• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFOBPJS Media Internal Resmi BPJS Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFOBPJS Media Internal Resmi BPJS Kesehatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi XI Tahun 2014

INFOBPJS

Kesehatan

Media Internal Resmi BPJS Kesehatan

KIS

Tidak Tumpang Tindih dengan

(2)

CEO Message

Pengarah

Fachmi Idris

Penanggung Jawab

Purnawarman Basundoro

Pimpinan Umum

Ikhsan

Pimpinan Redaksi

Irfan Humaidi

Sekretaris

Rini Rachmitasari

Sekretariat

Ni Kadek M. Devi

Eko Yulianto

Paramitha Suciani

Redaktur

Diah Ismawardani

Elsa Novelia

Chandra Nurcahyo

Yuliasman

Juliana Ramdhani

Budi Setiawan

Dwi Surini

Tati Haryati Denawati

Distribusi dan Percetakan

Basuki

Anton Tri Wibowo

Buletin diterbitkan oleh:

BPJS Kesehatan

Jln. Letjen Suprapto PO BOX

1391/JKT Jakarta Pusat

Tlp. (021) 4246063, Fax.

(021) 4212940

Redaksi

Redaksi menerima tulisan artikel/opini berkaitan dengan tema seputar Askes maupun tema-tema kesehatan lainnya yang relevan dengan pembaca yang ada di Indonesia. Panjang tulisan maksimal 7.000 karakter (termasuk spasi), dikirimkan via email ke alamat: redaksi. infobpjskesehatan@gmail.com dilengkapi

identitas lengkap dan foto penulis

DAFTAR ISI

BINCANG

6

SURAT

PEMBACA

email : redaksi@bpjs-kesehatan.go.id Fax : (021) 4212940

3

5

7

8

9

10

11

INFO BPJS

Kesehatan

EDISI XI TAHUN 2014

Budaya Belajar

Berdasarkan data Badan Pusat Satitistik (BPS) tahun 2013, hanya 20% dari seluruh populasi penduduk Indonesia yang gemar membaca, sisanya hampir 80% lebih memilih menonton televisi atau mendengarkan radio. Angka ini dipertegas oleh hasil survei yang dilakukan UNESCO tahun 2012 yang menunjukkan fakta bahwa indeks minat baca masyarakat Indonesia merupakan yang paling rendah di ASEAN, yaitu barumencapai angka 0,0001. Artinya, dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu yang mempunyai minat baca. Bandingkan dengan Amerika yang 0,45 atau Singapura yang indeksnya sudah menacapai 0,55.

Selain itu berdasarkan rasio penduduk, idealnya satu surat kabar dibaca oleh 10 orang (1:10). Namun faktanya berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 39 negara di dunia, diketahui bahwa rasio antara konsumsi satu surat kabar dengan jumlah pembaca di Indonesia adalah berada di urutan ke-38. Hal ini terjadi karena satu sura tkaba rdi Indonesiadi konsumsi oleh 45 orang (1:45). Angka ini jauh tertinggal dengan negara tetangga Filipina 1:30, atau bahkan dengan negara Srilangka yang tergolong belum maju dengan angka 1:38.

Kondisi ini tentu begitu memprihatinkan bagi kita semua. Nyata sekali bahwa minat baca sebagai modal awal sikap belajar, sangat rendah di masyarakat kita. Selama budaya baca belum menjadi kebiasaan sehari-hari, maka dengan sendirinya budaya belajar sebagai cara meningkatkan kualitas masing-masing pribadi hanya menjadi sebatas mimpi. Namun keyakinan untuk menjadi lebih baik atau bahkan yang terbaik, pasti dapat kita wujudkan dengan terus belajar, bekerja dan berusaha untuk membawa Indonesia menuju masa depan baru yang jauh lebih cerah. Meskipun pepatah mengatakan “rumput selalu lebih hijau di sisi lain bukit”, namun kita harus yakin bahwa “matahari tidak berdiri di satu sisi melainkan berputar berkeliling bersama bumi”. Pasti ada jalan sepanjanng kita mau menemukan. Pilihannya hanya lah, apakah kita akan menerima angka-angka di atas sebagai given atau kah kita akan berjuang terus belajar dan memperbaiki diri. Kata BELAJAR memang terkesan membosankan, namun

sesungguhnya dalam aktifitas belajar, baik sebagai pribadi maupun dalam kaitannya sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain (guru, manusia lain, lingkungan), kita sedang mendewasakan jasmani dan rohani dengan memperkaya khasanah keilmuan dan kejiwaan sehingga mature dan siap berinteraksi dengan alam semesta dan seluruh lingkungannya.

Dalam konteks pemaknaan seperti di atas, kata BELAJAR bukan lagi sebagai kewajiban namun lahir sebagai kebutuhan harfiah manusia yang ingin bertahan hidup secara layak baik di dunia maupun di alam kehidupan selanjutnya. Kata belajar tentu tak bisa dipisahkan dari kata PENDIDIKAN. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggula wentah yang artinya mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan, watak, dan mengubah kepribadian. Ki hajar Dewantara – tokoh pendidikan nasional, mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani,sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan manusia yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dalam kisah nyata tentang bagaimana semangat belajar mengubah jalan hidup seorang manusia, dapat kita pelajari dari seorang pengusaha muda terkaya di Singapura, Adam Khoo. Bernama lengkap Adam Khoo Yean Ann, di usianya yang ke-26 ia telah memiliki 4 bisnis yang beromzet US$ 20juta. Di masa kecilnya ia merupakan anak yang bodoh di sekolah. Nilainya selalu F, sehingga ia benci belajar, benci sekolah dan hanya gemar pada

games dan televisi. Ia dikeluarkan dari SD nya karena tidak dapat mengikuti

pelajaran. Saat SMP, ia ditolak berbagai sekolah dan masuk sekolah terjelek di Singapura. Di sekolah yang begitu banyak orang bodohnya dan tidak diterima di sekolah yang baik itu, Adam Khoo termasuk yang paling bodoh. Di antara 160 murid seangkatan, Adam Khoo menduduki peringkat 10 terbawah.

Hidup Adam Khoo berubah setelah ia bertemu dan manjadi murid Ernest Wong. “Satu-satunya hal yang bias menghalangi kita adalah keyakinan

yang salah serta sikap yang negatif.” Kata-kata Ernest Wongini

mempengaruhi Adam Khoo. Dia akhirnya memiliki keyakinan bahwa kalau ada orang yang bias mendapatkan nilai A, dia juga bisa. Selama ini Adam Khoo bodoh, karena dia naif dan menerima sepenuh hati kata-kata orang lain yang negatif. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Adam Khoo berani menentukan targetnya, yaitu mendapatkan nilai A semua.

Kalau Adam Khoo bisa, semestinya kita pun bisa. Jika rata-rata penduduk Jepang membaca 2 buku sebulan, maka pasti kita pun bisa meningkatkan rata-rata baca masyarakat indonesia yang hanya 2 lembar perbulan menjadi minimal 20 lembar. Seperti pepatah Jawa berkata “ngelmu iku klakone

kanthi laku”, ilmu itu terwujud jika dilakukan. Maka lakukanlah.. ! Sekali

lagi jangan berhenti belajar, bekerja dan berusaha. Ingatlah bahwa masa lalu adalah apa yang nampak sekarang., sementara apa yang akan terjadi di masa depan adalah tergantung apa yang Anda lakukan ... dari sekarang. Direktur Utama

Fachmi Idris

Bincang - Ketua DJSN Chazali H Situmorang

,

KIS dan BPJS Kesehatan bisa terintegrasi

Fokus - KIS Tidak Tumpang Tindih

dengan Kartu BPJS Kesehatan

Fokus - FAQ (Frequently Asked

Questions),

terkait Launching Kartu

Indonesia Sehat (KIS)

Benefit - Faskes Tingkat Pertama

Tangani 144 Penyakit,

Hapus

“Puskesmas Raksasa”

Pelanggan - Menaruh Harapan Baru

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Testimoni - Sutarsih,

Sepuluh Hari

Menunggu Giliran USG

Sehat - Memprihatinkan,

Jumlah Anak

Terkena Diabetes Meningkat Tajam

Kilas & Peristiwa - BPJS Kesehatan

Siap Layani Peserta Pemegang “Kartu

Indonesia Sehat”

Pembaca setia Info BPJS Kesehatan,

Memasuki edisi ke-11 Info BPJS Kesehatan, redaksi mengucapkan terimakasih atas apresiasinya terhadap kehadiran kembali media yang kita cintai ini. Sehingga kami benar-benar bahagia dan tetap bersemangat menerbitkan Info BPJS Kesehatan secara konsisten. Dengan masukan dan saran yang secara simultan kami terima untuk pembenahan media ini kami berupaya memberikan yang terbaik dalam upaya memberikan informasi seputar BPJS Kesehatan kepada seluruh pembaca.

Pembaca yang berbahagia, awal November lalu Kartu Indonesia Sehat (KIS) resmi diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo di Gedung Pos Ibukota. KIS merupakan perluasan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan sebelumnya dan dikelola oleh BPJS Kesehatan pada 1 Januri 2014. KIS diperuntukan bagi penduduk Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu serta iurannya dibayarkan oleh pemerintah. BPJS Kesehatan adalah Badan Hukum Publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan/mengelola program Jaminan Kesehatan SJSN (JKN).

Hal ini merupakan wujud dari Kepedulian Pemerintah Baru Terhadap Jaminan Kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut Info BPJS Kesehatan akan membahas tentang hal tersebut dalam rubrik Fokus. Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara khusus bersama Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Chazali H Situmorang dalam rubrik BINCANG. Bagaimana penjelasan beliau tentang keberadaan KIS saat ini. Dan informasi-informasi lain seputar BPJS Kesehatan yang kami hadirkan dalam rubrik-rubrik lain.

Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas terbitnya media ini. Semoga kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya. Selamat beraktivitas.

Redaksi

Kepedulian Pemerintah Baru Terhadap

Jaminan Kesehatan

Pembelian Obat Sendiri

Yth. Redaksi Bagaimana jika di rumah sakit tidak tersedia obat yang dibutuhkan peserta?

Jawab : Peserta berhak memperoleh obat yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis yang wajib disediakan oleh Fasilitas kesehatan. Apabila peserta tidak mendapatkan obat, maka peserta dapat melapor ke manajemen RS dan/atau BPJS Center. Apabila terdapat keluhan akibat ketersediaan obat maka fasilitas kesehatan dapat melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rebublik Indonesia) melalui alamat email e_katalog@

kemkes.go.id dan obatpublik@yahoo.com tembusan email BPJS Kesehatan Kantor Cabang setempat. Andina, Merunda

(3)

F

kus

B

anyak orang mempertanyakan keberadaan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diluncurkan pemerintah. Alasannya, selama ini Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dioperasikan BPJS Kesehatan, baru berjalan sekitar satu tahun.

Sejumlah kelompok masyarakat menafsirkan JKN akan diganti dengan KIS. Kelompok lainnya, juga merasakan kekhawatiran, takut terjadi tumpang tindih di lapangan dalam mengoperasionalkan kesehatan bagi masyarakat.

Menurut Menteri Kesehatan, Nila Djuwita

Farid Moeloek, JKN yang sering dipakai

oleh masyarakat Indonesia untuk berobat,

dapat digunakan kembali oleh anggota

Kartu Indonesia Sehat (KIS). KIS merupakan

program yang terintegrasi dengan JKN, sistem

yang digunakan untuk pelayanan kesehatan

KIS sama dengan peserta JKN lainnya. Jadi

setiap masyarakat dapat menggunakannya

sesuai peraturan, namun memang nama

kartunya saja yang berbeda yaitu Kartu

Indonesia Sehat.

"Sebenarnya tidak ada bedanya, KIS dan JKN. Namun,kami mencoba memasukkan benefit preventif tambahan di sana, tetapi perorangannya lebih ditekankan," kata Nila. Meski demikian, Nila mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tenang tidak perlu takut akan kinerja KIS. Karena KIS rencananya akan menjangkau masyarakat yang belum mendapatkan JKN, juga bagi bayi yang baru lahir yang belum didaftarkan ke JKN.

JKN masih tetap berlaku. Namun menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Djuwita Farid Moeloek, KIS memiliki kelebihan, yaitu bisa menanggung penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). “Nanti pelan-pelan kartu diganti, Kartu Indonesia Sehat. Jangan ada perbedaan bagi PMKS dan bayar sendiri (yang memiliki premi),” kata Nila.

Nila mengatakan, keberadaan KIS tidak akan tumpang tindih dengan kartu kesehatan lainnya yang sudah ada. Jenis baru ini mengutamakan keluarga tak mampu yang mengalami masalah kesehatan, termasuk bayi yang baru lahir yang butuh perawatan. “Pada saat dia mulai hidup, punya penyakit, 100 hari kelahiran anak-anak, ini penting sekali. Maka dapat makanan tambahan, pemeriksaannya, imunisasi itu kan preventif,” jelasnya.

Saat ini diakui Nila ibarat masa transisi, namun selalu ada orang yang sakit dan membutuhkan pencegahan penyakit, maupun pelayanan.

Menurutnya sistem ini akan dirapikan secara bertahap.

Berdasarkan data yang dimilikinya, setidaknya ada 432 ribu dari 1,7 juta kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang berhasil divalidasi untuk mendapatkan KIS. Perlakuan yang sama lewat KIS juga diberikan kepada bayi yang baru lahir."Ini bukan mendaftar tapi penerima KIS akan divalidasi terlebih dahulu oleh tim khusus untuk kemudian diberikan kartu," ujar Nila.

KIS Tidak Tumpang Tindih dengan

Kartu BPJS Kesehatan

Cakupan KIS menyasar masyarakat yang belum masuk JKN. KIS dan JKNadalah program-program kesehatan bagi warga miskin yang berada di bawah koordinasi BPJS Kesehatan."Secara bertahap cakupan peserta akan diperluas meliputi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bayi yang baru lahir dari penerima bantuan iuran [PBI] yang selama ini tidak dijamin. "Selain soal JKN, kita juga fokus terhadap Angka Kematian Ibu (AKI)," " kata Nila Moeloek.

Selama ini masyarakat belum menikmati program asuransi pemerintah tersebut secara merata. Dengan demikian, Nila akan mengerjakan semua program yang telah digariskan Presiden Joko Widodo hingga lima tahun mendatang. Tentunya akan banyak program baru dan terus menjalankan program baik yang sudah ada.

“Saya kira kita kerjakan apa yang memang digariskan oleh kesehatan. Itu tidak akan jauh dari program yang sudah digariskan Presiden Jokowi dan bagaimana bangsa kita menjadi paradigma sehat,” tutur Nila.

Nila menjelaskan, JKN merupakan asuransi khusus untuk masyarakat yang dibuat oleh pemerintah tapi unsur pemerataan belum terwujud. Artinya, semua komponen, belum menjadi anggota JKN.“Tentu kita bersyukur adanya JKN. Saya rasa itu kartu keadilan. Dulu tidak semua orang dapat asuransi kesehatan. Sekarang diusahakan dapat semuanya,” imbuhnya.

(4)

Info

BPJS Kesehatan

edisi 11 Tahun 2014

fokus

4

Info

BPJS Kesehatan

edisi 9 Tahun 2014

Meskipun ada JKN, masyarakat harus tahu diri tentang kondisi kesehatan masing-masing. Masyarakat Indonesia bisa hidup sehat dari niatan individu.“Sekarang masyarakat harus belajar hidup sehat dan saya harap kita semua bisa edukasi ke masyarakat agar bisa jaga kesehatan,” ujarnya.

Menyinggung kembali soal KIS, Nila F Moeloek

mengingatkan masyarakat untuk mengikuti program Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk kesehatan ibu dan anak. Keunggulan KIS adalah manfaat preventif serta deteksi dini, gizi, imunisasi dan pelayanan pos pelayanan terpadu

dan segera mendaftar ke Kantor BPJS Kesehatan terdekat. "Saya ingatkan lebih baik mendaftar saat sehat karena prinsipnya gotong royong. Saya ingatkan lagi jangan tunggu sakit baru mendaftar. Mau di mana pun bisa mendaftar. Datangi kantor BPJS setempat, untuk mendaftar, jangan cuma ibu tapi anak dan bapaknya juga,” kata Nila. Menkes menambahkan, KIS merupakan perluasan cakupan kepersertaan dari fakir miskin dan orang tidak mampu. Mereka ini datanya belum termasuk ke dalam jumlah 84,6 juta jiwa penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

KIS juga memberikan manfaat yang lebih

luas dari JKN. Yaitu mencakup upaya

promotif dan preventif, serta deteksi dini

yang sebelumnya belum tercover JKN

seperti gizi, imunisasi, dan pelayanan

posyandu. Harapannya, dengan adanya

jaminan kesehatan dapat mendorong

masyarakat untuk bersalin ditolong oleh

tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas

kesehatan.“Dengan bersalin di fasilitas

pelayanan kesehatan dan ditolong tenaga

kesehatan akan mempercepat akses ibu

dan bayi dalam mencapai penanganan

yang adekuat apabila terjadi komplikasi,”

ungkap Nila F Moeloek.

P

embangunan kesehatan masih teus menjadi sorotan masyarakat, terutama soal distribusi dokter yang tidak merata di seluruh Indonesia. Karena dokter sampai saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Selain itu, premi terutama iuran yang dibayar pemerintah untuk penerima bantuan iur (PBI) harus dinaikkan.

Rakyat Indonesia benar-benar berharap Presiden Jokowi membenahi sektor kesehatan.Jangan sampai BPJS Kesehatan, nantinya kolaps karena premi yang masih relatif kecil dan biaya yang ditanggung cukup besar.Dengan bertahan pada premi sekarang, dinilai sangat sulit bagi BPJS Kesehatan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk penerima bantuan iur tercatat 86,4 juta jiwa atau lebih dari 70 persen peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

"JKN adalah program pro rakyat yang

sangat bagus. Tapi ada kelebihan dan

kekurangannya," kata Pengamat CORE

Indonesia, Dr Hendri Saparini Yuni

Astuty, kepada Info BPJS.

Hendri mengatakan, BPJS Kesehatan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal pelaksanaan program JKN. Dengan usia yang hampir satu tahun, tentu pemerintah sudah bisa mengevaluasi hal-hal mana yang baik dan mana yang merugikan rakyat.“Pak Jokowi sangat pro rakyat. Jadi saya yakin beliau akan melakukan evaluasi terhadap program ini,” jelasnya.

Aturan yang Merugikan Dievaluasi

Hasil evaluasi tersebut apakah nantinya akan tetap dilanjutkan sebagai JKN atau mekanismenya diubah seperti KJS (Kartu Jakarta Sehat), itu menjadi wewenang Presiden. Mengingat selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sudah menyelenggarakan KJS. “Kalau KJS tentu itu anggaran dikeluarkan dari APBD. Tetapi kalau tetap JKN tentu harus dialokasikan lagi dalam APBN. Ada lebih dan kurangnya dari dua program kesehatan tersebut sehingga presiden harus benar-benar mengevaluasinya,” lanjut Hendri.

Hal lain yang mendapat sorotan terkait pembangunan kesehatan adalah distribusi dokter yang tidak merata di seluruh Indonesia dan soal premi. Dokter sampai saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Terutama di daerah perbatasan.

Menurutnya, pengeluaran negara untuk kesehatan sebagaimana untuk pendidikan adalah amanat konstitusi. Karena jaminan kesehatan adalah kewajiban, perlu dihitung berapa banyak yang akan dijamin dan berapa besarannya. ”Sebenarnya fiskal negara mampu membiayai premi PBI lebih dari Rp 15.500 kalau pengelolaan keuangan negara berjalan dengan benar,” ujarnya.

Pengamat Core Indonesia

(5)

F

kus

1. Apa perbedaan antara Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan BPJS Kesehatan?

- Secara apple to apple tidak dapat dibandingkan, karena KIS adalah suatu program atau sistem, sedangkan BPJS Kesehatan adalah Badan

Penyelenggaranya yang ditugaskan untuk menjalankan program tersebut

- Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah Nama untuk Program Jaminan Kesehatan SJSN (JKN) bagi

Pendu duk Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu, yang mana Iurannya dibayarkan

oleh pemerintah

- BPJS Kesehatan adalah Badan Hukum Publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan SJSN (JKN).

2. Apa perbedaan antara KIS dan JKN ?

- Secara kuantitas, sasaran peserta mengalami peningkatan, untuk tahap awal adalah sebanyak 1,7 juta jiwa yang berasal dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

o Secara Kualitas, selain manfaat upaya kesehataan perorangan, juga tercakup di dalamnya

manfaat upaya kesehatam masyarakat yang sudah diatur menurut ketentuan yang berlaku.

3. Apakah semua kartu jaminan kesehatan sebelumnya akan diganti ?

- Kartu Askes, Kartu Jamkesmas, Kartu JKN-BPJS Kesehatan, KJS, e-ID BPJS Kesehatan masih tetap berlaku dan dapat dipergunakan untuk mendapatkan Jaminan Kesehatan SJSN (JKN)

- Untuk peserta baru yang berasal dari fakir miskin dan tidak mampu, secara bertahap akan

diterbitkan KIS

FAQ (Frequently Asked Questions)

terkait Launching Kartu Indonesia Sehat (KIS)

4. Apakah mereka yang telah mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS), dapat segera memperoleh jaminan

kesehatan ?

- Iya, peserta yang sudah mendapat KIS dapat memperoleh manfaat jaminan kesehatan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku

5. Apakah prosedur pelayanan KIS sama dengan program sebelumnya?

- Prinsipnya sama, tetap menggunakan system rujukan berjenjang, untuk kontak pertama, peserta

memperoleh pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dimana ybs terdaftar. Jika perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut, maka dapat dirujuk ke Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan.

- Dalam kondisi gawat darurat medis, peserta dapat langsung memperoleh pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.

6. Dalam acara Launching saat ini, berapa jumlah masyarakat yang mendapat KIS ?

- Dalam acara launching ini, akan dibagikan KIS kepada 2.775 jiwa dari masyarakat fakir miskin dan

tidak mampu dan 50 orang dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

7. Siapa saja 2.775 jiwa dan 50 jiwa dari PMKS tersebut ?

- 2.775 jiwa tersebut adalah 600 Kepala Keluarga beserta anggota keluarganya

- 50 jiwa tersebut adalah individu Penyandang Masalah Kesejahteraan social (PMKS) yang

ditetapkan oleh Kementrian Sosial.

8. Apakah hanya 2.775 jiwa dari masyarakat fakir miskin/tidak mampu dan 50 orang dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang mendapatkan KIS tersebut ?

- Untuk tahap awal, mereka yang mendapatkan KIS adalah Keluarga yang mendapatkan Kartu

Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (e-money), dan Kartu Indonesia

Pintar.

- Adapun mereka yang berasal dari PMKS, angka 50 orang tersebut adalah tahap awal launching,

selanjutnya akan dibagikan kepada PMKS sesuai data yang akan diberikan oleh Kementrian

(6)

Info

BPJS Kesehatan

edisi 11 Tahun 2014

BINCANG

6

H

ingga kini, peserta BPJS Kesehatan tercatat sebanyak 129,3 juta, lebih. Jumlah itu, telah melampaui target sebesar 121,6 juta peserta pada tahun tahun 2014. Jika dibandingkan dengan negara lain, sistem jaminan kesehatan Indonesia, yang dioperasionalkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sebagai sistem jaminan kesehatan terbesar di dunia.

Dengan sistem ini, peserta BPJS berhak mendapat pelayanan kesehatan dan pengobatan, apapun penyakit yang dideritanya. Ini merupakan kebijakan publik yang bukan saja inovatif, namun juga revolusioner.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan terkait pemerataan akses dan kualitas terhadap layanan kesehatan, yang merupakan tantangan zaman bahkan di negara-negara maju sekalipun.

Bagi yang mampu dapat berobat pada dokter yang terbaik, namun mereka yang miskin bila terkena penyakit kronis, seperti kanker, atau yang sejenis hanya bisa menyerah pada nasib. Karena itulah, diperlukan jaminan kesehatan. Meski demikian, tantangan seperti finansial, logistik, SDM (sumber daya manusia), masih mewarnai dalam mengimplementasikan di masa depan, maka butuh kesinambungan dan perbaikan.

Setelah pergantian tampuk kepeminpinan di Indonesia, Presiden Joko Widodo, telah meluncurkan KIS (Kartu Indonesia Sehat). Apakah program BPJS Kesehatan nantinya dilanjutkan atau diubah namanya, berikut wawancara dengan Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Chazali H Situmorang.

Presiden Jokowi telah meluncurkan KIS walaupun sudah ada BPJS KesehatanBanyak orang

mempertanyakan soal KIS yang diluncurkan Presiden Jokowi karena selama ini masyarakat mengenal BPJS Kesehatan. Apa komentar bapak soal ini?

Nggak ada masalah. Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah sistem jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat yang merupakan perluasan dari Kartu Jakarta Sehat (KJS). Kalau saya mencermati pernyataan Presiden Jokowi, tampaknya ingin menegaskan beliau taat hukum. Dulu KJS juga bisa terintegrasi dengan BPJS.

Ketika Pak Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan mencanangkan KJS, semua sistemnya dilaksanakan berdasarkan nota kesepahaman dengan PT Askes. Ketika PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan, maka KJS juga berintegrasi ke dalam sistem BPJS. Para pemegang KJS pun otomatis menjadi peserta BPJS. Data dan uang yang dialokasikan untuk KJS sudah diserahkan ke BPJS. DKI Jakarta merupakan provinsi pertama yang melakukan integrasi jaminan sosialnya dengan BPJS, yang kemudian disusul Aceh, dan beberapa wilayah lain.

Maksudnya, sampai sekarang masih ada Jamkesda?

Iya. Sejumlah provinsi belum mengintegrasikan jaminan sosialnya ke BPJS. Karena itu, jaminan kesehatan daerah (jamkesda) masih berjalan di beberapa daerah. Namun, Undang-undang BPJS mengamanatkan Jamkesda hanya boleh berlangsung hingga 2016. Pada 1 Januari 2017, semua jaminan sosial harus terintegrasi dengan BPJS. Masih adanya unsur politis dan komitmennya, sehingga pimpinan daerah tetap mempertahankan Jamkesda. Selain itu, masih adanya kalangan miskin yang belum terkaver adanya PBI, membuat pemerintah daerah tetap memberlakukan Jamkesda.

Apapaun namanya, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang perorang. Namun yang paling mendasar adalah manusia itu diharapkan hidup sehat.

Kembali soal KIS. Apakah, nantinya nama BPJS Kesehatan, yang sudah membumi di hati rakyat, akan diganti?

Mau diganti pun nggak jadi soal selama jaminan kesehatan nasional masih ada. Bisa saja nanti sistemnya adalah BPJS, karena itu amanat undang-undang. Namun, kartu pesertanya bernama Kartu Indonesia Sehat.

Apalah, arti sebuah nama. Yang penting program kesehatan untuk rakyat tetap berjalan dan kekurangan yang ada setahap demi setahap diperbaiki. Agar peserta tidak dirugikan. Pelayanan harus tetap optimal, Masyarakat tak perlu khawatir.

Jadi, program kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan, tetap dilanjutkan walaupun nantinya ada beberapa perubahan ?

Yakin diteruskan, karena amanah undang-undang.

Sebelum ada serah terima pimpinan, Pak Susilo Bambang Yudhoyono, juga sudah meminta penggantinya, Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan pengganti Presiden Jokowi nantinya untuk melanjutkan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tujuannya, agar BPJS Kesehatan semakin baik.

Saat itu, Pak SBY, sudah memberikan sinyal kalau nama mungkin akan berbeda tetapi harapannya sama. Saat itu, Pak SBY, secara khusus berpesan kepada Direktur Utama BPJS Kesehatan, untuk menjelaskan kepada Presiden Jokowi apabila nantinya menanyakan tentang BPJS Kesehatan. Karena kebijakan benar dan on track.

Oleh karena itu, kita tak perlu ragu ikuti program jaminan kesehatan ini?

Benar. Kita tak perlu bertanya-tanya lagi. KIS adalah sistem jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat yang merupakan perluasan dari Kartu Jakarta Sehat (KJS), salah satu programnya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kita tahu, program KIS pun banyak menimbulkan pertanyaan. Karena Indonesia sedang merintis sebuah sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang baru saja berjalan. Ada juga yang bertanya, pondasi SJSN diletakan oleh Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, ketika menjadi presiden. PDI Perjuangan merupakan partai pengusung Jokowi untuk menjadi presiden. Bahkan, keputusan Jokowi maju dalam Pemilu Presiden 2014 pun ketika itu atas restu dan persetujuan dari Megawati.

Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana kelanjutan SJSN, yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan, di era pemerintahan Jokowi-JK. Pemerintah sekarang tetap konsisten meneruskannya, kok.

Soal, masih adanya kasus dalam memberikan pelayanan kesehatan, sampai kapan pun pasti ada, hambatan namun BPJS Kesehatan, berupaya menyelesaikannya. Dalam memberikan pelayanan, apalagi terhadap 129,3 juta peserta, pasti ada kasus yang muncul. Kami ingin terus menyempurnakan dan memperbaiki. Mudah-mudahan tidak sampai dua tahun keluhan tidak banyak lagi.

Bagaimana dengan adanya ide untuk menyatukan antara BPJS Kesehatan dengan BPJS Ketenagakerjaan ?

Ya itu masih sebatas wacana. Saat itu, ada usulan agar Presiden Jokowi menyatukan BPJS yang saat ini terpecah menjadi dua, yaitu BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan serta mengangkat posisi Kepala BPJS sebagai menteri. Menurut pencetusnya, peran BPJS yang disatukan akan sangat strategis karena menyangkut nasib rakyat kecil termasuk buruh, apalagi Jokowi identik sebagai pembela rakyat kecil.

Semua yang menyangkut soal pelayanan kesehatan harus disatukan dalam BPJS termasuk Jasa Raharja yang selama ini juga menyantuni korban kecelakaan, karena pada ujungnya juga bersinggungan dengan pelayanan kesehatan. Itu, cuma sebatas usulan. Yang dibutuhkan rakyat, memperoleh fasilitas kesehatan yang murah dan mudah.

KIS dan BPJS Kesehatan Bisa Terintegrasi

Ketua DJSN

(7)

BENEFIT

B

D

i era jaminan kesehatan nasional (JKN) sistem rujukan berjenjang mulai dilaksanakan dengan baik. Setiap peserta BPJS Kesehatan tidak boleh lagi langsung berobat ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan kecuali dalam keadaan gawat darurat medis atau emergency. Bahkan rumah sakit swasta atau klinik swasta yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pun tidak boleh menolak pasien dengan kondisi gawat darurat. Biaya pelayanan dapat ditagihkan oleh pemberi pelayanan kepada BPJS Kesehatan dan peserta tidak dikenakan iur biaya. Setiap peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat Peserta terdaftar. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yaitu Puskesmas, praktik dokter perorangan, praktik dokter gigi, klinik umum dan rumah sakit kelas D Pratama. Jika di suatu daerah tidak ada dokter, maka BPJS

Kesehatan dapat bekerjasama dengan bidan dan praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar. BPJS Kesehatan terus melakukan penguatan di lini terdepan pelayanan kesehatan agar bisa menapis kasus-kasus yang perlu mendapat penanganan atau tindakan lebih lanjut. Hal ini bertujuan agar rumah sakit tidak menjadi “Puskesmas Raksasa”, dan tidak menangani kasus-kasus yang seharusnya bisa diselesaikan di FKTP. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Jika pola rujukan berjenjang bisa dilaksanakan, RS bisa fokus untuk meningkatkan mutu pelayanannya dalam menangani pasien yang dirujuk dari FKTP karena membutuhkan penanganan spesialistik. Keluhan pasien karena tidak mendapatkan kamar perawatan di rumah sakit ataupun rumah sakit penuh dapat dikurangi.

Pada saat mendaftar, peserta BPJS Kesehatan dapat memilih FKTP yang dikehendaki yang dekat dengan tempat tinggal, hal itu untuk memudahkan peserta mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Setelah tiga bulan, peserta boleh pindah ke FKTP lain jika menginginkannya dengan cara melapor ke Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat.

Kini, di FKTP bisa menangani 155 diagnosa penyakit sesuai dengan Kompetensi Dokter Umum yang dapat ditangani di FKTP, sehingga para peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke rumah sakit, karena di FKTP pun sudah bisa ditangani. Namun tidak menutup kemungkinan pada kasus-kasus tersebut dapat langsung berobat ke Rumah Sakit dengan mempertimbangkan Time (lama perjalanan

penyakitnya), Age (usia pasien), Complication (komplikasi penyakit/tingkat kesulitan), Comorbidity (penyakit penyerta), and Condition (kondisi fasilitas kesehatan). Kasus medis yang dapat diselesaikan

secara tuntas di FKTP yaitu, kasus pelayanan primer yang mengacu pada kompetensi dokter umum, kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan; dan kasus medis yang termasuk dalam Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan seperti kasus Hipertensi, Diabetes Mellitus (kencing manis), asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), stroke, epilepsy, schizofren, Sindroma Lupus Eritematosus (SLE) dan Jantung). Selain itu, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi, pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh bidan atau dokter serta. rehabilitasi medik dasar.

Pelayanan rawat inap pun bisa ditangani oleh FKTP yang memiliki fasilitas rawat inap. Yaitu, rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan secara tuntas di FKTP, rawat inap pada pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi; rawat inap pada pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam bagi Puskesmas PONED; rawat inap pada pertolongan bayi baru lahir (neonatal) dengan komplikasi; dan rawat inap pada pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau kebutuhan medis.

Pelayanan kesehatan di FKTP yang termasuk non-spesialistik meliputi administrasi pelayanan; pelayanan promotif dan preventif; pemeriksanaan, pengobatan, dan konsultasi medis; tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non-operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

Faskes Tingkat Pertama Tangani 144 Penyakit

Hapus “Puskesmas Raksasa”

1. Kejang Demam 2. Tetanus

3. HIV AIDS tanpa komplikasi 4. Tension headache

5. Migren 6. Bell’s Palsy

7. Vertigo (Benign paroxysmal positional Vertigo) 8. Gangguan somatoform

9. Insomnia

10. Benda asing di konjungtiva 11. Konjungtivitis 12. Perdarahan subkonjungtiva 13. Mata kering 14. Blefaritis 15. Hordeolum 16. Trikiasis 17. Episkleritis 18. Hipermetropia ringan 19. Miopia ringan 20. Astigmatism ringan 21. Presbiopia 22. Buta senja 23. Otitis eksterna 24. Otitis Media Akut 25. Serumen prop 26. Mabuk perjalanan 27. Furunkel pada hidung 28. Rhinitis akut 29. Rhinitis vasomotor 30. Rhinitis vasomotor 31. Benda asing 32. Epistaksis 33. Influenza 34. Pertusis 35. Faringitis 36. Tonsilitis 37. Laringitis 38. Asma bronchiale 39. Bronchitis akut 40. Pneumonia, bronkopneumonia 41. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 42. Hipertensi esensial

43. Kandidiasis mulut

44. Ulcus mulut (aptosa, herpes) 45. Parotitis

46. Infeksi pada umbilikus 47. Gastritis

48. Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis) 49. Refluks gastroesofagus

50. Demam tifoid 51. Intoleransi makanan 52. Alergi makanan 53. Keracunan makanan 54. Penyakit cacing tambang 55. Strongiloidiasis

56. Askariasis 57. Skistosomiasis 58. Taeniasis 59. Hepatitis A

60. Disentri basiler, disentri amuba 61. Hemoroid grade ½

62. Infeksi saluran kemih 63. Gonore

64. Pielonefritis tanpa komplikasi 65. Fimosis

66. Parafimosis

67. Sindroma duh (discharge) genital (Gonore dan non gonore)

68. Infeksi saluran kemih bagian bawah 69. Vulvitis

70. Vaginitis

71. Vaginosis bakterialis 72. Salphingitis

73. Kehamilan normal 74. Aborsi spontan komplit

75. Anemia defisiensi besi pada kehamilan 76. Ruptur perineum tingkat ½

77. Abses folikel rambut/kelj sebasea 78. Mastitis 79. Cracked nipple 80. Inverted nipple 81. DM tipe 1 82. DM tipe 2 83. Hipoglikemi ringan 84. Malnutrisi energi protein 85. Defisiensi vitamin 86. Defisiensi mineral 87. Dislipidemia 88. Hiperurisemia 89. Obesitas

90. Anemia defiensi besi 91. Limphadenitis 92. Demam dengue, DHF 93. Malaria

94. Leptospirosis (tanpa komplikasi) 95. Reaksi anafilaktik

96. Ulkus pada tungkai 97. Lipoma

98. Veruka vulgaris

99. Moluskum kontangiosum 100. Herpes zoster tanpa komplikasi 101. Morbili tanpa komplikasi 102. Varicella tanpa komplikasi 103. Herpes simpleks tanpa komplikasi 104. Impetigo

105. Impetigo ulceratif ( ektima) 106. Folikulitis superfisialis 107. Furunkel, karbunkel 108. Eritrasma 109. Erisipelas 110.Skrofuloderma 111. Lepra

112. Sifilis stadium 1 dan 2 113. Tinea kapitis 114. Tinea barbe 115. Tinea facialis 116. Tinea corporis 117. Tinea manus 118. Tinea unguium 119. Tinea cruris 120. Tinea pedis 121. Pitiriasis versicolor

122. Candidiasis mucocutan ringan 123. Cutaneus larvamigran 124. Filariasis

125. Pedikulosis kapitis 126. Pediculosis pubis 127. Scabies

128. Reaksi gigitan serangga 129. Dermatitis kontak iritan

130. Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 131. Dermatitis numularis

132. Napkin ekzema 133. Dermatitis seboroik 134. Pitiriasis rosea 135. Acne vulgaris ringan 136. Hidradenitis supuratif 137. Dermatitis perioral 138. Miliaria

139. Urtikaria akut

140. Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption

141. Vulnus laseraum, puctum 142. Luka bakar derajat 1 dan 2 143. Kekerasan tumpul 144. Kekerasan tajam

Berikut ini adalah diagnosa penyakit yang harus tuntas dilayani di fasilitas kesehatan primer di era JKN sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia

(8)

Info

BPJS Kesehatan

edisi 11 Tahun 2014

PELANGGAN

8

B

elum genap setahun pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional (JKN) berjalan. Meskipun semakin banyak masyarakat memahami pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan dan sudah banyak yang merasakan manfaatnya, namun masih banyak juga yang masih ragu-ragu, bahkan sebagian masih menolak. Padahal, sudah diatur dalam undang-undang bahwa setiap penduduk Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Dalam perjalanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, kepuasan peserta dan provider menjadi salah satu target. Masyarakat pun berharap jaminan kesehatan semakin bagus dan semakin mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, masyarakat berharap pemerintahan baru di bawah Presiden RI JokoWidodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bisa membawa perubahan yang baik di semua sektor, termasuk di bidang kesehatan.

Di akhir jabatannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaruh harapan kepada kepemimpinan Jokowi-JK untuk melan melanjutkan program-program yang sudah baik dan memperbaiki apa yang sudah berjalan di era kepemimpinan sebelumnya. Salah satu program yang menarik perhatian adalah KIS (Kartu Indonesia Sehat). Diharapkan KIS tidak menyimpang dari SJSN yang baru dimulai sejak Januari 2014.

“Nama mungkin bisa beda, tetapi

harapannya sama. Saya yakin Pak Jokowi

melanjutkan dan mengembangkan program

BPJS,” kata SBY saat meresmikan Gedung

Pusat Operasi BPJS Kesehatan di Jakarta,

beberapa waktu silam.

Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional

(DJSN) Chazali H Situmorang mengatakan

BPJS Kesehatan dan KIS yang dicanangkan

Presiden Joko Widodo bisa terintegrasi.

Seperti saat menjabat sebagai Gubernur DKI

Jakarta, Jokowi mencanangkan KJS (Kartu

Jakarta Sehat) dan saat itu juga berintegrasi

ke dalam BPJS Kesehatan.

DKI Jakarta menjadi provinsi pertama yang melakukan integrasi jaminan sosialnya dengan BPJS kemudian disusul oleh Provinsi Aceh. Daerah lainnya harus segera menyusul karena amanat UU PBJS menyebutkan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) boleh berlangsung sampai dengan 2016 atau pada 1 Januari 2017 semua jaminan sosial harus terintegrasi dengan BPJS.

Harapan kepada pemerintahan baru juga disampaikan oleh penulis buku “Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari” Emir Soendoro. “Pak Jokowi harus berani menyatukan BPJS yang saat ini menjadi dua. Dulu, dirancangnya hanya satu bukan seperti sekarang ini. Dan seharnusnya Dirut BPJS itu dijadikan menteri,” kata Emir yang juga pencetus SJSN.

Saat ini ada dua BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS yang disatukan, menurutnya, akan lebih efisien. Hal ini menjadi tantangan bagi Presiden Joko Widodo demi rakyat Indonesia, termasuk nasib rakyat kecil dan buruh.

Selain penyatuan BPJS, setiap penduduk wajib membayar iuran BPJS agar danya menjadi kekuatan besar sebagai cadangan dana nasional. Seperti Malaysia, saat krisis 1998 dana cadangan nasional dari jaminan sosialnya bisa dimanfaatkan untuk mengatasi krisis.

Kini, harapan rakyat Indonesia kepada Pemerintahan Jokowi-JK begitu tinggi khususnya soal pelayanan kesehatan dan jaminan

sosial lainnya sehingga harus ada terobosan agar pelaksanaannya bisa lebih baik. "Saya menantang Jokowi melakukan terobosan itu, karena semuanya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat," ujarnya. Sementara itu, BPJS Kesehatan masih bekerja keras meningkatkan kepesertaan. Saat ini, dari 82 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkantor pusat di wilayah Jabodetabek masih ada 71 BUMN belum mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan.

Berdasarkan pasal 6 ayat (3) huruf a Perpres 111/2013 tertulis bahwa pemberi kerja

pada BUMN, usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil wajib melakukan pendaftatan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional paling lambat 1 Januari 2015. Harapan yang disampaikan Sekretaris Jenderal DPN Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sanny Iskandar, implementasi program BPJS Kesehatan masih

menghadapi lima masalah utama yang perlu segera diselesaikan, yakni proses kepesertaan yang belum sepenuhnya baik. Rasio kecukupan tenaga medis dalam melayani peserta BPJS masih perlu dibenahi, dan fasilitas kesehatan yang minim sarana dan prasarana serta jumlah pegawai BPJS perlu ditambah.

Selain itu, persoalan mekanisme koordinasi manfaat

(coordination of benefit) seharusnya mendapatkan

perhatian lebih. Badan usaha menginginkan sebelum 1 Januari 2015 persoalan CoB sudah bisa diterapkan. Banyaknya perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan disebabkan telah tergabung dengan asuransi swasta.

Saat ini sejumlah perusahaan yang sudah mengelola sendiri jaminan kesehatannya, sehingga enggan membayarkan dua kali pegawainya untuk asuransi kesehatan. Sementara itu, sebagian besar perusahaan yang belum masuk menjadi peserta BPJS Kesehatan karena kurangnya pemahaman internal.

Meskipun mengkritik pelaksanaan BPJS, APINDO menyampaikan harapannya pada program layanan kesehatan pemerintah tersebut. Sanny mengatakan pihaknya optimis BPJS Kesehatan bisa berbenah dan memberikan masyarakat Indonesia jaminan kesehatan nasional yang maksimal.

Asisten Manager Departemen Sumber Daya Manusia Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) Subkhan mengatakan, sebanyak 8.700 karyawan TMMI sudah jadi peserta BPJS Kesehatan. Ada yang didaftarkan sebagai peserta kelas II dan ada yang kelas I sesuai dengan gaji karyawan.

Subkhan berharap klinik-klinik yang ada di kantor-kantor TMMI dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sehingga untuk pelayanan kesehatan dasar bisa dilakukan seperti biasanya agar waktu bekerja juga menjadi efektif. “Jika CoB bisa dilaksanakan itu lebih baik karena perusahaan hanya cukup membayar ke perusahaan asuransi komersil kemudian asuransi tersebut yang membayar premi BPJS nya,” ujarnya.

Direktur SDM PT Pertamina, Evita, mengatakan hal yang sama, Perusahan BUMN sudah mendaftarkan karyawannya menjadi peserta BPJS Kesehatan.”Kita harus mematuhi undang-undang. Harapan kami, fasilitas kesehan milik Pertamina bisa bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, agar tidak mengurangi manfaat yang sudah biasa diterima oleh karyawan,” ujarnya.

Menaruh Harapan Baru

(9)

TESTIMONI

M

anfaat layanan kesehatan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan sudah mulai dirasakan oleh pesertanya. Animo masyarakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan juga mengalami peningkatan. Akibatnya, di hampir di semua rumah sakit mengalami peningkatan kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap.

Kenaikan pasien di fasilitas rujukan tingkat lanjutan ini mengakibatkan di sejumlah poliklinik di rumah sakit terjadi peningkatan pula. Akibatnya, pasien pun harus sabar mengantre. Bahkan, untuk mendapatkan layanan USG (ultra sonografi) pun harus bersabar menunggu giliran hingga 10 hari mendatang.

Sutarsih,42, warga Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur mengaku belum menjadi peserta BPJS Kesehatan. Sehingga dirinya merasa tidak perlu ke Puskesmas terlebih dahulu sebelum menuju rumah sakit. “Saya belum punya kartu BPJS, jadi saya langsung saja ke sini (rumah sakit – red),” kata Sutarsih saat ditemui di RS Persahabatan, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Ibu tiga anak yang akrab disapa Tarsih ini, mengalami gangguan di kandungannya. Dia merasa nyeri bagian bawah perut dan saat berhubungan badan dengan suaminya pun menjadi terganggu karena merasakan nyeri yang luar biasa. Sehingga dia pun memutuskan untuk berobat ke dokter. “Saya disuruh majikan saya untuk berobat, semua biayanya ditanggung bos saya,” ujarnya. Saat berobat di RS Persahabatan itu merupakan kunjungan berobat pertama kali di Jakarta, setelah enam bulan dia bekerja sebagai pengasuh. Sebelumnya Tarsih tinggal di

Jawa Tengah dan belum pernah mempunyai perlindungan asuransi atau jaminan kesehatan. “Saya tahu ada jaminan kesehatan nasional dan ada BPJS Kesehatan dari televisi dan radio, majikan saya bilang mau mendaftarkan saya menjadi peserta BPJS, tetapi saya belum punya e-KTP,” kata Tarsih.

Ketika pertama kali datang ke RS Persahabatan, dirinya langsung ke loket pendaftaran untuk pasien umum non BPJS Kesehatan. Setelah itu, langsung menunggu giliran di poli kebidanan. Di sana sudah ada sekitar 40 pasien yang menunggu. “Saya menunggu kira-kira sekitar satu setengah jam lalu dipanggil dan diperiksa dokter, setelah itu saya disuruh ke tempat pemeriksaan USG,” ungkapnya. Untuk mendapat pelayanan USG, Tarsih harus mendaftar lagi di tempat khusus USG yang jaraknya sekitar 200 meter dari poli kebidanan. “Nah, disana ternyata saya tidak bisa langsung dilayani, saya harus kembali 10 hari lagi. Artinya, antreannya panjang ya. Lalu saya pulang,” kata ibu tiga anak ini.

Biaya pemeriksaan dokter di RS Persahabatan sebesar Rp175.000. Setelah melapor ke majikannya, Tarsih disuruh untuk secepatnya melalukan USG di rumah sakit swasta. Lalu hari berikutnya Tarsih periksa USG di RS Omni Pulomas, Jakarta Timur. Setelah itu langsung konsultasi dokter dan diberi obat. “Biayanya seluruhnya sekitar Rp500 ribuan. Semua ditanggung majikan saya,” ujarnya.

Beruntunglah, Tarsih tidak mengalami sakit yang parah. Karena menurut dokter spesialis kandungan, Tarsih mengalami infeksi yang tidak berbahaya, dia pernah mengalami keguguruan dan pernah mengalami keputihan tetapi tidak pernah diketahui atau pun diobati, sehingga saluran rahimnya mengalami gangguan.

“Saya, suami saya dan anak-anak belum ada

yang punya jaminan kesehatan. Kalau sudah sakit

begini kan repot, untung saya punya majikan

yang baik. Kalau tidak ya repot sekali. Saya

sekeluarga ingin mendaftar BPJS Kesehatan,

buat jaga-jaga agar kalau sakit tidak bingung

biayanya. Tapi kalau sudah jadi peserta BPJS,

jangan sampai sakit deh,” kata Tarsih.

Sepuluh Hari Menunggu Giliran USG

T

ak ada satu pun orang ingin sakit atau mengidap penyakit. Tetapi, jika penyakit menyerang tubuh, tak seorang pun bisa menolaknya. Dan ujung-ujungnya adalah membutuhkan dana yang bisa tidak sedikit. Bagi Apri, 38, warga Desa Kutaliman, Kecamatan

Kedungbanteng, Purwokerto, Jawa Tengah, sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan mempunyai perasaan tenang karena sudah dilindungi jaminan kesehatan. Setiap bulan dia membayar iuran untuk kelas 2 yaitu sebesar Rp42.500. Namun, dia mengatakan tidak mau memanfaatkan kartu BPJS nya, alias dia ingin sehat.

Meskipun tidak pernah sakit, namun Apri sangat memahami soal pelayanan jaminan kesehatan nasional, saat adik dan kakaknya harus menjalani perawatan di rumah sakit. Adiknya, Mugi, sekitar dua bulan lalu dirawat di Rumah Sakit Tegalrejo, Semarang, Jawa Tengah. “Awalnya, sih seperti agak sulit mengurus administrasinya, tetapi ternyata bagus kok,” ujarnya.

Mugi yang masih kuliah di Politeknik Universitas Negeri Semarang, divonis mengidap Hepatitis B, sehingga harus menjalani rawat inap. “Tetapi saat itu, tidak ada kamar, kami sudah panik saja. Lalu, keluarga minta di kelas yang ada, saat itu adanya kelas 1 plus, risikonya harus tambah biaya karena kelasnya naik. Adik saya terdaftar BPJS Kesehatan di kelas 2,” kata Apri.

Beruntung, saat itu hanya sehari saja, karena hari berikutnya sudah tersedia ruang rawat inap kelas 2. Setelah tiga hari dirawat diizinkan pulang dan diteruskan dengan rawat jalan. Biaya selama tiga hari itu sekitar Rp6 juta, tetapi karena sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan sehingga tidak perlu membayar tambahan apa pun, kecuali tambahan biaya kamar sebesar Rp500.000 karena menggunakan kelas perawatan yang lebih tinggi.

“Kebetulan adik saya sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan. Setelah sebulan menjadi peserta, eh jatuh sakit. Ya disitulah, kita harus siap-siap punya jaminan kesehatan. Ibaratnya sedia payung sebelum hujan,” kata Apri.

Pengusaha roti ini mengagatakan, setelah

kembali ke rumah, Mugi menjalani rawat jalan,

dan beberapa kali check up. “Semua biaya check

up tidak dipungut biaya lagi, karena sudah

dibayar oleh BPJS Kesehatan. Seperti nabung

ya, tapi ini tidak bisa diambil, Cuma bisa dipakai

kalau sakit. Tapi jangan sakit deh,” ujarnya.

Sementara kakaknya, Tatinah, juga pernah memanfaatkan kartu BPJS Kesehatan di RS Bedah Artawinangun, Purwokerto, Jawa Tengah. Tatinah menjadi peserta kelas 3 BPJS Kesehatan. Menurut Apri, kakaknya mendapat pelayanan yang baik, meskipun peserta kelas 3 dengan iuran sebesar Rp25.500 setiap bulan.

Begitu juga dengan ibunya, Ny Tarwen, 68, yang menjadi peserta kelas 3 BPJS Kesehatan, setiap bulan rutin ke Puskesmas untuk memeriksakan kesehatan. “Baguslah, ada BPJS Kesehatan. Tapi kita harus rajin membayar. Itu sama saja seperti menyisihkan sedikit uang jajan, tetapi jaminan kesehatan ini sangat penting untuk menjaga kita,” kata ayah dua anak ini.

Tak Rugi Jadi Peserta

BPJS

Kesehatan

Sutarsih

42 Tahun

Apri

(10)

Info

BPJS Kesehatan

edisi 11 Tahun 2014

SEHAT

10

P

ertumbuhan ekonomi yang meningkat di Indonesia, sejak beberapa dekade, berimbas kepada pendapatan keluarga juga mengalami kenaikan. Menu yang disantap sehari-hari pun ikut-ikutan dipilih yang serba instan seperti makanan siap saji. Begitu juga anak-anak. Mereka memilih burger dibandingkan nasi pecel plus sayuran. Bila tanpa kontrol orangtua makanan yang serba instan bisa menimbulkan penyakit.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tim medis belakangan ini, jumlah anak yang menderita Diabetes Mellitus (DM) meningkat 500 persen dalam kurun waktu lima tahun. Setiap minggu selalu ada anak penderita diabetes baru. Berdasarkan catatan, dalam tahun 2014 ini, jumlah anak yang menderita DM, mencapai 1.100 anak. Anak-anak tersebut akan selalu hidup dengan diabetes sepanjang hayatnya. "Penderita baru semakin bertambah ketika liburan sekolah. Ini, memprihatinkan, " kata spesialis pola kembang anak, Dr Aman Pulungan, SpA(K), dalam sebuah diskusi di rumah sakit di Jakarta, pekan lalu.

Ketika liburan, jumlah anak yang menderita DM bertambah karena orangtua memberi kebebasan menyantap menu apa saja. Hal ini, perlu adanya edukasi kepada orangtua agar tetap membatasi menu bagi anak. Bila perlu anak-anak diberikan masakan dan banyak sayuran. "Inilah perilaku keluraga Indonesia yang harus diubah," tuturnya.

Penyakit diabetes merupakan penyakit autoimun yang kemudian dicetuskan oleh defisiensi vitamin. Biasanya, anak menderita DM tipe I. Namun ada juga tipe II yang disebabkan oleh obesitas. Faktor penyebab anak terkena DM bukan hanya menu makanan tyang penuh kolesterol melainkan kurangnya paparan matahari pada anak juga menyebabkan diabetes. "Maklum saja, banyak anak yang diantar ke sekolah atau ke tempat kegiatannnya menggunakan mobil sehingga sangat sedikit terkena paparan matahari," ujarnya

.

Menurutnya, sekitar 15 persen anak di Jakarta jarang terpapar matahari. Adapun ciri-ciri diabetes pada anak yakni mudah haus, sering buang air kecil, selalu lapar, penurunan berat badan yang tidak sehat, selalu lelah, masalah penglihatan, dan infeksi ragi. Bilamana orangtua yang mempunyai anak-anak dengan ciri di atas untuk membawanya ke dokter sebelum terlambat, "Hampir setiap hari ada orangtua yang datang untuk konsultasi dengan saya," jelasnya.

Maka, saat ini, Indonesia menempati peringkat kesepuluh dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Diperkirakan penderita diabetes akan semakin meningkat setiap tahunnya karena perubahan gaya hidup masyarakat. Mengenai obesitas yang juga berdampak kepada DM, Pakar tumbuh kembang anak, Dr Aman Pulungan Sp A(K) memberi tips untuk mencegah obesitas atau kegemukan pada anak dengan 5210. Artinya 5 dari lima kali anak makan buah dan sayur setiap harinya.

Kemudian, 2 yang dimaksud adalah maksimal dua jam waktu anak untuk menonton televisi maupun mengerjakan pekerjaan rumah.Satu yang dimaksud adalah anak harus satu jam terpapar sinar matahari. Sedangkan, 0 adalah nol gula atau tanpa gula. Dengan demikian anak bisa terhindar dari obesitas.

Menurutnya, obesitas menjadi salah satu penyebab diabetes pada anak. Jumlah anak yang menderita diabetes saat ini sebanyak 1.100 atau naik 500 persen dalam kurun waktu lima tahun."Diabetes ada yang disebabkan genetik dan ada juga obesitas. Penyebabnya, ya kelakuan keluarga yang membolehkan anak makan sembarangan ketika libur," terang nya.

Banyak orangtahu, jika menyantap makanan yang diolah sebdiri lebih efektif dan sehat namun tidak sedikit yang enggan melaksanakannya. Alasannya, sudah capek bekerja dan malas untuk memasak. Padahal, pola hidup sehat paling efektif bila mengolah makanan sendiri di rumah.

Kehidupan super sibuk sering dijadikan mereka yang ingin menurunkan berat badan sebagai alasan tak sempat untuk berolahraga dan memasak makanan sehat di rumah. Kesibukan di kantor yang menguras waktu atau kesibukan kuliah ditambah perjalanan panjang rumah ke kantor pulang pergi membuat waktu hanya cukup untuk beristirahat.

Namun, Anda tak perlu khawatir. Bagi Anda yang masih memiliki semangat tinggi untuk menurunkan berat badan masih ada cara untuk mendapatkan hal tersebutl lewat beberapa langkah kecil. Dilansir melakukan beberapa hal kecil. Tips yang diberikan sejumlah dokter dalam diskusi tadi, yakni:

Pertama, kurangi konsumsi gula dan kafein. Saat

stres, tubuh membutuhkan sesuatu seperti kopi dan gula untuk lebih berenergi. Nyatanya, hal ini memang dapat memberikan energi pada awal namun seiring waktu akan luntur dan malah membuat lemas.

Kedua, singkirkan stok makanan atau minuman tak

sehat. Jauhkan makanan enak di lidah seperti keripik, kerupuk olahan, makanan beku. Lupakan juga aneka minuman kola dan manis lainnya. "Ketika sedang sibuk dan lapar, Anda akan mengambil makanan ini dibandingkan makanan sehat," terangnya.

Ketiga, jangan lupa menulis jadwal olahraga. Tulis

dalam reminder Anda maupun notes, pada pukul berapa esok akan berolahraga. "Jika Anda menulis dengan spesifik besok akan berolahraga apa dan pukul berapa Anda akan menjadikannya sebagai hal penting yang harus ditepati," jelas Rumsey.

Keempat, selalu miliki stok cemilan sehat. Lupakan

keripik kentang atau biskuit cokelat kesukaan demi dapatkan tubuh langsing. Lebih baik siapkan cemilah sehat seperti yoghurt dan biskuit gandum. "Pilih cemilan kombinasi antara protein dan karbohidrat sehat," tambahnya.

Kelima, cari teman berolahraga. Ajak teman yang

memiliki semangat sama menurunkan berat badan dengan berolahraga. Olahraga jadi tak sekedar membakar kalori tapi juga aktivitas sosial yang menyenangkan.

Keenam, belajar membuat makanan sehat sederhana.

Usai pulang dari aktivitas yang melelahkan di luar rumah memang lebih mudah untuk mengolah aneka makanan beku. Eitss tapi ingat-ingat kembali misi Anda untuk turunkan berat badan. Cukup masak beras cokelat atau beras merah, kemudian tumis sayuran yang mudah seperti buncis, bayam, atau kangkung.

Ketujuh, letakkan perlengkapan olahraga di tempat

terlihat. Jangan sembunyikan barbel di bawah ranjang kasur, namun letakkan dia di tempat yang mudah terlihat. Pastikan juga sepatu dan pakaian olahraga di tempat diambil untuk mengingatkan Anda untuk berolahraga.Silahkan, mencoba semoga berhasil.

TIPS !

Anak Kegemukan, Inilah Solusinya

Memprihatinkan, Jumlah

Anak Terkena Diabetes

Meningkat Tajam

(11)

Kilas & Peristiwa

Q & A

Question and Answer

1. Saat ini bank mana saja yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ?

Saat ini terdapat 3 (tiga) bank yang berkerjasama dengan BPJS Kesehatan yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI.

2. Apakah pembayaran iuran/badan usaha dapat dilakukan melalui bank lain ? Bagaimana caranya ?

Bisa, pembayaran iuran jaminan kesehatan dapat dilakukan melalui bank lain. Pembayaran tersebut dilakukan melalui sistem RTGS / Kliring dengan mencantumkan nomor virtual account badan usaha / individu.

3. Apakah peserta dapat membayar langsung di BPJS Kesehatan ?

Bisa, peserta dapat langsung membayar pada kantor cabang BPJS Kesehatan dengan mesin EDC

4. Apakah nomor virtual account (VA) itu ?

Nomor Virtual Account adalah nomor identitas untuk pembayaran iuran yang terdiri dari kode bank. Untuk individu adalah kode bank + 0 (untuk individu) + 10 nomor peserta dari belakang. Total nomor virtual account harus 16 angka. Contoh : 88888+0+0123456789. Untuk badan usaha adalah : kode bank + 9 (untuk badan usaha) + 10 nomor peserta dari belakang. Total nomor virtual account harus 16 angka. Contoh : 88888+9+0123456789

5. Berapa kode bank untuk pembayaran iuran ?

a. Bank Mandiri : 88889 b. BNI dan BRI : 88888

6 . Melalui channel apa saja pembayaran di bank dapat dilakukan ?

Pembayaran melalui bank dapat dilakukan melalui beberapa cara :

a. Peserta datang ke petugas teller bank dan menunjukkan/menyebutkan nomor peserta yang tercantum pada kartu BPJS Kesehatan.

b. Apabila peserta telah memiliki rekening pada bank tersebut dan memiliki kartu ATM, peserta dapat melakukan pembayaran melalui ATM dengan memilih menu pembayaran iuran JKN / BPJS Kesehatan, berikut petunjuk lengkapnya :

a. Bank Mandiri :

- Setelah memasukkan pin ATM, pilih menu bayar / beli, lalu lainnya

- Pilih menu BPJS, lalu pilih BPJS Kesehatan - Pilih Individu / Badan Usaha, lalu masukkan nomor VA. Contoh : pada saat memasukkan nomor VA Individu, tambahkan kode 888890+nomor peserta (Untuk badan usaha : 888899+kode BU). Total angka harus 16 angka. - Masukkan jumlah bulan bayar, lalu pilih "YA" - Muncul menu konfimasi pembayaran, jika telah sesuai pilih "YA".

- Simpan bukti transaksi

b. Bank BNI :

- Setelah memasukkan pin ATM, pilih menu lainnya.

- Pilih menu pembayaran - Pilih menu berikutnya

- Pilih menu JKN/BPJS Kesehatan - Masukkan nomor virtual account

- Akan muncul menu konfirmasi pembayaran - Pilih sumber pembayaran : Giro, Tabungan - Tekan selesai jika transaksi telah berhasil - Simpan bukti transaksi

c. Bank BRI :

- Setelah memasukkan pin ATM, pilih menu transaksi lainnya, lalu pilih menu pembayaran - Pilih menu BPJS Kesehatan

- Masukkan nomor virtual account (VA) - Setelah muncul menu konfirmasi jumlah pembayaran pada ATM, masukkan nominal pembayaran.

- Setelah selesai, simpan bukti pembayaran. *Saat ini proses pembayaran melalui internet banking juga telah bisa dilaksanakan melalui Bank Mandiri dan BRI (untuk BNI dalam proses pengembangan).

7. Apakah bisa melakukan pembayaran lebih dari 1 bulan sekaligus ?

Bisa, peserta dapat melakukan pembayaran lebih dari 1 bulan. Saat ini baru Bank BNI, BRI dan Mandiri yang telah menyediakan fasilitas pembayaran lebih dari 1 (satu) bulan.

CARA MEMBAYAR IURAN BPJS KESEHATAN (bagian 1)

Kartu Indonesia Sehat (KIS) resmi diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo di Gedung Pos Ibukota, Lapangan Banteng - Jakarta Pusat, Senin (3/11). Presiden hadir ditemani Ibu Negara - Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan - Puan Maharani, Menteri Kesehatan - Nina Moeloek, Menteri Sosial - Khofifah Indar Parawansa, dan Direktur Utama BPJS Kesehatan - Fachmi Idris.

Sebanyak 2.775 KIS dibagikan kepada 600 KK di lima kantor pos se-Jakarta. Di antaranya Kantor Pos Pasar Baru, Kantor Pos Kebon Bawang, Kantor Pos Jalan Pemuda, Kantor Pos Mampang dan Kantor Pos Fatmawati.

Sebelum diluncurkan secara resmi hari ini, Presiden Joko Widodo telah membagikan KIS kepada para pengungsi bencana letusan Gunung Sinabung.

Rencananya sepanjang tahun 2014 ada 430-ribuan KIS yang akan dibagikan ke 19 kabupaten/Kota.

KIS berfungsi sebagai kartu jaminan kesehatan, yang dapat digunakan untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan, sesuai dengan indikasi medis. KIS merupakan perluasan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan sebelumnya dan dikelola oleh BPJS Kesehatan pada 1 Januri 2014. KIS diperuntukan bagi penduduk Indonesia, khususnya fakir miskin dan tidak mampu serta iurannya dibayarkan oleh pemerintah. BPJS Kesehatan adalah Badan Hukum Publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan/mengelola program Jaminan Kesehatan SJSN (JKN).

Penerima KIS juga diprioritaskan untuk masyarakat pra-sejahtera yang belum tercover dalam Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari program JKN. Diperkirakan ada 4,5 juta

penduduk pra-sejahtera RI, yang merupakan kepala dan anggota keluarga dari 1 juta keluarga kurang mampu yang akan mendapat KIS. Bagi pemegang kartu BPJS Kesehatan dan Askes yang lama tidak perlu khawatir karena kartu tersebut masih berlaku.

Kartu Askes, Kartu Jamkesmas, Kartu JKN-BPJS Kesehatan, KJS, e-ID BPJS Kesehatan masih tetap berlaku dan dapat dipergunakan untuk mendapatkan Jaminan Kesehatan yang kelola BPJS Kesehatan. Untuk peserta baru yang berasal dari fakir miskin dan tidak mampu, secara bertahap akan diterbitkan KIS

Prosedur pelayanan kesehatan peserta KIS disesuaikan dengan prosedur yang selama ini diterapkan dalam program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan yaitu sesuai dengan indikasi medis, serta tidak ada batasan umur. Peserta KIS bisa berobat di 19.682 Faskes tingkat I (Puskesmas, Klinik, Dokter Prakter Perorangan, Optik, dsb) dan 1.574 rumah sakit se-Indonesia, termasuk 620 rumah sakit swasta.

BPJS Kesehatan Siap Layani Peserta

Pemegang “Kartu Indonesia Sehat”

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena legitimasi jabatan tersebut ditentukan oleh rakyat dengan agenda politik yang disebut dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadasung), maka gereja juga

Hasil praktikum pada preparat irisan melintang batang Apium graveolens dengan nama lokal seledri famili Apiaceae sudah sesuai dengan pustaka, karena pada

(29) Perhatikan bahwa persamaan Laplace untuk potensial (28) dan divergensi medan (29) tetap berlaku walaupun pusat koordinat ditaruh di sembarang posisi, bukan di posisi massa r m

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana fungsi tari tembut-tembut dalam Upacara Adat Ndilo Wari Udan Pada Masyarakat Karo”?.

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini akan dibahas suatu alternatif valuasi pendanaan pensiun manfaat pasti pada jenis pensiun karena cacat,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) disertai dengan media

Kebijakan negara dalam aspek pengembangan perkebunan yang berbentuk peraturan perundang- undangan seiring dengan pelaksanaannya yang telah hadir ditengah-tengah

Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan izin trayek kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan