesi atau setidaknya subkeahlian dari supervisor pembelajaran. Khususnya Indonesia
seharusnya pengawasan memenuhi angka kredit untuk naik jabatan fungsional tertentu membuktikan pengakuan Negara atas profesi ini, meski sangat mungkin substansi masih layak di perdebatkan. Upaya untuk menemukan model atau teknik supervise pembelajaran terbaik akan terus dilakukan, meski sangat mungkin tidak akan benar-benar berhasil menemukannya.
Tingkat kemandirian guru yang sangat tinggi seringkali menyebabkan mereka tidak merasa perlu lagi kehadiran supervisor. Sementara pengawas, yang karena tugas pokok dan fungsinya, merasa memiliki otonomi untuk mensupervisi guru seperti apa pun. Pengawas memandang aktivitas mensupervisi guru adalah haknya dan keputusan bertindak ada pada sisinya, sedangkan guru tertentu sangat mungkin merasa tidak memerlukan lagi, karena dia sudah memposisikan diri sebagai tenaga professional sungguhan.
Supervisi klinis di bidang kependidikan di sini tidak hanya diilhami oleh prinsip-prinsip klinikal di bidang kedokteran, melainkan juga beranjak dari ajaran psikolog. Di dalam praktik klinikal yang dilakukan oleh psikolog, tindakan diagnose, terapi, dan penyembuhan secara psikologis bukan lagi fenomena baru.
Mengikuti logika itu, pelaksanaan supervisi klinis untuk
meningkatkan kemampuan professional guru dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) praobservasi yang berisi pembicaraan dan kesempatan, antara supervisor dengan guru mengenai apa permasalahan yang dihadapi oleh guru atau apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan; (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati; (c) analisis
permasalahan yang dilakukan secara bersama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan; dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk perbaikan.
Perwujudan supervisi klinis memang tidak melulu terfokus pada
pengembangan professonal guru, melainkan berkaitan juga dengan kesejahtraan, proteksi atas profesi, dan peningkatan hasil belajar siswa.
Di bidang psikologi supervisi klinis sudah menempuh perjalanan relative panjang. Pada tahun 1929-an, max etingon mendirikan supervisi formal di institut psikoanalisis Berlin. Tahun 1930-an, Rift mendirikan mendirikan sekolah Budapest yang banyak melakukan kejian mengenai supervisi sebagai terapi.
B. Definisi Supervisi Klinis
Apa suvervisi klinis itu? suvervisi klinis adalah bantuan professional kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis, dimulai dari tahap perencanaan,
pengamatan prilaku guru mengajar, analis perilaku, dan tindak lanjut. Supervisi klinis adalah proses bantuan atau terapi professional yang berfokus pada upaya perbaikan pembelajaran melalui proses siklikal yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Dari situs www.kkh.com.sg diperoleh rumusan supervisi klinis sebagai“A
formal process of professional support and learning that enables individual
practitioners to develop knowledge and competence, assume responsibility for their own practice in a wide range of situations”. suvervisi klinis merupakan sebuah proses formal berbentuk dukungan professional dan belajar yang
memungkinkan individu praktis mengembangkan pengetahuan dan
kompetensi,cserta memegang tanggung jawab bagi tindakan-tindakan praktis
pada situasi yang lebih luas. Bordersr et al. (1991) merumuskan, “clinical
supervision is the construction of individualized learning plans for supervisees working with clients.” Supervisi klinis adalah konstruksi rencana pembelajaran individual bagi yang supervisi agar bisa bekerja efektif dengan kliennya.
C. Ciri-ciri Supervisi Klinis
Perilaku supervisi memandang masalah klien sebagai masalah belajar. Karenanya, hal itu memerlukan dua keahlian. Pertama, identifikasi masalah.Kedua, menyeleksi teknik belajar yang tepat (Leddick & Bernard, 1980). Guru yang
disupervisi dapat berpartisipasi sebgai ko-terapi untuk melakukan penguatan.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pembelajaran. Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaanya ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahakan perbaikanvsupervisi klinis yang baik bercirikan seperti berikut ini.
1. Bimbingan supervisor pengajaran kepada guru bersifat hubungan pembantuan, bukan hubungan perintah atau instruksi.
2. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling penting merupakan hasil diskusi bersama.
3. Instrument supervisi klinis dikembangkan dan disepakati bersama antar guru dengan supervisor.
4. Guru melakukan persiapan dengan mengidentifikasi aspek kelemahan-kelemahannya yang dipandang perlu diperbaiki.
5. Pelaksanaan supervisi klinis selayaknya teknik observasi kelas
6. Umpan balik atau balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif. 7. Guru hendaknya dapat menganalisis penampilannya.
8. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan guru.
9. Supervisor dan guru berada atau menciptakan kondisi dalam keadaan atau suasana akrab dan terbuka.
10.Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan keterampilan pembelajaran.
D. Karakteristik Supervisi Klinis
1. Perbaikan proses pembelajaran mengharuskan gruru mempelajarari
kemampuan intelektual dan keterampilan teknis. Supervisor mendorong guru berprilaku berdasarkan kemampuan intelektual dan keterampilan teknis yang dimilikinya.
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa kemampuan dan
keterampilan seperti : (1) kemampuan dan keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) kemampuan dan keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) Kemampuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran, (4) Kemampuan dan
keterampilan guru melakukan evaluasi dan tindak lanjut
3. Berfokus pada (1) Perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran, (2) Perbaikan
kinerja guru pada hal-hal spesifik yang masih memerlukan kesempurnaan, dan(3) Upaya perbaikan di dasari atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
4. Hubungan pembantuan antara supervisor dengan yang disupervisor
mengedepankan dimensi kolegialitas.
5. Tindakan supervisor menemukan kelemahan atau kekurangan guru
semata-mata untuk diperuntukan bagi upaya perbaikan, buakan utuk keperluan penilaian atas prestasi individual guru.
E. Urgensi Supervisi klinis
1. Mengindarkan guru dari jebakan penurunan motivasi dan kinerja dalam
melakukan proses pembelajaran.
2. Menghindarkan guru dan upaya menutupi kelemahannya sendiri melalui
cara-cara dialok terbuka dengan supervisornya.
3. Menghindara ketiadaan respon dari supervisor atau praktik profesionalyang
telah memenuhi standar kompetensi dank ode etik atau yang masih dibawa standar.
4. Mendorong guru untuk selalu daptif terhadap kemajuan iptek dalam proses
pembelajaran.
5. Menjaga konsistensi guru agar tidak kehilangan identitas diri sebagai
penyanggang profesi yang terhormat dan bermanfaat bagi kemajuan generasi
6. Menjaga konsistensi prilaku guru, agar tidak masuk dalam jabatan kejenuhan
professional (bornout), bukan meningkatkannya.
7. Mendorong guru untuk secara cermat dalam bekerja dan berinteraksi dengan
sejawat dan siswa agar terhindar dari pelanggaran kode etik profesi guru.
8. Menghindarkan guru dari praktik-praktik melakukan atau mengulangi
kekeliruan secara massif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
9. Menghindarkan guru dari erosi pengetahuan yang sudah didapat dari
pendidikan prajabatan selama studi di perguruan tinggi.
10.Menghindarkan siswa dari praktik-praktik yang merugikan, karena tidak
memperoleh layanan yang memuaskan, baik secara akademik ataupun non akademik.
11.Menjauhkan guru dari menurunnya apresiasi dan kepercayaan siswa, orangtua
F. Tujuan Supervisi Klinis
1. Menjaga konsinstensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran
2. Mendororng keterbukaan guru kepada supervisior mengenai kelemahannya
sendiri dalam melaksanakan pembelajaran
3. Menciptakan kondisi agar guru terus menjaga dan meningkatkan mutu praktik
professional sesuai standar kompetensi dan kode etik yang telah ditetapkan
4. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawab terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang berkualitas, baik proses maupun hasilnya
5. Membantu guru untuk senaantiasa memperbaiki dan meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, wawasan umum dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam pembelajaran
6. Membantu guru untuk dpat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas
7. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran, sehingga bena-benar meberi nilai tambah bagi siswa dan masyarakat
8. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif terhadap profesi dalam
menegmbangkan diri secara berkelanjutan, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara yang dikembnagkan atau atas inisiatif sendiri.
G. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
1. Hubungan supervisor dengan guru disadari sangat kolegialitas yang taat asas.
2. Setiap kelemahan dan kesalahan guru semata-mata digunkan untuk tindakan
perbaikan, tanpa secara eksplisit melabeli guru belum professional
3. Menumbuhkembangkan posisi guru, mulai dari tidak professional sampai
professional sungguhan
4. Hubungan antara supervisor dengan guru dilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel
5. Diskusi dan pengkajian atas umpan balik yang segera atau yang diketahui
kemudian bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan
6. Hubungan antara supervisor dengan guru bersifat interaktif, terbuka, objektif,
dan tidak bersifat menyalahkan
7. Pelaksanaan keputusan atau tindakan perbaikan ditetapkan atas kesepakatan
atau kerelaan bersama.
H. Bagaimana prosedur supervisi klinis?
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut :
• Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 1. menciptakan suasana yang intim dan terbuka
2. mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
3. menentukan fokus obsevasi,
4. menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan 5. menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.
• Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. harus luwes,
2. tidak mengganggu proses pembelajaran, 3. tidak bersifat menilai,
4. mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan
5. menentukan teknik pelaksanaan observasi.
Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. memberi penguatan;
2. mengulas kembali tujuan pembelajara.
3. mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, 4. mengkaji data hasil pengamatan,
5. tidak bersifat menyalahkan,
6. data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, 7. penyimpulan,
8. hindari saran secara langsung, dan
9. merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
I. Komunikasi Klinis
Ada dua sikapsupervisor pembelajaran yang mempengaruhi proses berkomunikasi, yaitu sikap yang memnghambat dan sikap yang membantu. Dua sikap pengirim pesan yang menghambat dan membantu proses komunikasi menurut Jack R. Gibb (1970) dalam “journal of Communication” dituangkan berkit ini.
Sikap menghambat Evaluasi Penguasaan Manipulasi Tidak memperhatikan Bersikap super kaku Sikap membantu Deskripsi Permasalahan Spontanitas Member perhatian Menyamakan diri Luwes Evaluasi-Deskripsi
Supervisor yang cenderung meberi penilaian terhadap guru binaannya akan
menghadapi reaksi yang defensive dari penerima pesan itu. Sebaliknya, supervisor yang memeberi penjelasan secara deskriptif akan memeperoleh respon positif dari guru binaannya.
Penguasaan-Permasalahan
Supervisor yang bersikap sebagai penguasa atau pimpinan yang otoriter, akan membuat guru binannya menjadi imperior dan defensive. Supervisor yang berbicara bersifat ingin memecahkan berbagai masalah akan disambut secara positif dan konstruktif oleh guru yang disupervisi.
Supervisor selaku penyampaian pesan yang bernada manipulative atau bersikap “ada udang di balik batu” akan disambut dengan sikap negative oleh guru dan tidak
mungkin menciptakan suasana kuminkatif antar sesama mereka.
Tidak memperhatikan-Memperhatikan
Sikap dingin supervisor atau penyampai informasi akan ditanggapi oleh guru sebagai penerima informasi secara tidak penuh dan dengan demikian komunikasin tidak penuh dengan demikian komunikasi tidak akan berjalan secara efektif.
Bersikap-Menyamakan diri
Penyampai pesan atau supervisor yang berlagak angkuh atau superiorvtidak akan dapat menyampaikan informasi secara baik kepada guru sebagai penerima pesan, karena maereka akan mempunyai kesan, bahwa supervisor hanya menampakkan egonnya.
Kaku-Luwes
Supervisor yangb hanya berusaha menawarkan keputusan-keputusan sendiri dengan dalih mau dlihat bersikap demokratis akan membuat guru atau penerima informasi jadi negative. Jika supervisor bersikap luwes maka guru akan menerima secara luwes juga.
Ketidakmampuan supervisor pembelajaran tersebut akan menyebabkan dia maupun guru tidak memperoleh kepuasan akibat tidak adanya perasaan saling mempercayai nsatu sama lain. Factor-factor yang menyebabkan komunikasi antara supervisor pembelajaran dan guru adalah:
1. factor psikologis, yaitu persepsi dan penapsiran guru yang dibina terhadap stimulus yang ada dari supervisor ditentukan oleh tingkatan emosi dan sifat pribadi seorang supervisornya
2. factor biofisikal, 3. factor psikofisikal 4. factor sosiokultural
Versi terjemahan dari MAKALAH SUPERVISI KLINIS.doc
CLINICAL SUPERVISION PAPERS
A.Clinical Supervision
A professional teaching supervisor is able to perform a clinical approach in the execution of their duties. Study and discussion on clinical supervision in education intensified lately. This exude a strong recognition of the clinical supervisor status as a profession or at least subkeahlian of learning supervisor. Particularly Indonesia should control the number of credits to meet the specific functional promoted recognition of the State for the profession to prove this, although very likely the substance is still worth debating. Attempts to find a model or best instructional supervision techniques will continue, although very probably will not really find it.
Teachers' level of independence often lead to a very high they do not feel the need to mention the presence of a supervisor.While the watchdog, which is due to duties and functions, was to have the autonomy to supervise teachers like
anything.Supervisors looked at the teacher supervising the activity is right and there is a decision to act on its side, while the teacher may feel very certain not require anymore, because he has positioned itself as the real professionals.
Clinical supervision in the field of education here is not only inspired by the principles in the field of clinical medicine, but also depart from the teachings of psychologist. In clinical practice is carried out by psychologists, action diagnosis, therapy, and psychological healing is no longer a new phenomenon.
Following that logic, the implementation of clinical supervision to
improve professional skills of teachers is done through the stages: (a) praobservasi containing conversation and opportunity, between supervisors and teachers about what the problems faced by the teacher or what will be observed and corrected from
teaching activities, (b) observation, the supervisor observes teachers in teaching in accordance with an agreed focus, (c) analysis of the issue conducted jointly by the supervisor with the teacher observations, and (d) the formulation of remedial measures, and the making of plans for improvement.
Embodiments of clinical supervision is not always focused on the
development of professonal teachers, but also related to livelihoods, protection of the profession, and improving student learning outcomes.
Clinical supervision in the field of psychology has been relatively long journey. In the 1929's, max etingon establish formal supervision in psychoanalytic institute Berlin. In the 1930's, Rift established the Budapest set up schools that many do kejian regarding supervision as therapy.
B.Definition of Clinical Supervision
What clinical suvervisi it?Clinical suvervisi is professional help kesejawatan by supervisors to teachers who have problems in learning in order to cope with the problem concerned with taking systematic steps, starting from the planning stage, behavioral observations of teachers teaching, behavior analysts, and
improving learning through a systematic, cyclical process starting from planning, observation and intensive analysis of the performance of teachers with the aim to improve the learning process.
From site www.kkh.com.sg formulation obtained clinical supervision as"A formal process of professional support and learning that individual Enables
Practitioners to develop knowledge and competence, Assume responsibility for their own practice in a wide range of Situations ".Clinical suvervisi is a formal process of professional support and learning form that allows individuals practical develop knowledge and competence, cserta hold responsibility for practical action on the wider situation.Bordersr et al.(1991) formulate, "Clinical supervision is the construction of individualized learning plans for supervisees working with clients." Clinical supervision is a construction plan for the supervision of individual learning to work effectively with clients.
C.Distinctive Clinical Supervision
Behavioral supervision view client problems as learning problems. Therefore, it requires two skills. First, identification of the problem. Secondly, selecting
appropriate learning technique (Leddick & Bernard, 1980). Teachers can participate sebgai supervised co-therapy for strengthening.Clinical supervision, including supervision part of learning.The difference with the other supervision is emphasized implementation procedure to seek the causes or weakness conducted by the teacher during the learning process and then directly cultivated good clinical
perbaikanvsupervisi characterized as follows.
1. Guidance of the teacher is teaching supervisor assistance relationship, not a relationship command or instruction.
2. Agreement between teachers and supervisors about what kind of skills are assessed and the most important is the result of joint discussions.
3. Clinical supervision instrument was developed and agreed upon between the teacher and the supervisor.
4. Teacher preparation by identifying aspects perceived weaknesses that need to be fixed.
5. Implementation of clinical supervision should classroom observation techniques 6. Feedback or feedback is given immediately and is objective.
7. Teachers should be able to analyze his performance.
8. Supervisors ask and listen more than commanding or directing teacher.
9. Supervisors and teachers were or create a state or condition in a familiar atmosphere and open.
10. Supervisor can be used to establish or enhancement and improvement of learning skills.
D.Characteristics of Clinical Supervision
1. Repair process of learning requires intellectual ability gruru mempelajarari and technical skills. Supervisors encourage teachers to behave based on intellectual abilities and technical skills they have.
2. The main function of the supervisor is to inform some of the abilities and skills such as: (1) the ability and skills to analyze the process of learning by observation, (2) the ability and skills to develop curriculum, particularly learning materials, (3) ability and skills in the learning process, (4) capabilities and skills of teacher evaluation and follow-up
3. Focuses on (1) quality improvement processes and learning outcomes, (2)
improvement of teacher performance on specific things that still need perfection, and (3) Efforts to improve the underlying mutual consent and past experience.
4. The relationship between supervisors with the assistance disupervisor promote collegiality dimension.
5. The action supervisor discovered a weakness or lack of teachers is intended solely for the improvement effort, buakan a current assessment of the achievement of the purposes of the individual teacher.
E.Clinical Supervision Urgency
1. Mengindarkan teacher of traps decreased motivation and performance in the learning process.
2. Avoiding teachers and the efforts to cover his own weaknesses in ways dialok open with his supervisor.
3. Menghindara absence of a response from a supervisor or practice meets the
standards of competence profesionalyang dank ode of ethics or standards that are still taken.
4. Encourage teachers to always daptif the progress of science and technology in the learning process.
5. Maintain consistency of teachers in order not to lose their identity as a respectable profession penyanggang and beneficial to the progress of the generation
6. Maintain consistency of teacher behavior, so as not to fall into saturation professional positions (bornout), rather than increase it.
7. Encourage teachers to be careful in their work and interact with colleagues and students in order to avoid violation of the code of ethics of the teaching profession. 8. Avoid teacher practices do or repeated mistakes in carrying out a massive learning
activities.
9. Avoid erosion of teachers of knowledge that has been gained during the study of Pre-service education in college.
10. Preclude students from harmful practices, because they do not obtain satisfactory services, both academic and non-academic.
11. Alienate teachers from the declining appreciation and trust of students, parents, community or profession they bear.
F.Objective Clinical Supervision
1. Konsinstensi maintain motivation and performance of teachers in implementing the learning process
2. Mendororng supervisior openness to the teacher about his own weaknesses in implementing the learning
3. Creating the conditions for teachers continue to maintain and improve the quality of professional practice appropriate ethical standards of competence dank ode
predetermined
4. Creating awareness about the responsibilities of teachers on the implementation of quality learning, both process and outcome
5. Helping teachers to improve and enhance senaantiasa mastery of science, technology, general knowledge and specific skills needed in learning
6. Helping teachers to find a way of solving the problem dpat found in the learning process, both inside and outside the classroom
7. Helping teachers to be able to find a way of solving the problems found in the learning process, so that really meberi bena added value for students and community 8. Helping teachers to develop a positive attitude towards the profession in self
menegmbangkan ongoing basis, either individually or in groups, in a way that dikembnagkan or on its own initiative.
G.Principles of Clinical Supervision
1. Supervisor relationships with teachers collegiality is realized very consistent. 2. Each weaknesses and mistakes teachers solely used mainly for remedial actions,
without explicitly labeled unprofessional teachers
3. Develop teacher positions, ranging of no real professional to professional 4. The relationship between supervisors and teachers carried out in an objective,
transparent, and accountable
5. Discussion and review of feedback immediately or later known to be democratic and based on the observed data
6. The relationship between supervisors and teachers are interactive, open, objective, and not be blamed
7. Implementation of the decision or remedial action determined by agreement or willingness together.
H.What is the procedure of clinical supervision?
Implementation of clinical supervision takes place in a cycle that consists of the following three phases:
The early planning stages. At this stage some of the things to consider are: 1. creating an intimate atmosphere and open
2. review the lesson plan that includes goals, methods, timing, media, evaluation of learning outcomes, and others associated with learning,
3. determine the focus of observation,
4. determining tools (instruments) observations, and 5. determines the observation execution techniques.
Implementation phase observations.At this stage a few things to consider, among other things:
1. must be flexible,
2. not interfere with the learning process, 3. not be considered,
4. note and record the things that happen dal am learning process according to mutual agreement, and
5. determines the observation execution techniques.
The final stage (feedback discussion).At this stage some of the things that should be considered include:
1.provide reinforcement;
2.pembelajara reviewing purposes.
3. review the things that have been agreed, 4.examine the observed data,
5.not be faulted,
6.the observed data are not disseminated, 7.inference,
8.avoid direct suggestions, and
9.redraft the agreements as a follow-up process improvement. I. Clinical Communications
There are two learning sikapsupervisor affecting communication process, ie
memnghambat attitude and attitude that helps. Two attitudes that hinder the message sender and help the communication process by Jack R.Gibb (1970) in "The Journal of Communication"is poured Berkit.
Attitude inhibit
Evaluation Mastery Manipulation
Not paying attention Being super rigid Attitude helps Description Problems Spontaneity Members of attention Equate self Supple Evaluation-Description
Supervisors who tend meberi assessment of surrogate teacher will face a defensive reaction of the receiver of the message. Conversely, supervisors who counts the descriptive explanation will obtain a positive response from teachers proxies.
Mastery-Problems
Supervisor who acted as an authoritarian ruler or leader, will make the teacher
binannya be imperior and defensive. Supervisors who wish to speak are solving these problems will be welcomed positively and constructively supervised by a teacher.
Manipulation-Spontaneity
Supervisor pitched as the transfer of messages being manipulative or "no catch" will be greeted with a negative attitude by the teachers and not likely to create an
atmosphere kuminkatif among their peers.
Not paying attention-Noting
Supervisor or coldness in the information will be responded to by teachers as recipients of the information are not full and thus komunikasin not filled with such communication will not work effectively.
Messenger or supervisor who acted arrogantly or superiorvtidak will be able to convey information to both the teachers as recipients of the message, because maereka will have the impression, that the supervisor only show egonnya.
Rigid-Flexible
Supervisor yangb just trying to offer their own decisions on the pretext would be shown to be democratic would make a teacher or recipient information so negative. If supervisors to be flexible so teachers will receive a flexible manner as well.
The inability of the learning supervisor would cause her or teachers do not get the feeling of satisfaction due to the absence of mutual trust each other nsatu. Factor-factor which causes the communication between the supervisor and teacher learning are:
1. psychological factors, namely perception and penapsiran teacher who fostered the existing stimulus is determined by the level of supervisor emotional and personal nature of a supervisor
2. biophysical factors, 3. factor psikofisikal 4. sociocultural factors