• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR LIMNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR LIMNOLOGI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

LIMNOLOGI LIMNOLOGI

Dosen Pengampu: Dosen Pengampu:

Prof.Dr.Ir I Wayan Arthana,MS.,Ph.D Prof.Dr.Ir I Wayan Arthana,MS.,Ph.D

Ir. I Wayan Restu, M.Si Ir. I Wayan Restu, M.Si

Ayu Putu Wiweka Krisna Dewi, S.S.T.Pi.,MP Ayu Putu Wiweka Krisna Dewi, S.S.T.Pi.,MP

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Kelompok 8 Kelompok 8  Nita Hayani BR

 Nita Hayani BR Tarigan Sibero Tarigan Sibero 15145210051514521005 Hasbiah

Hasbiah Rahmat Rahmat 15145210151514521015 Ifan

Ifan Martin Martin Nopem Nopem 15145210261514521026 Ilham

Ilham Misbakudin Misbakudin Al Al Zamzami Zamzami 15145210361514521036 Maria

Maria Angelina Angelina Vicario Vicario 15145210431514521043 Josua

Josua Siagian Siagian 15145210531514521053

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN BUKIT JIMBARAN 2017 2017

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan  penyusunan

 penyusunan laporan laporan akhir akhir praktikum praktikum Limnologi Limnologi ini. ini. Laporan Laporan kami kami susun susun untukuntuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam mengambil mata kuliah memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam mengambil mata kuliah Limnologi Perairan Jurusan Manjemen Sumberdaya Perairan pada Fakultas Limnologi Perairan Jurusan Manjemen Sumberdaya Perairan pada Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

Dalam kesempatan ini juga, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih Dalam kesempatan ini juga, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah meluangkan waktunya untukyang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ban

memberikan bantuan, dan tuan, dan bimbingan bimbingan sehingga laporan sehingga laporan ini dapat ini dapat diselesaikan.diselesaikan. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat kepada :hormat kepada : 1.

1. Bapak/Ibu s elaku dosen pengampu mata Bapak/Ibu s elaku dosen pengampu mata kuliah Limnologikuliah Limnologi 2.

2. Serta pihak-pihak lainnya yang membantu dalam pembuatan laporan iniSerta pihak-pihak lainnya yang membantu dalam pembuatan laporan ini Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini dan masih Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini dan masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik dimasa yang akan datang. membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Jimbaran, 20 Mei 2017 Jimbaran, 20 Mei 2017

Penulis Penulis

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ...PRAKTIKUM ... i... i LIMNOLOGI

LIMNOLOGI ... ... ii KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... ... iiii DAFTAR

DAFTAR ISI ...ISI ... ... iiiiii DAFTAR

DAFTAR TABEL ...TABEL ... ... vv DAFTAR

DAFTAR GAMBAR GAMBAR ... ... vivi BAB

BAB I I ... ... 11 PANDAHULUAN

PANDAHULUAN ... ... 11 1.1

1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... 1... 1 1.2

1.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah ... ... 22 1.3 1.3 Tujuan ...Tujuan ... ... 22 1.4 1.4 Manfaat ...Manfaat ... ... 22 BAB BAB II ...II ... .. 33 TINJAUAN

TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA ... ... 33 2.1

2.1 Lokasi PraktiLokasi Praktikum kum ... ... 33 2.2

2.2 Tumbuhan Air Tumbuhan Air ... ... 44 2.3

2.3 Biota Biota ... ... 88 2.3.1

2.3.1 Mollusca...Mollusca... ... 88 2.3.2

2.3.2 Kelas Kelas Bivalvia ...Bivalvia ... 9... 9 2.3.3

2.3.3 Kelas Kelas Gastropoda Gastropoda ... 10... 10 2.3.4

2.3.4 Annelida Annelida ... ... 1111 BAB

BAB III III ... 12... 12 METODOLOGI

METODOLOGI PRAKTIKUM ...PRAKTIKUM ... ... 1212 3.1

3.1 Waktu Waktu danTempat ...danTempat ... ... 1212 3.2

3.2 Alat Alat dan dan Bahan ...Bahan ... 12... 12 3.2.1 Alat

3.2.1 Alat dan Bahan...dan Bahan... 12... 12 3.2

3.2 MetodePraktikum ...MetodePraktikum ... ... 1414 3.3

3.3 Prosedur Prosedur Praktikum ...Praktikum ... 14... 14 3.3.1

3.3.1 Prosedur Prosedur Pengambilan Pengambilan Sampel Sampel Biota Biota ... 14... 14 3.3.2 Prosedur

3.3.2 Prosedur Pengukuran Kualitas Pengukuran Kualitas Air ...Air ... 15. 15 3.4

3.4 Analisis Analisis Data Data ... 16... 16 BAB

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18 4.1 Hasil ... 18 4.2 Pembahasan ... 21 BAB V ... 25 PENUTUP ... 25 5.1 Kesimpulan ... 25 5.2 Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... 27

(6)

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Bendungan Telaga Tunjung ... 3

Gambar 2.2 Kayu Apu ... 6

Gambar 2.3 Papadian ... 7

(7)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1 Alat dan bahan praktikum ... 12

Tabel 3.1 Indeks Keseragaman ... 17

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kualitas Air di Titik 6 ... 18

Tabel 4.2 Data Hasil Tumbuhan Air Pada Titik 6 ... 18

Tabel 4.3 Data Hasil Biota Pada Titik 6 ... 19

Tabel 4.4 Keanekaragaman jenis tanaman air di titik 6 ... 21

(8)

BAB I

PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perairan adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara al ami ataupun  buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya. Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat di katakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatik. Beberapa faktor tersedianya air antara lain curah hujan, kelembaban, penguapan, angin, suhu dan udara. Limnologi merupakan ilmu dari perairan umum, berhubungan seluruh faktor yang mempengaruhi populasi yang hidup didalam perairan itu.

Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Interaksi faktor biotik dan abiotik ini akan menyebabkan perubahan-perubahan yang cukup rumit. Kelangsungan hidup faktor biotik atau makhluk hidup yang mendiami  perairan akan sangat tergantung pada dinamika yang terjadi di dalam badan perairan

tersebut. Perairan yang memiliki kualitas baik atau subur maka akan ditemukan  biota-biota yang sangat beragam, sebaliknya, jika biota yang ditemukan kurang  beragam, maka dapat diindikasikan bahwa suatu perairan kurang subur untuk keberlangsungan biota akuatik. Salah satu aspek yang dapat digunakan untuk memperlihatkan hal tersebut adalah produktivitas perairan. Produktivtas perairan secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perairan menghasilkan  bahan organik maupun bahan anorganik dalam suatu runutan rantai makanan yang saling berhubungan dalam jaring-jaring makanan. Produktivitas suatu perairan erat kaitannyan dengan sistem aliran makanan atau energi antar biota yang ada dalam suatu ekosistem perairan. Rantai makanan yang ada di suatu ekosistem menunjukkan peristiwa makan dan dimakan.

Rantai makanan merupakan gambar peristiwa makan dan dimakan yang sederhana. Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu  jenis herbivora, sebaliknya satu jenis herbivora tidak selalu memakan satu jenis  produsen. Dengan demikian, di dalam ekosistem terdapat rantai makanan yang

(9)

saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring makanan. Penilaian  produktivitas suatu perairan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu  pendekatan fisika, kimia dan biologi. Beberapa parameter ini akan dibahas secara

rinci dalam laporan ini. 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur ekologis dan ekosistem di waduk Telaga Tunjung? 2. Bagaimana keanekaragaman tanaman yang terdapat di waduk Telaga

Tunjung ?

3. Bagaimana keanekaragaman biota yang terdapat pada daerah tersebut? 4. Apa saja manfaat waduk Telaga Tunjung bagi masyarakat sekitar yang

 bermukim di sekitar waduk?

5. Bagaimana solusi kondisi lingkungan yang terdapat di lokasi praktikum? 1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur ekologis dan ekosistem di waduk Telaga Tunjung

2. Untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi tananam air di waduk Telaga Tunjung

3. Untuk mengetahui keanekaragaman biota yang terdapat di waduk Telaga Tunjung

4. Untuk mengetahui manfaat waduk Telaga Tunjung bagi masyarakat sekitar 5. Untuk memberikan solusi kondisi lingkungan yang terdapat pada lokasi

 praktikum 1.4 Manfaat

a. Bagi mahasiswa

Sebagai media bagi mahasiswa untuk menambah ilmu dan wawasan menganai struktur ekosistem dan sebaran biota di waduk Telaga Tunjung.  b. Bagi masyarakat

Sebagai informasi bagi masyrakat untuk mendapatkan informasi pers ebaran  biota di ekosistem waduk Telaga Tunjung.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Praktikum

Gambar 2.1 Bendungan Telaga Tunjung

Bendungan telaga tunjung terletak di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Berjarak sekitar 40 km di sebelah barat laut kota Denpasar. Secara Hidrolis bendungan terletak di hili pertemuan sungai Yeh Hoo sebagai sungai utama dan sungai Yeh Mawa. Sungai Yeh Hoo mempunyai bentuk yang  berkelok –  kelok, daerah tangkapan airnya sebesar 81,5 Km2 dengan panjang sungai

9,2Km yang mempuyai daerah irigasi seluas 2410 Ha membentak disepanjang sungai. Topografi pada daerah genangan relativ terjal sehingga penampang sungai relativ berbentuk V sehingga volume tampungan genangan relativ kecil bila dibandingkan dengan tinggi genangan. terdapat endapan sungai yang banyak  berupa gravel dan bolder yang menunjukan adanya proses peremajaan atau  pengangkatan akibat proses vulkanisme yang terjadi terus –  menerus di daerah ini. Wisatawan dapat memanfaatkan bendungan tersebut untuk berfoto disana, sebab  pemandangannya juga tidak kalah menarik. Wisatawan bisa melihat pemandangan

dari atas bukit karena disana di bangun teras  –   teras yang berada di atas bukit. Disana sudah tersedia warung –  warung kecil yang menjual makanan ringan.

Peresmiaan bendungan ini dilakukan Presiden RI 6, Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2007. Bendungan ini merupakan salah satu obyek wisata di

(11)

daerah Kabupaten Tabanan, Bali. Amat cocok sebagai tempat ketemuan par a kaum remaja, sebagai tempat memancing ikan air tawar bagi mereka penggemar pancing dan suka memancing. Air sungai/tukad yeh Ho ini, berserana Bendungan Telaga Tunjung diolah menghasilkan air bersih setara air PDAM, dan didistribusikan ke wilayah Tanggun Titi Tabanan, dan sekitarnya. Arah mencarinya setelah tiba di  pertigaan Meliling, Tabanan berbeloklah ke arah utara sekitar 5 Km dari Desa

Meliling

2.2 Tumbuhan Air

Tumbuhan di bagi menjadi 3 golongan yaitu tumbuhan yang hidup di daerah kering di namakan Xerophyta, tumbuhan yang hidup di daerah dengan kadang air sedang disebut Mesophyta, dan tumbuhan yang tinggal di daerah yang basah disebut dengan Hydophyta. Berikut ciri  –   ciri tumbuhan air menurut (Tjitrosoepomo, 1981) :

 Kutikula tipis. Cuticles terutama mencegah kehilangan air, sehingga

sebagian besar hydrophytes tidak perlu untuk cuticles.

 Stomata yang terbuka kebanyakan waktu karena air yang melimpah dan

karena itu tidak perlu untuk terlebih dahulu disimpan dalam tanaman. Ini  berarti bahwa sel penjaga stomata pada umumnya tidak aktif.

 Peningkatan jumlah stomata, yang dapat di salah satu sisi daun.  Kurang kaku struktur: tekanan air mendukung mereka.

 Flat daun pada permukaan tanaman untuk pengapungan.  Udara sacs untuk pengapungan.

 Kecil akar: air dapat tersebar langsung ke daun.  Akar ringan: tidak perlu untuk mendukung tanaman.  Khusus akar dapat mengambil oksigen dalam.

Klasifikasi tumbuhan air dibagi menjadi 3 bagian yaitu submerged hydrophytes, floating hydrophytes, dan amphibious hydrophytes. Submerged hydrophytes Merupakan tumbuhan yang berada dan hidup di bawah permukaan air, tanpa berhubungan langsung dengan atmosfer. Floating hydrophytes Merupakan tumbuhan yang terapung dipermukaan air atau sedikit di bawah permukaan air dan tumbuhnya berhubungan langsung dengan air dan lingkungan atmosfer, dengan akar tumbuhan yang tidak terbenam atau mengakar di tanah. Amphibious

(12)

hydrophytes merupakan Merupakan tumbuhan yang beradaptasi pada lingkungan aquatik dan lingkungan terestis. Jenis-jenis tumbuhan ini tumbuh di perairan dangkal atau perairan yang berlumpur. Bagian tumbuhan yang terdapat di  permukaan air (udara) kadang-kadang memperlihatkan sifat-sifat tumbuhan

mesofit atau xerofit, sedangkan bagian yang terendam air atau tenggelam memperlihatkan ciri – ciri tumbuhan hidrofit sejati.

Akar pada tumbuhan air bagian akar yang berhubungan langsung dengan air  berperan sebagai permukaan yang berguna untuk menyerap air, unsur hara dan

mineral. Akar pada tumbuhan aquatic yang terapung miskin akan bulu akar. Akar terapung membantu tumbuhan aquatic selalu pada posisi terapung. Batang pada tumbuhan air Pada umumnya batang tumbuhan aquatic bersifat lunak, berwarna hijau atau kuning. Pada keadaan tertentu batangnya akan bermodifikasi menjadi rhizome atau runner. Daun pada tumbuhan air umumnya berbulu, berdaun bulat,  berwarna hijau pucat atau hijau gelap dengan permukaan daun bagian atasnya yang  berhubungan bebas dengan atmosfer dan bagian bawahnya bersentuhan atau terendam air. Daun tumbuhan aquatic yang terapung bebas bentuk dan tesktur  permukaannya lebih halus dan sering di lindungi oleh lapisan lilin yang berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh fisik dan zat kimia, sert a untuk mencegah stomata tersumbat. Pada tumbuhan amphibi, daun yang terdapat di permukaan air bersifrat mesofilik dan berdaun keras.

Berikut tinjauan pustaka tumbuhan air yang di dapat di lokasi bendungan telaga tunjung :

1. Kayu Apu ( Pistia stratiotes L)

Pistia stratiotes sering disebut selada air atau kubis air. Kayu apu atau Pistia  stratiotes Kayu apu dan genjer merupakan jenis gulma air yang sangat cepat tumbuh dan mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang sangat besar sehingga merupakan gangguan kronis dan sulit dikendalikan (Tjitrosoepomo, 1981). kayu apu dan genjer dapat dimanfaatkan untuk melakukan penjernihan air.

(13)

Gambar 2.2 Kayu Apu

Tanaman kayu apu ( Pistia stratiotes L.) merupakan tanaman air yang  biasanya dianggap gulma oleh masyarakat. Namun, tumbuhan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perairan yang tercemar. Tanaman kayu apu merupakan jenis gulma air yang sangat cepat tumbuh dan mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru. Tanaman pengganggu ini dapat digunakan untuk menyerap unsur-unsur toksis pada air limbah. Pada umumnya, tumbuhan akan menyerap unsur-unsur hara yang larut dalam air melalui akar –  akarnya (Tjitrosoepomo, 1981).

Merupakan suatu tumbuhan tetap hijau monocotyledon dengan daun-daun tebal, yang lembut yang membentuk suatu pahatan seperti bentuk mawar. Daun-daunnya dapat mencapai 14 cm dan tidak punya batang. Rambut-rambut akarnya membentuk suatu struktur berbentuk seperti keranjang dan dikelilingi gelembung udara, sehingga meningkatkan da ya apung tumbuhan itu. Bunganya tersembunyi pada pertengahan tumbuhan di antara daun-daun. Tumbuhan ini dapat juga mengalami reproduksi vegetatif. P. s tratiotes dapat diperjualbelikan ke tempat penjualan di pantai.

2. Pepadian ( Leersia hexandra S.)

Berdasarkan ciri morfologi yang dimiliki maka tumbuhan ini termasuk dalam family Graminae atau Poaceae. Tumbuhan yang termasuk dalam famili ini memiliki ciri umum yaitu bentuk bunga sejati dengan benang sari. Rumput pepadian (Leersia hexandra S.) merupakan tumbuhan yang dapat hidup di daerah kering, berair sampai ketempat-tempat, lembab dan dingin.

(14)

Hal ini sesuai dengan keadaan tanah di lokasi pengambilan sampel yaitu di kawasan penambangan emas yang memiliki tekstur tanah liat dan berair.

Gambar 2.3 Papadian

Sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa tumbuhan Leersia hexandra S. merupakan salah satu tumbuhan yang hipertoleran yaitu dapat hidup dan menyerap logam berbahaya, tumbuhan ini telah diuji dengan di tumbuhkan di media tailing yang telah terkontaminasi dengan sianida dengan konsentrasi 7,5 ppm dan terbukti bahwa tumbuhan ini masih mampu  bertahan hidup (Tjitrosoepomo, 1981).

3.  Alternanthera philoxeroides

Gambar 2.4 Babandotan

Bentuk morfologi tumbuhan Babandotan ( Alternanthera philoxeroides) family Amaranthaceae yakni memiliki akar tunggang. Memiliki daun  berwarna hijau yang tidak lengkap, dan berbentuk linear. Letak daun saling

(15)

 berhadapan. Bentuk batang berkayu, tegak dan keras. Permukaan batang halus dan berwarna agak kemerahan. Tidak memiliki bunga.

2.3 Biota

Biota air yang didapatkan di waduk ini adalah avertebrata air. Mollusca dan annelida menjadi biota yang di temukan. Berikut tinjauan tentang Mollusca dan annelida.

2.3.1 Mollusca

Semua moluska memiliki tubuh lunak (namanya berasal dari kata Latin mollus,yang berarti "lunak"),yang umumnya dilindungi oleh keras kalsium shell mengandung. Dalam beberapa bentuk bagaimanapun, shell telah hilang dalam  perjalanan evolusi, seperti pada siput dan gurita, atau sangat berkurang dalam ukuran dan diinternalisasi, seperti pada cumi-cumi. Molluscoida adalah nama yang sebelumnya digunakan untuk menunjukkan sebuah divisi dari kerajaan hewan yang  berisi Brachiopoda , bryozoa , dan tunicates , anggota dari tiga kelompok yang telah

seharusnya agak menyerupai moluska . Seperti yang sekarang diketahui bahwa kelompok-kelompok ini tidak ada hubungannya dengan moluska, dan sangat sedikit untuk satu sama lain, Molluscoida namanya telah ditinggalkan. Karakteristik  penting dari moluska adalah milik mereka dari coelom , rongga berisi cairan yang  berkembang dalam mesoderm (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Coelom tidak hanya  berfungsi sebagai kerangka hidrostatik tetapi juga menyediakan ruang dimana

organ-organ internal dapat ditangguhkan oleh polip.

Secara struktural, moluska cukup berbeda dari semua hewan lain. Namun, semua moluska modern memiliki rencana tubuh yang sama fundamental. Ada tiga zona tubuh yang berbeda: sebuah kepala-kaki , yang berisi organ-organ sensorik dan motorik, sebuah massa viseral , yang berisi berkembang dengan baik organ-organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi, dan sebuah mantel , sebuah jaringan khusus yang terbentuk dari lipatan dari dinding tubuh dorsal, yang menggantung di atas dan enfolds massa viseral dan yang mengeluarkan shell.Para rongga mantel , ruang antara mantel dan massa viseral, rumah insang; pencernaan, ekskresi, dan reproduksi debit sistem ke dalamnya.

Moluska juga ditandai dengan lidah bergigi, yang radula , terutama terdiri dari kitin. Radula berfungsi baik untuk mengikis ganggang dan bahan makanan

(16)

lainnya dan juga untuk menyampaikan mereka ke belakang untuk saluran  pencernaan. Dalam beberapa spesies, juga digunakan dalam pertempuran. Moluska

menunjukkan keragaman yang luar biasa dari bentuk dan perilaku. Tiga bes ar kelas  berkisar dari sebagian besar menetap atau sessile filter-makan hewan, Kelas

Bivalvia seperti kima dan tiram,Kelas Gastropoda seperti siput air dan darat dan, Kelas Cephalopoda untuk cumi-cumi predator, cumi-cumi,dan gurita. Pada mollusca 1 ini membahas tentang kelas Bivalvia dan gastropoda.

2.3.2 Kelas Bivalvia

Spesies yang hidup sekitar 7.500 dari bivalvia termasuk hewan umum seperti kerang, tiram, kerang, dan remis (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Nama mereka  berasal nama dari dua bagian, atau katup, di mana shell dibagi. Satu atau dua besar,

yang berkembang dengan baik otot adductor (bagian yang dapat dimakan begitu  banyak orang menganggap makanan lezat) digunakan untuk menutup shell cepat

dan erat di saat bahaya. Otot-otot ini sangat kuat dalam kerang bahwa hewan dapat  bergerak cepat di air dengan bertepuk tangan cangkang mereka bersama-sama,sehingga sehingga dapat menghindari predator seperti bintang laut. Kerang tidak memiliki kepala didefinisikan, meskipun mata mungkin ada tempat lain di tubuh. Mereka juga tidak memiliki radula (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Sebuah kaki hadir tapi lateral terkompresi.

Kerang umumnya memiliki rongga mantel besar dengan insang. Tepi  posterior dari mantel dapat menyatu untuk membentuk sifon inhalansia dan

exhalant yang beredar air ke dan dari ruang insang. Kerang memiliki sistem  peredaran darah terbuka, organ-organ indera kurang berkembang (dengan  pengecualian beberapa jenis, yang memiliki mata yang berkembang baik), dan sistem saraf yang cukup sederhana berbasis di sekitar tiga set ganglia pasangan (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Bivalvia Kebanyakan dioecious (memiliki jenis kelamin yang terpisah, bukan hermafrodit) dan pemupukan dapat berupa internal atau eksternal, tergantung pada spesies.

Kerang air tawar berbeda dalam bahwa mereka adalah fertilisasi internal, dengan merenung berlangsung di ruang insang. "Kantong induk" khusus, di mana kaum muda dilindungi selama pengembangan awal, ditemukan pada spesies hermaphroditic serta pada wanita dari beberapa spesies dengan jenis kelamin

(17)

terpisah. Para bivalvia memiliki sel sensorik untuk diskriminasi dari sentuhan,  perubahan kimia, dan cahaya . Kerang ini memiliki mata yang cukup kompleks, satu individu mungkin memiliki seratus atau lebih mata terletak di antara tentakel di pinggiran mantel. Lensa mata ini tidak bisa fokus gambar, bagaimanapun, jadi tidak muncul untuk melayani lebih dari deteksi cahaya dan gelap, termasuk  bayangan yang lewat dilemparkan oleh organisme bergerak lainnya.

2.3.3 Kelas Gastropoda

Para gastropoda, yang meliputi siput, whelks, siput, kerang, dan siput, adala h kelompok terbesar moluska (setidaknya 37.500 spesies makhluk hidup) (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Mereka memiliki sebuah shell tunggal atau cangkang. Gastropoda yang umum di kedua garam dan air tawar dan di darat. Kelas Gastropoda termasuk herbivora, omnivora, berbagai karnivora khusus, pemulung, dan bahkan beberapa parasite. Darat siput tidak memiliki insang, tetapi area di rongga mantel mereka sekali ditempati oleh insang kaya akan pembuluh darah, dan darah siput ini oksigen di sana. Dengan demikian rongga mantel telah menjadi, pada dasarnya, paru-paru(Suwignyo, Sugiart.dkk.2005).

Beberapa siput yang mungkin sekali penduduk telah kembali ke tanah air, tetapi mereka belum kembali insang.Sebaliknya, mereka bob ke permukaan pada interval untuk menjebak gelembung segar udara dalam rongga mantel mereka. Gastropoda, yang memimpin sebuah eksistensi, lebih mobile aktif daripada  bivalvia, memiliki sistem saraf ganglionated dengan sebanyak enam pasang ganglia

dihubungkan oleh tali saraf. Ada konsentrasi sel saraf di tentakel, pada akhir anterior(Suwignyo, Sugiart.dkk.2005). Pada beberapa hewan, mata cukup sangat maju. Dalam beberapa gastropoda, bentuk primitif reproduksi - jenis kelamin terpisah dengan fertilisasi eksternal - dipertahankan.

Dalam gastropoda, bagaimanapun, adalah pembuahan internal, dan hermaphroditism telah berkembang berulang kali dalam kelompok ini.Para hermaphroditism simultan ditemukan pada siput banyak dan siput mungkin dihasilkan dari kesulitan-kesulitan seperti hewan yang bergerak lambat dalam mencari pasangan. Dalam beberapa spesies, binatang adalah laki -laki ketika mereka muda, maka perempuan ketika mereka lebih tua dan lebih besar. (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005)

(18)

2.3.4 Annelida

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen.Berbeda dengan Platyhelminthes dan  Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki

rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya 3m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin (Suwignyo, Sugiart.dkk.2005)

(19)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu danTempat

Praktikum ini dilakukan pada :

- Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 - Waktu : 08.00 wita –  selesai

- Tempat : Waduk Telaga Tunjung, Tabanan

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat dan Bahan

Tabel 3.1 Alat dan bahan praktikum

No Nama Gambar Fungsi

1 Transek Untuk mengetahui

keaneka ragaman jenis  biota pada saat

 praktikum

2 Ember Untuk menaruh biota

 pada saat praktikum

(20)

4 Saringan Untuk menyaring biota

5 Plastik Untuk wadah sampel

 biota pada tiap titik  pengambilan sampel

7 Camera Untuk

mendokumentasikan

8 Kertas Label Untuk memberikan

 penanda pada tiap sampel

9 pH pen Untuk mengukur pH dan

suhu perairan

(21)

11 Secchi Disk Untuk mengukur kecerahan

12 GPS Untuk mengetahui titik

koordinat

13 Refraktometer Untuk mengukur

salinitas

14 Meteran Untuk mengukur

kedalaman secchi disk 

15 Aquades Untuk mensterilkan alat

yang akan digunakan

3.2 MetodePraktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode survey, yakni penelitian dilakukan dengan langsung terjun kelokasi dengan menggunakan analisis eksitu.

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel Biota 1. Ditentukaan titik yang akan diamati

(22)

3. Tanah didasar waduk diambil dengan sekop

4. Tanah diayak dengan saringan dan dibilas dengan air

5. Organisme yang tersaring diambil lalu dimasukkan ke dalam kantong  plastik dan diberi label

6. Pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali disetiap titiknya

7. Diamati seluruh organisme dan dihitung semua tingkat keragamannya dengan menggunakan rumus

3.3.2 Prosedur Pengukuran Kualitas Air a.  pH

- Menggunakan pH pen

- Ujung pH pen dibilas dengan Aquadest sebelum digunakan - Dicelupkan pH pen pada air sampel

- Diamati angka pada layar hingga stabil atau sudah tidak bergerak

- Dicatat angka pada layar pH pen, angka diatas menunjukkan nilai pH, angka dibawah menunjukkan suhu perairan

- Dibilas kembali ujung pH pen dengan aquadest setelah selesai digunakan  b. DO (oksigen terlarut)

- Menggunakan Do meter

- Ujung Do meter dibilas dengan Aquadest sebelum digunakan - Dicelupkan Do meter pada air sampel

- Diamati angka pada layar hingga stabil atau sudah tidak bergerak - Dicatat angka pada layar pH pen

- Dibilas kembali ujung Do meter dengan aquadest setelah selesai digunakan

c. Salinitas

- Menggunakan refraktometer

- Ujung refraktometer dibilas dengan aquadest sebelum digunakan

- Diteteskan air sampel pada ujung refraktometer hingga menutupi seluruh  permukaan kemudian ditutup dengan penutupnya

- Diamati angka pada refraktometer - Dicatat angka pada layar refraktometer

(23)

- Dibilas kembali ujung refraktometer dengan aquadest setelah selesai digunakan

d. Kecerahan

- Menggunakan secchi disk

- Dimasukkan secchi disk kedalam perairan hingga tak terlihat pertama kali (dicatat H1), kemudian ditarik keatas sampai terlihat pertama kali (dicatat H2)

e.  Nitrat, fosfat dan kekeruhan

- Dimasukan sampel air sebanyak 1500 ml kedalam botol s ampel dan harus dalam keadaan dingin hingga akan dianalisa di laboratorium

3.4 Analisis Data

1. Indeks Keanekaragaman

 = −∑

Keterangan:

H’ : indeks keanekaragaman Shannon –  Wiener Pi : ni/N (proporsi jenis flora atau fauna ke - i)  Ni : jumlah individu flora atau fauna a ke-i  N : jumlah total individu flora atau fauna

 Nilai indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan atas 3(tiga) kategori sebagai berikut:

H’ < 1 = Keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis flora atau fauna rendah, kestabilan komunitas flora atau fauna rendah. I < H’ < 3 = Keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis flora atau fauna sedang, kestabilan komunitasflora atau fauna sedang. H’ > 3 = Keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap  jenisflora atau fauna tinggi, kestabilan komunitas flora atau fauna tinggi.

2. Indeks Keseragaman

Untuk menentukan keseragaman jenis flora atau fauna digunakan indeks keseragaman (Krebs, 1989) dan kriteria (Odum, 1996) sebagai berikut:

(24)

Keterangan:

E : Indeks keseragaman jenis

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H max : Nilai keanekaragaman maksimum = Log S

S : Jumlah spesies

Berdasarkan indeks keseragaman tersebut kondisi perairan dikelompok kanmenjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan kriteria (Krebs, 1989) sebagai  berikut :

Tabel 3.1 Indeks Keseragaman

indeks keseragaman Keterangan

0 < E ≤ 0,5 Komunitas flora atau fauna tertekan 0,5< E ≤ 0,75 Komunitas flora atau fauna labil 0,75< E ≤ 1 Komunitas flora atau fauna stabil

3. Indeks Dominasi (D)

Indeks dominasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Odum, 1996) :

 = ∑()

2

 = ∑

2

Keterangan :

D : indeks dominasi flora atau fauna

 Ni : jumlah individu flora atau fauna jenis ke-i  N : jumlah total individu flora atau fauna

Jika diperoleh nilai D mendekati 0 (< 0,5) berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi perairan dan apabila diperoleh nilai D mendekati 1 (> 0,5)  berarti ada jenis flora atau fauna yang mendominasi perairan tersebut.

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kualitas Air di Titik 6  No Parameter yang

diukur Jumlah Rata-rata 1 2 3 1 Suhu (oC ) 29,1 29,3 29,5 29,3 2 DO ( ppm ) 2,87 3,4 3,2 3,16 3 pH 8,99 8,99 8,93 8,97 4 Kekeruhan 25,4 25,6 25,8 25,6 5 Waktu 11.37 WITA 6 Titik Koordinat S 08o47”36,9’ E 115o09”89,3’

7 Kondisi Perairan Warna air : Kecokelatan Cuaca : Cerah berawan

Tabel 4.2 Data Hasil Tumbuhan Air Pada Titik 6

 No Klasifikasi Dokumentasi Liteatur

1 Kingdom :Plantae Superdivision :Spermatophyta Division:Magnoliophyta Class: Liliopsida Subclas:Arecidae Order:Arales Family: Araceae Genus: Pistia

Species : Pistia stratiotes L. ( Kumar et.al, 2010 )

(26)

2 Kingdom: Plantae

Division : Angiosperms Class : Monocots

Sub class : Commelinids Order: Poales Family: Poaceae Subfamily: Ehrhartoideae Genus: Leersia Species: L. hexandra 3 Kingdom: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Caryophyllales Famili: Amaranthaceae Genus: Alternanthera Spesies: Alternanthera  philoxeroides ( Mart, 1849).

Tabel 4.3 Data Hasil Biota Pada Titik 6

 No Klasifikasi Dokumentasi Literatur

1 Kingdom : Animallia Phylum : Mollusca Class :Bivalvia Order :Unionoidea Family : Unionoidea Genus : Anodonta Species : A. cygen (Linnaneus, 1758)

(27)

2 Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Family : Ampullariadae Order : Ampullariini Genus : Pila Spesies: Pilaampullacea ( Linnaeus, 1758) 3 Kingdom : Animalia Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Opistophora Famili : Lumbricidae Genus : Lumbricus Species :  Lumbricus rubellus ( Hoffmeister, 1843) 4 Kingdom : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Famili : Pachychilidea Genus : Sulcospira Spesies : S. testudinaria (Von Dem Busch, 1842)

(28)

5 Kingdom: Animalia Filum: Moluska Kelas: Gastropoda Ordo: Mesogastropoda Famili: Littorinidae Genus: Littorina Spesies: Littorina melanostoma (Sumber : Marwoto, 1994)

Tabel 4.4 Keanekaragaman jenis tanaman air di titik 6

 No Nama Spesies N Ni Pi Ln Pi Pi Ln Pi

1  L. hexandra 46 33 0,717391 -0,33213 -0,23827

2  Alternanthera philoxeroides 46 4 0,086957 -2,44235 -0,21238 3  Pistia stratiotes L. 46 9 0,195652 -1,63142 -0,31919

H’  0,76984

Tabel 4.5 Keanekaragaman jenis biota air di titik 6

 No Nama spesies N Ni Pi Ln Pi Pi Ln Pi

1  A. Cygen 48 3 0,0625 -2,77259 -0,17329 2  Pilaampullacea 48 2 0,041667 -3,17805 -0,13242 3  Lumbricus rubellus 48 4 0,083333 -2,48491 -0,20708 4 S. testudinaria 48 33 0,6875 -0,37469 -0,2576 5  Littorina melanostoma 48 6 0,125 -2,07944 -0,25993 H’  1,03031 4.2 Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan di Telaga Tunjung, diamati struktur ekologis waduk Telaga Tunjung, baik aspek biotik maupun abiotik, serta  parameter-parameter yang mempengaruhi lainnya. Telaga tunjung merupakan salah

(29)

merupakan bendungan sungai yang dialahp fungsikan untuk berbagai hal, dintaranya sebagai penampung air untuk keperluan irigasi persawahan, sumber air  bersih bagi penduduk sekitar yang diolah langsung oleh PDAM, Sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar, waduk ini juga di fungsikan sebagai area  pemancingan bagi masyarakat lokal maupun nonlokal. Jika di tinjau dari sitem vegetasi tumbuhan disana, waduk ini dikelilingi oleh berbagai jenis pohon dan tanaman lainnya sehingga bisa di beri pendugaan bahwa suplay bahan masteri organik di perairan ini cukup besar, karena vegetasi tanaman di pinggiran danau akan menyumbang serasah organik langsung ke perairan. Waduk Telaga Tunjung memiliki wara air yang kuning kecoklatan, waduk ini tergolong bersih karena tidak adanya sampah di perairan, dari hasil pengataman di duga waduk ini belum tercemar secara kimiawis mengingat tidak adnya suplai materi kiawis dari sampah rumah tangga maupun limbah pertanian.

Dalam satu perairan antara paraeter fisika, biologi dan kiawis saling mempengaruhi yang kan membentuk satu tatanan ekosistem, ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan  penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik

antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Di perairan umumnya yang berperan sebagi produsen dan penyuplai energi dan eksigen diperairan adalah fitoplankton, pada praktikum tidak dilakukan identifikasi fitoplankton di waduk ini, namun dari data hasil penelitian Bodhi (2016) menunjukkan bahwa jenis zooplankton yang ada di Waduk Telaga Tunjung yaitu  Polyarthra vulgaris, Amuraeopsis coelata, Keratella valga, Diaphanosoma

brachyurum, Megacyclops viridis dan Nauplius sp. dari keenam jenis ini. Dan untuk fitoplankton sendiri yang ada di Waduk Telaga Tunjung terdapat 13 jenis diantaranya Chorococcum sp., Chloromonas sp., Eromosphaera viridis, Melosira  granulata, Synedra sp., Navicula sp., Microcytis sp., Mastigacladopsis jogensis,

Oscilatoria sp., Trachelomonas rugulosa, Euglena gracilis, Trachelomonas euchlora, Peridinum sp.

(30)

Pada praktikum dilkukan pengukuran terhadap parameter kualitas air, adapun hasil dan akumulasi rata-rata ditunjukkan oleh grafik di bawah ini.

Dari pengukuran kalitas air yang telah yang telah dilakukan diperoleh hasil kualitas air seperti gambar diatas, grafik diatas menunjukkan nilai rata-rata pH yang didapat berdaa pada ambang optimum bagi suatu perairan diamana kandungan pH rata-rata sebesar 8,97 hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa Swingle (1968) menyatakan bahwa kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan fitoplankton dan organisme perairan lainnya adalah 6,0-9,5. Derajat keasaman (pH) merupakan intensitas keasaman dan mewakili konsentrasi hidrogen . Selain itu, pH merupakan salah satu sifat kimia air yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan hewan. Secara alami, derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida yang larut dalam. Menurut Saeni (1989) dikatakan bahwa pH pada air akan sangat mempengaruhi pertumbuhan biologis sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan  biota di perairan tersebut.

Salinitas merupakan takaran bagi keasinan suatu perairan air laut, diperoleh salinitas tertinggi yaitu pada titik ketiga sebesar 25,8 ppt, Yudiana dkk (2012) mengatakan bahwa salinitas optimum bagi pertumbuhan organisme perairan adalah 28-33ppt sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai salinitas yang diperoleh yaitu dalam kisaran sedang. Suhu juga mempengaruhi kegiatan organisme diperairan, dari rasio penukuran suhu, diperolah pada titik satu sebesar 29.3 0C, titik dua sebesar 29.5 0C dan titik tiga sebesar 29,3 0C. Suhu diatas merupakan suhu optimal  bagi pertumbuhan fitoplankton sesuai dengan pernyataan Haslan (1995) dalam

29.1 29.3 29.5 29.3 2.87 3.4 3.2 3.16 8.99 8.99 8.93 8.97 25.4 25.6 25.8 25.6 0 5 10 15 20 25 30 35

titik 1 titik 2 titik 3 rata-rata Suhu (oC ) DO ( ppm ) pH Kekeruhan

(31)

Efendi (2003), kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 29-30 0C. Kekeruhun yang diperoleh tergolong tinggi pada setiap titiknya, rata-rata kekeruhan yang diperoleh adalah sebesar 25,6. Sesuai pernyataan Asrama (2008) kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu proses respirasi organisme perairan karena akan mempengaruhi peterasi cahaya matahari yang akan mengganggu  proses fosintesis fitoplankton, kekeruhan tinggi dilihat dari lokasi praktikum terjadi

karena substratnya yang berlumpur, dan adanya pergerakan air sehingga substrat terakumulasi dibadan perairan. Hal tersebut menjadi sebuah pertimbangan suatu  pendugaan bahwa kualitas air tidak baik bagi pertumbahan fitoplankton.

Dari hasil pengukuran DO diperoleh nilai rata-rata oksigen terlarut (dissolved Oxygen) sebesar 3,16 mg/L gas oksigen yang terlarut dalam air. Menurut Alaerts dan Santika (1984) mengatakan oksigen terlarut dalam air berasal dari fotosintesis dan difusi udara Selanjutnya Fardiaz (1992) menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan dalam air. Kehidupan makhluk hidup dalam air sangat tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi O2  minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Besamya kandungan O2 terlarut dalam air dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain cuaca, kepadatan fitoplankton, siang dan malam dan dinamika organisme yang ada di dalamnya.

Ditinjau dari vegetasi tumbuhan air di waduk Telaga Tunjung tergolong sedikit, hal ini dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,76984  peryataan ini sejalan dengan Odum (1971) bahwa indeks keanekaragaman rendah dikatakan apabila H’ < 1. Sementara dari indeks keanekaragamana biotanya sebesar 1,03031, nilai menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman biota di waduk ini  berada dalam kisaran sedang hal ini juga sesuai dengan pernyataan Krebs (1989)  bahwa jika I < H’ < 3 menunjukkan k eanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis sedang. Untuk faktor biotik, ditemukan berbagai spesies tumbuhan dan hewan, untuk Spesies tumbuhan kami menemukan.  Pistia stratiotes  L, L. hexandra, Alternanthera philoxeroides dan juga Spesies hewan yang didapat yaitunya A. cygen, Pilaampullacea, Lumbricus rubellus, S. testudinaria, Littorina melanostoma.

(32)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Keanekaragaman tanaman air yang terdapat pada waduk telaga tunjung adalah  Pistia stratiotes L, L. hexandra, Alternanthera philoxeroides dan  juga Spesies hewan yang didapat yaitunya  A. cygen, Pilaampullacea,  Lumbricus rubellus, S. testudinaria, Littorina melanostoma.

2.

Keanekaragaman biota air yang terdapat pada waduk telaga tunjung adalah  A. Cygen ,Pilaampullacea, Lumbricus rubellus, S.testudinaria, Littorina

melanostoma.

3. Manfaat waduk Telaga Tunjung bagi masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar waduk yaitu sebagai tempat mencari ikan dan hasil dari ikan yang didapatkan dari waduk telaga tunjung dijual kembali atau dikonsumsi sendiri.

4. Hasil pengukuran kualitas air di waduk telaga tunjung diperoleh hasil sebagai berikut Suhu yang terdapat di Telaga Tunjung yaitu berkisar 29.3° C pada suhu ini menjunjukan bahwa kondisi suhu yang terdapat di Telaga Tunjung ini termasuk kedalam kondisi yang seimbang, Oksigen terlarut yang terdapat di Telaga Tunjung yaitu berkisar 3.16 ppm, pH yang terdapat di Telaga Tnjung ini yaitu berkisar 8.97 di kondisi seperti ini ph yang terdapat di Telaga Tunjung ini tergolong agak tinggi, Kekeruhan yang terdapat di Telaga Tunjung yaitu berkisar 25.6.

5.2 Saran

Saat melakukan penelitian di waduk telaga tunjung, harus berhti-hati karena dipingggiran danau tidak terdpat pembatas dan kedalaman danau di beberapa titik mencapai lebih dari 3 meter 

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alaers, H. S. 1984. Model Migrasi Zooplankton Secara Temporal Dengan Pendekatan Optik Laut Di Perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar. Skripsi, Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP Universitas Hasanuddin, Makassar

Asrama, D. 2008. Survey Pendugaan Kepadatan Fitoplankton sebagai Produktivitas Primer di Rawa Bureng, Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawija ya. Malang

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kenisius ,hlm. 57.

Eugene P. Odum. 1971.  Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press, hlm. 375 Fardiaz, G.E., and B. Thake. 1992. Algal Culture and Phytoplankton Ecology. 3d

ed. University of Wisconsin Press. Madison

Haslam, S.M.1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Willey and sons, Chicester UK. 235 p.

Krebs, 1989. Eutrophication of lakes. Analysis Water and Air Pollution Research Laboratory Stockholm. Sweden

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. PAU-IPB. Bogor. 177 hal

Susilaningsih, D. 1992. Pemanfaatan Tumbuhan Hydrilla verticillata dan Eichornia crassipes sebagai Salah satu Usaha Pengendalian Pencemaran Logam Kromium (Cr) dari Limbah Pelapisan Logam. Skripsi. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 75 hal.

Suwignyo, Sugiarti.dkk.2005.  Avertebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya : Jakarta. Swingle, J. L. 1968. Introduction to the Biology of Marine Life. 5th Edition. WCB,

Wm. C. Brown Publishers, USA. 348 p.

Tjitrosoepomo, G., 1981, Penelitian Gulma Air, Waduk Sempor (Daerah Saluran Induk Sempor Timur). Direktorat Jenderal Perairan Pembangunan Kedu Selatan, Departemen Pekerjaan Umum, Gembong.

Yudiana, 2005. Kemelimpahan Kelas Fitoplankton pada Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) dengan Sistem yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Vol. 08 No 1 FPIK-UB. Malang

Gambar

Gambar 2.1 Bendungan Telaga Tunjung
Gambar 2.2 Kayu Apu
Gambar 2.3 Papadian
Tabel 3.1 Alat dan bahan praktikum
+5

Referensi

Dokumen terkait

1. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan/Atau Lahan di Kalimantan Selatan. Penetapan Status Siaga

Hasil identifikasi tersebut dibahas bersama-sama (antar kelompok dan mahasiswa dengan dosen). Pada diskusi tersebut muncul beberapa pendapat yang masing-masing tetap

Pada instrumen piano yang memiliki sedikit frekuensi harmonik, pitch detection tidak dapat menebak data yang dihasilkan setelah filter menghilangkan nada dan semua harmoniknya. Pada

HAFISZ TOHIR DAERAH PEMILIHAN SUMATERA SELATAN I.. Oleh karena itu Anggota DPR RI berkewajiban untuk selalu mengunjungi ke daerah pemilihan telah ditetapkan sesuai dengan

[r]

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08

Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang