• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. pembelajaran. Hasil belajar (Sudjana, 2008 : 22) adalah kemampuan-kemampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. pembelajaran. Hasil belajar (Sudjana, 2008 : 22) adalah kemampuan-kemampuan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan nilai yang diperoleh siswa diakhir pembelajaran. Hasil belajar (Sudjana, 2008 : 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom, hasil belajar terdiri dari tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif pada hasil belajar, terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Sudjana, 2008:22).

Jadi dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud meliputi ranah kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi), afektif tentang sikap dan nilai siswa dalam pembelajaran serta psikomotor yaitu keterampilan siswa .

2.2Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya secara kelompok-kelompok kecil secara heterogen sehingga terciptanya interaksi antara siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011:202).

(2)

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah positif interpendence (saling ketergantungan positif), personal responbility

(tanggung jawab perseorangan) face to face promotive interaction

(interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan group processing atau pemrosesan kelompok.

(Suprijono,2009:58) Sintak dari model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu Tabel 1. Fase-fase pembelajaran Kooperatif.

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set.

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan dan mempersiapkan peserta didik untuk siap belajar.

Fase 2: Present information.

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning teams.

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Assist team work and

study.

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar bersama selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials.

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi indvidu maupun kelompok.

(3)

Berdasarkan dari beberapa sumber yang dikutip sebelumnya tentang pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang jumlah siswa dalam kelompok-kelompok, empat sampai enam orang dan memiliki latar belakang yang heterogen sehingga siswa-siswa dapat bekerja sama di antara anggota kelompoknya. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase, yaitu fase (1): menyampaian tujuan dan mempersiapkan peserta didik; fase (2): Menyajikan informasi; fase (3): Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar; fase (4): Membantu kerja tim dan belajar; fase (5): Mengevaluasi; fase (6): Memberikan pengakuan atau penghargaan.

2.3Metode Tutor Sebaya

a. Pengertian metode tutor sebaya

Tutor sebaya adalah beberapa orang siswa yang memiliki potensi tinggi atau prestasi tinggi di kelas dan ditunjuk oleh guru untuk membimbing temannya melalui diskusi kelompok-kelompok kecil. Menurut Suherman, dkk (dalam jurnal Dedi Herianto. 2010), tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas.

Conny Semiawan mengemukakan bahwa “tutor sebaya adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai”. Menurut Suryo dan Amin yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa lain yang mengalami kesulitan belajar.

(4)

Berdasarkan dari beberapa sumber yang dikutip di atas, dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya adalah salah satu metode dimana siswa-siswa yang memiliki prestasi tinggi dan tingkat pemahaman tinggi, dapat memberikan bimbingan kepada siswa-siswa yang memiliki prestasi rendah sehingga siswa yang prestasinya rendah bisa meningkatkan hasil belajar dalam kelas dengan adanya bimbingan dari teman sekelasnya dan timbul rasa saling menghargai antara sesama siswa. Selain itu, suasana dalam kelas menjadi aktif karena siswa yang diberi bimbingan tidak malu bertanya kepada temannya dan dapat memahami materi pembelajaran.

b. Persiapan Metode Tutor Sebaya

Persiapan dalam memilih tutor sebaya, dimana siswa yang akan dijadikan tutor harus memiliki kriteria dengan nilai prestasi dan akademik dalam kelas lebih baik dari siswa-siswa yang lainnya. Selain dari prestasi dan akademik dalam kelas, seorang siswa yang dipilih sebagai tutor harus bisa membimbing atau memberikan penjelasan kepada temannya.

Arikunto mengemukakan bahwa dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya.

2. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan.

3. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. 4. Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan

bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.. (Jurnal Sabaruddin. 2009).

(5)

Selain itu, menurut Sawali dalam memilih tutor, hendaknya seorang tutor memiliki kriteria sebagai berikut.

1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas.

2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa,

3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik,

4. Memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan ramah dengan sesama.

5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai

yang terbaik.

6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab.Suka membantu

sesamanya yang mengalami kesulitan.

(Jurnal Amiruddin, 2010) Menurut Hamalik (jurnal Rofiqoh Nurhayati. 2009), tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan

(1) Guru membuat program pengajaran tentang satu pokok bahasan.

(2) Menentukan beberapa orang siswa sebagai tutor sebaya. Tutor yang dipilih harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan jumlah siswa disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.

(3) Mengadakan latihan bagi para tutor. Sebelum pembelajaran dimulai, tutor diberi bimbingan oleh guru diluar jam sekolah.

(4) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang. Siswa yang dibentuk secara heterogen dengan kemampuan yang berbeda-beda.

B. Tahap Pelaksanaan

(1) Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan. Materi yang diberikan berupa materi inti yang dipelajari.

(6)

(2) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor membimbing anggotanya dalam memahami materi. Tutor membimbing anggotanya dalam mengatasi masalah dan kesulitan yang didapatkan oleh anggotanya.

(3) Guru mengawasi jalannya proses belajar. Guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.

C. Tahap Evaluasi

(1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan materi dengan baik atau tidak.

(2) Mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah.

Berdasarkan uraian di atas tentang tahapan dalam tutor sebaya, maka tahapan tutor sebaya yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2. Tahapan Metode Tutor Sebaya dalam penelitian

TAHAP – TAHAP PERILAKU GURU

1 2

Persiapan a. Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan b. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi

kriteria sebagai tutor sebaya..

c. Mengadakan latihan bagi para tutor sebelum pelajaran dimulai.

d. Menjelaskan tujuan dan mempersiapkan peserta didik untuk siap belajar.

(7)

1 2

e. Pengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang, kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.

Pelaksanaan a. Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan.

b. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

c. Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri melalui bahan bacaan. Jika anggota kelompok mendapatkan pertanyaan, pertanyaannya ditulis diselembar kertas yang diberikan guru. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru. d. Guru mengawasi jalannya proses belajar.

e. kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Evaluasi a. Guru memberikan rangkuman materi kepada anggota

kelompok (selain tutor)

b. mengingatkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya di rumah.

(8)

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya

Menurut Suryo dan Amin (dalam jurnal Sabaruddin, 2009.), beberapa kelebihan metode tutor sebaya adalah siswa menjadi akrab, bersifat efisien dalam hal membantu guru, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

Menurut Suparno (jurnal Amiruddin, 2010), kelebihan dari metode tutor sebaya yaitu, dapat menghilangkan rasa takut bertanya pada siswa, dapat memperkuat konsep, melatih kesabaran bagi tutor terhadap siswa yang lamban

dalam belajar, dan terjadi interaksi antar siswa dimana siswa yang lemah dapat

terus terang memberi tahu tutornya mana yang belum jelas tanpa malu – malu. Kelebihan lain metode tutor sebaya , dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam suatu kelas. Selanjutnya siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan motivasi itu diharapkan tumbuh dari terciptanya hubungan yang saling menentukan dan membutuhkan antara guru. Dampak semuanya ini, seorang guru dituntut untuk mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory (pemberi informasi) saja tetapi guru juga berfungsi sebagai mediator, komunikator, fasilitator, sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

(jurnal Sitti Rahmawati.2007)

Adapun kekurangan metode tutor sebaya menurut Arikunto ( jurnal Amiruddin, 2010), yaitu: (1) siswa menjadi tidak serius dalam belajar karena berhadapan dengan temannya; (2) Ada beberapa siswa yang malu-malu bertanya, karena takut kelemahannya diketahui temannya sendiri. Ini dapat menyebabkan siswa tersebut tidak fokus pada pembelajaran; (3) bagi guru sukar untuk memilih siswa yang akan dijadikan tutor. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa pandai memberi bimbingan kepada temannya.

(9)

2.4 Materi Pembelajaran tentang Besaran dan Satuan 2.4.1 Satuan, standar, dan Sistem Internasional (SI)

Pengukuran semua besaran sebenarnya relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentu, dan satuan ini harus dispesifikasikan di samping nilai numeriknya. Sebagai contoh, kita dapat mengukur panjang dalam satuan inci, feet (kaki), mil, atau pada sistem metrik dalam centimeter, meter atau kilometer. Menyatakan bahwa panjang suatu benda adalah 18,6 tidak ada artinya. Satuan harus, diberikan; karena jelas, 18,5 meter sangat berbeda dari 18,5 inci atau 18,6 milimeter.

Standar internasional yang Pertama adalah meter (disingkat m), dinyatakan sebagai standar panjang oleh French Academy of Sciences pada tahun 1790-an. Standar sekon sekarang didefinisikan lebih tepat dalam frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh atom cesium ketika melewati dua keadaan tertentu. Tepatnya, satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk 9.192.770 periode radiasi ini. Tentu saja, ada tepat 60 s dalam satu menit (min) dan 60 menit dalam satu jam atau hour (h). Perhatikan bahwa dua faktor 60 ini (sebagaimana juga 2,54 cm per inci) merupakan definisi dan dengan demikian memiliki jumlah angka signifikan tak terhingga. Satuan standar massa adalah kilogram (kg). Standar dari massa adalah sebuah tabung platinum-iridium khusus, yang disimpan di Biro Internasional untuk Berat dan Ukuran (International Bureau of Weights and Measures) di dekat kota Paris, Prancis, yang massanya didefinisikan tepat 1 kg.

(10)

2.4.2 Pengukuran ketidakpastian

Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah instrument di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan. Misalnya, jika Anda memakai sebuah penggaris centimeter untuk mengukur lebar sebuah papan (Gambar 1), hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm, yaitu bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit bagi peneliti untuk memastikan suatu nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu sendiri mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih baik dari ini.

Gambar 1. Pengukuran lebar sebuah papan dengan penggaris ceintimeter. Ketepatan kira-kira ± 1 mm.

Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan, atau perkiraan ketidakpastian, pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh, lebar papan tersebut dapat dituliskan sebagai 5,2 ± 0,1 cm. Hasil 0,1 cm (“kurang lebih 0,1 cm”) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran itu, sehingga lebar sebenarnya paling mungkin berada di antara 5,1 dan 5,3 cm. Persen ketidakpastian merupakan rasio antara ketidakpastian dan nilai yang

(11)

terukur, dikalikan dengan 100. Misalnya, jika pengukuran adalah 5,2 dan ketidakpastian sekitar 0,1 cm, persen ketidakpastian adalah

0,1 x 100 = 2% 5,2

Ketika melakukan pengukuran, atau perhitungan, Anda harus menghindar dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban terakhir dari jumlah digit yang diperbolehkan. Sebagai contoh, untuk menghitung luas persegi panjang dengan ukuran 11,3 cm dan 6,8 cm, hasil perkaliannya adalah 76,51 cm2. Tetapi jawaban ini jelas tidak akurat sampai 0,01 cm2, karena (dengan menggunakan batas luar dari perkiraan ketidakpastian untuk setiap pengukuran) hasilnya bisa di antara 11,2 x 6,7 = 75,04 cm2 dan 11,4 x 6,9 = 78,66 cm2. Sebaik-baiknya, kita bisa menyatakan jawabannya adalah 77 cm2, yang menyatakan ketidakpastian sekitar 1 atau 2 cm2. Dua digit lainnya (pada angka 76,84 crn2) harus dihilangkan karena tidak signifikan. Sebagai aturan umum, hasil akhir dari perkalian atau pembagian harus memiliki digit hanya sebanyak digit pada angka dengan jumlah angka signifikan terkecil yang digunakan pada perhitungan tersebut. Bagaimanapun, untuk mendapatkan hasil yang paling akurat, merupakan praktek yang baik untuk menyimpan satu atau dua angka signifikan tambahan selama perhitungan, dan bulatkan hanya pada hasil akhir.

2.4.3. Vektor

Besaran seperti kecepatan, yang memiliki arah dan besar merupakan besaran vektor. Karena vektor adalah besaran yang memiliki arah dan besar, penambahannya harus dilakukan dengan cara yang khusus. Aritmetika sederhana

(12)

juga dapat digunakan untuk penambahan vektor jika arahnya sama. Vektor perpindahan resultan, DR, adalah jumlah dari vektor D1 dan D2 yaitu

DR = D1 + D2

Ini adalah persamaan vektor. Satu ciri penting dari penambahan dua vektor tidak berada pada garis yang sama adalah bahwa besar vektor resultan tidak sama dengan jumlah besar kedua vektor pembentunya, tetapi lebih kecil dari jumlah tersebut.

Aturan-aturan untuk menggambar vektor sebagai berikut.

1) Pada diagram, gambarkan salah satu vektor – sebut saja V1 – sesuai skala. 2) Kemudian gambarkan vektor kedua, V2, sesuai skala, dengan

menempatkan pangkalnya di ujung vektor pertama dan pastikan bahwa arahnya betul.

3) Tanda panah yang digambar dari pangkal vektor pertama ke ujung vektor kedua menyatakan jumlah, atau resultan, dari kedua vektor tersebut.

Perhatikan bahwa vektor-vektor dapat ditranslasikan secara paralel terhadap vektor itu sendiri untuk mendapatkan hasil ini. Panjang resultan dapat diukur dengan penggaris dan dibandingkan dengan skala. Sudut dapat diukur dengan busur derajat. Metode ini dikenal degan nama metode pangkal-keujung untuk Penambahan vektor.

Metode pangkal-ke-uiung untuk penambahan vektor dapat diperluas sampai tiga vektor atau lebih. Resultan digambar dari pangkal vektor pertama ke ujung vektor terakhir. Sebuah contoh ditunjukkan pada Gambar 2 ; ketiga vektor itu dapat menyatakan perpindahan (timur laut, selatan, barat) atau gaya. Periksalah sendiri apakah Anda bisa mendapat resultan yang sama dengan berbagai urutan.

(13)

Gambar 2. Resultan dari tiga vektor, VR = V1 + V2 + V3

Cara kedua untuk menambahkan dua vektor adalah metode jajaran genjang. Cara ini ekivalen dengan metode pangkal-ke-ujung. Pada metode ini, kedua vektor digambarkan berasal dari satu titik yang sama, dan dibuat sebuah jajaran genjang dengan menggunakan kedua vektor ini sebagai sisi-sisi yang berkesinambungan seperti ditunjukkan pada gambar 3. resultannya merupakan diagonal yang digambar dari titik asal. Pada gambar 3 a, diperlihatkan metode pangkal-ke-ujung, dan jelas bahwa kedua metode memberikan hasil yang sama. Kesalahan yang umum adalah penggambaran vektor jumlah sebagai diagonal antara kedua ujung vektor, seperti pada gambar 3 c tersebut. Cara ini salah : diagonal tersebut tidak menyatakan jumlah kedua vektor. Pada kenyataannya, diagonal ini menyatakan selisih kedua vektor itu, V2 – V1.

Gambar 3. Penambahan vektor dengan dua metode yang berbeda, (a) dan (b). Gambar (c) tidak benar.

V3 VR V1 V2 V3 V2 V1 + + = V2 = V1 + V2 V1 V2 VR (a) Pangkal-ke-ujung (b) Jajaran genjang V1 V2 VR V1 V2 V1 (c) Salah = =

(14)

Jika diketahui sebuah vektor V, kita definisikan negatif vekror ini (-V) sebagai vektor yang memiliki besar yang sama dengan V tetapi dengan arah yang berlawanan , dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Negatif dari sebuah vektor adalah sebuah vektor yang memiliki panjang yang sama tetapi arahnya berlawanan. Meskipun demikian, perhatikan bahwa tidak ada vektor yang negatjf jika ditinjau dari besarnya: besar setiap vektor adalah positif. Tanda minus memberitahu kita mengenai arahnya. Kita sekarang bisa mendefinisikan pengurangan sebuah vektor dari vektor lainnya: selisih antara dua vektor, V2 – V1 didefinisikan sebagai

V2 – V1 = V2 + (– V1) .

Artinya, selisih antara dua vektor sama dengan jumlah yang pertama ditambah dengan negatif yang kedua. Dengan demikian, aturan-aturan kita untuk penambahan vektor dapat diterapkan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5 dengan menggunakan metode pangkal-ke-ujung.

Gambar 5. Penguraian dua vektor : V2 – V1

(Giancoli , 2001 : 7-11 dan 56-61) V - V = V1 V2 - V2 + -V1 = V2 – V1 V2 -V1

(15)

2.5Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian tindakan kelas sebelumnya yang serupa dengan menggunakan metode tutor sebaya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sabaruddin mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang berjudul peranan Metode Tutor Sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Inpres Karawa Kab. Pinrang pada pokok bahasan KPK dan FPB. Hal yang membedakan pada penelitian sebelumnya, metode tutor sebaya yang dilakukan diterapkan dijenjang pendidikan SMA dengan bidang studi Fisika, sedangkan penelitian sebelumnya, metode tutor sebaya diterapkan dijenjang pendidikan SD dengan bidang studi Matematika. Hal sama dalam penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya yaitu, metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik dijenjang pendidikan yang berbeda dan bidang studi yang berbeda.

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Moh. Amiruddin, mahasiswa Universitas Negeri Islam Malang dengan judul implementasi metode tutor sebaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran ips terpadu kelas VIII A MTS Al-Ma’rif 01 Singosari Malang. Hal yang membedakan pada penelitian sebelumnya, metode tutor sebaya diterapkan dijenjang pendidikan MTS dan bidang studi IPS. Metode tutor sebaya diterapkan untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan metode tutor yang dilakukan oleh peneliti, diterapkan dijenjang pendidikan SMA, bidang studi IPA atau sains khususnya bidang studi fisika.

(16)

2.6Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dari uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : “jika guru menggunakan metode Tutor Sebaya pada Kelas X5 di SMA Negeri 1 Telaga Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Besaran dan Satuan maka, hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal”.

2.7 Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Skor perolehan pada aspek-aspek kegiatan guru dan keterlaksanaan pembelajaran dalam menerapkan metode Tutor Sebaya paling kurang 80% dengan kriteria baik sampai sangat baik (Purwanto. 2006: 103).

b. Skor perolehan pada aspek-aspek aktivitas siswa dalam memperoleh nilai pengamatan paling kurang 80% dengan kriteria baik sampai sangat baik (Purwanto. 2006: 103).

c. Skor perolehan pada aspek-aspek keterlaksanan metode tutor sebaya sesuai dengan tahapan pembelajaran paling kurang 80% dengan kriteria baik sampai sangat baik (Purwanto. 2006: 103).

d. Paling kurang skor perolehan yang didapatkan 85% dari keseluruhan siswa yang memperoleh tindakan dengan daya serap minimal yaitu nilai 78 (Kriteria Ketuntasan Minimal di Sekolah).

Gambar

Tabel 2. Tahapan Metode Tutor Sebaya dalam penelitian
Gambar  1.  Pengukuran  lebar  sebuah  papan  dengan  penggaris  ceintimeter.
Gambar 3. Penambahan vektor dengan dua metode yang berbeda, (a) dan (b).
Gambar  4.  Negatif  dari  sebuah  vektor  adalah  sebuah  vektor  yang  memiliki panjang yang sama tetapi arahnya berlawanan

Referensi

Dokumen terkait

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Namun, pada kaedah penulisan Arab Melayu Riau saat ini, semua kosa-kata ditulis sesuai dengan konsonannya tanpa membedakan antara kosa-kata yang berasal dari bahasa Arab atau

The Cirrhinus mrigala fingerlings gained highest average body weight on fish meal (1.23g), followed by cotton seed meal (1.17g) and barley (0.55g).. The correlation

[r]

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa setelah variabel interaksi antara variabel Komitmen Organisasional dan variabel Ideologi Etis dimasukkan ke dalam model maka Komitmen Organisasional

Menurut tujuannya termasuk penelitian dasar, sebab penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh proporsi kepemilikan institusional, ukuran komisaris