DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA DINAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………. v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ……….. viii
DAFTAR SINGKATAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Telaah Pustaka ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 11
F. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II. SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG ………. 14
A. Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan ... 14
B. Karir dan Kegiatannya ... 18
D. Orang-Orang Yang Mempengaruhi Pemikiran T.B. Simatupang .. 22
BAB III. PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI INDONESIA. 27 A. Pemahaman T.B.Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia ...27
1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia ... 28
2. Pemahaman T.B.Simatupang Kristen Protestan Tentang Ideologi Pancasila ...32
B. Aspek-aspek Pemikiran T.B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia ... 35
1. Aspek Sejarah ... 35
2. Aspek Politik ... 37
3. Aspek Agama ... 40
C. Pemahaman Tentang Pancasila ... 41 1. Pengertian Pancasila ... 42
a. Pengertian Pancasila dari Etimologi ... 42
b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi ... 43
2. Sejarah Singkat Tentang Pancasila ... 43
3. Fungsi Pancasila ... 51 a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia ...
b. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia ... 53
c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia ... 56
BAB IV. PENGARUH PEMIKIRAN T.B. SIMATUPANG TERHADAP AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI INDONESIA ……… 58
A. Pemahaman Kristen Protestan terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ... 58
B. Meningkatkan Partisipasi Gereja dalam Membangun Bangsa Indonesia Sebagai Pengamalan Pancasila ... 63
C. Analisis Penulis ... 70 BAB V. PENUTUP ……… 76 A. Kesimpulan ... 76 D. Saran-Saran ... 78 E. Kata Penutup... 79 DAFTAR PUSTAKA... 80 CURICCULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia, sejak semula telah dikenal sebagai bangsa yang religius, bangsa yang memiliki kepercayaan dan hubungan dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dinyatakan dalam sikap hidup yang didasarkan kepada ajaran-ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh toleransi di antara pemeluk-pemeluknya.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah diakui oleh masyarakat Indonesia. Namun sejarah dari masa ke masa menunjukkan, bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah menjadi dasar dan memberikan warna terhadap semua segi kehidupan bangsa.1
Menurut pandangan Kristen Protestan, tidak ada masalah untuk menerima Pancasila. Bahwa Pancasila telah memberikan banyak inspirasi, selama pemahaman tentang kelima sila dari Pancasila tetap terbuka dan Pancasila tidak kemudian menjadi doktrin yang tertutup. Orang-orang Kristen Protestan dapat memahami sila pertama, dengan menyatakan bahwa di dalam kerangka kepercayaan kepada yang transenden, orang-orang yang sudah memiliki agama dapatlah terus melakukan dialog berdasarkan sikap saling menghargai demi tanggung jawab bersama.2
1 T.B. Simatupang ( dkk .), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm.
92.
2 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984), hlm.
Negara Indonesia yang memilki Pancasila sebagai dasar negara maupun filsafat hidup atau pegangan hidup bangsa Indonesia, setiap rakyat Indonesia harus mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya sila-sila dari Pancasila itu telah berakar pada jiwa Bangsa Indonesia.3
Pancasila berfungsi sebagai bimbingan moral dan etika, yang telah ditransformasikan menjadi dasar konsep politik yang sedemikian rupa. Ada dua kelompok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan ideologi suatu bangsa. Pertama, kelompok nasionalis sekuler kedua kelompok nasionalis muslim. Yang dimaksud nasionalis sekuler adalah kelompok-kelompok yang menjadi pemimpin politik yang di Indonesia seperti pemimpin pilitik dari kalangan muslim, pemimpin politik dari kalangan Katolik, pemimpin politik dari kalangan Protestan, pemimpin politik dari kalangan Hindu. Secara tegas kelompok-kelompok nasionalis sekuler menolak agama dijadikan sebagai dasar negara. Meskipun secara personal nasionalis sekuler bukan kaum sekuleris, bahkan nasionalis sekuler tidak menggunakan agama sebagai ideologi atau sistem politik.4
Kelompok nasionalis muslim adalah kelompok yang mempunyai gagasan bahwa Islam harus dijadikan sebagai dasar negara, antara agama dan politik tidak dapat dipisahkan karena tidak ada pemisahan antara persoalan duniawi dan ukhrawi dalam Islam.5
3 T.B. Simatupang (dkk.) , op.cit., hlm.97.
4 Faisal Ismail , Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam
dan Pancasila (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm.4-5.
Di bumi Indonesia tidak hanya mayoritas agama Islam saja tetapi masih ada agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu dan Budha yang butuh perlindungan dari negara. Oleh sebab itu , yang pantas dijadikan dasar negara adalah Pancasila, agar semua agama yang ada di Indonesia dapat menerimanya, bukan berarti setelah ber Pancasila lalu meninggalkan agama, tetapi Pancasila dan agama harus sejalan, Pancasila tanpa agama akan kosong hasilnya.6
Menurut Faisal Ismail Konflik antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok nasionalis muslim mengenai landasan falsafah negara tetap tegang, sehingga terbentuklah Piagam Jakarta pada butir pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Bunyi butir pertama Piagam Jakarta yang memberikan posisi umat Islam di Indonesia yang memungkinkan untuk menerapkan syariat Islam, di negara Indonesia yang meskipun umat Islam yang pada dasarnya harus menerima Pancasila sebagai ideologi negara.7
Bunyi butir pertama dari Piagam Jakarta mendapatkan tantangan yang keras dari orang-orang yang non muslim, yang menyatakan bahwa konsekuensi kalimat Islam sangat mengesampingkan agama-agama lain yang ada di Indonesia. Seakan-akan menonjolkan agama orang yang mayoritas yaitu agama Islam, jika tidak diganti butir pertama dari Piagam Jakarta, maka dari kalangan agama orang yang minoritas yaitu agama non Islam akan memisahkan diri dari Republik Indonesia.8
Agar bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah maka kedua kelompok tersebut melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi pertama dari Piagam Jakarta agar tidak menyinggung perasaan dari kalangan agama minoritas, maka dengan
6 Deliar Noer, Islam Pancasila dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983),
hlm.5.
7 Ibid ., hlm.45-46. 8 Ibid., hlm . 49.
kesepakatan bersama antara kelompok nasionalis sekuler dengan kelompok nasionalis muslim , maka Piagam Jakarta diganti dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.9
Untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara kelompok nasionalis sekuler dan kelompok nasionalis muslim, maka PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara.10 Dengan disahkannya UUD 45, maka nilai-nilai yang esensial dalam Pancasila adalah:
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Persatuan Indonesia
5. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
6. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Selain itu juga kebebasan untuk memeluk agama di Indonesia ditegaskan dalam UUD 45 Pasal 29 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.11
9 Ibid .,
10 Kaelan , Pancasila Yuridis kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma
Masyarakat Madani ( Yogyakarta : Paradigma,1999 ), hlm. 55-56.
11 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Moralitas, Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta :
Pasal-pasal yang terdapat dalan UUD 45 yang merupakan sebuah transformasi Pancasila sebagai norma-norma untuk hidup bermasyarakat, dalam bidang keagamaan, hukum, politik, sosial dan ekonomi.12 Pancasila dapat dijadikan sebagi alat pemersatu bangsa Indonesia, dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah mewujudkan bahwa dengan Pancasila dapat menimbulkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dapat membawa keutuhan negara Republik Indonesia.13
Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas tidak bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara keseluruhan dapat mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang ada di Indonesia.14 Penjelasan butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang erat hubungannya dengan Al-Kitab adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.
Penjelasan Al-Kitab:
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8)
12 PJ. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,Penelitian Pancasila Dengan
Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis , Yuridis Kenegaraan ( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm.
135-136.
13 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Rajawali Press, 1992 ), hlm.
21-22.
14 P. Oktavianus, Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam
Hidup Berbangsa , Bernegara, Bermasyarakat ( Malang : Departemen Literatur Yayasan Persekutuan
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan
melaksanakan tanggung jawabnya. Penjelasan Al-Kitab:
Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.
Penjelasan Al-Kitab:
“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan,
musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Penjelasan Al-Kitab:
“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14) “Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:
“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)
Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.15
Penjelasan di atas menurut pandangan T.B. Simatupang Pancasila adalah lebih dari sekedar payung, Pancasila mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri. Pancasila sebuah ideologi dan sebuah pandangan hidup.16
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus perhatian untuk diteliti adalah:
Bagaimana pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia ?
Apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia mempunyai beberapa tujuan yaitu :
Untuk mengetahui dan menelusuri pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia dalam konteks yang lebih spesifik
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
2. Secara akademik penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran di bidang ilmu perbandingan agama.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman umat Kristen Protestan dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia .
Telaah Pustaka
Setelah mengadakan penelusuran pustaka, sejauh penulis ketahui agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian ini yang sebelumnya membahas T.B. Simatupang, maka penulis melakukan telaah pustaka sebagai berikut:
Karya ilmiah yang mengkaji tentang pemikiran T.B. Simatupang dalam buku,
Spiritualis, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, di tulis oleh Victor I Tanja
pada tahun 1996. Dalam buku ini menggunakan pendekatan sosiologis, yang memaparkan bagaimana peranan agama khususnya Iman Kristiani dalam memberikan sumbangan terhadap tuntutan pembangunan di tengah masyarakat Indonesia yang pluralistik berdasarkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh : A.G. Hoekema, yang di terjemahkan oleh Ny. Amsy Susilaradeya pada tahun 1997, yang berjudul : Berpikir Dalam
Keseimbangan Yang Dinamis , Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia ( 1860- 1960).Dalam buku ini menggunakan pendekatan historis-teologis,
yang memaparkan tentang bagaimana perkembangan teologi Protestan di Indonesia selama tahun 1860-1960, dan kapan teologi Protestan di Indonesia lahir ? dan juga siapa tokoh yang membangun teologi Protestan di Indonesia.
Kemudian ada buku yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo, pada tahun1993 yang berjudul: Hidup Bersama di Bumi Pancasila: Tinjauan Hubungan
Islam dan Kristen di Indonesia. Dalam buku ini mengunakan pendekatan sosiologis
dan teologis, yang memaparkan untuk mengungkap dan mengkaji perkembangan dan pertemuan kedua agama tersebut di bumi Indonesia atau di bumi Pancasila, dan juga untuk membantu bisa saling mengenal satu sama lain dalam rangka saling mengasihi sesama insan yang saling berlainan agama dan kepercayaan.
Kemudian ada skripsi yang berjudul: Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa
Pemahaman dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ), yang ditulis oleh: Tri Budi
Waryanto, dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dan metode historis. Dalam skripsi ini lebih memfokuskan tentang pengertian organisasi kemasyarakatan dalam arti apakah persekutuan gereja-gereja di Indonesia dapat dijadikan sebagai organisasi kemasyarakatan yang dapat mengayomi atau melindungi masyarakat Kristen Protestan di Indonesia.
Kemudian ada skripsi yang berjudul : Gereja dan Pembangunan ( Studi
Pemikiran Tahi Bonar ( T.B.) Simatupang ), di tulis oleh Ahmad Musfik, skripsi
tersebut menggunakan pendekatan historis, dan pembahasannya lebih terfokus bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa ini agar menjadi bangsa yang makmur dan beradab.
Berdasarkan telaah pustaka di atas maka peneliti akan mengkaji mengenai pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia. Akan tetapi peneliti harus membedakan terlebih dahulu antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya yang sudah pernah mengkaji pemikiran T.B. Simatupang adalah Viktor I Tanja yang
berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh Tri Budi Waryanto yang berjudul Gereja dan Pancasila ( Studi Analisa Pemahaman
dan Sikap PGI Terhadap Pancasila ). Kemudian ada juga penelitian yang di tulis
oleh Ahmad Musfik yang berjudul Gereja dan Pembangunan. Kemudian ada juga penelitian yang di tulis oleh Bambang Ruseno Utomo yang berjudul Hidup Bersama
di Bumi Pancasila : Tinjauan Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia.
Kemudian yang membedakan antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah: Bahwa penelitian sebelumnya hanya memfokuskan bagaimana gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat ikut andil dalam membangun bangsa ini,dan apakah gereja –gereja yang di Indonesia dapat mengayomi atau melindungi umat Kristiani di Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang yang berjudul hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia
( Studi atas Pemikiran T.B. Simatupang ) yang tidak terlepas dari beberapa faktor
yaitu: Faktor sejarah, faktor politik dan faktor agama.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini bercorak Library Research (Penelitian Pustaka), dalam arti sumber-sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Melalui karya-karya ilmiah, baik yang tertuang dalam buku, majalah, maupun data-data kepustakaan lainnya yang berkenaan dengan pemikiran T.B. Simatupang.
Dalam penelitian ini penulis dalam mencari data menggunakan metode dokumentasi.17 Dalam metode dokumentasi nantinya peneliti akan menemukan sumber data primer dan sumber data sekunder, maka sumber data primer yang utama adalah tulisan T.B. Simatupang yang berjudul. Iman Kristen dan Pancasila , dan juga buku yang berjudul Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna
Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Dapan Masyarakat, Bangsa dan Negara. Dan data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang
memang representatif dalam mendukung penelitian ini. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis dapat mengumpulan tulisan atau data yang berhubungan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian penulis menelaah data yang telah terkumpul tersebut, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan wawasan penulis. Kemudian dalam penelitian ini juga penulis dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif 18, jadi dalam menganalisis data tidak hanya sebatas mengumpulan data saja dan menyusunan data, tapi harus mencakup analisis dan interpretasi tentang data itu agar mendapat pemahaman yang lebih jelas lagi 19.
17 Metode dokumentasi adalah pngumpulan data yang bersipat dokumenter, dokumen yang
tersimpan di perpustakaan . Lihat ! Kontjaraningrat , Metode-Metode Penelitian Masyarakat ( Jakarta: Gramedia, 1997 ), hlm. 63.
18 Metode deskriptif adalah langkah-langkah melakukan reinterpretasi obyektif tentang
permasalahan yang di teliti. Lihat ! Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat ( Jakarta : Gramedia, 1986), hlm. 34.
19 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research : Pengantar Metodologi Ilmiah
Metode Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan historis, karena pendekatan sejarah biasanya meliputi pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu mengetahui apa yang harus di kerjakan sekarang dan masa yang akan datang.20
Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian penelitian ini, penyusun akan menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bagian depan memuat halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar , daftar isi, daftar singkatan dan abstrak.
Sedangkan bagian isi yang merupakan inti dari pembahasan skripsi ini, penulis susun dalam bab-bab sebagai berikut:
Bab pertama, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, sketsa biografi T.B. Simatupang. Masa kecil dan latar belakang pendidikan, karir dan kegiatan, karya-karya T.B. Simatupang , dan orang-orang yang mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang
Bab ketiga, membahas pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi pemahaman
T.B.Simatupang tentang Kristen Protestan di Indonesia. yang meliputi sejarah singkat masuknya Kristen Protestan di Indonesia,dan pemahaman
20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Yogyakarta : Yayasan Budi Budya, 1995 ), hlm.
T.B.Simatupang tentang ideologi Pancasila. Kemudian aspek-aspek pemikiran T.B. Simatupang tentang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia, yang meliputi : aspek sejarah, aspek politik, dan aspek agama. Kemudian pemahaman tentang Pancasila yang meliputi, pengertian Pancasila, sejarah singkat tentang Pancasila, fungsi Pancasila.
Bab keempat, membahas tentang apa pengaruh pemikiran T.B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, yang meliputi pemahaman Kristen Protestan terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan meningkatkan partisipasi gereja dalam membangun bangsa Indonesia sebagai pengamalan Pancasila. Kemudian analisis penulis.
Bab kelima, penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, kata penutup daftar pustaka dan curriculum vitae.
BAB II
SKETSA BIOGRAFI T.B. SIMATUPANG
Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan
T. B. Simatupang, lahir di Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatra Utara tanggal 28 Januari 1920-1990. T.B. Simatupang singkatan dari Tahi Bonar dalam bahasa Batak yang berarti permufakatan atau tujuan yang benar. Sedangkan Simatupang merupakan nama marga untuk orang Batak dari pihak ayahnya. T.B. Simatupang adalah anak dari seorang Pegawai Negeri, Kepala Kantor Pos Sidikalang, ayahnya bernama Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang, berasal dari Laguboti, dan ibunya, seorang wanita yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.
T. B. Simatupang mempunyai delapan bersaudara, beliau anak yang kedua, dari delapan bersaudara. Nama-nama yang diberikan oleh ayahnya untuk nama
anaknya menciri khaskan nama-nama orang Batak, seperti nama anak yang
pertama dari ayahnya. Sahala Hamonangan, yang mempunyai arti wibawa
kemenangan, anak yang kedua Tahi Bonar yang memiliki arti permufakatan atau tujuan yang benar, anak yang ketiga Frieda Theodora, yang memiliki arti anak pemberian Tuhan yang lahir pada hari Jumat, anak yang keempat Pinta Pasu, yang berarti perempuan, anak kelima Maruli Humala Diasi, yang berarti laki-laki, anak yang keenam Tapi Omas yang berarti
perempuan, anak yang ketujuh Batara Ningrat, Batara dari mitologi Batak-Hindu ditambah dengan Ningrat, kesadaran nasionalisme yang lebih luas dari nasionalis Batak, dan anak yang kedelapan Riaraja, yang artinya anak laki-laki.1
T.B. Simatupang pada usia 6 tahun keluarganya pindah ke Siborong-borong, di sinilah beliau masuk sekolah Zending, tapi keluarga beliau tinggal hanya 9 bulan di Siborong-borong, kemudian keluarganya pindah ke Pematang Siantar. Di Pematang Siantar inilah T. B. Simatupang masuk sekolah HIS (Hollands Inlandse School) yaitu pada tahun 1927. 2
Pada tahun 1927-1934 berkembang semacam kesadaran nasionalisme yang tinggi dalam masyarakat Pematang Siantar. Ada nasionalisme Indonesia dan
nasionalisme Batak dan Kristen, di Pematang Siantar inilah telah tumbuh sebuah semangat baru yang dapat menambah kesadaran mengenai harga diri dan
tanggung jawab yang dimiliki oleh orang-orang Pematang Siantar, hal semacam ini terlihat jelas dengan pertumbuhan berbagai macam organisasi yang dapat mengasah pengetahuan, dan juga telah terbit berbagai macam media cetak seperti: Suara Kita, Bintang Batak, dengan adanya media cetak semacam ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
T. B. Simatupang meyelesaikan sekolahnya di HIS pada tahun 1934, dengan predikat yang memuaskan, karena T. B. Simatupang termasuk anak yang pintar, rajin
1 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos Menelusuri Makna
Pengalaman Seseorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa dan Negara (Jakarta : Sinar Harapan , 1991), hlm. 20 .
dan juga kutu buku, dalam hal ini ia telah dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik.
T. B. Simatupang, pada tahun 1934 melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama Kristen, dalam bahasa Belanda (Christelijke Meer Uitgebreid
Lagar Onderwijs atau Christelijke MULO ) Dr. Nomensen yang terletak di Tarutung. Christelijke MULO merupakan sekolah elite bagi masyarakat Kristen Batak , sekolah
yang mempunyai kualitas yang bagus dan disiplin yang tinggi, dan mendidik siswa-siswinya dengan baik agar dapat menjadi orang yang pintar, berkualitas, dan bertanggunga jawab.3
Setelah masuk sekolah MULO, T. B. Simatupang belajarnya sangat tekun sekali, dan rajin membaca buku, baik itu buku pelajaran atau buku-buku umum yang lebih banyak menambah pengetahuan, maka semangat nasionalisme sangat berkobar-kobar. T.B. Simatupang menyelesaikan studinya di MULO tahun 1937 dengan mendapat predikat yang memuaskan.
Kemudian T. B. Simatupang melanjutkan studinya di pulau Jawa yaitu masuk sekolah Christelijke Algemene Middelbare School atau Christelijke AMS (SMA Kristen), di Salemba, Batavia (Jakarta) karena pada waktu itu di Sumatra belum ada SMA, maka siapa yang mau sekolah SMA harus ke pulau Jawa. AMS di Salemba ini termasuk sekolah yang terbaik di Hindia-Belanda, dan siswa-siswinya kebanyakan anak-anak orang Belanda yang mempunyai status sosial yang tinggi, sedangkan
putra-putri bangsa Indonesia yang masuk sekolah AMS adalah golongan-golongan kelas atas. Semangat nasionalisme putra-putri bangsa Indonesia ketika masuk sekolah AMS makin bergejolak seperti yang dialami oleh T. B. Simatupang.
T. B. Simatupang sewaktu sekolah AMS di Batavia ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja, khususnya gereja Batak, yang ada di jalan Kernolong Jakarta, ketika ia aktif di gereja ia banyak mendapatkan teman dari mahasiswa- mahasiswa teologi, ia sering hadir dalam pertemuan-pertemuan mahasiswa teologi yang telah memiliki semangat yang tinggi dengan hadirnya gereja-gereja di Indonesia.
Pada tahun 1940 T. B. Simatupang dapat menyelesaikan studi AMSnya dengan hasil yang memuaskan, meskipun hanya tiga tahun di Batavia, tapi ia mendapatkan pengalaman yang luar biasa yang dapat hidup mandiri, dengan berorientasi dengan orang-orang Belanda di lingkungannya, dan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kecintaannya dengan Indonesia.
Kemudian setelah T. B. Simatupang menyelesaikan studi AMS di Salemba, ia berangan-angan atau bercita- cita ingin melanjutkan studinya tentang kedokteran, karena nanti apabila telah selesai studi kedokteran akan mengabdi dan bekerja di rumah sakit Gereja.4 Akan tetapi iklim pada saat itu tidak memungkinkan, karena ada berita tentang penguasaan Jerman terhadap Belanda. Jadi pemuda-pemuda Belanda yang ada Hindia-Belanda harus ikut jadi militer untuk mempertahankan Belanda. Oleh karena itu dibukalah pembukaan sekolah KMA (Koninlijke Militaire Academie)
atau Akademi Militer kerajaan Belanda di Bandung. T. B. Simatupang, mendaftarkan diri untuk masuk akademi itu, dan ia lulus dengan baik, T. B. Simatupang dalam pangkat kemiliterannya berpangkat Letnan satu, tetapi yang perlu diingat dan dicatat T. B. Simatupang bekerja untuk orang Belanda tetapi rasa nasionalisme terhadap Indonesia tetap tidak berubah dan tidak akan pernah padam.
T. B. Simatupang masuk militer, semua itu untuk menepis mitos-mitos yang dilontarkan orang-orang Belanda kepada Indonesia, bahwa orang Indonesia tidak cocok untuk menjadi militer. Orang Indonesia tidak mampu membangun suatu angkatan perang. Akan tetapi T. B. Simatupang bertekad dan berusaha untuk menolak semua mitos-mitos itu, orang-orang Indonesia bisa menjadi militer dan mampu bersaing dengan militer di negara-nagara lain.
B. Karir dan Kegiatannya
T. B. Simatupang, memiliki pengalaman militer sangat banyak sekali, yang ia dapatkan dari orang-orang Belanda/militer Belanda yang pernah medidik ia untuk mejadi militer, dari pengalaman-pengalaman yang ia peroleh dapat dikembangkan kepada tentara-tentara atau militer Indonesia, yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Karir T. B. Simatupang tentang militer, sangat dibanggakan sebagai anak bangsa dapat mejadi militer yang profesional, ia juga dipercaya untuk membantu sepenuhnya pembangunan militer angkatan bersenjata Indonesia, dan selalu mejadi perwakilan dari pihak angkatan bersenjata dalam delegasi Indonesia berbagai perundingan dengan Belanda di Konfrensi Meja Bundar. Misi utamanya adalah
mendesak Belanda membubarkan KNIL (tentara boneka ciptaan Belanda) serta mengukuhkan TNI sebagai kekuatan inti bagi angkatan perang RI.
T. B. Simatupang pernah memegang jabatan wakil II Kepala Staf Angkatan Perang (W II KSAP), dan yang memegang wakil I Kepala Staf Angkatan Perang adalah Kolonel Hidayat, tetapi Kolonel Hidayat ditugaskan di Sumatra, sebagai Panglima Tentara dan Teriotorium Sumatra (PTTS), maka, ia di percayakan sebagai pengganti Kolonel Hidayat, dengan menduduki sebagai wakil I Kepala Staf Angkatan Perang, dan yang menjadi Kepala Angkatan Perang (KSAP) pada saat itu adalah Jendral Sudirman, yang merangkap menjadi panglima Besar Angkatan Perang (PBAP), sebagai wakil KSAP ia membantu Jendral Sudirman dalam pengamanan bangsa Indonesia terhadap penjajah.5
Sebagai wakil Kepala Staf Angkatan Perang, T. B. Simatupang telah banyak jasanya terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Pada saat itu Jendral Sudirman dalam keadaan sakit yang sangat kritis, maka Jendral Sudirman memberikan tanggung jawab kepada T. B. Simatupang agar dapat memimpin Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Sudirman meninggal dunia, dengan demikian yang menggantikan Kepala Staf Angkatan Perang adalah T. B. Simatupang .
Karir T. B. Simatupang memang agak menanjak, tapi dalam waktu yang sangat singkat, T. B. Simatupang di pensiunkan dari Kepala Angkatan Perang pada tanggal 21 Juli 1959. Dengan adanya pergeseran jabatan, maka T. B. Simatupang di minta untuk menjadi penasehat militer.
Setelah keluar dari dinas kemiliteran, ia banyak mempunyai waktu luang, dan juga diundang dalam pelayanan gereja-gereja di Indonesia. Waktu luang tersebut diisi
5 T.B.Simatupang , Laporan Dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama
dengan menulis dan membaca banyak tulisan-tulisannya yang beredar di media masa dan forum-forum pertemuan, dan juga ia menekuni studi tentang teologi, dalam dimensi teologi, maka masalahnya terbukti dapat dipahami secara lebih mendalam. Studi tentang teologi sangat luas, sehingga kita dapat terus mempelajari teologi itu seumur hidup.6
Ketertarikan T. B. Simatupang dalam Dewan-Dewan Gereja di Indonesia lewat bidang gereja dan masyarakat, ia aktif menjadi anggota DGI, kemudian ia terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Harian, jabatan itu dipercayakan kepadanya sampai sidang raya X DGI di Ambon, tahun 1984.7 Periode 1984-1989 T. B. Simatupang terpilih sebagai Ketua Majlis Pertimbangan PGI, sampai periode 1989-1994.
Masa pengabdiannya di DGI/PGI, T. B. Simatupang aktif juga dalam sidang gereja-gereja dan dewan gereja-gereja sedunia. Ia sejak tahun 1975-1984, menjadi presiden mewakili gereja-gereja se-Asia selama satu periode.
Pengabdiannya terhadap gereja-gereja dan juga bangsa dan negara, sangat cemerlang, tapi dengan faktor usia yang sudah tua, maka semua pengabdian harus berhenti, ia meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 karena sakit, pengabdiannya sangat luar biasa maka haruslah kita hargai.
6 T.B.Simatupang, Membuktikan Ketidakbenaran …………,op.cit., hlm.187-188.
7 Samuel Pardede ( penyunting .), Saya adalah Orang yang Berhutang ( Jakarta: Pustaka
C. Karya-Karya T.B. Simatupang 1. Dalam Bentuk Buku
a. Laporan dari Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Prajurit Selama Perang Kemerdekaan, Jakarta: PT. Pembangunan,
1960
b. Tugas Kristen Dalam Revolusi, Jakarta: Badan Penerbit
Kristen, 1967
c. Peranan Angkatan Perang Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: Idayu, 1980
d. Iman Kristen dan Pancasila , Jakarta; BPK. Gunung Mulia,
1984
e. Kehadiran Kristen Dalam Perang, Revolusi dan Pembangunan: Berjuang Mengamalkan Pancasila Dalam Terang Iman, Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1986
f. Dari Revolusi ke Pembangunan, Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 1987
g. 70 Tahun Dr. T. B. Simatupang: Saya Adalah Orang Yang Berhutang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990
h. Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, Menelusuri Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas Bagi Masa
Depan, Masyarakat, Bangsa dan Negara, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1991
i. Peranan Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Negara Pancasila yang Membangun, Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia, 1996
2. Artikel
a. Masalah- masalah Etika dan Moral Dalam Pembangunan Yang Mengamalkan Pancasila, Peninjau, 1982
b. Peranan Teologi Dalam Masyarakat Indonesia, Setia, 1987
c. “Spiritualitas dan Beragam Keagamaan di Indonesia”, Peninjau, 1984
d. “Strategi Partisipasi Kristen Dalam Pembangunan
Pendidikan Di Indonesia”, Peninjau, 1984
e. Dapatkah Ilmu-Ilmu Sosial Memberikan Sumbangan Dalam Mission Imposible Kita ?, Peninjau, 1987
f. “Dukungan Birokrasi Modal Memenagkan Pemilu”, Prisma, 1979
Karya-karya T. B. Simatupang yang dicantumkan oleh penulis di atas, penulis peroleh dari berbagai sumber buku yang dikarang oleh T. B. Simatupang sendiri .
D. Orang Orang Yang Mempangaruhi Pemikiran T.B. Simatupang
Ada beberapa pemikiran yang mempengaruhi perjalanan intelektual T. B. Simatupang yaitu Carl Von Clausewitz, untuk mempelajari tentang perang, T. B.
Simatupang pada masa mudanya mengagumi tentang pemikiran Carl Von Clausewitz tentang perang, sehingga ia dapat mempelajari dengan sungguh-sungguh, kemudia ia memberikan landasan teoritis bagi sumbangan dalam perjuangan bangsa dan negara Indonesia, khususnya bidang militer serta masalah-masalah diplomasi dan politik yang terkait dengan perjuangan militer.8 T. B. Simatupang setelah mendapat pengetahuan tentang perang dari pemikiran Carl Von Clausewitz, kemudian Pengetahuan yang ia miliki tentang perang ia praktekkan dan ikut terlibat dalam pengorganisasian tentara dalam melakukan perang gerilya, dalam menumpas penjajah.9
Masih ada pemikiran yang mempengaruhi intelektual T. B. Simatupang yaitu Karl Marx, untuk mempelajari tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx tentang struktur sosial yang ada dalam masyarakat, perjuangan kelas sosial akan melukiskan revolusi, T. B. Simatupang sejak dari muda ia sudah mempelajari atau menambah wawasannya tentang revolusi yang dibangun oleh Karl Marx. Menurut Karl Marx revolusi harus dibedakan menjadi dua yaitu: revolusi politik dan revolusi sosial. Revolusi Politik apabila kekuasaan politik dipegang oleh kaum proletar (kelas bawah). Revolusi sosial, kaum proletar dapat memegang kekuasaan dari kaum borjuis, kekayaan-kekayaan yang dimiliki kaum borjuis dapat dimanfaatkan oleh kaum proletar untuk kepentingan dan perubahan yang ada dalam masyarakat , T. B.
8 T.B. Simatupang , Membuktikan Ketidakbenaran…….., op.cit., hlm. 118.
9 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984 ),hlm.
Simatupang mempelajari revolusi ini untuk mengetahui sebagai mana pentingnya perubahan-perubahan yang harus dilakukan dan tidak ada penindasan terhadap rakyat, semajak ia mempelajari revolusi nya Karl Marx dapat menambah rasa sosialismenya terhadap rakyat Indonesia atau bangsa Indonesia.10
T. B. Simatupang mengagumi juga pemikiran Teologi Karl Barth. Karl Bath berasal dari kota Basel, Swiss (10 Mei 1886) dengan teologinya yang sangat terkenal Teologi Kemerdekaan, menurutnya teologi kemerdekaan adalah sebuah teologi yang memandang pada kemerdekaan Allah yang memberikan kasih sayang dan karunia kepada kemerdekaan manusia. Maksud kemerdekaan di sini adalah merdeka dari tindakan kejahatan dan penindasan, yang disimpulkan dalam istilah “dosa”, dan lebih dari itu merdeka untuk sungguh-sungguh hidup bersama Allah dan sesama dalam prikemanusiaan yang sejati11. Jadi menurut Karl Barth manusia jangan sampai melakukan tindakan kejahatan dan menindas orang-orang yang lemah atau tidak mampu, dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut maka akan selau dikasihi Allah, dan apabila melaksanakan perbuatan-perbuatan kejahatan dan penindasan maka akan mendapat dosa.
Ketertarikan T. B. Simatupang dengan teologinya Karl Barth adalah bahwa Karl Bath menginginkan manusia itu selalu dekat dengan Tuhan, dan manusia harus suci dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, dan menjauhkan dari dosa. Karl
10 Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis
Komperatif, Edisi keenam ( Jakarta: Erlangga , 1087 ),hlm. 14.
11 Clifford Green, Karl Barth, Teologi Kemerdekaan: kumpulan cuplikan Karya Karl Bath,
Barth membangun teologinya atas dasar “Pernyataan”, terutama pernyataan Allah dalam Yesus Kristus sebagaimana disaksikan dalam kitab suci.12
Setelah T. B. Simatupang mempelajari Teologinya Karl Barth, kemudian ia mempelajari juga pemkiran Reinhold Niebuhr, seorang teologi Amerika Serikat yang berusaha memikirkan masalah-masalah kekuasaan keadilan dan kebebasan di negerinya sendiri dan juga di luar negeri, berhubungan dengan kekuasaan Amerika Serikat yang sangat besar setelah perang dunia II berakhir. Secara sederhana masalah kekuasaan, kebebasan dan keadilan bertolak dari kodrat manusia seperti yang terdapat dalam Al-Kitab yaitu mahluk yang mempunyai martabat yang sangat tinggi.13 Sistem kekuasaan sangat diperlukan untuk menjamin keamanan dan ketertiban secara efektif terhadap kekuasaan. Kebebasan juga diperlukan untuk memperjuangkan dan menegakkan keadilan.
T. B. Simatupang melihat perkembangan sitem-sitem politik ekonomi sepanjang sejarah bangsa Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan, membuka selebar-lebarnya dalam semua bidang, antara lain pembentukan partai-partai politik dan pembentukan-pembentukan tentara-tentara bersenjata. Itulah ungkapan Soekarno untuk menegakkan demokrasi terpimpinnya. Akan tetapi ungkapan semacam ini adalah kesalahan besar dalam demokrasinya, karena tidak memberikan ruang kebebasan, sehingga sistem politik yang dibangun menjadi penuh penyalahgunaan dan penuh kebobrokan.
12 Ibid., hlm. 17.
Dari beberapa orang yang telah mempengaruhi pemikiran T.B. Simatupang di atas, maka dapat ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara yang baik, oleh karena itu T.B. Simatupang adalah seorang yang telah memiliki pengetahuan yang luas tentang ketentaraan, diplomasi ( politik dan militer) dan teologi. Dalam bidang ketentaraan ia sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan juga memberikan pengetahuan tentang kemiliteran kepada tentara –tentara Indonesia .14
Setelah T.B.Simatupang tidak aktif dalam bidang kemiliteran maka ia lebih mencurahkan perhatiannya kepada organisasi agama. Dewan Gereja adalah medan juang yang di pilihnya, ia sempat menjadi Ketua Dewan Gereja Indonesia , Ketua Dewan- Dewan Gereja se Asia, dan pernah menjadi Presiden Dewan Gereja-Gereja se Dunia.
Gereja yang semula lahir terpisah-pisah ingin dipadukan agar bersama-sama melaksanakan tugas Dewan Gereja Indonesia dalam rangka pembangunan sebagai pengamalan Pancasila .15 Itulah yang menjadikannya tokoh nasional paling tegas dikalangan gereja-gereja Kristen di Indonesia sehingga seluruh pemikirannya sungguh layak untuk dianalisis dan dipelajari. Khususnya di tahun 1970-1990 ia membuktikan dirinya seorang teolog awam yang sangat produktif yang telah banyak
14 P.D. Latuihamallo, Menyambut Usia ke 70 T.B. Simatupang, dalam buku, 70 tahun Dr.T.B.
Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang ,( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan , 1990 ), hlm. 22.
15 Emil Salim, Yang Penting “ Lagu” Bukan Penyanyi, dalam buku, 70 tahun Dr. T.B.
Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang, ( Penyunting .), Samuel Pardede ( Jakarta : Pustaka
memberikan sumbangan kepada sejarah nasional dan sejarah gereja, dan pada bidang pembangunan bangsa dan dengan berangkat dari ideologi Pancasila.16
BAB III
PEMIKIRAN T. B. SIMATUPANG TENTANG HUBUNGAN
KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA
DI INDONESIA
Pemahaman T.B. Simatupang Tentang Kristen Protestan di Indonesia
Menurut T. B. Simatupang bangsa Indonesia sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris, bahwa di bumi Indonesia yang tercinta ini telah memiliki budaya yang tinggi dan sudah menganut agama pribumi yang telah lama hadir di bumi Indonesia seperti, agama Hindu, agama Budha, agama Islam. Agama-agama tersebut telah dianut oleh rakyat Indonesia jauh sebelum kedatangan orang-orang Barat ke Indonesia.
Dari tiga agama yang disebutkan di atas, bahwa setiap agama memiliki misi untuk menyebarkan agamanya ke seluruh wilayah Indonesia, seperti yang dialami oleh agama Islam dengan misi dakwahnya, sehingga dapat menyebar luas misi tersebut sampai kepelosok nusantara Indonesia. Akan tetapi masih ada daerah-daerah yang belum begitu mengenal Islam dalam arti Islam belum tersiar di daerah tersebut
16 A.G. Hoekema, Berpikir Dalam Keseimbangan yang Dinamis Sejarah Lahirnya Teologi
Protestan Nasional di Indonesia 1860-1960, ( terjemah .), Ny. Amsy Susilaradeya. Jakarta: Gunung
seperti, Maluku, Ambon, Irian Jaya, Medan dan masih banyak lagi daerah yang lain. Oleh karena itu kadatangan Kristen, baik itu Kristen Katolik, dan Protestan, yang dibawa oleh Spanyol, Portugis, dan Belanda, telah banyak dianut oleh daerah-daerah yang masih sedikit menganut agama Islamnya.1 Untuk lebih jelasnya tentang pembahasan sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia sebagai berikut:
1. Sejarah Singkat Masuknya Kristen Protestan di Indonesia
Pada abad XVI tahun 1511 Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang, Portugis dan Spanyol menganut agama Kristen Katolik, tapi lama kelamaan melihat bangsa Indonesia yang rakyatnya bodoh-bodoh dapat ditipu daya oleh orang-orang Portugis dan Spanyol, maka mereka melakukan suatu penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Mereka menyebarkan agama Kristen Katolik kepada rakyat Indonesia pada wilayah-wilayah yang belum banyak menganut agama Islam, sehingga penyebaran agama Kristen berhasil dan banyak rakyat Indonesia yang masuk Kristen Katolik, dan pada akhir abad XVI tahun 1512 sudah berdiri beberapa gereja seperti di Minahasa, Sangir dan Talaud.2
Kesuburan dan kekayaan hasil bumi Indonesia sangat mengundang simpati bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia. Setelah bangsa Portugis dan Spanyol dapat menguasai Indonesia, kemudian disusul kedatangan Belanda ke Indonesia, yaitu pada tahun 1596, yang membawa Kristen Protestan. Kedatangan Belanda sangat mengganggu kestabilan ekonomi Portugis di Indonesia karena ada yang menyaingi dalam bidang perdagangan dan kekuasaan jajahannya, sehingga Portugis dan Spanyol tidak senang atas kedatangan Belanda ke Indonesia.
1 T.B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila ( Jakarta: BPk. Gunung Mulia, 1984), hlm.
21.
Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang untuk lebih mengkoordinasi dalam perdagangan Belanda di Indonesia, lalu Belanda membentuk suatu perkumpulan dagang dengan nama V.O.C (Verenigde Oost Indische
Compagne) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. Sehingga VOC dapat
mendominasi perdagangan di Indonesia. Dengan dukungan penuh oleh pemerintah Belanda.3
VOC untuk memperluas perdagangan di Indonesia agar tidak ada yang menyaingi perdagangannya maka VOC melakukan penyerangan terhadap Portugis sehingga terjadilah peperangan antara Belanda dengan Portugis yang kemudian dimenangkan oleh Belanda dan benteng Portugis yang ada di Ambon dapat direbut oleh Belanda pada tanggal 23 Februari 1605 dan disusul kota Tidore pada tahun yang sama. Sehingga kekuasaan Portugis di Indonesia telah berakhir dan digantikan oleh Belanda.4
Keberadaan VOC yang berkuasa di Indonesia yang sangat menindas rakyat Indonesia, maka rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap VOC tetapi semua itu gagal, tidak ada hasil. Dengan demikian VOC leluasa melakukan monopoli perdagangannya, sehingga sampai dengan masa pembubaran VOC, pada tanggal 31 Desember 1799 dengan demikian Indonesia resmi dijajah oleh Belanda.5
3 Soetarman Soediman Partonadi, Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Suatu
Ekpresi Kekristenan Jawa Pada Abad ke XIX ( terj.), Widi Harijati Rahadi ( Jakarta: Gunung
Mulia,2001 dan Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen ), hlm. 28.
4 Ibid., hlm. 28 .
Belanda adalah yang pertama kali membawa agama Kristen Protestan masuk di Indonesia dan banyak rakyat yang masuk Kristen Protestan. Pada masa Portugis rakyat Indonesia banyak memeluk Kristen Katolik, tetapi setelah Portugis kalah perang dengan Belanda, maka Kristen Katolik dilarang di bumi Indonesia, rakyat yang sudah beragama Kristen Katolik harus pindah ke Kristen Protestan karena yang berkuasa di Indonesia sekarang adalah Belanda.6
Ada dua faktor yang menyebabkan penyiaran Kristen Protestan di masa kolonial Belanda menjadi lebih efektif, baik itu dalam arti konsolidasi untuk orang yang sudah memeluk Kristen atau dalam arti “zending” dalam kalangan yang belum menganut agam Islam, Hindu, Budha. kedua faktor itu adalah pertama timbulnya gerakan Kristen Protestan. Kedua timbulnya gerakan penyebaran Kristen yang lebih terorganisir dalam bentuk lembaga penyiaran Kristen yang mantap.7
Sekitar tahun 1850-an Belanda mulai melakukan usaha yang lebih intensif untuk mengadakan Kristenisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Kristen Protestan sendiri melalui organisasi gereja, yang disebut dengan zending. Biasanya satu daerah hanya dilayani oleh satu organisasi zending, seperti di daerah Batak itu di tempatkan organisasi zending dari Jerman Barat yang bernama Rheinisehe Missionsgesell . Di pulau Jawa dan Sulawesi kegiatan zending didominasi oleh Belanda.8 Derasnya arus
6 T. B. Simatupang , loc.cit.. 7 Hasbulah Bakry, loc. cit..
8 Karel. A. Steenbrink, Mencari Tuhan Dengan Kacamata Barat, Kajian Kritis Mengenai
misi dan zending yang masuk ke Indonesia semakin meramaikan proses Kristenisasi di Indonesia. Fenomena semacam ini tidak hanya membuat penyebaran Kristen berlangsung secara substansial, melainkan dapat memberikan dampak yang negatif dalam arti fisik bagi kehadiran agama tersebut. Untuk mendukung para misionaris datang ke Indonesia maka infrastruktur sosial keagamaan harus disediakan seperti sekolah-sekolah dan gereja-gereja, karena Indonesia sebagai lahan terbuka bagi Kristenisasi. Kehadiran orang-orang Eropa jumlahnya sangat meningkat dan tujuannya untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan pelayanan gereja-gereja terhadap masyarakat di Indonesia.9
Sekitar tahun 1851 di Indonesia telah berdiri suatu organisasi Pekabaran Injil, Konsolidasi atas penduduk yang sudah beragama Kristen sejak zaman Portugis dan Spanyol, diambil tanggung jawabnya oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1800-an. Dengan adanya lambaga Penyiaran Injil yang datang dari luar negeri akan memantapkan Kristenisasi di Indonesia. Setelah tahun 1800-an perkembangan agama Kristen Protestan sangat meluas, sampai ke pelosok-pelosok Indonesia sehingga dengan praktis daerah-daerah tersebut menganut Kristen Protestan.
Sejarah masuknya Kristen Protestan di Indonesia tidak terlepas dari misi dagang Belanda yang ingin menguasai perdagangan yang akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari daerah-daerah jajahannya yang dapat melakukan eksploitasi ekonomi di tanah jajahannya dan kemudian sambil menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan.10
9 Bahtiar Effendy, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan Perbincangan Mengenai
Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan, (Yogyakarta: Galang Press, 2001), hlm. 57.
10 Wiwin Siti Aminah, (dkk.), Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama (Yogyakarta:
Kehadiran Belanda di Indonesia makin lama makin menindas rakyat Indonesia, maka rakyat Indonesia tidak segan-segan melakukan perlawanan seperti peristiwa di Maluku (1817), Baharuddin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837 ), Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Umar, Tjik di Tiro di Aceh (1860) Anak Agung Made di Lombok (1894-1895), Sisinga Mangaraja di tanah Batak (1900). Rakyat Indonesia pada waktu itu belum tumbuh rasa kesatuan dan persatuan, maka rakyat Indonesia banyak mengalami korban dan akhirnya mengalami kekalahan, tapi rakyat Indonesia tidak putus asa dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah sampai Indonesia merdeka.11
2. Pemahaman T.B. Simatupang tentang Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti “gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti “ilmu”, kata “idea” berasal dari kata bashasa Yunani “eidos” yang berarti bentuk, maka secara harfiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian-pengartian, dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.12
Menurut T.B.Simatupang Pancasila merupakan awal untuk kehidupan bersama, karena di dalam kehidupan rakyat Indonesia kelima sila dari Pancasila dapat
11 Kaelan, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi
Paradigma Masyarakat Madani (Yogyakarta: Paradigma, 1999), hlm. 30-31.
12 Kaelan, Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP (Yogyakarta:
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari . Ada orang yang ingin memberikan status yang lain terhadap Pancasila ,dan ada juga yang mencoba untuk meringkas kelima sila dari Pancasila menjadi tiga, dan tiga menjadi satu , dan dari satu memperkembangkan apa yang mereka sebut doktrin bangsa Indonesia yang bersipat Falsafati.
T.B.Simatupang sangat menentang pernyataan seperti itu, karena menurut T.B.Simatupang Pancasila sebagai jawaban terhadap tantangan bersama . Pancasila dilahirkan dari kenyataan ketika rakyat Indonesia menghadapi masalah yang sangat mendesak dan menentuk, yaitu negara macam apa yang harus rakyat Indonesia bangun supaya rakyat Indonesia tetap hidup bersatu, kelima sila dari pancasila itulah jawabanya. Karena Pancasila harus dipahami dari latar belakang sejarah Indonesia, karena Pancasila sebuah ideology atau menurut T.B.Simatupang sering di sebut
Modus Vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, melalui kerja sama, dan
dapat menghadapi tantangan bersama oleh seluruh bangsa Indonesia . 13
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang mengarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila yang dapat dijadikan sebagai pedoman berbangsa dan bernegara14
13 T.B.Simatupang , op. cit ., hlm. 12.
14 Oetojo Oesman dan Alfian, ( penyunting. ), Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi
Pandangan Hidup Bersama, dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), hlm. 45.
Ideologi Pancasila juga merupakan suatu ideologi negara yang dapat menjamin kehidupan negara yang bermartabat, karena ideologi negara dapat disusun atas dasar keyakinan bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk menciptakan negeranya sendiri, dan hal itu merupakan hak asasi, hak yang inherent pada kemanusiaan setiap manusia dan setiap bangsa, karena manusia memiliki kebebasan untuk menciptakan dan melaksanakan kehidupannya, juga kehidupan negaranya.15
Untuk mewujudkan ideologi Pancasila itu, yang harus tetap diperhatikan awal terbentuknya dan ditetapkannya ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan ideologi dari seseorang atau sekelompok kecil bangsa Indonesia yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang tinggi, yang kemudian dapat dituangkan dalam konsep teoritis tentang cita-cita dan keyakinan yang menjdi landasan kehidupan bersama dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila yang merupakan falsafah dan pandangan hidup bangsa secara operasional dijadikan ideologi bangsa Indonesia.16
Pancasila memiliki peranan yang menentukan bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam kehidupan berbangsa, bernegara, maupun bermasyarakat. Bagi bengsa Indonesia, Pancasila bukan lagi merupakan alternatif melainkan suatu Imperatif. Justru karena peranan yang menentukan itulah, kita sebagai rakyat
15 Wisnu Tri Hanggoro ( editor.) , Bunga Rampai Pancasila (Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen, 1986) hlm. 108.
Indonesia perlu mendukung dan terpanggil untuk terus-menerus mendalaminya. Melalui pengalaman yang terus-menerus tersebut semakin dapat menyelami dan menemukan kekayaan yang sangat berharga, yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut akan semakin menguatkan keyakinan dan akan semakin mendorong untuk mengamalkan dan mempertahankannya sebagai milik bangsa yang sudah teruji melalui berbagai peristiwa sejarah.17
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup melainkan bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila tidak berarti untuk mengubah nilai-nilai Pancasila yang telah ada.
A. Aspek-Aspek Pemikiran T. B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia.
1. Aspek Sejarah
Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa agama Kristen Protestan di Indonesia, Portugis pada masa itu kalah dan angkat kaki dari bumi Indonesia. Rakyat Indonesia yang dulunya sudah beragama Katolik di Protestankan oleh orang Belanda, maka dari itu rakyat Indonesia banyak menganut agama Kristen Protestan.
Dengan berjalannya waktu rakyat Indonesia melihat tindak tanduk Belanda terhadap Indonesia sangat tidak manusiawi, yang sudah menjajah dan menindas
rakyat Indonesia dengan sendirinya muncul rasa nasionalisme dari rakyat untuk melakukan suatu perjuangan untuk melawan penjajah yang ada di bumi Indonesia yang tercinta ini, dengan tujuan Indonesia merdeka, dengan tercetusnya
kebangkitan nasional yang dipelopori Budi Utomo sebagai penggerak untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi, dengan didukung oleh para tokoh-tokoh nasional Indonesia dan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia serta didukung oleh rakyat Indonesia yang pluralisme agama baik agama Islam, agama Katolik, agama Protestan agama Hindu, agama Budha. Semuanya ikut andil dalam memperjuangkan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Apakah yang terbayang di depan mata rakyat Indonesia pada waktu menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan semangat yang begitu menggelora . Apakah yang terbayang didepan mata sejuta pemuda-pemuda untuk bersedia berjuang, rela berkorban demi tercetusnya suatu kemerdekaan ?.
Cita-cita yang besar itu tentu tidak selalu jelas bentuk dan isinya dalam setiap pemikiran dan hati nurani semua orang. Akan tetapi disadari atau tidak, pokok-pokok dari cita-cita yang tersimpan dalam Proklamasi Kemerdekaan hidup juga didalam hati setiap orang yang masih dapat mencucurkan air mata, apabila melihat Sangsaka Merah Putih yang berkibar di udara. Proklamasi telah mengakhiri kekuasaan asing di tanah air kita, Proklamasi meletakkan seluruh kekuasaan tanah air di dalam tangan rakyat sendiri.18
Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan rakyat Indonesia itu sendiri, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang beragama Kristen Protestan ikut memperjuangkan negara ini dari tangan penjajah, tidak heran ketika
18 T.B. Simatupang , Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai ( Jakarta : Sinar Harapan,
bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen Protestan ikut merumuskan dasar Negara Republik Indonesia, dengan tujuan orang Kristen Protestan untuk memusatkan perhatian pada prinsip yang akan membimbing kehidupan negara Indonesia yang baru itu dengan tujuan agar kebebasan beragama dan kesamaan hak serta kesamaan kesempatan untuk semua warga negara dijamin, tanpa membeda-bedakan kepercayaan ataupun keturunan 19
2. Aspek Politik
Gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya dalam konteks sosial politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian halnya dengan gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya di tengah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan bedaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diyakini sebagai anugrah dari Tuhan.20 Kehadiran gereja di Indonesia merupakan tanda pengutusan Tuhan bagian dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan keutuhan bangsa Indonesia, tugas panggilan itu untuk mencegah segala hal yang merong-rong dan merendahkan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu gereja dan negara harus bahu membahu dalam mengusahakan penegakan
19 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila, op.cit., hlm.32.
20 Wainata Sairin, Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran ( Jakarta :
keadilan dan kesejahteraan rakyat. Gereja dan negara masing-masing mempunyai tugas panggilannya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab bagi kebaikan seluruh manusia, bahkan seluruh ciptaannya. Gereja mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum negara, sebaliknya, negara berkewajiban mengayomi dan melindungi seluruh rakyatnya termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi dan panggilannya masing-masing.21
Pada umumnya orang-orang Kristen Protestan di Indonesia telah menganggap sebagai hal yang wajar, bahwa orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang politik dan pemerintahan. Dapat pula diketahui bahwa di dalam negara Pancasila, ruang bagi orang-orang Kristen Protestan dalam bidang politik tidak dibatasi.22 Hal semacam ini dalam keadaan politik dan pemerintahan sekarang untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang diutamakan. Bagi orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kristis dan kreatif, dapat disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat. Partisipasi ini harus dilihat sebagai suatu tugas yang diberikan oleh Tuhan sendiri untuk melayani kepentingan masyarakat.23
Dengan mengakui peranan kreatif dari partai Kristen Indonesia, perlu ditekankan bahwa gereja tidak dapat disamakan dengan partai politik manapun juga.
21 Ibid.,
22 T.B. Simatupang , Dari Revolusi ke Pembangunan ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1987 ),
hlm. 9.
Atas dasar perlakuan yang sama gereja harus memberikan bimbingan dan pelajaran kepada semua orang Kristen yang terlibat dalam politik, tanpa membedakan ikatan kepartaiannya.24
Secara politik dari sejarah perjalanan bangsa pernah ada alternatif lain yang ditawarkan misal: Islam, untuk menjadi dasar dan ideologi negara, ternyata semua gagal tidak pernah mendapat dukungan dari seluruh bangsa dengan demikian jika tetap ingin mempertahankan negara Indonesia ini sebagai negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila, maka tidak dapat lain harus mau menerima secara ikhlas keanekaragaman yang ada serta meyakini dan menghormati kehadiran golongan lain dengan hak dan kewajiban yang sama di bumi Pancasila ini.25
Di dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila ini nampak ada satu tenaga gerak politik yang sekaligus politik dan sosial kultural, adanya kesadaran yang tumbuh terus menerus dari kalangan rakyat Indonesia, bahwa negara Indonesia itu bersifat kesatuan dan untuk membangun jenis negara yang dikehendaki (bersatu, berdaulat, adil dan makmur). Dalam negara Pancasila setiap agama dijamin kebebasannya untuk tumbuh dan berkembang serta untuk membangun masa depan bersama sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang berdasarkan Pancasila.26
24 T.B. Simatupang (editor.), Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia ( Jakarta:
BPK.Gunung Mulia,1986 ), hlm. 7.
25 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, Sebuah Tinjauan Tentang
Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia ( Malang : Pusat Studi Agama dan Kebudayaan , 1993 ),
hlm.254.
3. Aspek Agama
Indonesia ternyata bukan hanya sebuah wilayah yang terdiri dari ribuan pulau, gunung, beraneka suku, bahasa, budaya, tetapi juga sebuah negara yang di dalamnya hadir dan hidup agama-agama yang dianut oleh rakyat Indonesia yang telah diakui oleh negara seperti agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha. Kemajemukan agama inilah yang kemudian menjadi ciri signifikan dan determinan negara Republik Indonesia.27 Realitas seperti ini telah dibuktikan dengan cemerlang ketika bangsa Indonesia yang menganut berbagai agama dengan dipimpin oleh para tokoh agama dalam kebersamaan yang mantap dan solid, bahu membahu mengusir penjajah dari persada nusantara demi hadirnya sebuah negara Indonesia yang merdeka. Kemajemukan agama dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila telah memposisikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang mempunyai religius.
Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukanlah negara sekuler. Oleh karena itu di sini agama tidak hanya diakui eksistensinya tetapi diakui pula fungsi dan peranannya secara resmi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu juga negara Indonesia bukanlah negara agama, tetapi fungsi dan peranan agama itu diakui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan panggilan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara, seperti dalam agama Kristen Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan (gereja) mempunyai tanggung jawab di dalam kehidupan masyarakat di manapun ia berada, terutama sekali tentang ketaatannya kepada Tuhan harus
senantiasa terpanggil untuk mengusahakan terwujudnya kehendak Tuhan di manapun ia berada.28 Dan kehendak Tuhan itu adalah keselamatan rohani maupun kesejahteraan manusia.
Pemahaman Tentang Pancasila
Pancasila pada dasarnya memang berakar dari kebudayaan asli Indonesia, yaitu sifat religius yang kuat dan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, maupun di dalam mengambil suatu keputusan/musyawarah untuk mufakat .
Pancasila juga berakar pada kebudayaan bersama masyarakat Indonesia dan tidak sekedar merefleksikan salah satu tiga lapisan budaya (lapisan budaya asli, Hindu, Budha, dan Islam). Secara keseluruhan dapat merangkul semua kelompok dan memberikan ruang kepada semua golongan dengan segala keanekaragamannya, selain itu juga dapat mempersatukan identitasnya masing-masing. Dalam Pancasila tidak ada istilah untuk mendiskriminasikan dari suatu kelomok dengan kelompk lain, atau mayoritas dengan minoritas. Semua menurut Pancasila adalah sama tidak ada perbedaan.29 Untuk lebih jelasnya lagi tentang pembahasan Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Pancasila
28 T.B. Simatupang ( dkk.), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa , dalam Negara Pancasila yang Memmbangun ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia , 1996 ),
hlm. 140.
a. Pengertian Pancasila dari Segi Etimologi
Secara Etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata Panca berarti lima dan sila berarti dasar, berarti Pancasila yang mempunyai lima dasar. Dalam buku Sutasoma yang dikarang oleh Empu Tantular, Pancasila ini mempunyai arti lima kesusilaan (Pancasila Karma), yaitu:
- tidak boleh melakukan kekerasan
- tidak boleh mencuri
- tidak boleh berjiwa dengki
- tidak boleh berbohong
- tidak boleh mabuk minuman keras.30
Menurut Muhammad Yamin perkataan Pancasila, telah menjadi istilah hukum, yang dipakai oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 tentang sila yang kelima. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta parkataan Pancasila mamiliki dua macam arti “berbatu sendi yang lima” (consisting
of 5 roels) Pancasila dengan huruf Dewanagari, dengan huruf “i” Panjang bermakna
“lima peraturan tingkah laku yang penting”.31
Demikianlah istilah Pancasila yang telah ada dan dikenal dalam budaya kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu kala baik dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Pengertian Pancasila dari Segi Terminologi
30 Darji Darmodiharjo (dkk.), Santiaji Pancasila ( Surabaya : Usaha Nasional,1991),hlm. 15. 31 Mohammad Yamin, Pembahasan UUD Indonesia ( Jakarta: Prapanca, 1959 ), hlm. 437.