• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK DAN KUALITAS SILASE TEBON JAGUNG (Zea mays) MENGGUNAKAN BERBAGAI TINGKAT PENAMBAHAN FERMENTOR YANG MENGANDUNG BAKTERI LIGNOCHLORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK DAN KUALITAS SILASE TEBON JAGUNG (Zea mays) MENGGUNAKAN BERBAGAI TINGKAT PENAMBAHAN FERMENTOR YANG MENGANDUNG BAKTERI LIGNOCHLORITIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

730 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

KARAKTERISTIK DAN KUALITAS SILASE TEBON JAGUNG (Zea mays)

MENGGUNAKAN BERBAGAI TINGKAT PENAMBAHAN FERMENTOR YANG

MENGANDUNG BAKTERI LIGNOCHLORITIK

Imbang Dwi Rahayu, Lili Zalizar, Aris Widianto dan Muhammad Ivan Yulianto Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang 65144, E-mail : dwirahayuimbang@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan pembuatan silase tebon jagung (Zea mays) dengan penambahan fermentor Lignochloritik. Digunakan metode percobaan, Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri 4 perlakuan, 2 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari R0= tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 %tanpa fermentor, R1= tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor 10 ml, R2 = tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor 20 ml dan R3 = tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor 30 ml. Parameter yang diukur meliputi pengujian organoleptik (warna, bau, tekstur), derajat keasaman (pH), kandungan nutrisi silase pada lama simpan1 bulan dan 1,5 bulan. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Semua perlakuan menunjukkan warna silase yang baik, dengan rataan skor 2,3 sampai dengan 3, berwarna hijau kecoklatan sampai kekuningan. Skor bau silase yang disimpan1,5 bulan lebih tinggi dibandingkan yang disimpan 1 bulan, dan terbaik dicapai pada silase dengan penambahan fermentor 20 ml, dengan skor 3, berbau segar dan harum. Semua perlakuan menunjukkan tekstur silase yang baik, yaitu padat (tidak menggumpal, tidak berlendir). Rataan pH silase tebon jagung yang disimpan1,5 bulan lebih rendah daripada yang disimpan 1 bulan, tergolong pH yang rendah, yaitu antara 4,2 – 4,5. Silase dengan penambahan fermentor Lignochloritik 20 ml pada lama simpan 1,5 bulan menunjukkan kandungan nutrisi terbaik, yaitu air (78,07%), serat kasar (SK) (25,21%), protein kasar (PK) (10,41%) dan lemak kasar (LK) (2,13%).Disimpulkan bahwa silase tebon jagung dengan penambahan fermentor Lignochoritik 20 ml dengan lama simpan 1,5 bulan terbukti memiliki karakteristik dan kualitas silase terbaik jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain.

Kata kunci: silase, tebon jagung,warna, bau, tekstur, nilai nutrisi .

1. PENDAHULUAN

Permasalahan utama yang selalu dihadapi peternak sapi perah adalah pakan, karena ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang terutama ketika musim kemarau. Hal ini berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya yang berdampak pada upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan semakin menyempit areal lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak (HPT). Ternak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani mengkonsumsi HPT sekitar 73.8 % dari total ransum, sehingga HPT harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terjamin mutunya [1]. Kebutuhan hijauan pakan per ekor ternak ruminansia per hari untuk hidup pokoknya sebanyak ±10% dari berat tubuh ternak.

Rendahnya ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun menjadi salah satu penyebab sulit berkembangnya populasi dan produktivitas ternak, karena peternak tidak dapat mempertahankan ternaknya untuk dipelihara, terutama pada musim kemarau, akibat kurangnya sumber pakan utama tersebut. Pada saat musim penghujan, produksi HPT akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksi menjadi rendah atau bahkan sangat rendah.

Kekurangan persediaan pakan terutama hijauan pada musim kemarau mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi peternak karena pada umumnya ternak menjadi kurus, terjadi penurunan produksi dan kegagalan reproduksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh peternak adalah dengan memanfaatkan limbah agroindustri pertanian yang tersedia, seperti tebon jagung. Tebon jagung merupakan seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung muda yang umumnya dipanen pada umur 45-65 hari [2] dengan kandungan nutrisi, yaitu PK (12,06%), SK (25,2%), Ca (0,28%), P (0,23%) [3].

(2)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 731 Kendala pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi dan protein dengan kecernaan yang rendah, sehingga bila digunakan sebagai pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik seperti konsentrat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan meningkatkan produktivitas ternak [4].

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulosa dan selulosa (lignoselulosa), dan masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Selulosa merupakan sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi [5] dan [6]. Namun selulosa dan hemiselulosa yang tersedia terbatas pemanfaatannya, karena adanya lignin yang mengikat selulosa maupun hemiselulosa pada residu lignoselulosa [7]. Diperlukan mikroba pendegradasi lignoselulosa, sehingga selulosa maupun hemiselulosa bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbon.

Teknik pengawetan tebon jagung berupa silase tidak hanya menjamin ketersediaan hijauan pakan secara kuantitas saat musim kemarau, namun secara kualitas akan meningkatkan nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana telah diketahui bahwa silase merupakan hasil dari salah satu teknik ensilase, yaitu pengawetan hijauan pada kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri asam laktat dan berlangsung di dalam tempat yang disebut silo [8]. Ensilase berfungsi untuk mengawetkan komponen nutrisi dalam silase, terjadi penurunan pH, sehingga menekan enzim proteolisis yang bekerja pada protein, menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan, dan peningkatan kecepatan hidrolisis polisakarida, sehingga menurunkan serat kasar silase [9].

Seluruh tanaman jagung, termasuk buah muda atau buah yang hampir matang atau limbah yang berupa tanaman jagung setelah buah dipanen dan kulit jagung bisa dibuat silase.Tanaman jagung yang tersisa dari panen jagung masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk pembuatan silase dibutuhkan kadar air sekitar 60% [10]. Masih sangat terbatas informasi tentang karakteristik dan kualitas silase tebon jagung dengan fermentor bakteri lignokhloritik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan level yang tepat penambahan fermentator bakteri

Lignochloritik sehingga dihasilkan silase tebon jagung dengan karakteristik dan kualitas terbaik

sehingga bisa diterapkan oleh peternak. 2. BAHAN DAN METODE

Praktek pembuatan silase dilakukan di kelompok ternak sapi perah Anjasmoro, Dusun Maron Sebaluh Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, tempat dilaksanakannya Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM). Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan silase ini adalah tebon jagung, dedak padi, molasses, dan bakteri starter

lignokloritik komersial. Peralatan yang dibutuhkan antara lain mesin pencacah rumput chopper, tong

silo, trash bag, dan ember.

Penelitian menggunakan metode eksperimen, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah :

R0 = Tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + tanpa fermentor Lignochloritik R1 = Tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor Lignochloritik 10 ml R2 = Tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor Lignochloritik 20 ml R3 = Tebon jagung + molases 5 % + dedak 3 % + fermentor Lignochloritik 30 ml Prosedur pembuatan silase selengkapnya diuraikan sebagai berikut :

1. Mencacah rumput 100 kg menggunakan copper dengan ukuran 3-5 cm

2. Mencampur molase 5% dengan fermentor (10 ml/ 20 ml/ 30 ml), sesuai perlakuan dan dilanjutkan dengan pengadukan.

3. Mencampur rumput yang sudah dicopper dengan dedak 3% dan campuran molase – fermentor yang sudah dibuat.

(3)

732 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

4. Memasukan rumput yang sudah tercampur bahan (dedak, molase dan fermentor) kedalam tong dan diusahakan tidak ada rongga udara. Untuk menghindari rongga udara, maka rumput dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam tong sambil diinjak-injak.

5. Menutup tong.

6. Menyimpan sampai 6 minggu. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Warna Silase

Hasil perhitungan rata – rata nilai yang diberikan 3 responden terhadap warna silase tebon jagung dengan penambahan bakteri Lignochloritik dengan level yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan warna silase yang disimpan1 bulan (Tabel 1) dan silase yang disimpan1,5 bulan (Tabel 2).

Tabel 1. Rata– rata Skor Warna Silase Tebon Jagung (Lama Simpan 1Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Warna Silase Tebon

Jagung

R0

R1

R2

R3

1

3

3

3

3

2

3

2

3

3

3

2

3

3

3

Total

8

8

9

9

Rata-rata

2,7

2,7

3

3

Keterangan : Skor 1 : hitam, skor 2: Hijau kecoklatan, skor 3 : Hijau kekuningan mendekati warna alami) Tabel 2. Rata– rata Skor Warna Silase Tebon Jagung ( Lama Simpan1,5 Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Warna Silase Tebon

Jagung

R0

R1

R2

R3

1

3

2

2

2

2

2

3

3

2

3

3

3

3

3

Total

8

8

8

7

Rata-rata

2,7

2,7

2,7

2,3

Keterangan : Skor 1 : hitam, skor 2 : Hijau kecoklatan, skor 3 : Hijau kekuningan (mendekati warna alami)

Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan berbagai level fermentor bakteri

Lignochloritik menyebabkan perbedaan warna silase tebon jagung, baik pada yang disimpan 1 bulan

maupun 1,5 bulan, akan tetapi warna silase yang dihasilkan masih menunjukkan warna silase yang baik. Rataan skor warna silase yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah antara 2,3 sampai dengan 3. Penambahan fermentor Lignochloritik sebanyak 20 ml (R2) dan 30 ml (R3) memberikan warna yang terbaik, yaitu hijau-kekuningan, yang mendekati warna alami, yang menunjukkan proses oksidasi yang optimal dan suhu yang dihasilkan dalam proses ensilase tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase disebabkan oleh proses respirasi aerobic yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis. Gula akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, serta panas, yang pada proses ini akan meningkatkan suhu di dalam silo. Suhu yang tidak terkendali akan menyebabkan

(4)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 733 silase berwarna coklat tua sampai hitam [11]. Warna silase tebon jagung hasil penelitian masih menunjukkan warna yang baik, karena warna silase masih berwarna hijau atau hijau-kecoklatan [12]. Warna silase merupakan salah satu indikator kualitas fisik silase, warna yang seperti warna asal merupakan kualitas silase yang baik dan silase yang berwarna menyimpang dari warna asal merupakan silase yang berkualitas rendah [13].

3.2 Bau Silase

Hasil perhitungan rata – rata nilai yang diberikan 3 responden terhadap bau silase tebon jagung dengan penambahan bakteri Lignochloritik dengan level yang berbeda menunjukkan tidak adanya perbedaan bau silase yang disimpan1 bulan (Tabel 3) namun terdapat perbedaan bau silase yang disimpan1,5 bulan (Tabel 4).

Tabel 3. Rata– rata Skor Bau Silase Tebon Jagung (Lama Simpan1 Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Bau Silase Tebon Jagung

R0

R1

R2

R3

1

2

2

2

3

2

2

3

3

2

3

3

2

2

2

Total

7

6

7

7

Rata-rata

2,3

2,3

2,3

2,3

Keterangan : skor 1 : kurang segar; skor 2 : segar, skor 3: segar- harum Tabel 4. Rata– rata Skor Bau Silase Tebon Jagung (Lama Simpan1,5 Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Bau Silase Tebon Jagung

R0

R1

R2

R3

1

3

3

3

3

2

2

2

3

3

3

3

3

3

2

Total

8

8

9

8

Rata-rata

2,7

2,7

3

2,7

Keterangan : skor 1 : kurang segar; skor 2 : segar, skor 3: segar- harum

Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bau silase tebon jagung yang disimpan1 bulan hasil penambahan fermentor Lignochloritik dengan volume 10 ml sampai dengan 30 ml, yaitu dengan skor 2,3. Skor bau silase masing-masing perlakuan meningkat pada yang disimpansilase 1,5 bulan, hal ini menunjukkan bahwa proses fermentasi berlangsung sempurna pada silase yang disimpan1,5 bulan. Skor bau silase yang terbaik adalah pada silase yang disimpan1,5 bulan, dengan penambahan fermentor Lignochloritik 20 ml. Aroma silase limbah pertanian merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas fisik, yang sangat erat berhubungan dengan proses fermentasi. Adanya aroma yang khas pada silase menunjukkan bahwa proses ensilase telah berlangsung secara sempurna. Aroma silase yang dihasilkan pada setiap perlakuan mendekati aroma khas silase/asam. [13]. Aroma silase yang dihasilkan adalah aroma asam segar sebagai ciri khas dari tingginya asam laktat, adanya pembusukan menyebabkan silase berbau butirat [14].

3.3.Tekstur Silase

Hasil perhitungan rata – rata nilai yang diberikan 3 responden terhadap tekstur silase tebon jagung dengan penambahan bakteri Lignochloritik dengan level yang berbeda menunjukkan tidak

(5)

734 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

adanya perbedaan tekstur pada silase yang disimpan1 bulan (Tabel 5) maupun pada silase yang disimpan1,5 bulan (Tabel 6).

Tabel 5. Rata– rata Skor Tekstur Silase Tebon Jagung (Disimpan1 Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Tekstur Silase Tebon Jagung

R0 (0 ml) R1 (10 ml) R2 (20 ml) R3 (30 ml) 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Total 9 9 9 9 Rata-rata 3 3 3 3

Keterangan : Skor 1 : lembek (menggumpal, berlendir), skor 2 : agak lembek( tidak mengumpal dan berlendir), skor 3 : padat, utuh, halus ( tidak menggumpal dan tidak berlendir) Tabel 6. Rata– rata Skor Tekstur Silase Tebon Jagung (Disimpan1,5 Bulan) dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik

Responden

Nilai/Skor Tekstur Silase Tebon Jagung

R0 (0 ml)

R1 (10 ml)

R2 (20 ml)

R3 (30 ml)

1

3

3

3

3

2

3

3

3

3

3

3

3

3

3

Total

9

9

9

9

Rata-rata

3

3

3

3

Keterangan : Skor 1 : lembek (menggumpal, berlendir), skor 2 : agak lembek( tidak mengumpal dan berlendir), skor 3 : padat, utuh, halus ( tidak menggumpal dan tidak berlendir)

Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tekstur silase tebon jagung yang disimpan1 maupun 1,5 bulan hasil penambahan fermentor Lignochloritik dengan volume 10 ml sampai dengan 30 ml, yaitu dengan skor 3, yang berarti tekstur silase yang baik, memiliki tekstur padat, tidak menggumpal dan tidak berlendir. Tidak adanya perbedaan tekstur silase pada penelitian ini disebabkan adanya kesamaan persentase substrat yang berupa molase dan dedak halus yang ditambahkan pada semua perlakuan. Tekstur silase yang baik yang dihasilkan dalam penelitian ini berkaitan erat dengan ketepatan perbandingan persentase penambahan molase dengan dedak halus, yaitu 5% : 3%. Hal ini sesuai dengan penjelasan Despal dkk. [15], bahwa silase yang diberi substrat (dedak padi, tepung gaplek,) mempunyai tekstur utuh, halus dan tidak berlendir. Sedangkann yang menggunakan substrat molases mempunyai tekstur yang sedikit lembab. Dinyatakan pula bahwa penambahan molases membuat produk silase menjadi lembab dan sesuai dengan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri.

3.4 Derajat Keasaman (pH) Silase

Tabel 7. Rata– rata Derajat Keasaman (pH) Silase Tebon Jagung Pada Silase dengan Penambahan Berbagai Level Fermentor Bakteri Lignochloritik (Lama Simpan 1 dan 1,5 Bulan)

Yang disimpan(

bulan )

pH

R0

R1

R2

R3

1

5,05

4,7

4,85

4,75

1.5

4,35

4,55

4,55

4,55

(6)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 735 Tabel 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan yang sama, rataan pH silase tebon jagung yang disimpan1,5 bulan lebih rendah daripada pH silase yang disimpan 1 bulan. pH pada silase yang disimpan1,5 bulan merupakan pH yang baik, sebagaimana dinyatakan bahwa derajat keasaman merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas silase limbah pertanian, karena pH yang baik yaitu antara 4,2 – 4,5. Silase dengan pH yang tinggi ( >4,8 ) dan pH yang rendah ( < 4,1 ) menunjukkan silase yang berkualitas rendah. [5/13]. Dinyatakan bahwa ciri-ciri silase yang baik meliputi berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH antara 4 sampai 4.5.[16].

3.5. Analisis Proksimat

Hasil analisis proksimat silase tebon jagung yang disimpan 1 bulan maupun 1,5 bulan menunjukkan penurunan kadar air dan serat kasar (SK), peningkatan abu, protein kasar (PK), dan lemak kasar (LK) dibandingkan tebon jagung segar. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa silase tidak hanya mengatasi ketersediaan hijauan pakan saat kemarau namun juga meningkatkan kualitas nutrisi pakan hijauan. Hasil analisis proksimat tebon jagung segar, silase yang disimpan 1 bulan dan 1,5 bulan ditampilkan pada Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Tebon Jagung Segar

Tabel 9. Hasil Analisis Proksimat Silase Tebon Jagung Yang disimpan1 Bulan

Tabel 10. Hasil Analisa Proksimat Silase Tebon Jagung Yang disimpan1,5 Bulan

Berdasarkan Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10, kualitas nutrisi silase terbaik adalah yang dibuat dengan penambahan fermentor Lignochloritik sebanyak 20 ml, dan disimpan selama 1,5 bulan, karena memiliki kandungan air dan SK terendah, yaitu 78,07% dan 25,21%, PK dan LK tertinggi, yaitu 10,41% dan 2,13%. Lignochloritik terbukti mampu mendegradasi lignin, sehingga selulosa dan

Sampel

%

Kadar air

A

bu

Protein Lemak Kasar Serat Kasar

Tebon

Segar

80,3 5 7 ,56 7,25 1,38 29,6

Perl

akuan

%

Kadar air

A

bu

Protein Lemak Kasar Serat Kasar

R0

R1

R2

R3

79,1 6

78,

28

77,

52

75,

84

1 2,91 1 2,10 1 2,27 1 2,28 7,21 1,44 29,25 9,34 1,18 27,84 10,27 2,08 28,65 9,11 1,72 26,43 Perl akuan % Kadar air A bu

Protein Lemak Kasar Serat Kasar R0 R1 R2 R3 78, 96 79, 45 78, 07 79, 04 1 2,68 1 4,87 1 2,42 1 1,34 6,64 2,06 27,80 9,16 1,92 27,29 10,41 2,13 25,21 8,66 1,51 27,78

(7)

736 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

hemiselulosa dalam hijauan pakan bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi utama ternak ruminansia. Adanya lignin mengurangi kecernaan karbohidrat mellalui pembentukan ikatan hydrogen pada sisi kritis, sehingga membatasi aktivitas enzim selulase [17]. Serat kasar merupakan faktor yang mempengaruhi kecernaan. Pada umumnya semakin tinggi SK semakin rendah kecernaan dan laju degradasi bahan pakan dalam rumen [18].

4. KESIMPULAN

Silase tebon jagung yang dibuat dengan penambahan fermentor Lignochoritik dengan level 20 ml dan lama simpan 1,5 bulan terbukti memiliki karakteristik dan kualitas silase terbaik jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. Karakteristik silase yang diperoleh yaitu berwarna hijau kekuningan (alami), berbau segar-harum, tekstur padat, utuh, halus, tidak menggumpal dan tidak berlendir, dengan pH 4,55. Silase terbukti memiliki kandungan air dan SK terendah dan kandungan PK dan LK tertinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Kementrian Ristek dan Perguruan Tinggi yang telah memberikan dana hibah dalam pelaksanaan KKN-PPM UMM tahun anggaran 2017.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Karimuna L, Safitri dan Sabarudin L.O , 2009 Pengaruh Jarak Tanam dan Pemangkasan terhadap Kualitas Silase Dua Varietas Jagung (Zea mays L.) Agripet Vol 9, No. 1, hal 17-25 [2] Bunyamin Z, Efendi R, Andayani N.N, 2013 Pemanfaatan Limbah Jagung untuk Industri

Pakan Ternak. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian hal 153 - 166

[3] Soeharsono dan B. Sudaryanto. 2006. Tebon Jagung sebagai Sumber Hijauan Pakan Ternak Strategis di Lahan Kering Kabupaten Gunung Kidul. Prosiding. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung Sapi. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 136 141.

[4] Furqaanida, N. 2004. Pemanfaatan Klobot Jagung Sebagai Substitusi Sumber Serat Ditinjau dari Kualitas Fisik dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Untuk Domba. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

[5] Aguirar, C.L. (2001). Biodegradation of Cellulose from Sugar Cane Bagasse by Fungal Cellulose. Science Technology Alignment, 3(2), 117-121.

[6] Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002). Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. [7] Reeves, J.B. and W.F. Schmidt. 1994. Solid-State 13C NMR Analysisof Forage and by

Product-Derived Fiber and Lignin Residues. Resolution of Some Discrepancies Among Chemical, Infared and Pyrolysis Gas Chromatography Mass Spectroscopic Analysis. J.Agric. Food Chem. 42: 1462-1468

[8] McDonald,P.,R.A.Edwards, J.F.D.Greenhalg and C.A.Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6 th Ed. Ashford Color Pr., Gosport.

[9] Allaily. 2006. Kajian Silase Ransum Komplit Berbahan Baku Pakan Lokal pada Itik Mojosari Alabio Jantan.Tesis.Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.

[10] Erna, W dan Sarjiman, 2007. Budidaya Hijauan Pakan Bersama Tanaman Pangan sebagai

Upaya Penyediaan Hijauan Pakan di Lahan Sempit. Jurnal Peternakan dan Lingkungan.

Vol 7: 134-141

[11] Reksohadiprodjo, S. 1999. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. [12] BPFE, Yokyakarta.

[13] Siregar, M.E. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

[14] Kurniawan, D. Erwanto, F. Farida, 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada

Pembuatan Silase Terhadap Kualitas Fisik dan pH Silase Ransum Berbasis Limbah Pertanian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 191-195

(8)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 737 [15] Despal, I. G. Permana, S. N. Safarina, dan A. J. Tatra. 2011. Penggunaan berbagai sumber

karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun rami. ISSN 34(1):69-76

[16] Despal, Mubarok, M. Ridla, I.G. Permana dan T. Toharmat, 2017. Substitution of

concentrate by ramie (Boehmeria nivea) leaves hay or silage on digestibility of Jawarandu goat ration. Pak. J. Nutr., 16(6): 435-443.

[17] Zalizar, L. Sujono, Suyatno, dan A.Yani, 2011. Peningkatan Kualitas dan Ketersediaan

Pakan Untuk Mengatasi Kesulitan Di Musim Kemarau Pada Kelompok Peternak Sapi Perah. Jurnal dedikasi Vol 8 :16-18

[18] Arora, S.P. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Tebon Jagung Segar

Referensi

Dokumen terkait

dari parameter kimia dan fisik dan organoleptik (bau) terhadap tingkatan maka nilai rata-rata tertinggi terdapat pada wingko jagung dengan perlakuan penambahan sorbitol 15%

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan susu skim terhadap karakteristik yoghurt jagung manis yang dan mengetahui konsentrasi penambahan susu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan isi rumen kering sebagai bahan inokulan pembuatan silase hijauan jagung Zea mays dengan bahan aditif sumber

Pada Tabel 1 dapat dilihat silase limbah sayuran dengan penambahan onggok dan pollard menunjukkan kisaran suhu yang relatif tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan silase

Rata-rata diameter hambat dari ekstrak etanol rambut jagung terhadap bakteri gram negative Porphyromonas gingivalis lebih besar dibandingkan dengan bakteri gram

Penggunaan aditif tepung gaplek pada pembuatan silase rumput gajah dengan berbagai level tepung gaplek dengan penambahan isolate bakteri asam laktat dari cairan

Berdasarkan penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan susu skim pada pembuatan yoghurt jagung manis berpengaruh nyata terhadap kadar protein, kadar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik silase kulit pisang kepok dengan penambahan ampas tahu dan lama fermentasi yang berbeda baik