• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Plasenta Previa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Plasenta Previa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini.

Laporan kasus ini kami buat untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik di SMF Kebidanan dan Kandungan di RSU...

Laporan kasus ini berjudul “Plasenta Previa ”. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucaplan terima kasih kepada

dr. ………. yang telah memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesaikan laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna melengkapi dan memperbaiki laporan kasus ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

(2)

BAB I

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PLACENTA PREVIA

1.1 BATASAN

Placenta Previa adalah keadaan dimana Placenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) pada kehamilan 28 minggu atau lebih. (1,3)

1.2 PATOFISIOLOGI

Perdarahan pada Placenta Previa terjadi pada kehamilan 28 minggu/lebih pada saat itu mulai terbentuknya segmen bawah rahim (dari bagian isthmus uteri), sehingga bagian placenta di daerah tersebut lepas. Plasenta di segmen bawah rahim menyebabkan bagian terendah anak tidak bisa masuk pintu atas panggul (kepala floating/kelainan letak). Bila terjadi retensio placenta pada placenta previa (yang lahir pervaginam) ingat akan plasenta akreta. (1,2)

1.3 KLASIFIKASI

Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena itu pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi, melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap saat. Misalkan, pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan Placenta (Placenta Previa Totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi Placenta Previa Lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderita diperiksa.

 Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5cm : (3)

1. Placenta Previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5cm teraba Placenta menutupi seluruh ostium.

2. Placenta Previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh Placenta, dibagi 2 :

− Placenta Previa lateralis posterior : bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.

− Placenta Previa lateralis antorior : bila menutupi ostium bagian depan. 3. Placenta Previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang

ditutupi Placenta.

 Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat : (3)

1. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium ditutupi Plasenta. 2. Plasenta Previa partialis : sebagian ditutupi Placenta.

3. Placenta letak rendah (low-lying) : tepi bawah placenta berada 3-4 cm dari oui (orifisium urethra externa), pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

(3)

 Menurut Browne : (3)

1. Tingkat 1 = Lateral Placenta Previa :

Pinggir bawah Placenta berinsersi sampai segmen bawah rahim, namun tidak sampai kepinggir pembukaan.

2. Tingkat 2 = Marginal Placenta Previa :

Placenta mencapai pinggir oembukaan (ostium). 3. Tingkat 3 = Complete Placenta Previa :

Placenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

4. Tingkat 4 = Central Placenta Previa :

Placenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

1.4 FREKUENSI

Literatur negara barat melaporkan frekuensi Placenta Previa kira-kira 0,3-0,6%. Di negara-negara berkembang berkisar antara 1-2,4%. Menurut jenisnya, Eastman melaporkan Placenta Previa sentralis 20%, lateralis 30%, dan letak rendah 50%. (3)

I.5 ETIOLOGI

Disamping masih banyak penyebab Placenta Previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya :

a. Endometrium yang inferior b. Chorion leave yang persisten

c. Korpus luteum yang bereaksi lambat

Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua kapsularis. (3)

Faktor-faktor etiologi : 1. Umur dan paritas

 Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.

 Lebih sering pada paritas tinggi daripada paritas rendah.

2. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

3. Endometrium cacatpada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi kuretase, dan manual Plasenta.

4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.

5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. 6. Kadang-kadang pada malnutrisi.

(4)

1.6 DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS (1,3,5)

Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :

a. Anamnesis

− Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar terutama pada multigravida pada kehamilan 28 minggu/lebih atau pada kehamilan lanjut (trimester III).

Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).

Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang sebelum partus dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya.

Sebab dari perdarahan ialah karena ada Placenta dan pembuluh darah yang robek karena (a) terbentuknya segmen bawah rahim, (b) terbukanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan Placenta yang lepas. Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam beberapa kain karung, berapa gelas, dan adanya darah-darah beku (stolsel).

b. Inspeksi

− Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak, sedikit, darah beku, dan sebagainya.

− Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.

c. Palpasi abdomen

− Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. − Sering dijumpai kesalahan letak janin.

− Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.

− Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.

d. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan asal perdarahan dan menyingkirkan kemungkinan yang bukan plasenta previa (trauma, varises vagina, karsinoma porsio, polip, endoserviks). Inspekulo dilakukan bila perdarahan sudah berhenti.

e. Ultrasonografi

Penentuan lokasi Placenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap ibu dan janin serta tidak menimbulkan rasa nyeri.

f. Pemeriksaan dalam (VT)

DSU (Doubel Set-Up) yaitu VT di kamar operasi dengan persiapan operasi seksio sesarea. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena bahayanya sangat besar.

(5)

− Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat − Terjadi infeksi

− Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus • Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam : (1,3)

− Pasang infus dan persiapkan donor darah

− Kalau dapat, pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, di mana fasilitas operasi segera telah tersedia

− Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut

− Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks (fornices test)

− Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan • Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum : (3)

− Menegakkan diagnosa apakah perdaran oleh Placenta Previa atau oleh sebab-sebab lain

− Menentukan jenis klasifikasi Placenta Previa, supaya dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat

• Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum : (3) − Perdarahan banyak, lebih dari 500cc

− Perdarahan yang sudah berulang-ulang (recurrent)

− Perdarahan sekali, banyak dan Hb dibawah 8 gr%, kecuali bila pesediaan darah ada dan keadaan sosio-ekonomi penderita baik

His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim (viable)

1.7 PENGARUH PLACENTA PREVIA TERHADAP KEHAMILAN

Karena dihalangi oleh Placenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin : letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang.

Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu jika banyak Placenta yang lepas, kadar progesteronturun dan dapatterjadi his; juga lepasnya Placenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam. (3,5)

1.8 PENGARUH PLACENTA PREVIA TERHADAP PARTUS (3)

a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik

b. Bila pada Placenta Previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli

c. Sering dijumpai inersia primer d. Perdarahan

1.9 DIAGNOSIS BANDING (1,2) a. Solusio Placenta

b. Kehamilan dengan : − Trauma pada vagina − Varises yang pecah − Ca cervik

(6)

− Polip endocervik

1.10 KOMPLIKASI PLACENTA PREVIA (1,2,3) a. Ibu :

− Anemia dan syok

− Retensio placenta/placenta akreta − Infeksi

− Ruptura uteri b. Janin : − Asfiksia

− IUFD (Intra Uterine Fetal Death) − Prematur

1.11 PROGNOSIS

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.

Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan (tindakan). (3)

1.12 PENATALAKSANAAN

Cara persalinan :

Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :

− Jenis plasenta previa

− Perdarahan : banyak, atau sedikit tetapi berulang − Keadaan umum ibu hamil

− Keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal − Pembukaan jalan lahir

− Varitas atau jumlah anak hidup − Fasilitas penolong dan rumah sakit

1. PENANGANAN AKTIF (1,3)

Tujuan : Segera melahirkan anak (terminasi persalinan) Cara :

1. Langsung seksio sesarea tanpa DSU

Tanpa DSU dengan memperhatikan keadaan umum ibu. Tunggu persiapan operasi sampai memungkinkan untuk dilakukan seksio (atas konsultasi dengan anestesi). Tindakan ini dilakukan pada :

a. Gawat janin dengan perkiraan berat janin >1500gr

b. Perdarahan aktif dan banyak dengan evaluasi bertahap (perdarahan profuse >500cc dalam 30’

c. Hb 6gr% atau kurang, bayi hidup, EFW >1500gr, perdarahan terus

(7)

− Placenta previa totalis

− Placenta previa lateralis dan berapa pembukaan serviks 2. Double Set Up (DSU)

• Dilakukan pada: a. Kehamilan aterm

b. Kehamilan Premature dengan EFW>2000gr c. Perawatan konservatif gagal

Yakni :

− Perdarahan masih merembes ke luar vagina

− Perdarahan bercak akan tetapi menyebabkan penurunan Hb>2gr% dengan pemeriksaan serial 3 kali/tiap 6 jam.

• Pada DSU ditentukan :

a. Bila placenta previa totalis → lakukan seksio sesarea, dimana indikasi seksio sesarea pada placenta previa : (4)

− Semua placenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal; semua placenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

− Semua placenta previa lateralis superior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

− Semua placenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.

− Placenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada bekas insersi placenta (placental bed) kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah :

− Bila anak belum ada, untuk menyelamatkan alat reroduktif dilakukan ligasi arteria hipogastrika.

− Bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah histerektomi.

b. Bila placenta previa lateralis → lakukan amniotomi, dimana indikasi amniotomi pada placenta previa :

− Placenta previa marginalis atau letak rendah bila telah ada Pembukaan.

− Pada primigravida dengan Placenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4cm atau lebih.

− Placenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

Keuntungan amniotomi adalah (a) bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan menekan Placenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti ; (b) partus akan berlangsung lebih cepat ; dan (c) bagian placenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi placenta yang lepas. Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drips 2,5-5 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%. c. Bila tidak teraba placenta saat DSU, dilakukan inspekulo untuk melihat asal

perdarahan, bila perdarahan berasal dari OUI, tetap dilakukan amniotomi (dengan anggapan kemungkinan suatu placenta letak rendah, vasa previa yang pecah). Apabila pada inspekulo tidak dijumpai perdarahan : lakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan letak placenta dan keadaan janin.

2. PERAWATAN KONSERVATIF

(8)

− Bayi premature (EFW< 2000gr). − DJJ (+).

− Perdarahan sedikit atau berhenti

Bila Hb rendah (anemis), tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar, pikirkan anemia kronik.

Cara perawatan konservatif :

1. Observasi selama 24 jam di kamar bersalin.

2. Keadaan umum penderita diperbaiki, transfusi darah diusahakan Hb > 10gr%.

3. Diberikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin, menjaga kemungkinan perawatan konservatif gagal. Suntikan diberikan intra muskuler 2* selang 24 jam dengan dosis : deksametason 16 mg/hari atau betamason 12mg/hari iv.

4. Bila perdarahan berhenti, penderita pindah ke ruang bersalin tirah baring selama 2 hari, kemudian mobilisasi.

5. Observasi : Hb setiap hari

T/N, DJJ, perdarahan setiap 6 jam

6. Perawatan konservatif gagal bila terjadi perdarahan ulang (= penanganan aktif).

7. Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan mobilisasi. Sebelum pulang dilakukan USG untuk memastikan letak placenta dan inspekulo untuk menentukan kelainan pada serviks vagina.

8. Nasehat waktu pulang : − Istirahat

− Dilarang koitus/manipulasi vagina − MRS bila terjadi perdarahan lagi

− Periksa ulang (ANC) 1 minggu kemudian

 Tokolytik telah banyak digunakan pada beberapa senter untuk uterus yang secara teoritis dapat mengakibatkan pelepasan placenta dan perdarahan. Kegunaan tokolytik pada penderita placenta previa belum dibuktikan dengan penelitian yang adekuat.

 Penderita pulang dipertimbangkan pada :

− Tinggal dalam jangkauan 30 menitdari rumah sakit, ada anggota keluarga yang menjaga selama 24 jam.

− Mampu mempertahankan tirah baring di rumah.

− Mengerti resiko yang menyertai pada perawatan rawat jalan.

 Berdasarkan pemeriksaan USG persalinan direncanakan sebagai berikut :

− Bila placenta menutup OUI, ditunggu aterm, kemudian dilakukan USG ulang. Bila hasil tetap, maka persalinan direncanakan seksio sesarea.

− Bila placenta di SBR, tapi tidak menutup OUI, ditunggu inpartu, bila perdarahan lagi DSU.

− Bila placenta letak normal ditunggu inpartu, persalinan diharapkan normal.

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA

NAMA : Ny. Maskurun Azizah UMUR : 39 tahun

(9)

PENDIDIKAN : SMU NO.REGISTRASI :

PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga AGAMA : Islam

NAMA SUAMI : Tn. Imam Mudzaki UMUR : 42 tahun PENDIDIKAN : SMU PEKERJAAN : Wiraswasta AGAMA : Islam ALAMAT : Petuk-Semen MRS : Tgl. 27-10-2009 PUKUL : 09.50 WIB 2.2 ANAMNESA

1. Keluhan utama : Perdarahan pervaginam

− Tanggal 25-10-2009, pasien merasa perutnya kenceng-kenceng tapi tidak periksa. − Tanggal 27-11-2009, mengeluarkan darah segar,satu softek penuh,ada

gumpalan-gumpalan darah,perut kenceng-kenceng  perisa ke bidan, lalau di rujuk ke RSG − Selama hamil pasien tidak pernah mengeluarkan darah.

− Sebelum hamil tekanan darah pasien selalu tinggi (± 160 mmHg) 2. Riwayat haid :

 Menarche : 15tahun  Pola haid : Teratur  Siklus : 28 hari  Jumlah : Biasa  Lama haid : 7 hari

 Nyeri : Iya ( sebelum haid )  Menopause : Belum  HPHT : 08-02-2009  Taksiran persalinan : 15-11-2009 3. Riwayat keputihan : Tidak ada 4. Riwayat kehamilan/persalinan :  Persalinan : 3kali  Jumlah anak hidup : 3orang  Jumlah anak mati : -  Abortus : - Anak terkecil umur : 3 tahun  Pernah operasi : Tidak  Imunisasi TT : 1 kali

 ANC : Rutin di Bidan 5. Riwayat perkawinan :

(10)

 Berapa kali : 1 kali Lama perkawinan : I (selama 12 tahun)

: ♀ BBL,4000 gr lahir normal di bidan : ♀ BB L,4000 gr lahir normal di bidan Anak III : ♂ BBL, 3700 gr, lahir normal di bidan

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis GCS : 456

Tensi : 1180/120 mmHg Nadi :112 x/menit Temperatur axiler : 37,4 o C Berat Badan : 63 Kg Tinggi Badan : 156 cm Anemis : Ikterus : -Jantung : Normal Paru : Rh Wh : : Supel, BU +, tampak membesar sesuai umur kehamilan

Genetalia : Normal, tampak perdarahan Extremitas edema :

-/-Reflek patella : +/+ Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit keluarga :

-2.4 STATUS KEBIDANAN

 Pemeriksaan luar :

− Tampak perut membesar sesuai umur kehamilan − Teraba tinggi fundus uteri setinggi 36 cm

− Teraba punggung kanan.

− Presentasi kepala sudah masuk pintu atas panggul. − Detak jantung janin terdengar positif yaitu 148 x/menit.  Pemeriksaan dalam :

− Inspeksi : vulva/vagina terlihat perdarahan pervaginam banyak dan stolsel-stolsel − Vaginal toucher tidak dilakukan

− Pemeriksaan Inspekulo tidak dilakukan

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG  Tgl : 27-10-2009 Hb : 10,57 BUN : 15 Creatinin : 0,73 SGOT : 25 SGPT : 21 Darah Lengkap: WBC : 13.0 RBC : 4,24 HGB : 12,4 HCT : 36,7 MCH : 29,2

(11)

MCHC : 33,8 PLT : 366 RDW-SD : 44,2 PDW : 11,6 MPV : 8,8 P-LCR % : 18,00 LYMPH% : 12,4 MXD% : 3,8 NEUTH% : 83,8 LYMPH# : 1,60 MXD# : 0,50 NEUTH# : 10,90 URINE Leuco : ( 2-3 ) Ery : ( 0-1 ) Cyl : -Epith : ( 1-2 ) Krist : amorph 2.6 DIAGNOSA KERJA

 GivP3003 Inpartu ± 37-38 minggu/tunggal/hidup  Placenta previa

 PEB

2.7 PENATALAKSANAAN

 Operasi tanggal 27/10/2009 10.00 Pasang infus.

10.15 Informed consent lengkap. 10.20 Pasang infus + DC.

Persiapan pre operasi. 11.45 Penderita dikirim ke OK. 11.50 Pre medikasi. 11.55 Lumbal anastesi. 12.00 Desinfeksi kulit. 12.02 Insisi kulit. 12.04 Buka peritoneum. 12.05 Buka uterus.

12.10 Telah lahir dengan SC, jenis kelamin anak : perempuan, Apgar score : 3-5, BB/PB : 2000 g/46 cm.

Drip synto 1 ampul grojok. 12.15 Placenta lahir manual lengkap. 12.20 Tutup uterus.

12.25 Tutup peritoneum. 12.30 Tutup kulit.

12.40 Operasi selesai.

12.55 Penderita dipindah ke ruang bersalin. Observasi TTV, keluhan.

(12)

Terapi injeksi : Amoxicillin 3 x 1 gr SM full dose Antrain 3 x 1 amp Vit. C 3 x 1 amp Terapi Infus : RL D5% (2 : 3) Drip Synto 2 amp s/d 12 jam post SC Kolaborasi

BAB III

DISKUSI

Dalam laporan kasus ini penderita didiagnosa dengan placenta previa totalis. Diagnosa pada penderita ditegakkan berdasarkan :

• Anamnesa :

− Didapatkan keluhan berupa perdarahan pervaginam warna merah segar terutama pada multigravida kehamilan 28 minggu/lebih dengan sifat perdarahan tiba – tiba, tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang.

⇒ Pada kasus ini perdarahan pervaginam mulai terjadi pada minggu ke 37-38, meskipun dikatakan perdarahan placenta previa terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang dimulai sejak usia kehamilan 20 minggu karena pada saat itu segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi terutama pada plasenta previa totalis. (5)

• Tanda-Tanda Vital

- Tekanan darah 180/120 mmHg seharusnya di beri anti hipertensi • Inspeksi :

− Dapat dilihat perdarahan pervaginam sedikit dan stolsel-stolsel. − Ibu tidak kelihatan pucat

• Palpasi abdomen :

− Tinggi Fundus Uteri 35 cm, kehamilan ± 37-38 minggu. − Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul. • Pemeriksaan inspekulo :

Tidak dilakukan, hal ini dikarenakan : − Perdarahan masih terus berlangsung.

• Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : Tidak Dilakukan • Pemeriksaan dalam (VT) :

Tidak dilakukan, dengan alasan dapat menyebabkan perdarahan hebat, timbul infeksi, timbul His dan kemudian terjadilah partus prematurus.

⇒ Dari anamnesa, gejala klinis, dan pemeriksaan yang telah kami lakukan maka kemungkinan penyebab perdarahan antepartum yang lain termasuk solusio plasenta pada kasus ini dapat disingkirkan.

(13)

BAB IV

KESIMPULAN

Dari diskusi diatas menurut kami kasus ini tidak sesuai dengan penatalaksanaan, dimana penanganannya adalah langsung sectio sesarea tanpa double set up yang seharusnya menurut kami dapat dilakukan dengan menunda persalinan sampai janin aterm, hal ini berdasarkan pada penderita :

− Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit sehingga tidak membahayakan ibu atau janinnya

− sudah ada tanda-tanda inpartu (his positif tapi jarang)

− Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb, HCT dalam batas normal) − Janin masih hidup

Sehingga pada kasus ini tidak diperlukan tindakan pengakhiran kehamilan segera, meskipun plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea. Terkecuali bila :

− Kehamilan matur dengan perdarahan aktif dan banyak yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada (perdarahan profuse > 500 cc dalam 30’)

− Sudah ada tanda-tanda inpartu − Gawat janin

− Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang

DAFTAR PUSTAKA

1. Abadi, Agus, dkk : Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan 2004, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 2004; 28 - 32.

2. Mansjoer, Arif, dkk : Kapita Selekta 1 Kedokteran; Edisi Ketiga jilid -1, Cetakan Pertama, Media Acsculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001; 276 - 279.

3. Mochtar, Rustam, : Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi Kedua, EGC, Jakarta, 1998; 269 -278.

4. Saifuddin, Abdul Bari, dkk : Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006; 162 -166.

5. Wiknjosastro, Hanifa, dkk : Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006; 365 - 376.

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi resolusi citra semakin banyak pixel per inchi (PPI) dan menghasilkan citra berkualitas tinggi. • Resolusi sering dinyatakan dalam ukuran citra (lebar

Kegiatan Laundry harus dilaksanakan pada ruangan-ruangan yang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk

bermaksud untuk menerapkan konsep CIA dalam fitur pengelolaan hak akses di dalam aplikasi koperasi Pada Mukti dengan harapan bisa menjadikan salah satu cara

Model regresi data panel yang sesuai untuk mengestimasi persentase penduduk miskin di Jawa Tengah adalah model data panel fixed effect dengan efek individu, sedangkan

Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas

insculpta maupun calon regenerasinya (anakan) di alam. Kedua, menguji pola sebaran sarang apakah bersifat acak, homogen atau berkelompok. Kepadatan sarangnya

Kar.a !l!a% $($uler.. raian di atas menun$ukkan peran bahasa atau praktik berbahasa dalam penulisan karya ilmiah. arya ilmiah mustahil ditulis tanpa bahasa, yang mana