1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Yogyakarta dalam sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di bidang pendidikan dan pariwisata menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota sehingga memicu tingginya proses urbanisasi (hyper urbanization) di kota ini. Perkembangan kota juga akan berimbas pada lingkungan fisik kotanya, pemanfaatan lahan dengan pembangunan fisik meningkat tinggi sehingga berpengaruh pada daya tampung lahan kota yang akan mengurangi prosentase fungsi ruang terbuka dan ruang terbuka hijau kota Yogyakarta. Salah satu kawasan di kota Yogyakarta yang mengalami perkembangan cukup pesat di sektor ekonomi adalah kawasan Malioboro dan sekitarnya.
Perkembangan di kawasan Malioboro juga memberi dampak ke kawasan sekitarnya, salah satunya adalah kawasan kampung Ketandan. Kampung Ketandan merupakan kawasan permukiman keturunan etnis Tionghoa yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Menurut sejarah, kawasan kampung Ketandan ini sudah ada sejak akhir abad ke 19 awal abad ke 20. Oleh karena itu pemerintah kota Yogyakarta menyatakan bahwa kampung Ketandan ini sebagai kampung Pecinan (China town). Masyarakat kampung Ketandan mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang emas. Arsitektur bangunan di kawasan kampung Ketandan ini di dominasi arsitektur Cina, dengan bentuk massa
2 bangunan memanjang ke belakang dengan memfungsikan area depan rumah untuk aktifitas berdagang oleh pemiliknya sehingga bangunan ini disebut sebagai rumah toko atau ruko.
Pada zaman dahulu, umumnya bangunan-bangunan di kampung Ketandan ini berbentuk ruko yang terdiri dari dua lantai, lantai satu difungsikan sebagai toko dan lantai dua difungsikan sebagai rumah. Namun seiring perkembangan
Gambar 1.1. Tipologi Rumah Toko atau Ruko di Kawasan Kampung Ketandan
kawasan di sektor ekonomi dan sosial yang cukup tinggi, adanya peralihan fungsi dan arsitektur bangunan yang tidak mengacu kepada nilai-nilai kontekstual kampung Ketandan yang berkarakter arsitektur Cina, menghilangkan karakter kawasan sebagai kawasan heritage. Selain itu tumbuhnya kawasan-kawasan padat yang tidak terkontrol (over growth) di kampung Ketandan mengakibatkan turunnya kualitas fisik lingkungan. Aspek-aspek fisik bangunan yang terdiri dari ketinggian bangunan, setback bangunan, jarak antar bangunan di kawasan
3 kampung Ketandan menjadi penghalang interaksi antar bangunan dengan lingkungannya atau interaksi fisik kawasan dengan iklim mikro kawasan dalam upaya pemanfaatan sumber daya alam sehingga berdampak kepada keberlanjutan kawasan.
1.2 Perumusan Permasalahan
Dari identifikasi awal di kawasan kampung Ketandan dapat dirumuskan beberapa permasalahan kawasan yaitu :
Perkembangan fisik kawasan yang tidak menyatukan elemen-elemen fisiknya akan berdampak kepada minimnya pemanfaatan sumber daya alami, salah satunya cahaya alami dari matahari untuk pencahayaan. Hal ini disebabkan oleh perencanaan kota yang tidak mensinergikan fisik bangunan dengan lingkungannya. Seperti yang dinyatakan oleh Shirvani (1985:69) bahwa “Until recently, planning and urban design practice
rarely incorporated environment concern into city development efforts”.
Bahwa praktek perencanaan dan perancangan kota jarang peduli terhadap isu menyatukan elemen lingkungan kedalam usaha pengembangan kota. Identifikasi awal di kawasan kampung Ketandan memperlihatkan kondisi cahaya matahari yang kurang optimal sehingga bangunan-bangunan dengan fungsi komersial di sana memanfaatkan energi listrik untuk penerangan di siang hari seperti gambar 1.2 dibawah ini.
4
Gambar 1.2. Dokumentasi Identifikasi Awal Kondisi Pencahayaan Alami di Kawasan Kampung Ketandan
Brown (1998:67) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara iklim mikro kawasan dengan konfigurasi elemen fisik serta pola bentuk urban desain. Sehingga dapat diartikan bahwa rendahnya kualitas fisik kawasan berpengaruh terhadap buruknya iklim mikro kawasan salah satunya adalah jumlah ketersediaan cahaya alami kawasan.
Kawasan kampung Ketandan yang merupakan kawasan heritage menghadapi ancaman oleh perkembangan fungsi komersial yang kurang mengindahkan nilai-nilai konstekstual kawasan sehingga berdampak pada pudarnya karakter kampung sebagai kampung pecinan.
5 Berdasarkan rumusan permasalahan di atas disimpulkan bahwa kampung Ketandan sebagai kampung pecinan (China town) di kota Yogyakarta yang merupakan kawasan heritage, didalam perkembangan fisik kawasannya telah berdampak kepada turunnya kualitas fisik kawasan yang berpengaruh terhadap iklim mikro kawasan dalam hal ini ketersediaan cahaya alami kota (urban
daylight). Selain dari itu dampak dari pembangunan fisik di kawasan kampung
Ketandan yang tidak mengindahkan nilai-nilai kontekstual kawasan menghilangkan karakter kawasan kampung Ketandan sebagai kawasan heritage.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti jumlah ketersediaan cahaya alami di kawasan komersial kampung Ketandan dan faktor elemen fisik yang mempengaruhinya. Salah satu tujuannya adalah peningkatan kualitas fisik kawasan kampung Ketandan untuk ketersediaan cahaya alami kota (urban
daylight) di kawasan yang dapat menjadi nilai positif untuk memperkuat karakter
kawasan kampung Ketandan sebagai kawasan heritage.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah ini dapat di simpulkan beberapa pertanyaan penelitian yang terkait dengan objek kawasan penelitian, yaitu :
1. Berapa nilai ketersediaan cahaya alami kota di Kawasan komersial kampung Ketandan.
6 2. Berapa nilai optimasi ketersediaan cahaya alami kota di Kawasan komersial kampung Ketandan, dan pengaruh elemen-elemen fisik kawasan terhadap ketersediaan cahaya alami kota.
3. Bagaimana arahan desain kawasan terhadap elemen-elemen fisik di Kawasan komersial kampung Ketandan dalam upaya pengoptimalan cahaya alami kota.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan, untuk :
1. Mengetahui jumlah ketersediaan cahaya alami kota pada kampung Ketandan terkait dengan pengaruh faktor elemen-elemen fisik kawasan.
2. Mengetahui jumlah optimasi cahaya alami kota pada kawasan penelitian, terkait dengan pengaruh elemen-elemen fisik kawasan. 3. Membuat arahan desain kawasan terhadap elemen-elemen fisik
kawasan untuk mengoptimalkan ketersediaan cahaya alami kota di kampung Ketandan.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian adalah :
1. Mengukur jumlah ketersediaan cahaya alami di kawasan penelitian. 2. Mengidentifikasi elemen fisik di kawasan penelitian yang berpengaruh
7 3. Mengukur jumlah ketersediaan cahaya alami di kawasan penelitian
setelah dioptimasi.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan terletak di kawasan Malioboro, tepatnya di kampung Ketandan, Kelurahan Ngapusan, Kecamatan Gondomanan Kotamadya Yogyakarta. Batas-batas kawasan :
Utara : Sitisewu, Kelurahan Kotabaru Selatan : Kauman, Kelurahan Yudonegaran Timur : Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan Barat : Pringgokusuman, Kecamatan Ngampilan
Gambar 1.3. Posisi Kampung Ketandan pada Kawasan Malioboro (Sumber :PetaGoogle Earth )
Batasan Area Penelitian :
Utara : Jl. Suryaatmajan Selatan : Jl. Pabringan Timur : Jl. Suryotomo
8 Barat : Jl. Ahmad Yani
Gambar 1.4. Peta Batasan Area Penelitian (Sumber :PetaGoogle Earth )
1.7 Keaslian Penelitian
Sebuah penelitian dituntut keaslian penelitiannya agar tidak terjadi duplikasi serta untuk menjaga autentiknya. Langkah sebelum penelitian dilaksanakan harus dilakukan pengkajian terhadap penelitian sejenis sebelumnya.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian N
o
Peneliti Judul Tahun Fokus Lokus Hasil
1 Timur Dogan,Prof. Christhoph Reinhart, Panagiotis Michalatos
Urban Daylight simulation calculating the daylit area of urban design 2013 Daylight area in komersial area Blok kawasan komersial di munich, germany Perhitungan area di kawasan yang terkena cahaya alami. Intensitas cahaya di kawasan.
9
2 Compagnon , R
Solar and daylight availability in the urban fabric 2004 Daylight in element urban fabric kawasan mix use (industri,wa rehouse, commercial ,residential, di freiburg Pengaruh orientasi fasade dan atap terhadap potensi solar,
3 Mark dekay Daylight and urban form :an urban fabric of light
2010 Proses penelitian performa bangunan Dalam tatanan kota terhadap cahaya alami Chattanoo ga, tennessee Strategi urban desain yang memaksimalka n cahaya alami dengan urban pattern berupa atrium blok. 4 Beta Paramita
Sistem Pencahayaan Alami pada Bentuk dan Tata Ruang Kota Lama Semarang kaitannya dengan Jarak dan Tinggi Bangunan 2003 Simulasi terhadap sudut jatuh cahaya matahari terhadap bentuk dan tata ruang kota Kota Lama Semarang, Jawa Tengah Penataan Bentuk dan tata ruang kota dengan mengaju kepada tinggi dan jarak bangunan 5 Alex Lexi W.M Dotulong Pengaruh Pembayangan Massa Bangunan Terhadap Radiasi Panas Matahari di Ruang Terbuka Kawasan Tropis yang Terletak pada aris intang s 2005 Simulasi terhadap konfigurasi elemen fisik kawasan (urban geometry) yang mempengar uhi kenyaman termal kawasan Ls Arahan desain kawasan antisipasi terhadap radiasi matahari untuk kenyamanan termal kawasan 5 Satria Budiman
Pengaruh Elemen Fisik Kawasan Terhadap Optimalisasi Ketersediaan Cahaya Alami Kota di Kawasan Komersial Ketandan 2016 Simulasi terhadap konfigurasi elemen fisik kawasan yang mempengar uhi ketersediaan Kawasan komersial Kampung ketandan, Yogyakart a Arahan desain kawasan terhadap konfigurasi elemen bentuk ,massa bangunan dan ruang terbuka untuk
10 cahaya alami kota di kawasan optimalisasi ketersediaan cahaya alami kota di kawasan kampong Ketandan.
11
1.8 Kerangka Penelitian