• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: 1983-2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: 1983-2008."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: 1983-2008. SKRIPSI. Disusun oleh :. ABDILLAH KHAMDANA 0710212002. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi. JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 i.

(2) LEMBAR PERSETUJUAN. Skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: 1983-2008. Yang disusun oleh :. Nama. : Abdillah Khamdana. NIM. : 0710212002. Fakultas. : Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Jurusan. : S-1 Ekonomi Pembangunan. Konsentrasi. : Keuangan Daerah. Disetujui untuk diajukan dalam Ujian Komprehesif.. Malang, Pebruari 2010 Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,. Dosen Pembimbing,. Dr. Ghozali Maski, SE., MS.. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc, Ph.D.. NIP. 19580927 198601 1 002. NIP. 19641029 198903 1 001. ii.

(3) LEMBAR PENGESAHAN. Skripsi dengan judul : “ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH TERHADAP. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: 1983-2008”. Yang disusun oleh : Nama NIM Fakultas Jurusan Konsentrasi. : Abdillah Khamdana : 0710212002 : Ekonomi Universitas Brawijaya : S-1 Ekonomi Pembangunan : Keuangan Daerah. telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Pebruari 2010 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.. SUSUNAN DEWAN PENGUJI. 1. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc, Ph.D. NIP. 19641029 198903 1 001 (Dosen Pembimbing) ......................................................... 2. Ferry Prasetyia, SE., M.App.Ec.Int. NIP. 19801228 200501 1 002 (Dosen Penguji I) ......................................................... 3. Nurman Setiawan Fajar, SE., M.Sc. NIP. 19730210 200112 1 001 (Dosen Penguji II) .......................................................... Malang, Pebruari 2010 Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,. Dr. Ghozali Maski, SE., MS. NIP. 19580927 198601 1 002 iii.

(4) SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama. : Abdillah Khamdana. Tempat, tanggal lahir. : Mojokerto, 6 Agustus 1982. NIM. : 0710212002. Jurusan. : S1 Ekonomi Pembangunan. Konsentrasi. : Keuangan Daerah. Alamat. : Jl. Bendungan Nawangan 13 Malang. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa SKRIPSI yang berjudul : ANALISIS. PENGARUH. UTANG. LUAR. NEGERI. PEMERINTAH. TERHADAP. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: 1983-2008. yang saya tulis adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran dari Skripsi orang lain. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabutnya predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya) Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Malang, Pebruari 2010 Mengetahui, Dosen Pembimbing,. Yang membuat pernyataan,. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc, Ph.D. NIP. 19641029 198903 1 001. Abdillah Khamdana NIM. 0710212002. Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,. Dr. Ghozali Maski, SE., MS. NIP. 19580927 198601 1 002 iv.

(5) RIWAYAT HIDUP. Nama. :. Abdillah Khamdana. Tempat dan Tanggal Lahir. :. Mojokerto, 6 Agustus 1982. Jenis Kelamin. :. Laki-laki. Agama. :. Islam. Alamat. :. Jl. Bendungan Nawangan 13 Malang. Riwayat Pendidikan: 1. SDN Brangkal I Mojokerto, Tahun 1988 – 1994. 2. SMPN 1 Sooko Mojokerto, Tahun 1994 – 1997. 3. SMAN 1 Sooko Mojokerto, Tahun 1997 – 2000. 4. Program Diploma III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta, Tahun 2000 – 2003. 5. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Tahun 2007.. Pengalaman Organisasi -. Pengalaman Kerja -. Pegawai pada Kantor Verifikasi Pelaksanaan Anggaran Jakarta II di Jakarta.. -. Pegawai pada Kantor Wilayah XI DJPBN Jakarta di Jakarta.. -. Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Khusus Jakarta VI di Jakarta.. -. Pegawai pada Kantor Wilayah XIX DJPBN Samarinda di Samarinda.. v.

(6) Kupersembahkan Kupersembahkan untuk Ibunda Ibunda Tercinta, yang tak pernah lelah merajut doa untuk kesuksesan putraputra-putrinya. vi.

(7) “Nilai utama dari suatu kehidupan bukanlah apa yang anda dapatkan, Tapi apa yang anda lakukan” lakukan”. ---- Jim Rohn ----vii.

(8) KATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: 1983-2008” dengan baik.. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, juga segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah menerima banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibunda tercinta Muasomah, yang telah mencurahkan kasih sayang dan untaian doa yang tulus dan tak kenal lelah. Sembah sujud ananda sebagai tanda terima kasih dan tanda bakti ananda. Semoga Allah SWT senantiasa mengasihinya sebagaimana sayangnya kepada ananda. 2. Bapak Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan tulus dan sabar memberikan bimbingan, motivasi, serta ilmu dan pengalamannya kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ghozali Maskie, SE., MS selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Bapak Ferry Prasetyia, SE., M.App.Ec.Int. dan Bapak Nurman Setiawan Fajar, SE., M.Sc. selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif dan juga ilmu bermanfaat yang telah diajarkan selama perkuliahan di Universitas Brawijaya. viii.

(9) 5. Para guru dan dosen yang telah membukakan pintu ilmu dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. 6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, organisasi yang telah memberikan kesempatan berharga bagi penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Brawijaya. 7. Segenap pegawai dan karyawan Kanwil XIX DJPBN Samarinda yang telah memberikan dukungan material dan spiritual, sehingga penulis dapat menjalankan tugas belajar dengan baik. 8. Kakak dan keluarga kecilnya dan adik-adikku tercinta, terima kasih atas segala dukungan yang telah kalian berikan. 9. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa tugas belajar DJPBN tahun 2007, 2008, dan 2009, terima kasih atas kebersamaan dan kesolidan yang telah kita lalui bersama. Bangga sekali bisa menjadi salah satu bagian dari kalian. 10. Teman-teman EP Universitas Brawijaya, terima kasih atas semua kerjasama yang pernah ada di antara kita. 11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan penulisan skripsi ini yang tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dengan senang hati penulis akan menerima kritik, saran, dan masukan untuk tulisan agar dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Amin.. Wassalamualaikum Wr. Wb. Malang, Pebruari 2010. Penulis ix.

(10) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... iv. HALAMAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v. HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi. HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii. KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii. DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. x. DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. xiii. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..... xiv. DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….. xv. ABSTRAKSI ……………………………………………………………………….. xvi. BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …...……………………...…………………………... 1. 1.2 Rumusan Masalah ……..……………………………..…………….. 5. 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………..……….....…….. 5. 1.4 Manfaat Penelitian …………………………...…...…………………. 5. BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ricardian Equivalence ………………....……................... 8. 2.2 Teori Pertumbuhan Model Harrod-Domar ………………………... 10. 2.3 Teori Kesenjangan Ganda (Two Gap Model) …………………….. 12. 2.4. Utang Luar Negeri Sebagai Salah Satu Sumber Pembiayaan Indonesia ....................................................................................... 13. 2.5 Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri ……………………………….... 14. 2.5.1 Sumber Dana ………………………………………………….. 14. 2.5.2 Persyaratan ……………………………………………………... 15. 2.6 Biaya dan Fee Yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman …... 17. 2.7 Kebijakan dan Pengelolaan Utang Luar Negeri ………………….. 18. x.

(11) 2.8 Penelitian Terdahulu ....……..……………………………………. 25. 2.9 Kerangka Pikir …………………………………………………….... 29. 2.10 Hipotesis …………………………………………………………….. 29. BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian …………………………………………..…………….. 27. 3.2 Jenis Data …………………………………………………………….... 27. 3.3 Definisi Operasional …………………………………………..……... 27. 3.4 Metode Pengumpulan Data .....………......………......………………. 28. 3.5.Metode Analisis .....................………......………......……..…………. 29. 3.6 Uji Hipotesis ..…………………………............................................... 30. 3.6.1 Uji-F ……………………………………………………………... 30. 3.6.2 Uji-t ……………………………………………………………….. 31. 3.7 Koefisien Determinasi (R2) ……………………………………………. 32. 3.8 Uji Asumsi Klasik ...........…………………………............………….... 32. 3.8.1 Analisis Residual ……………..………………………………….. 33. 3.8.2 Multikolinearitas ….…………………………………………….... 34. 3.8.3 Autokorelasi …………………………………………………….... 35. 3.8.4 Heteroskedastisitas ……………………………………………... 36. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Utang Luar Negeri Pemerintah .…...……………. 37. 4.2 Peranan Utang Luar Negeri Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ………………………………………………………………... 42. 4.3 Deskripsi Variabel Independen Yang Lain ........…….................…... 46. 4.3.1 Penerimaan Dalam Negeri ..................................................... 46. 4.3.2 Penanaman Modal Asing …………..................…………........ 47. 4.3.3 Ekspor ..................................................................................... 49. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 50. 4.4.1 Hasil Regresi Linier Berganda ................................................ 51. 4.4.2 Uji Hipotesis …………………............….................………..... 52 52. 4.4.2.1 Uji F …………………………………………………..…... 4.4.2.2 Uji t ………………………………...……………………… xi. 52.

(12) 4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) .................................……………... 54. 4.4.4 Uji Asumsi Klasik ……...…………………………………………. 55. 4.4.4.1 Uji Normalitas Residual ………………………………... 55. 4.4.4.2 Uji Multikolinearitas …………………………………….. 57. 4.4.4.3 Uji Autokorelasi …………………………………………. 58. 4.4.4.4 Uji Heteroskedastisitas ……………………………….... 59. 4.4.5 Pembahasan Analisis ………………………………………….... 59. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan …...…………………………………………..…………….. 63. 5.2 Saran ……………..……………………………………………………... 63. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….... 66. LAMPIRAN …………………………………...………………………………….... 68. xii.

(13) DAFTAR TABEL. No. 1.1. Judul Tabel Utang Luar Negeri Sebagai Penutup Pembiayaan APBN ……. 1.2. 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Jumlah Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia …………………………………… Pembayaran Angsuran Hutang dan Pokok Hutang …………... Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Penanaman Modal Asing ………………………………………... Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Utang Luar Negeri Pemerintah dan Ekspor Indonesia .......................................... Hasil Analisis Regresi Berganda ……………………………….. 4.4. Hasil Uji-F …………………………………………………………. 4.5 4.6. Model Summary ......................................................................... Hasil Uji Normalitas Residual ………..…………………………... 4.7. Hasil Uji Autokorelasi ……………………..……....…………….... 1.3 4.1 4.2. xiii. Hal 2 3 4 38 44 51 52 55 57 58.

(14) DAFTAR GAMBAR. No 2.1. Judul Gambar Kerangka Pikir .................................................................................. 4.1. Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Penanaman Modal Asing .................................................................................... Utang Luar Negeri Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia ............................................................................. 4.2. Hal 29 39 45. 4.3. Plot Distribusi Normal ....................................................................... 56. 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 59. xiv.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. No Judul. Hal. 1.. Data Penelitian ……………………………………………………………….. 68. 2.. Hasil Uji Residual Normalitas ………………………………………………. 69. 3.. Hasil Uji Multikolinieritas …………………………………………………….. 69. 4.. Hasil Uji Autokorelasi Metode Durbin Watson ……………………………. 69. 5.. Hasil Uji Regresi SPSS ……………………………………………………... 70. 6.. Hasil Uji Autokorelasi ………………………………………………………... 71. 7.. Hasil Uji F …………………………………………………………………….. 71. xv.

(16) ABSTRAKSI. Khamdana, Abdillah. 2010. Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: 1983-2008. Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc, Ph.D. Selama ini, Indonesia memanfaatkan utang luar negeri sebagai salah satu satu sumber pembiayaan utama bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang cenderung bersifat defisit. Hal demikian sudah berlangsung sejak pemerintahan Orde Baru hingga Orde Reformasi sekarang ini. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Untuk itu, diperlukan sebuah penelitian yang dapat mengungkapkan adanya keterkaitan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan adanya hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mengarah pada tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS, Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kantor Dagang Indonesia dan sumber-sumber yang lainnya. Selama periode analisis, dapat diketahui bahwa utang luar negeri pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.. Kata Kunci: Utang Luar Negeri Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi. xvi.

(17) 0.

(18) BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang harus dilakukan. oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa tersebut. Segala upaya dan strategi pembangunan difokuskan oleh pemerintah untuk mempertahankan atau pun meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dari tahun ke tahun. Menurut Boediono (2009:1), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan. Sumberdaya modal merupakan sumber daya ekonomi yang paling sering didatangkan oleh pemerintah negara-negara sedang berkembang untuk mendukung pembangunan nasionalnya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya modal dalam negeri. Dengan demikian, maka utang luar negeri pemerintah menjadi hal yang sangat berarti. Bahkan dapat dikatakan,bahwa utang luar negeri telah menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan perekonomian nasional yang cukup penting bagi sebagian besar negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Selama beberapa dasawarsa, Indonesia menempatkan utang luar negeri sebagai salah satu tiang penyangga pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam kebijakan-kebijakan anggaran yang pernah diterapkannya, baik anggaran belanja berimbang ataupun anggaran deficit, pemerintah Indonesia senantiasa. 1.

(19) memanfaatkan utang luar negeri sebagai komponen penutup kekurangan/ pembiayaan.. Tabel 1.1: Utang Luar Negeri Sebagai Penutup Pembiayaan APBN (dalam miliar rupiah) Tahun. Defisit APBN. ULN Pemerintah (Bruto). 2003 34.436 2004 26.272 2005 24.944 2006 39.984 2007 58.285 2008 94.503 Sumber: Bank Indonesia, 2008. 20.498 21.746 35.541 37.550 42.210 48.141. Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2003 hingga tahun 2008, sebagian besar defisit APBN ditutup dengan melakukan pembiayaan dari luar negeri berupa utang luar negeri, kurang lebih 50%. Dengan dukungan sumberdaya ekonomi dari luar negeri tersebut, perekonomian. Indonesia. memang. mengalami. peningkatan. yang. cukup. mengesankan. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut disertai dengan banyaknya jumlah utang luar negeri. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam tabel sebagai berikut:. 2.

(20) Tabel 1.2: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Jumlah Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia. ULN Pemerintah (dlm juta dollar/rupiah). PDB Atas Dasar Harga Berlaku (dalam miliar rupiah). Rasio ULNP thd PDB. Thn. PE. 2003. 4,1%. 81.666. 800.326.800.000.000. 2.013.675. 40%. 2004. 5,1%. 82.725. 810.705.000.000.000. 2.295.826. 35%. 2005. 5,6%. 80.072. 784.705.600.000.000. 2.774.281. 28%. 2006. 5,5%. 75.809. 742.928.200.000.000. 3.339.217. 22%. 2007. 6,9%. 80.609. 789.968.200.000.000. 3.949.321. 20%. 4.954.000. 17%. 2008 6,1% 85.122 834.195.600.000.000 Sumber : BI (2008), BPS (2003-2008) dan KADIN (2007). Memperhatikan tabel di atas, terlihat bahwa dari tahun 2003 hingga tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Di sisi yang lain, utang luar negeri pemerintah juga berada dalam jumlah yang cukup besar. Apabila melihat rasio utang luar negeri terhadap PDB (produk domestic bruto), besaran utang luar negeri memang terlihat mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunan rasio ini bukan diakibatkan oleh menurunnya jumlah utang luar negeri, melainkan jumlah besaran PDB yang semakin bertambah. Dengan demikian, keberadaan utang luar negeri ini masih perlu dianalisis lebih lanjut dalam hal kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Sementara itu, ke depan utang luar negeri sendiri akan menjadi salah satu masalah besar yang harus dihadapi pemerintah apabila tidak dikelola dengan baik. Tidak saja dilihat dari sisi neraca pembayaran, melainkan juga dari sisi kebijakan fiscal yang akan dilakukan oleh pemerintah terhadap APBN yang pada gilirannya tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan pembebanan pajak sebagai biaya utang yang tentunya 3.

(21) akan dibebankan pada masyarakat. Dan pada suatu saat mendatang, akan terjadi situasi transfer modal ke luar negeri, yakni situasi pembayaran hutang dan bunga yang makin tinggi sementara arus bersih pinjaman luar negeri yang diterima setelah dikurangi cicilan hutang dan bunganya, malah semakin menurun. Transfer negatif modal netto ini sendiri dibiayai dari hasil pengetatan konsumsi dalam negeri dan pengetatan pengeluaran pemerintah, sehingga kemampuan keuangan pemerintah untuk membiayai pembangunan prasarana dan investasi sosial menjadi semakin terbatas.. Tabel 1.3: Pembayaran Angsuran Hutang dan Pokok Hutang (dalam miliar rupiah). Tahun. Utang LN (dlm miliar rupiah). Cicilan Pokok Utang dan Bunga Hutang (dalam miliar rupiah). Transfer Netto. 2003. 20.360. 38.807. (18.447). 2004. 69.288. (50.854). 2005. 18.434 26.840. 37.112. (10.272). 2006. 26.115. 52.681. (26.566). 2007. 34.070. 83.650. (49.580). 91.978. (46.949). 45.029 2008 Sumber: Bank Indonesia (2008). Memperhatikan tabel di atas terlihat bahwa Indonesia pada saat ini sedang mengalami periode perpindahan modal ke luar negeri melalui pengembalian utang pokok dan bunga hutang. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa secara tidak langsung akan mengurangi pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa seberapa besar pertumbuhan ekonomi nasional dapat membiayai bunga hutang atas hutang luar negeri yang telah dilakukan.. 4.

(22) Melihat fenomena yang telah diuraikan di atas, utang luar negeri memberikan dua dampak, baik positif ataupun negative. Secara eksplisit, utang luar negeri memiliki andil yang cukup baik bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi, hal ini masih perlu dianalisis kembali apakah factor utang luar negeri benar-benar berperan dalam penguatan perekonomian nasional? Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh utang luar negeri pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.. 1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan permasalahan yang menjadi objek analisis penelitian sebagai berikut:. Bagaimana. pengaruh. utang. luar. negeri. pemerintah. terhadap. pertumbuhan ekonomi Indonesia?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai masukan bagi pemerintah terutama bagi instansi-instansi terkait. 5.

(23) b. Sebagai masukan bagi masyarakat Indonesia agar dapat mengetahui kondisi perekonomian Indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri. c. Untuk menambah wawasan Penulis dalam perekonomian Indonesia khususnya yang berhubungan dengan utang luar negeri dan penanaman modal asing. d. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang sedang meneliti topik yang berkaitan dengan penelitian ini.. 6.

(24) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Djojohadikusumo (1994:1) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan. ekonomi. masyarakat.. Dapat. dikatakan. bahwa. pertumbuhan. menyangkut perkembangan yang bedimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono, 2009 : 1). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak (Boediono, 2009: 1). Aspek yang ketiga dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan penuruan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengalami kenaikan output per kapita (Boediono, 2009: 1).. 7.

(25) 2.1. Konsep Ricardiance Equivalence Hubungan utang dengan beban masyarakat telah menjadi perhatian para. ekonom. Pandangan tradisional (Keynesian) menganggap bahwa pemotongan tingkat pajak akan menstimulus pengeluaran masyarakat dan mengurangi tabungan nasional. Berkurangnya tabungan nasional akan meningkatkan suku bunga dan akan terjadi penurunan investasi di sektor riil. Melemahnya investasi akan menyebabkan melemahnya perekonomian secara keseluruhan. (Hakim, 2006). Sementara itu, pandangan modern atau Ricardiance Equivalence (RE) berpendapat bahwa utang pemerintah tidak berpengaruh terhadap tabungan dan akumulasi capital. Dalam pendekatan ini, konsumen sadar bahwa konsumsi tidak semata-mata tergantung pada pendapatan sekarang, melainkan terdapat pengaruh variable lain diantaranya adalah pengeluaran dan utang pemerintah. Pengaruh utang pemeritah terhadap konsumsi masyarakat inilah yang menjadi fokus dari Ricardiance Equivalence ini. (Hakim, 2006). Filosofi dasar Ricardiance Equivalence adalah utang pemerintah saat ini akan menyebabkan kenaikan pajak masyarakat pada masa yang akan datang, pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo. Pemikiran Ricardo ini selanjutnya dielaborasi oleh Robert Barro, dengan nama Ricardiance Equivalence. Ide pokok pemikiran ini adalah memberikan hipotesis yang menyatakan bahwa utang pemerintah pada masa sekarang akan menyebabkan peningkatan beban masyarakat di masa mendatang. Dalam bentuk permodelan ekonometris, pemikiran ini menggunakan teori konsumsi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Kormendi (1983; 1986; 1990); Marinheiro (2001) dan Nishiyama (2002). Dalam studi mereka, konsumsi masyarakat ditempatkan sebagai variable dependen, sedangkan utang pemerintah bersama variabel yang lain diletakkan sebagai variable independen. Secara umum, studi mereka mendukung pendapat 8.

(26) Ricardian Equivalence bahwa utang pemerintah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek mempengaruhi peningkatan konsumsi masyarakat. (Hakim, 2006). Ricardiance Equivalence memandang bahwa utang pemerintah saat ini adalah sama dengan pajak di masa depan. Hal ini berarti bahwa pajak di masa yang akan datang akan sama dengan pajak di saat ini. Implikasi pemikiran ini adalah utang yang dibiayai oleh pemotongan tingkat pajak tidak berpengaruh terhadap konsumsi, karena rumah tangga menyimpan ekstra pendpaatan yang siap dibelanjakan (disposable income) untuk membayar kewajiban pajak pada masa yang akan datang. Dengan asumsi bahwa tabungan nasional merupakan penjumlahan. dari. tabungan. swasta. dan. tabungan. pemerintah,. maka. meningkatnya tabungan swasta akan mengurangi tabungan pemerintah. Dengan demikian, pemotongan pajak tidak akan memiliki pengaruh terhadap konsumsi mayarakat. (Hakim, 2006). Untuk memahami hubungan antara utang pemerintah dengan pajak yang akan datang, terlebih dahulu harus dibayangkan dalam sebuah perekonomian yang terdiri dari dua periode. Periode pertama mewakili masa sekarang, dan periode kedua merepresentasikan masa depan. Pada periode awal, pemerintah mengumpulkan pajak (T1) dan membelanjakannya (G1), dan pada periode kedua, pemerintah akan menarik pajak (T2) dan pengeluaran (G2). (Hakim, 2006). Pada tahap pertama, anggaran deficit (D) adalah belanja pemerintah dikurangi dengan pajak. Pemerintah membiayai anggaran deficit dengan melakukan pinjaman. D = G1 – T 1. (1). Pada periode kedua, pemerintah harus mengumpulkan pajak untuk membayar utang, termasuk menanggung beban bunga (r), menjadi T2 = (1+r) D +G2 9. (2).

(27) Apabila kedua persamaan di atas disubstitusikan akan menjadi T2 = (1+r)(G1-T1) + G2. (3). Persamaan di atas menghubungkan pembayaran pajak dari dua periode. Pada periode masa yang akan datang, pajak yang akan dibebankan pada masyarakat adalah sebesar jumlah deficit masa sekarang dan beban bunga yang akan dibayar pada masa yang akan datang, ditambah dengan estimasi penegeluaran yang akan dilakukan oleh pemerintah pada masa yang akan datang. Konsep Ricardian Equivalence ini berusaha untuk menguraikan keterkaitan antara pengaruh utang pemerintah terhadap kemampuan daya beli masyarakat.. 2.2. Teori Pertumbuhan Model Harrod-Domar Roy F. Harrod dan Evsey D. Domar berpendapat bahwa stabilitas. pertumbuhan hanya akan tercapai apabila terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Penawaran diukur dari tingkat output yang dihasilkan (PDB), sedangkan permintaan dilihat dari permintaan investasi. (Bank Indonesia, 2008) Teori Harrod-Domar memberikan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan kuat dalam jangka panjang. Pertumbuhan itu sendiri bisa direalisasikan dengan mengikuti rumus matematis Harrod Domar melalui pemupukan tabungan nasional (kapitalisasi) yang terus menerus. Rumus Harrod-Domar ini dijadikan patokan untuk menetapkan tingkat efisiensi pembangunan lewat formula besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio). (Bank Indonesia, 2008). ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk 10.

(28) menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). (Djojohadikusumo, 1994). Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: k = s/g atau g = s/k dimana: g = target pertumbuhan ekonomi s = saving ratio k = ICOR. Dengan demikian, apabila ICOR (k) suatu negara sebesar 4, dan laju pertumbuhan ekonomi (g) pada tingkat 6,5%, maka diperlukan saving ratio (s) sebesar 26% untuk dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Apabila sumber dalam negeri yang dapat dihimpun sebesar 20% maka diperlukan sumber dana luar negeri sebesar 6%.. 2.3. Teori Kesenjangan Ganda (Two Gap Model) Teori ini dikemukakan oleh Hollis B. Chenery dan Alan M. Strout dengan. pendekatan dua kesenjangan (two gap) pada pembangunan ekonomi, yaitu kesenjangan tabungan dan kesenjangan devisa. Titik tolak model ini adalah bahwa pertumbuhan membutuhkan investasi. Investasi sendiri pada gilirannya akan membutuhkan tabungan baik domestic maupun asing. Tabungan asing 11.

(29) masuk dalam bentuk aliran model swasta, pinjaman pemerintah atau bantuan. (Bank Indonesia, 2008) Kesenjangan pertama terjadi apabila jumlah tabungan domestik tidak mencukupi untuk mendukung tingkat akumulasi modal yang dibutuhkan untuk mencapai. target. pertumbuhan. ekonomi. yang. ditentukan.. Sementara,. kesenjangan yang kedua terjadi ketika suatu ekonomi tidak mempunyai fleksibilitas yang yang dibutuhkan untuk mengubah sumber daya domestik (termasuk tabungan domestik) menjadi sumber daya asing. Jika dalam suatu investasi terdapat kandungan impor, maka tabungan domstik tidak mencukupi untuk menjamin pertumbuhan karena tabungan tersebut tidak dapat dijadikan pendapatan devisa yang akan digunakan untuk membiayai impor. (Bank Indonesia, 2008). Model kesenjangan ganda ini menekankan perbedaan antara tabungan domestik dan kebutuhan investasi di satu sisi, dengan perbedaan antara kebutuhan impor untuk target investasi tertentu dan pendapatan ekspor di sisi lain, yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008): a. Kurangnya tabungan dalam negeri (saving-investment gap) atau defisit pembiayaan investasi swasta yang terjadi karena tabungan lebih kecil dari investasi (S < I). b. Kurangnya kemampuan menghasilkan devisa (foreign-exchange gap) atau defisit perdagangan disebabkan karena ekspor lebih kecil dari impor (X < M). Di samping kesenjangan di atas, masih ada defisit dalam anggaran pemerintah. yang. dikarenakan. penerimaan. pemerintah. dari. penerimaan lain-lain lebih kecil daripada pengeluaran pemerintah.. 12. pajak. dan.

(30) 2.4. Utang Luar Negeri Sebagai Salah Satu Sumber Pembiayaan Indonesia Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian. dari kebijakan pengelolaan ekonomi secara keseluruhan. Utang adalah konsekuensi dari postur APBN (yang mengalami defisit), dimana penerimaan negara lebih kecil daripada belanja negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya. Menurut PP Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri pasal 1, disebutkan bahwa Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Utang luar negeri dan pembiayaan merupakan salah satu instrumen yang dikelola oleh pemerintah untuk menutupi defisit anggaran dengan tujuan mampu menjadi katalis bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi negara. Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang lazim dilakukan oleh suatu Negara (Departemen Keuangan, 2007): a. Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo (debt refinancing); b. Refinancing dilakukan dengan terms conditions (biaya dan risiko) utang baru yang lebih baik. 13.

(31) 2.5. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri Bentuk pinjaman luar negeri dapat dilihat dari sumber dan persyaratannya,. yaitu (Sanuri, 2005): 2.5.1. Sumber Dana Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan. dalam: a.. Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan internasional, misalnya World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB).. b.. Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung dalam CGI maupun antar negara secara langsung (intergovernment).. c.. Pinjaman Sindikasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication leader.. 2.5.2. Persyaratan. Dilihat dari segi persyaratannya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi: a.. Pinjaman Lunak (Concessional Loan), yaitu pinjaman luar negeri Pemerintah dalam rangka pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Pinjaman lunak biasanya diperoleh dari negara-negara yang tergabung dalam kerangka CGI maupun non CGI. Pengertian concessional loan biasanya juga diartikan sebagai pinjaman yang diperoleh dari Offcial Development Assitance (ODA) baik yang bersifat bilateral maupun multilateral.. 14.

(32) b.. Pinjaman setengah lunak (semi concessional loan), yaitu pinjaman yang penggunaannya hampir sama dengan penggunaan pinjaman lunak, namun persyaratannya lebih berat dari pinjaman lunak tetapi lebih ringan daripada pinjaman komersial. Pinjaman semi lunak terdiri dari: -. Fasilitas Kredit Ekspor (FKE), adalah pinjaman luar negeri yang disediakan oleh suatu badan pengembangan ekspor di luar negeri kepada Pemerintah Indonesia untuk membiayai pembelian barang modal bagi proyek tertentu. Fasilitas pinjaman ini dijamin oleh Pemerintah negara yang bersangkutan atau lembaga yang ditunjuk. Pada umumnya FKE diberikan hanya sebesar 65% sampai dengan 90% dari keseluruhan nilai proyek yang dibiayai, sedangkan sisanya dibiayai dengan dana sendiri atau dana pendampingan oleh Pemerintah RI. Fasilitas Kredit Ekspor dapat dalam bentuk Suppliers Credit atau Buyers Credit. Buyers Credit adalah pinjaman FKE yang diterima dari bank komersial atau lembaga keuangan bukan bank luar negeri, dimana tujuan pinjaman tersebut adalah untuk pembelian barang dari negara pemberi pinjaman. Suppliers Credit adalah adalah pinjaman FKE yang diterima Pemerintah langsung dari pemasok barang (supplier) di luar negeri kepada Pemerintah RI yang akan diberikan dalam bentuk barang untuk keperluan proyek. Dapat diartikan bahwa dalam suppliers credit ini, pihak yang menerima pinjaman adalah pihak pemasok barang.. -. Purchase Installment Sale Agreement (PISA), yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan 15.

(33) jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah 100% dari nilai proyek. c.. Pinjaman Komersial (Commercial Loan), yaitu pinjaman yang diterima dengan syarat-syarat yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman ini lazim pula disebut cash loan karena pinjaman diterima dalam bentuk uang tunai dan penggunaannya lebih fleksibel atau tidak mengikat. Jumlah pinjaman komersial umumnya berjumlah besar karena pemberi pinjaman berupa sindikasi yang anggotanya terdiri atas perbankan dan lembaga-lembaga keuangan internasional. Beberapa pertimbangan bagi Pemerintah dalam menerima pinjaman komersial adalah: -. Mendukung. penganekaregaman. (diversifikasi). pinjaman. atau. memperluas sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, -. Jumlah pinjaman relatif lebih besar dan tatacara penarikannya lebih mudah.. -. Penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek tertentu namun lebih fleksibel, baik untuk diinvestasikan kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat cadangan devisa.. Bentuk lain dari pinjaman komersial adalah penerbitan Surat Utang Negara (Notes) dan penerbitan Obligasi Pemerintah (Bonds). Notes dan Bonds adalah commercial papers yang diterbitkan oleh borrower dalam valuta tertentu dengan nilai tertentu yang merupakan bukti pengakuan hutang dan janji untuk membayar kembali pada saat yang telah ditentukan. Bukti pengakuan hutang ini dapat diperjual belikan di pasar internasional tertentu dan akan dilunasi kepada pemegang oleh 16.

(34) borrower pada saat jatuh tempo. Bonds merupakan surat hutang berjangka waktu sampai dengan 30 tahun yang diterbitkan oleh suatu Negara atau badan usaha yang bunganya dapat bersifat tetap (fixed) atau mengambang (floating). Sedangkan Notes, atau biasanya dalam bentuk FRN (Fixed Rate Notes) adalah surat hutang dengan suku bunga mengambang yang berjangka waktu dari 5 tahun hingga 10 tahun.. 2.6. Biaya dan Fee Yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman Terdapat beberapa biaya dan beban lainnya yang harus ditanggung oleh. penerima pinjaman luar negeri baik atas beban PBN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau beban Bank Indonesia. Beberapa jenis beban biaya tersebut adalah sebagai berikut (Sanuri, 2005): a. Bunga pinjaman, merupakan biaya bunga atas fasilitas pinjaman luar negeri yang telah disediakan yang telah ditarik (disburshed loan). Besarnya bunga pinjaman telah ditetapkan dalam perjanjian pinjaman (loan agreement) tergantung pada jenis pinjaman, yaitu pinjaman lunak, semi lunak, atau komersial. b. Commitment Fee, yaitu fee yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman (lender) atas komitmen pinjaman yang telah diberikan dan telah dituangkan dalam loan agreement. Besarnya commitment fee dihitung berdasarkan plafond pinjaman yang belum ditarik (undisburshed loan). c. Administration Fee. d. Front End Fee, yaitu biaya penjualan sebagai komisi untuk broker yang menjual dana. e. Agent Fee, adalah fee yang dibayarkan kepada agen yang ditunjuk oleh Pemerintah RI dalam rangka perolehan pinjaman sindikasi. Agen tersebut 17.

(35) berfungsi sebagai penghubung antara Pemerintah RI dengan seluruh member kredit sindikasi.. 2.7. Kebijakan dan Pengelolaan Utang Luar Negeri Dalam menerima pinjaman atau hibah dari luar negeri, Pemerintah. menetapkan kebijakan yang ditetapkan sejalan dengan kebijakan umum dan dijadikan prinsip dasar dan pertimbangan dalam menerima setiap pinjaman luar negeri. Prinsip dasar itu adalah (Sanuri, 2005): a. Pinjaman yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-syarat yang ringan, yaitu syarat yang masih dapat dipenuhi secara normal dan wajar. b. Pinjaman yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan dilandasi azas yang saling menguntungkan secara wajar. c. Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu memberatkan terhadap neraca pembayaran. Indikator kemampuan membayar adalah rasio antara jumlah utang dan bunga pada satu periode dengan hasil ekspor pada periode yang sama atau disebut DebtService Ratio (DSR). d. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai reputasi yang baik. e. Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk pinjaman, sehingga dapat meningkatkan borrowing capacity Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia tidak selamanya dapat memperoleh 18.

(36) pinjaman bersifat lunak sehingga perlu dicari bentuk-bentuk pinjaman lain seperti fasilitas kredit ekspor dan pinjaman komersial serta mencari sumber-sumber lain seperti dari bank-bank, non bank, corporate atau individual investor potensial yang diorganisir oleh Pemerintah negara kreditor. f.. Penggunaan pinjaman diarahkan pada pembiayaan proyek-proyek yang memberi manfaat langsung bagi pengembangan industri dalam negeri serta mendorong perluasan lapangan kerja.. g. Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara pemberi pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan untuk kepentingan impor dari Negara lain.. Dalam jangka panjang akumulasi dari utang luar negeri pemerintah ini akan dibayar melalui APBN. Dengan demikian, dalam jangka panjang pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah dengan sendirinya akan mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masa mendatang. Adalah suatu hal yang tepat, bila utang luar negeri dapat membantu pembiayaan pembangunan ekonomi di negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya akumulai utang luar negeri yang sangat besar. Dengan demikian, diperlukan manajemen/ pengelolaan utang luar negeri yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Belakangan ini, pemerintah Indonesia mulai merubah beberapa kebijakan utang luar negerinya. Tujuan umum pengelolaan utang dalam jangka panjang 19.

(37) adalah meminimalkan biaya utang dengan tingkat risiko yang semakin terkendali. Ada beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah berkenaan dengan pengelolaan utang luar begeri. Di antaranya adalah (Departemen Keuangan, 2009): -. Tidak ada agenda politik yang dipersyaratkan oleh pihak kreditor,. -. Persyaratan lunak (jangka panjang, biaya relatif ringan), terutama dari multilateral dan kreditor bilateral,. -. Tambahan pinjaman luar negeri neto dianggarkan negatif sejak 2004, artinya jumlah pembayaran kembali utang dianggarkan lebih besar dibanding dengan jumlah penarikan pinjaman luar negeri baru,. -. Mengutamakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Rupiah di pasar dalam negeri,. -. 2.8. Mewujudkan kemandirian dalam pembiayaan APBN.. Penelitian Terdahulu Dampak utang luar negeri pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi kerap. kali dipertanyakan. Beberapa pengalaman dan bukti empiris menunjukkan bahwa sejumlah negara yang memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk melaksanakan pembangunannya dapat berhasil dengan baik, dalam arti negara tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomiannya dan sekaligus dapat membayar kembali utang luar negerinya. Tidak sedikit pula negara yang mempunyai pengalaman sebaliknya, yaitu kondisi perekonomian yang mengalami kemerosotan, sehingga memerlukan bantuan dari donor untuk menghapus sebagian utang-utangnya. Dalam berbagai model analisis regresi, jarang ditemukan dampak positif utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dengan model tertentu,. 20.

(38) terlihat bahwa utang luar negeri justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara teoretis dalam semangat duet ekonomi Harrod-Domar, utang luar negeri dipandang mempunyai dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak lanjutannya. Alasannya, aliran utang luar negeri dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya. Secara teori, utang luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda (multiplier effects) yang positif pada perekonomian. a.. Lukman Hakim (2006) berjudul “Pengaruh Utang Luar Negeri, Kebijakan Fiskal Terhadap Konsumsi Masyarakat dalam Paradigma Ricardian Equivalence 1990-2004: Penerapan Model Vector Autoregessions (VAR)”. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumsi masyarakat, pendapatan domestic bruto (PDB), pengeluaran pemerintah, pajak yang diterima oleh pemerintah, subsidi pemerintah, cicilan utang pemerintah dan total utang pemerintah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah utang pemerintah memiliki pengaruh terhadap konsumsi masyarakat Indonesia, baik pada saat sebelum terjadi krisis maupun pada saat setelah krisis. Model dasar pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Papanek (1973) dan Mosley (1980): GDB = f(FDI, AID, S) Keterangan: GDB. :. Pertumbuhan ekonomi. FDI. :. Penanaman modal asing 21.

(39) AID. :. Utang luar negeri. S. :. Tabungan domestik. Metode Estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda Ordinary Least Square (OLS), dengan spesifikasi model sebagai berikut :. GDBt = b0 + b1 FDIt + b2 AIDt + b3 St + ìt. Model kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah model teori konsumsi yang dikembangkan oleh Kormendi (1983) yang kemudian disempurnakan oleh Kormendi dan Meguire (1990) yang dikenal dengan pendekatan konsolidasi. Pendekatan konsolidasi menggunakan fungsi konsumsi yang dihasilkan dari konsolidasi sector public dan swasta. Dalam model ini, konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan agregat, pengeuaran pemeriantah, kekayaan dan transfer dalam bentuk formula sebagai berikut:. ∆PCt = a0 + a11∆Yt +a12∆Yt-1 + a2∆GSt + a3∆W t + a4∆TRt +a5∆TXt + a6∆REt + a7∆GINTt + a8∆GBt + ut. Dimana PC. : Konsumsi masyarakat. Y. : Pendapatan nasional riil. GS. : Pengeluaran pemerintah. W. : Kekayaan masyarakat. TR. : Transfer pemerintah. TX. : Penerimaan pajak. 22.

(40) RE. : Pendapatan perusahaan. GINT : Suku bunga utang GB. : Nilai pasar dari utang pemerintah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa: -. Kebijakan fiscal jauh lebih berpengaruh terhadap konsumsi daripada pajak, baik pada masa sebelum atapun selama krisis.. -. Utang pemerintah dan cicilan hutang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap konsumsi.. -. Pada masa sebelum krisis, pendapatan nasional jauh lebih berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Akan tetapi pada masa krisis, subsidi relative berpengaruh lebih kuat daripada pendapatan nasional.. b.. Suryawati (2000) berjudul “Peranan Investasi Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asia Timur”. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, investasi asing langsung, utang luar negeri dan ekspor-impor. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa Negara Asia Timur, yakni Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura dan Korea, dapat diketahui bahwa: -. pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Asia Timur tidak terpengaruh oleh derasnya arus FDI yang masuk.. -. utang luar negeri berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur.. -. ekspor mempengaruhi FDI.. -. impor mempunyai pengaruh pada FDI.. 23.

(41) c.. Dini Yuniarti (2005) berjudul Uji Kausalitas: Utang Luar Negeri Dan Capital Flight Di Indonesia, 1974 – 2002. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa tingginya capital flight Indonesia selama ini disebabkan oleh besarnya utang luar negeri, fenomena ini yang disebut dengan debt fueled capital flight dimana utang luar negeri merupakan sumber untuk melarikan modal swasta ke luar negeri. Dalam kasus ini dana luar negeri dipinjam oleh pemerintah atau swasta dengan jaminan pemerintah, kemudian diekspor kembali ke luar negeri sebagai aset swasta.. d.. Inggrid (2006) yang berjudul Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM). Tulisan ini menginvestigasi peranan sektor keuangan dalam memicu pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, seperti Indonesia. Hasil-hasil empiris mengindikasikan, dalam jangka panjang, terdapat hubungan ekuilibrium antara perkembangan sektor keuangan dan output riil. Uji kausalitas Granger menunjukkan bi-directional causality diantara output riil dan volume kredit serta one-way causality yang berasal dari spread menuju output riil. Hasil dari Vector Error Correction Model (VECM) cenderung mendukung hipotesis bahwa sistem keuangan dapat menjadi mesin pertumbuhan di negara ini.. e.. Musleh Jawas (2008) berjudul Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara – Negara Muslim: 20042005. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa: -. Penanaman modal asing (PMA) dan ekspor berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negaranegara muslim pada tahun 2004-2005.. -. Variabel Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara muslim. 24.

(42) -. Variabel Ekspor pengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara muslim pada tahun 2004-2005.. 2.9. Kerangka Pikir Dari uraian dari beberapa subbab sebelumnya, maka selanjutnya dapat. dirumuskan kerangka pikir sebagai berikut:. Gambar 2.1: Kerangka Pikir. ULN P. APBN. PMA. EKSPOR. PENDAPATAN. BELANJA PEMERINTAH. KONSUMSI. PERTUMBUHAN EKONOMI. 2.10. Hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penilitian yang masih perlu diuji dan dibuktikan secara empiris tingkat kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis:. 25.

(43) H0:. bahwa utang luar negeri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.. H1: bahwa utang luar negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.. 26.

(44) BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data time series. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan ekonomi (PE), utang luar negeri pemerintah (ULNP), penerimaan dalam negeri (PDN), penanaman modal asing (PMA) dan ekspor nasional (EKS) pada kurun waktu tahun 1983 sampai dengan tahun 2008.. 3.2 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikeluarkan oleh pihak-pihak atau lembaga yang berkompeten, serta dari studi kepustakaan atau diperoleh tidak langsung dari obyek penelitian. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Kantor Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Departemen Keuangan serta buku-buku dan jurnal ekonomi yang mendukung dalam proses penelitian.. 3.3 Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variable yang dihitung adalah variable-variabel yang yang ada dalam persamaan regresi. Variable-variabel tersebut adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat (Djojohadikusumo, 1994:1). 2. Utang Luar Negeri Pemerintah adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun 27.

(45) dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu (PP Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri pasal 1). 3. Penanaman Modal Asing merupakan investasi yang melibatkan pihak investor. secara. langsung. dalam. operasional. usaha. yang. akan. dilaksanakan, termasuk kebijakan perusahaan yang ditetapkan dan tujuan yang hendak di capai. 4. Pendapatan Dalam Negeri adalah pendapatan yang diterima pemerintah dalam satu tahun anggaran yang terdiri atas pendapatan pajak dan pendapatan bukan pajak serta hibah (UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara). 5. Ekspor adalah jumlah keseluruhan ekspor barang dan jasa ke luar wilayah negara-negara berdasarkan perhitungan tahunan.. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi ini merupakan data sekunder berbentuk data time-series. Data yang dibutuhkan dalam analisis permasalahan dalam penelitian ini antara lain adalah: a. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1983 sd. 2008. b. Data utang luar negeri Indonesia tahun 1983 sd. 2008. c. Data APBN tahun 1983 sd. 2008. d. Data penanaman modal asing tahun 1983 sd. 2008. e. Data ekspor nasional tahun 1983 sd. 2008.. 28.

(46) Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan membaca bahan-bahan atau materi data yang menjadi sumber data baik yang berasal dari hasil perhitungan yang dilakukan instansi resmi yang berkaitan, jurnal ekonomi, ataupun artikel yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.. 3.5 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, dengan menggunakan data yang diolah dengan alat analisis. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple linear regression). Analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui koefisien masing-masing variable yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terpengaruh. Merujuk pada model yang dipergunakan dalam penelitian Lukman Hakim (2006), maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari beberapa variable yang dipergunakan dalam penelitian sebelumnya. Model tersebut adalah sebagai berikut: PEt = b0 + b1PDNt + b2ULNPt + b3PMAt + b4EKSt + ìt Di mana: PE. : Pertumbuhan Ekonomi. PDN : Pendapatan Dalam Negeri ULNP : Utang Luar Negeri Pemerintah PMA : Penanaman Modal Asing EKS. : Ekspor. 29.

(47) 3.6 Uji Hipotesis Pengujian ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistic tidak sama dengan nol. Untuk kepentingan ini, maka koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis uji, yaitu uji-F dan uji-t. (Nachrowi, 2006).. 3.6.1. Uji-F. Uji-F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan. Pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Nachrowi, 2006). Dengan demikian, secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 Formula yang digunakan adalah:. F=. R ² / (k − 1) (1 − R )(n − k − 1). Keterangan: F. : Uji F. R² : Jumlah kuadrat regresi n. : Ukuran sampel. k. : Banyaknya variabel bebas dan jumlah kuadrat-kuadrat regresi. Kriteria hasil pengujian: Ho akan diterima dan H1 akan ditolak bila Fstat < Ftabel. Ho akan ditolak dan H1 akan diterima bila Fstat > Ftabel. 30.

(48) 3.6.2. Uji-t. Uji-t akan menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat, termasuk intersep (Nachrowi, 2006). Dengan demikian, secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut: H0 : βj = 0 H1 : βj ≠ 0,. j= 0, 1, 2, …, k k= koefisien slope. Rumus yang digunakan adalah :. t=. bi Sbi. Keterangan: b. : Koefisien regresi. Sb : Standar error untuk koefisien regresi t. : Regresi parsial. Kriteria hasil pengujian: Ho akan diterima dan H1 akan ditolak bila tstat<ttabel. Ho akan ditolak dan H1 akan diterima bila tstat>ttabel.. 3.7. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (Goodness of Fit) yang dinotasikan dengan R2,. merupakan suatu ukuran penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. (Nachrowi, 2006). Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variable terikat dapat diterangkan oleh variable bebas. Bila R2 = 0, artinya variasi dari variable terikat tidak dapat diterangkan oleh variable bebas sama sekali. 31.

(49) Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variable terikat secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variable bebas (Nachrowi, 2006).. 3.8. Uji Asumsi Klasik Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniaritas dan. autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, maka uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat menghasilkan interpretasi yang menyesatkan.. 3.8.1. Analisis Residual. Setelah melakukan uji-F, uji-t dan koefisien determinasi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah analisis residual. Hal ini dilakukan dalam rangka menghindari interpretasi yang menyesatkan karena ada beberapa asumsi yang dilanggar. (Nachrowi, 2006). Informasi terhadap variable-variabel terikat yang tidak dapat diterangkan regresi, akan termuat dalam residual. Komponen inilah yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap persamaan regresi yang dibuat. Oleh karena itu, upaya pemeriksaan ini dikenal dengan nama Analisis Residual. (Nachrowi, 2006). Pengujian normalitas residual model regresi dapat dideteksi dengan melihat ketidaknormalan residual model regresi antara variabel bebas (X) dengan variabel respon (Y). Dalam hal ini, pengujian dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov–Smirnov. Uji Kolmogorov–Smirnov merupakan suatu uji Goodness Of Fit yang didasarkan pada Chi-Square dengan nilai maksimum 1 dan nilai minimum 0. Uji. 32.

(50) ini menggunakan fungsi peluang kumulatif contoh dan fungsi peluang kumulatif distribusi normal. Hipotesis yang melandasi pengujian adalah: Ho: F(y) = F0(y) H1: F(y) ≠ Fo(y) Statistik uji ini adalah jarak tegak maksimum antar fungsi sebaran empiris dan fungsi sebaran normal atau disebut juga Dn. Dn = Supy|Fn(y)-Fo(y)| di mana: Dn = batas atas terkecil jarak antara fungsi sebaran empiris dan fungsi sebaran normal, Fn(y) = fungsi peluang kumulatif contoh, F0(y) = fungsi peluang kumulatif distribusi normal. Sedangkan kriteria keputusan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov adalah menolak H0 jika Dn > Dn(α), tetapi jika Dn ≤ Dn(α) maka H0 diterima. Uji ini memberikan informasi adanya ketidaksamaan model (lack of fit) bila menolak H0.. 3.8.2. Multikolinearitas. Dalam membuat regresi berganda, variable bebas yang baik adalah variable bebas yang mempunyai hubungan dengan variable terikat akan tetapi tidak mempunyai hubungan dengan variable bebas lainnya. Apabila terjadi hubungan antar variable bebas, maka akan mengakibatkan terjadinya multikolineritas. (Nachrowi, 2006). Dampak. yang. ditimbulkan. dengan. adanya. multikolnearitas. adalah. (Nachrowi, 2006).: 1. Varian koefisien regresi menjadi besar. 2. Akibat besarnya varian, maka berkaibat pada lebarnya interval kepercayaan dan mempengaruhi hasil uji-t. 33.

(51) 3. Estimasi koefisien regresi yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interpretasi. Adapun salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF). Gujarati. (2003). menyatakan. bahwa. permasalahan. multikolinearitas. ditunjukkan oleh nilai dari VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF tidak melebihi. angka. 10,. dapat. disimpulkan. bahwa. tidak. terjadi. adanya. multikolinearitas antar variabel.. 3.8.3. Autokorelasi. Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepajang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Akibat yang ditimbulkan adalah penduga yang diperoleh dari penggunaan regresi tidak lagi BLUE, sekalipun tidak bias dan konsisten. Estimasi standar error dan varian koefisien regresi. yang. didapat. akan. underestimate.. Dengan demikian,. koefisien. determinas akan besar, dan tentunya uji-F, uji-t dan interval kepercayaan menjadi tidak baik lagi untuk digunakan. Di samping itu, pemeriksaan terhadap residual biasanya juga akan menemui permasalahan. Otokorelasi yang kuat dapat pula menyebabkan dua variable yang tidak berhubungan menjadi berhubungan (Nachrowi, 2006). Uji autokorelasi adalah suatu pengujian yang digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana, analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sehingga tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. (Nachrowi, 2006). 34.

(52) Ada beberapa metode yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi, diantaranya adalah Uji Durbin-Watson. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, kriteria yang dipergunakan dari hasil uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut (Nachrowi, 2006): -. Jika statistic DW bernilai 2, maka ρ akan bernilai 0, yang berarti tidak ada autokorelasi.. -. Jika statistic DW bernilai 0, maka ρ akan bernilai 1, yang berarti ada autokorelasi positif.. -. Jika statistic DW bernilai 4, maka ρ akan bernilai -1, yang berarti ada autokorelasi negatif.. 3.8.4. Heteroskedastisitas. Heteroskedastistas merupakan suatu kondisi dimana Var (ui2) tidak konstan. Dengan demikian, pada suatu nilai variable X atau sekelompok nilai X akan mempunyai nilai Var (ui2) yang berbeda dengan variable bebas X atau sekelompok nilai X lainnya. Oleh karena itu, bila nilai-nilai ui2 diplot dengan nilainilai variable bebas akan ditemui suatu pola atau bentuk yang tidak random. (Nachrowi, 2006:113). Adanya heteroskedastisitas akan mengakibatkan Var cenderung besar. Dan Var yang besar ini akan mengakibatkan interval kepercayaan semakin lebar, uji hipotesis menjadi tidak akurat dan kesimpulan yang tidak tepat. Dalam penelitian ini akan digunakan pengujian dengan menggunakan uji grafis. Dengan uji ini, apabila titik-titik pada gambar tidak mencerminkan suatu pola yang sistematis (random), maka varian dari residu bersifat konstan (homoskedastisitas). (Nachrowi, 2006:113).. 35.

(53) BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Semenjak merdeka pada tahun 1945 hingga tahun 1966 (pemerintahan Orde Lama), Indonesia masih tergolong sebagai negara miskin. Hal ini dikarenakan pendapatan dalam negeri yang cukup rendah (baru merdeka), hasrat konsumsi tinggi, kemampuan menabung yang rendah dan tingkat investasi yang rendah pula. Oleh karena itu sejak pemerintahan Orde Baru, pemerintah mulai berusaha memperbaiki perekonomian nasional dengan melakukan pembangunan, yakni dengan cara membuka penanaman modal asing masuk ke Indonesia, baik itu dengan mekanisme penanaman modal asing maupun pengajuan utang luar negeri ke badan dunia ataupun Negara lain. Meningkatnya. pertumbuhan. investasi. di. Indonesia. dimulai. dengan. ditetapkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu mulai terjadi yang digunakan sebagai media pembangunan di Indonesia. Pada saat itu, investasi yang masuk tersebut masih didominasi oleh utang luar negeri dan penanaman modal asing. Hutang luar negeri pemerintah Indonesia merupakan pinjaman dari pihakpihak asing seperti negara sahabat, lembaga internasional (IMF, World Bank, ADB), pihak lain yang bukan penduduk Indonesia. Bentuk hutang yang diterima dapat berupa dana, barang atau jasa. Berbentuk barang, bila pemerintah membeli barang modal ataupun peralatan perang yang dibayar secara kredit. 36.

(54) Berbentuk jasa, sebagian besar berupa tenaga ahli dari pihak kreditur untuk memberikan jasa konsultasi pada bidang-bidang tertentu.. Tabel 4.1: Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Penanaman Modal Asing (dalam juta USD). Tahun. Utang LN P. Akumulasi Utang Luar Negeri Pemerintah. PMA. 1983. 4528,6. 19.953. 1890,8. 1984. 4579,1. 21.589. 1286,8. 1985. 5289,8. 25.321. 855,1. 1986. 4916,8. 31.521. 960,6. 1987. 4734,5. 38.417. 3068,7. 1988. 6244,0. 38.983. 3110,2. 1989. 6753,2. 39.577. 7073,5. 1990. 7267,1. 45.100. 13298,5. 1991. 9121,4. 45.725. 8574,7. 1992. 6968,8. 48.769. 8628,8. 1993. 8302,8. 52.462. 8027,1. 1994. 8470,8. 58.616. 6186,5. 1995. 8660,3. 59.588. 4346,0. 1996. 7986,4. 55.303. 6194,0. 1997. 1469,4. 53.865. 4677,0. 1998. 5204,1. 67.315. -356. 1999. 5061,2. 75.720. -2745. 2000. 1816,3. 74.891. -4550. 2001. 2673,5. 74.776. -3279. 2002. 1919,3. 74.661. -1523. 2003. 2077,6. 81.666. 597,0. 2004. 1881,0. 82.725. 1896,0. 2005. 5200,0. 80.072. 8337,0. 2006. 3700,0. 75.809. 4616,0. 2007. 4190,0. 80.609. 7549,0. 85.122. 8384,0. 2008 5070,0 Sumber: Diolah dari berbagai sumber.. 37.

(55) Apabila digambarkan dalam grafik, maka capital inflow yang masuk ke Indonesia dari tahun 1983 sampai dengan 2008, baik melalui utang luar negeri dan penanaman modal asing, dapat dilihat dalam grafik berikut:. Gambar 4.1: Perkembangan. Utang. Luar. Negeri. Pemerintah. dan. Penanaman Modal Asing 16000,0 14000,0 12000,0 10000,0 8000,0 6000,0. ULNP. 4000,0. PMA. 2000,0 0,0 (2000,0) 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 (4000,0) (6000,0) Sumber: Diolah dari berbagai sumber.. Dari table dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa utang luar negeri pemerintah Indonesia memiliki kecenderungan untuk bertambah setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketergantungan pemerintah Indonesia terhadap utang luar negeri masih cukup tinggi. Dan ini juga meggambarkan keadaan bahwa mobilisasi tabungan domestic Indonesia (pemerintah dan masyarakat) masih cukup rendah. Sehingga, diperlukan capital inflow dari luar negeri, baik melalui utang luar negeri pemerintah (bilateral dan multilateral) ataupun. 38.

(56) penanaman modal asing untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Apabila lebih dicermati lagi, grafik di atas dapat menginformasikan bahwa semenjak tahun 1983, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan fiscal yang bersifat deficit (yang pada saat itu disebut anggaran berimbang karena utang luar negeri dimasukkan sebagai salah satu pos penerimaan Negara). Hal ini dilakukan dalam rangka menyesuaikan dengan program pemerintahan saat itu yang biasa disebut sebagai Trilogi Pembangunan, yakni program pencapaian pertumbuhan ekonomi yang mantap dan dinamis, kestabilan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang dinamis, diperlukan modal (investasi), bisa dari dalam negeri dan luar negeri. Apabila hanya mengandalkan dari dalam negeri saja, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi tentu tidak sebesar yang diinginkan. Hingga, solusi yang diambil adalah dengan cara mengajukan utang ke negara lain ataupun badan/organisasi dunia. Kebijakan utang luar negeri ini berjalan secara konsisten dengan pergerakan cukup moderat hingga tahun 1996/1997. Hal ini juga didukung oleh semakin membaiknya kepercayaan dunia internasional pada pencapaian ekonomi Indonesia. Akan tetapi pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan krisis moneter. Krisis ekonomi mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi yang berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat dan menurunnya output nasional. Sementara itu, krisis moneter mengakibatkan devaluasi nilai tukar rupiah yang cukup dalam, sehingga mengakibatkan nilai utang luar negeri menjadi berkali-kali lipat dari nilai semula. Imbasnya, nilai kepercayaan dunia internasional pun merosot tajam. Hal ini dapat diwakili oleh jumlah utang luar negeri yang berhasil dihimpun oleh pemerintah pada masa-masa krisis, yang merosot cukup tajam dibandingkan periode-periode sebelumnya.. 39.

Gambar

Tabel  1.1:  Utang  Luar  Negeri  Sebagai  Penutup  Pembiayaan  APBN  (dalam  miliar rupiah)
Tabel 1.2: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Jumlah Utang Luar Negeri  Pemerintah Indonesia  Thn  PE  ULN Pemerintah  (dlm juta dollar/rupiah)  PDB Atas Dasar Harga Berlaku (dalam miliar  rupiah)  Rasio  ULNP thd PDB  2003  4,1%  81.666  800.326.800.000.00
Tabel 1.3: Pembayaran Angsuran Hutang dan Pokok Hutang (dalam miliar  rupiah)
Gambar 2.1: Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prima Damai Permai dan status lahan tanah tersebut ialah tanah negara atau masyarakat Desa Kedamean menyebutnya tanah GG.5 Secara historis, tanah di Indonesia era penjajahan

Pelaksanaan upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba dahulu dilaksanakan dalam waktu dan proses yang cukup lama, sekarang dipersingkat dengan istilah upcara adat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan jumlah coliform dalam air minum adalah hygiene operator (p=0.001) dan variabel yang tidak berhubungan dengan

Langkah awal kita dalam mengelola autoresponder adalah dengan membuat grup. Anda bisa langsung klik menu Tambah Grup atau klik Icon Tambah Grup Anda juga bisa menggunakan drop down

(Fatkhiyah.. sebatas rancangan proses training, hasil dari proses training berupa bobot akhir yang dipergunakan dalam proses penentuan kualitas air minum kemasan. Proses training

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah kelompok orang sehat merupakan upaya kesehatan dari.. Masyarakat sosial ekonomi lemah , rentan dan berisiko terhadap

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility yang telah dijalankan oleh perusahaan, menentukan pendistribusian biaya-biaya sosial

Dalam pengukuran gayaberat yang terukur adalah nilai dari percepatan gravitasi g, dimana hukum Newton II menjelaskan hubungan dari percepatan gravitasi dengan gaya