Ada satu hal yang khas,yang membedakan Indonesia dengan masyarakat dan bangsa manapun di dunia ini, yaitu bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majmuk, yang terdiri dari berbagai suku,adat,budaya,agama dan
kepercayaan, serta Pancasila adalah dasar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.25
Pancasila merupakan kesepakatan luhur antara semua golongan yang hidup di bumi Indonesia. Sebuah kesepakatan seluhur apa pun, tidak akan banyak berpungsi jika didudukkan dalam status yang jelas. Karena kesepakatan luhur bangsa Indonesia itu akhirnya dirumuskan sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara. Ideologi bangsa, artinya setiap warga negara Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila Pancasila. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara keseluruhan harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan, bukan hanya sekedar masing-masing sila . Sebagai falsafah negara Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir dalam menyusun undang-undang dan hukum di dalam negara Republik Indonesia.26 Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara disinilah ada tumpang tindih antara Pancasila dengan sebagian sisi kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki lingkup masing-masing yang berjangkauan universal, berlaku seluruh umat manusia. Hal ini upaya Pancasila untuk menekankan sisi kehidupan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jelas setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki visi sendiri, di samping visi universal yang mempersamakan semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak sepenuhnya sama dengan wawasan sekian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang satu sama yang lain saling berbeda.27
Dengan demikian dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila setiap sila-sila yang terdapat dalam Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia termasuk agama Islam. Akan tetapi perlu kita cermati apakah Islam sesuai dengan Pancasila ? maka segera akan nampak bahwa banyak dari ajaran-ajaran Islam yang tidak tercakup dalam Pancasila atau tidak
dipersoalkan oleh Pancasila. Islam mengajarkan tentang tauhid,( keesaan Tuhan ); Pancasila walaupun ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi membiarkan orang Kristen ber-Trinitas, agama Hindu mempercayai banyak dewa –dewa , dan dalam agama Budha tidak membicarakan tentang Tuhan sama sekali.
25 Ibid ., hlm. 257.
26 Abdurrahman Wahid, Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kaitannya Dengan Kehidupan
Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam buku. Pancasila Sebagai Ideologi , Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,disunting
oleh, Oetojo Oesman dan Alfian. ( Jakarta: BP-7, 1991), hlm. 163.
Kemudian Islam mengajarkan tentang iman kepada rasul-rasul, shalat, puasa Ramadhan, zakat , haji dan masih banyak lagi ketentuan –ketentuan lain yang diajarkan oleh Islam. Hal semacam ini tidak berarti bahwa Islam bertentangan dengan Pancasila , pada umumnya memang terdapat kesepakatan di negeri kita bahwa hal-hal ibadah dibiarkan saja . Sekurang –kurangnya kita dapat
perhatikan , bahwa kemudahan diberikan di negeri kita untuk melaksanakan ibadah tersebut, sebagaimana juga kemudahan yang sama dinikmati oleh para pengikut agama lain. 28
Jika melihat persoalan-persoalan tadi, maka ajaran Islam lebih bersifat luas, mencakup hal-hal yang oleh Pancasila mungkin tidak terpikirkan. Ajaran Islam dalam hal-hal tertentu terperinci dan tegas. Oleh sebab itu bagi setiap muslim ajaran –ajaran agama itu wajib dilaksanakan. 29
Mengenai Islam dan Pancasila pada dasarnya tidak bertentangan , tapi perlu diketahui bahwa Islam adalah agama dan Pancasila adalah ideologi . Sering dinyatakan bahwa Pancasila tidak akan menjadi agama, demikian pula agama tidak akan memjadi ideologi. 30
Pada dasarnya kekuatan ideologi (Pancasila) dapat diukur dari tiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi dan saling memperkuat. Ketiga dimensi itu adalah : 1. Dimensi realitas ; dimana ideologi itu mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup dalam masyarakat, 2. Dimensi idealitas ; suatu ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dihayati suatu masyarakat atau bangsa dapat diketahui kearah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama, 3. Dimensi fleksibilitas; bahwa sebuah ideologi harus memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahwa merangsang pengembangan pemikiran –pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. 31
Berdasarkan pada tiga dimensi tadi maka Pancasila jelas memenuhi standar realitas, idealitas bahkan fleksibilitas, terutama karena dinamika internal yang
28 Deliar Noer, Islam Pancasila dan asas Tunggal ( Jakarta : Yayasan Perkhidmatan,1983), hlm. 113.
29 Ibid., hlm.115.
30 Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam ( Mizan : Bandung, 1997 ), hlm. 85.
31 Listiyono Santoso (dkk.), (de ) Konstruksi Ideologi Negara ; Suatu Upaya Membaca Ulang
terkandung dalam sifatnya sebagai ideologi terbuka. Jadi secara ideal konseptual Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh dan bermutu tinggi .32
Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi terbuka biasanya memantapkan, memapankan serta menguatkan relevansi ideologi itu dalam masyarakat. Tetapi hal itu tetap tergantung pada kehadiran beberapa faktor: 1. Kualitas nilai-nilai dasar yang tergantung dalam ideologi, 2. Persepsi , sikap dan tingkah laku masyarakata terhadap Pancasila, 3. Kemampuan masyarakat mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang ideologi, 4.Menyangkut seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam idelogi itu membudaya dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara .33
Harus disadari, betapa dalam Pancasila sesungguhnya memuat kualitas nilai dasar yang objektif kebenarannya dan berlaku secara universal. Kualitas nilai dasar itu memungkinkan bagi terbentuknya kualitas peradaban bangsa yang berlandaskan pada masyarakat yang ber-Ketuhanan, ber-Kemanusiaan, ber- Satu, ber-Kerakyatan dan ber-Keadilan. Kelima sila tersebut adalah “ paradigma “ bagi terbentuknya masyarakat berperadaban Pancasila. Selama ini, Pancasila lebih diletakkan sebagai gundukan “ rangkuman “ konsep-konsep belaka yang tidak mempunyai kekuatan untuk “merubah” tatanan masyarakat. Pancasila di masa lalu seolah-olah hanya berhenti pada konsep nilai-nilai yang tidak mampu merambah pada tataran empirik masyarakat.34 Itulah sebabnya kita harus berihktiar untuk semakin menjadikan Pancasila itu sebagai ideologi dan menjadikan dasar yang kokoh bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
32 Ibid . , hlm. 70.
33 Ibid ., hlm. 71.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut T.B. Simatupang hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia tidak terlepas dari beberapa aspek, yaitu :
a. aspek sejarah
Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa agama Kristen Protestan di Indonesia. Maka yang dulunya sebahagian rakyat Indonesia yang sudah beragama Katolik di Protestankan oleh orang Belanda, maka rakyat Indonesia banyak yang menganut agama Kristen Protestan.
Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan rakyat Indonesia, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang sudah beragama Kristen Protestan ikut memperjuangkan nagara ini dari tangan penjajah,tidak heran jika bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen Protestan ikut juga dalam merumuskan dasar negara Indonesia yitu Pancasila .
Gereja ditempatakan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya dalam kontek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Demikian halnya dengan gereja –gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan untuk melaksanakan panggilannya pada bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila.
Di negara Pancasila ruang bagi orang Kristen Protestan dalam bidang politik tidak di batasi. Bagi orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kritis dan kreatif yang dapat disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat. c. aspek agama
Dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan panggilan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara,seperti agama Kristen Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen Protestan baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan ( gereja) mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
2. Pengaruh pemikiran T. B. Simatupang terhadap agama Kristen Protestan di Indonesia, di bagi menjadi dua :
Pertama: meliputi pemahaman Kristen Protestan terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan suatu keputusan yang mutlak yang harus diterima oleh setiap agama-agama yang ada di Indonesia. Makna yang terkandung dari sila pertama bukanlah kepercayaan “Kepada Allah” tetapi lebih berarti kepercayaan kepada “Ide
Ketuhanan” oleh karena itu kata yang dipakai bukan kata “Allah” tetapi lebih netral yaitu “Ketuhanan” kemudian ditambah Keesaan dan Kemahaan.
Dengan demikian sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan hanya sebagai alat pemersatu bangsa, tetapi juga merupakan manifestasi kepribadian bangsa bagi setiap orang yang mengaku dirinya orang yang beragma.
Kedua, meliputi partisipasi gereja dalam membangun bengsa Indonesia sebagai pengamalan Pancasila. Tugas penggilan gereja dalam membangun bangsa ini tidak hanya tertuju pada pembangunan nasional saja, akan tapi mengajak kepada semua warga Indonesia untuk bersama-sama dalam membangun dan mengatasi bangsa yang tercinta ini dari ketertindasan dan kemiskinan.
Saran-saran
1. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, maka setiap agama harus menerima Pancasila sebagai dasar negara, maka dari itu jangan sampai ada suatu golongan umat beragama yang ingin menggantikan dasar negara Pancasila dengan dasar yang lain. Oleh karena itu setiap agama yang ada di Indonesia harus mengakui Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
2. Penulis menyarankan kepada setiap jurusan di Fakultas Ushuluddin bahwa sanya skripsi-skripsi yang lama yang terdapat di ruang dosen supaya di
susun dengan rapi atau disimpan dalam almari khusus supaya tidak acak-acakan.