• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman T.B. Simatupang tentang Ideologi Pancasila

D. Orang Orang Yang Mempangaruhi Pemikiran T.B. Simatupang

2. Pemahaman T.B. Simatupang tentang Ideologi Pancasila

Istilah ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti “gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti “ilmu”, kata “idea” berasal dari kata bashasa Yunani “eidos” yang berarti bentuk, maka secara harfiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian-pengartian, dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.12

Menurut T.B.Simatupang Pancasila merupakan awal untuk kehidupan bersama, karena di dalam kehidupan rakyat Indonesia kelima sila dari Pancasila dapat

11 Kaelan, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi

Paradigma Masyarakat Madani (Yogyakarta: Paradigma, 1999), hlm. 30-31.

12 Kaelan, Filsafat Pancasila, Disusun Berdasarkan GBPD dan SAP (Yogyakarta: Paradigma, 1996), hlm. 35.

dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari . Ada orang yang ingin memberikan status yang lain terhadap Pancasila ,dan ada juga yang mencoba untuk meringkas kelima sila dari Pancasila menjadi tiga, dan tiga menjadi satu , dan dari satu memperkembangkan apa yang mereka sebut doktrin bangsa Indonesia yang bersipat Falsafati.

T.B.Simatupang sangat menentang pernyataan seperti itu, karena menurut T.B.Simatupang Pancasila sebagai jawaban terhadap tantangan bersama . Pancasila dilahirkan dari kenyataan ketika rakyat Indonesia menghadapi masalah yang sangat mendesak dan menentuk, yaitu negara macam apa yang harus rakyat Indonesia bangun supaya rakyat Indonesia tetap hidup bersatu, kelima sila dari pancasila itulah jawabanya. Karena Pancasila harus dipahami dari latar belakang sejarah Indonesia, karena Pancasila sebuah ideology atau menurut T.B.Simatupang sering di sebut

Modus Vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, melalui kerja sama, dan

dapat menghadapi tantangan bersama oleh seluruh bangsa Indonesia . 13

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang mengarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila yang dapat dijadikan sebagai pedoman berbangsa dan bernegara14

13 T.B.Simatupang , op. cit ., hlm. 12.

14 Oetojo Oesman dan Alfian, ( penyunting. ), Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi

Pandangan Hidup Bersama, dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), hlm. 45.

Ideologi Pancasila juga merupakan suatu ideologi negara yang dapat menjamin kehidupan negara yang bermartabat, karena ideologi negara dapat disusun atas dasar keyakinan bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk menciptakan negeranya sendiri, dan hal itu merupakan hak asasi, hak yang inherent pada kemanusiaan setiap manusia dan setiap bangsa, karena manusia memiliki kebebasan untuk menciptakan dan melaksanakan kehidupannya, juga kehidupan negaranya.15

Untuk mewujudkan ideologi Pancasila itu, yang harus tetap diperhatikan awal terbentuknya dan ditetapkannya ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan ideologi dari seseorang atau sekelompok kecil bangsa Indonesia yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang tinggi, yang kemudian dapat dituangkan dalam konsep teoritis tentang cita-cita dan keyakinan yang menjdi landasan kehidupan bersama dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila yang merupakan falsafah dan pandangan hidup bangsa secara operasional dijadikan ideologi bangsa Indonesia.16

Pancasila memiliki peranan yang menentukan bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam kehidupan berbangsa, bernegara, maupun bermasyarakat. Bagi bengsa Indonesia, Pancasila bukan lagi merupakan alternatif melainkan suatu Imperatif. Justru karena peranan yang menentukan itulah, kita sebagai rakyat

15 Wisnu Tri Hanggoro ( editor.) , Bunga Rampai Pancasila (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1986) hlm. 108.

Indonesia perlu mendukung dan terpanggil untuk terus-menerus mendalaminya. Melalui pengalaman yang terus-menerus tersebut semakin dapat menyelami dan menemukan kekayaan yang sangat berharga, yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut akan semakin menguatkan keyakinan dan akan semakin mendorong untuk mengamalkan dan mempertahankannya sebagai milik bangsa yang sudah teruji melalui berbagai peristiwa sejarah.17

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup melainkan bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila tidak berarti untuk mengubah nilai-nilai Pancasila yang telah ada.

A. Aspek-Aspek Pemikiran T. B. Simatupang Tentang Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia.

1. Aspek Sejarah

Ditinjau dari sejarah bahwa hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang membawa agama Kristen Protestan di Indonesia, Portugis pada masa itu kalah dan angkat kaki dari bumi Indonesia. Rakyat Indonesia yang dulunya sudah beragama Katolik di Protestankan oleh orang Belanda, maka dari itu rakyat Indonesia banyak menganut agama Kristen Protestan.

Dengan berjalannya waktu rakyat Indonesia melihat tindak tanduk Belanda terhadap Indonesia sangat tidak manusiawi, yang sudah menjajah dan menindas

rakyat Indonesia dengan sendirinya muncul rasa nasionalisme dari rakyat untuk melakukan suatu perjuangan untuk melawan penjajah yang ada di bumi Indonesia yang tercinta ini, dengan tujuan Indonesia merdeka, dengan tercetusnya

kebangkitan nasional yang dipelopori Budi Utomo sebagai penggerak untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi, dengan didukung oleh para tokoh-tokoh nasional Indonesia dan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia serta didukung oleh rakyat Indonesia yang pluralisme agama baik agama Islam, agama Katolik, agama Protestan agama Hindu, agama Budha. Semuanya ikut andil dalam memperjuangkan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dengan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Apakah yang terbayang di depan mata rakyat Indonesia pada waktu menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan semangat yang begitu menggelora . Apakah yang terbayang didepan mata sejuta pemuda-pemuda untuk bersedia berjuang, rela berkorban demi tercetusnya suatu kemerdekaan ?.

Cita-cita yang besar itu tentu tidak selalu jelas bentuk dan isinya dalam setiap pemikiran dan hati nurani semua orang. Akan tetapi disadari atau tidak, pokok-pokok dari cita-cita yang tersimpan dalam Proklamasi Kemerdekaan hidup juga didalam hati setiap orang yang masih dapat mencucurkan air mata, apabila melihat Sangsaka Merah Putih yang berkibar di udara. Proklamasi telah mengakhiri kekuasaan asing di tanah air kita, Proklamasi meletakkan seluruh kekuasaan tanah air di dalam tangan rakyat sendiri.18

Tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perjuangan rakyat Indonesia itu sendiri, tidak terkecuali rakyat Indonesia yang beragama Kristen Protestan ikut memperjuangkan negara ini dari tangan penjajah, tidak heran ketika

18 T.B. Simatupang , Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai ( Jakarta : Sinar Harapan, 1981), hlm. 101.

bangsa Indonesia sudah merdeka umat Kristen Protestan ikut merumuskan dasar Negara Republik Indonesia, dengan tujuan orang Kristen Protestan untuk memusatkan perhatian pada prinsip yang akan membimbing kehidupan negara Indonesia yang baru itu dengan tujuan agar kebebasan beragama dan kesamaan hak serta kesamaan kesempatan untuk semua warga negara dijamin, tanpa membeda-bedakan kepercayaan ataupun keturunan 19

2. Aspek Politik

Gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya dalam konteks sosial politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian halnya dengan gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas panggilannya di tengah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan bedaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diyakini sebagai anugrah dari Tuhan.20 Kehadiran gereja di Indonesia merupakan tanda pengutusan Tuhan bagian dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan keutuhan bangsa Indonesia, tugas panggilan itu untuk mencegah segala hal yang merong-rong dan merendahkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Gereja mengakui bahwa negara adalah alat dalam tangan Tuhan yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu gereja dan negara harus bahu membahu dalam mengusahakan penegakan

19 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila, op.cit., hlm.32.

20 Wainata Sairin, Visi Gereja Manusia Milinium Baru, Bunga Rampai Pemikiran ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2002 ), hlm. 166.

keadilan dan kesejahteraan rakyat. Gereja dan negara masing-masing mempunyai tugas panggilannya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab bagi kebaikan seluruh manusia, bahkan seluruh ciptaannya. Gereja mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum negara, sebaliknya, negara berkewajiban mengayomi dan melindungi seluruh rakyatnya termasuk gereja agar leluasa dalam menjalankan fungsi dan panggilannya masing-masing.21

Pada umumnya orang-orang Kristen Protestan di Indonesia telah menganggap sebagai hal yang wajar, bahwa orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang politik dan pemerintahan. Dapat pula diketahui bahwa di dalam negara Pancasila, ruang bagi orang-orang Kristen Protestan dalam bidang politik tidak dibatasi.22 Hal semacam ini dalam keadaan politik dan pemerintahan sekarang untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang diutamakan. Bagi orang Kristen Protestan berpartisipasi dalam bidang politik yang mempunyai jiwa kristis dan kreatif, dapat disumbangkan sepenuhnya kepada perkembangan negara dan masyarakat. Partisipasi ini harus dilihat sebagai suatu tugas yang diberikan oleh Tuhan sendiri untuk melayani kepentingan masyarakat.23

Dengan mengakui peranan kreatif dari partai Kristen Indonesia, perlu ditekankan bahwa gereja tidak dapat disamakan dengan partai politik manapun juga.

21 Ibid.,

22 T.B. Simatupang , Dari Revolusi ke Pembangunan ( Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1987 ), hlm. 9.

Atas dasar perlakuan yang sama gereja harus memberikan bimbingan dan pelajaran kepada semua orang Kristen yang terlibat dalam politik, tanpa membedakan ikatan kepartaiannya.24

Secara politik dari sejarah perjalanan bangsa pernah ada alternatif lain yang ditawarkan misal: Islam, untuk menjadi dasar dan ideologi negara, ternyata semua gagal tidak pernah mendapat dukungan dari seluruh bangsa dengan demikian jika tetap ingin mempertahankan negara Indonesia ini sebagai negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila, maka tidak dapat lain harus mau menerima secara ikhlas keanekaragaman yang ada serta meyakini dan menghormati kehadiran golongan lain dengan hak dan kewajiban yang sama di bumi Pancasila ini.25

Di dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila ini nampak ada satu tenaga gerak politik yang sekaligus politik dan sosial kultural, adanya kesadaran yang tumbuh terus menerus dari kalangan rakyat Indonesia, bahwa negara Indonesia itu bersifat kesatuan dan untuk membangun jenis negara yang dikehendaki (bersatu, berdaulat, adil dan makmur). Dalam negara Pancasila setiap agama dijamin kebebasannya untuk tumbuh dan berkembang serta untuk membangun masa depan bersama sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang berdasarkan Pancasila.26

24 T.B. Simatupang (editor.), Partisipasi Kristen Dalam Nationbuilding di Indonesia ( Jakarta: BPK.Gunung Mulia,1986 ), hlm. 7.

25 Bambang Ruseno Utomo, Hidup Bersama di Bumi Pancasila, Sebuah Tinjauan Tentang

Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia ( Malang : Pusat Studi Agama dan Kebudayaan , 1993 ),

hlm.254.

3. Aspek Agama

Indonesia ternyata bukan hanya sebuah wilayah yang terdiri dari ribuan pulau, gunung, beraneka suku, bahasa, budaya, tetapi juga sebuah negara yang di dalamnya hadir dan hidup agama-agama yang dianut oleh rakyat Indonesia yang telah diakui oleh negara seperti agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha. Kemajemukan agama inilah yang kemudian menjadi ciri signifikan dan determinan negara Republik Indonesia.27 Realitas seperti ini telah dibuktikan dengan cemerlang ketika bangsa Indonesia yang menganut berbagai agama dengan dipimpin oleh para tokoh agama dalam kebersamaan yang mantap dan solid, bahu membahu mengusir penjajah dari persada nusantara demi hadirnya sebuah negara Indonesia yang merdeka. Kemajemukan agama dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila telah memposisikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang mempunyai religius.

Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukanlah negara sekuler. Oleh karena itu di sini agama tidak hanya diakui eksistensinya tetapi diakui pula fungsi dan peranannya secara resmi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu juga negara Indonesia bukanlah negara agama, tetapi fungsi dan peranan agama itu diakui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Di dalam negara Pancasila setiap agama mempunyai tugas dan panggilan bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara, seperti dalam agama Kristen Protestan misalnya: dari segi teologi orang Kristen baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan (gereja) mempunyai tanggung jawab di dalam kehidupan masyarakat di manapun ia berada, terutama sekali tentang ketaatannya kepada Tuhan harus

senantiasa terpanggil untuk mengusahakan terwujudnya kehendak Tuhan di manapun ia berada.28 Dan kehendak Tuhan itu adalah keselamatan rohani maupun kesejahteraan manusia.

Pemahaman Tentang Pancasila

Pancasila pada dasarnya memang berakar dari kebudayaan asli Indonesia, yaitu sifat religius yang kuat dan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, maupun di dalam mengambil suatu keputusan/musyawarah untuk mufakat .

Pancasila juga berakar pada kebudayaan bersama masyarakat Indonesia dan tidak sekedar merefleksikan salah satu tiga lapisan budaya (lapisan budaya asli, Hindu, Budha, dan Islam). Secara keseluruhan dapat merangkul semua kelompok dan memberikan ruang kepada semua golongan dengan segala keanekaragamannya, selain itu juga dapat mempersatukan identitasnya masing-masing. Dalam Pancasila tidak ada istilah untuk mendiskriminasikan dari suatu kelomok dengan kelompk lain, atau mayoritas dengan minoritas. Semua menurut Pancasila adalah sama tidak ada perbedaan.29 Untuk lebih jelasnya lagi tentang pembahasan Pancasila adalah sebagai berikut: