• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE. Gambar 2 Peta perbatasan Indonesia Filipina di Sulawesi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODE. Gambar 2 Peta perbatasan Indonesia Filipina di Sulawesi Utara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

3 METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara. Lokasi yang dipilih untuk penelitian sangat menarik karena berbatasan langsung dengan negara Filipina. Waktu penelitian pengambilan data primer telah dilakukan pada bulan Mei dan Juni, karena keadaan cuaca dan laut di wilayah penelitian sangat menunjang untuk penelitian, sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan sejak penyusunan usulan penelitian hingga proses pengolahan data.

3.2 Rancangan Penelitian

Berpijak dari kerangka pemikiran bahwa pengelolaan pulau-pulau kecil terluar sangat strategis sehingga penelitan tentang perbatasan negara serta pengelolaan pulau kecil dikaitkan dengan kebijakan dan penegakan hukum, perlu diteliti dengan menganalisis potensi dan permasalahannya yang mencakup aspek sumberdaya alam, sosial, ekonomi, budaya, hukum dan kelembagaan termasuk pertahanan dan keamanan.

Hasil yang ditemukan dari penelitian yaitu konsep tentang pengelolaan pulau-pulau kecil di daerah perbatasan negara dan konsep peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang perbatasan negara.

Gambar 2 Peta perbatasan Indonesia – Filipina di Sulawesi Utara Sumber : Microsoft Encarta 2009

(2)

3.3 Tahapan Penelitian Analisis Data

Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai lokasi penelitian setelah memperhatikan aspek-aspek yang spesifik yaitu:

(1) Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Filipina.

(2) Dari sekitar 124 pulau yang terdiri atas tiga gugusan kepulauan, maka terdapat 11 pulau yang posisinya tercatat sebagai pulau-pulau terluar, baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni.

(3) Terdapatnya potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan seperti: perikanan laut, pertanian tanaman kelapa pala dan cengkih; pariwisata bahari, sehingga penanganan serta pemanfaatan pulau-pulau kecil terluar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, harus segera diimplementasikan.

(4) Perhatian pemerintah terhadap pulau-pulau kecil terluar harus lebih ditingkatkan, karena sangat rentan terjadinya permasalahan: perusakan lingkungan, pencurian ikan, pelintas batas, penyelundupan, dan perdagangan manusia, pertahanan keamanan.

(5) Kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar belum tersedia secara lengkap, sehingga penelitian ini dapat menghasilkan konsep formulasi hukum dan pelaksanaannya serta informasi terkait untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.

Berdasarkan kriteria di atas maka kegiatan penelitian telah dilakukan dengan tahap persiapan yang mencakup penetapan lokasi, penyusunan kuesioner, penentuan responden/key person untuk menjawab tujuan penelitian. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data yang meliputi: data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari responden/key person dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang mendalam/indept interview. Pengumpulan data dilakukan di tiga lokasi, yaitu: Jakarta, Provinsi Sulawesi Utara, dan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dan analisis, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan disertasi sebagai tahap akhir. Skematis disajikan pada Gambar dibawah ini:

(3)

Gambar 3 Diagram tahapan penelitian

Tahapan penelitian pengumpulan data sekunder menggunakan metode partipafory appraisal dalam bentuk field research. Menurut Babbie (1991), bahwa field research merupakan metode penelitian sosial yang menggunakan pengamatan langsung terhadap status subjek penelitian pada kondisi yang sebenarnya. Field research rnerupakan gabungan dari pengamatan partisipasi, pengamatan langsung dan studi kasus, dan secara umum adalah metode penelitian sosial yang bersifat kualitatif.

Teknik untuk melihat hubungan antar stakeholder dari berbagai lembaga yang dijadikan expert berdasarkan analisis AHP, menggunakan teknik dengan diagram Venn, yaitu merupakan teknik yang bermanfaat untuk melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di dalam lingkup penelitian. Diagram venn memfasilitasi diskusi untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berkaitan secara langsung maupun tak langsung terhadap permasalahan yang dihadapi, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat dan kelembagaan. Lembaga yang dikaji meliputi lembaga-lembaga

Persiapan penelitian Perumusan dan penyusunan proposal penelitian Pengumpulan data Penyusunan kuesioner Data Primer Data Sekunder Studi Pustaka an Provinsi Pusat Kabupaten Penulisan Disertasi Pengolahan dan validasi data Analisis Data

(4)

lokal, lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swasta termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan orang-orang yang berpengaruh. Diagram Venn bisa sangat umum atau topikal; mengenai orang atau lembaga-lembaga tertentu yang menjadi objek informasi (expert), dan kegiatannya berhubungan dengan kebijakan nasional, daerah dan hal-hal yang besifat khusus.

Gambar 4 Diagram Venn untuk hubungan stakeholder sumber: http://www.ci.neenah.wi.us

Untuk kebutuhan penelitian diperlukan data primer dan data sekunder. Data sekunder berupa data akurat (valid) dari instansi terkait dalam penelitian, berupa data dan informasi yang langsung diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dengan expert pejabat pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk masyarakat di lokasi penelitian. Data dan informasi diperlukan untuk memperoleh pemikiran key person dan responden sebagai bahan formulasi kebijakan rancangbangun hukum dan pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di daerah perbatasan negara. Secara rinci key person yang dipilih yang memiliki relevansi tugas dan fungsi secara langsung maupun tidak langsung ditetapkan sebagai responden penelitian adalah yang memiliki peran strategis tertera pada Tabel 1 berikut ini :

(5)

Tabel 1 Daftar ekspert dan instansi responden

No Expert Jabatan Fungsi

1 Kementerian Luar Negeri,

Kasubdit Perjanjian Politik, Keamanan dan Kewilayahan, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional

Penyelesaian Perbatasan 2 Kementerian Dalam

Negeri

Kasubdit Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Bina Bangda (Pembangunan Daerah)

Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah 3 Kementerian Kelautan

dan Perikanan

Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau Kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir & PPK 4 Kementerian Pekerjaan

Umum

Kasubdit Pembinaan Pemanfaatan dan Pengendalian Penataan Ruang Direktorat Penataan Ruang Wilayah II

Pembangunan Infrastruktur

5 TNI AL Kasi Hukum Lantamal VIII Manado Pertahanan

Keamanan Negara

6 DPR RI Anggota Dewan Penetapan Kebijakan

Nasional

7 DPRD SULUT Wakil Ketua DPRD Sulut Penetapan Kebijakan

Daerah

8 Pemerintah RI Diplomat / Ahli Hukum Laut Peran Internasional di PBB

9 Pemerintah Filipina Konsulat Jenderal (Konjen) Filipina, di Manado

Peran Internasional di PBB

10 Pemerintah Provinsi SULUT

Kabid Pengembangan Wilayah Bappeda Sulut

Pelaksanaan tugas pembantuan 11 Pemerintah Kabupaten

Kepulauan Sangihe

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pelaksanaan tugas pembantuan 12 Pemerintah Kabupaten

Kepulauan Talaud

Bupati Kepulauan Talaud Pelaksanaan tugas pembantuan

13 Akademisi Dosen UNSRAT/UNPATI Kajian Akademik

14 Investor Ketua HNSI Sulut Pengembangan

Investasi 15 Tokoh Masyarakat/Adat Ketua Pusat Kajian Komunitas Adat dan

Budaya Bahari Yayasan Marin-CRC Manado

Informasi Sejarah dan Adat Istiadat

Tahapan analisis data rancangan bangun hukum dan pelaksanaan pengelolaan pulau kecil terluar di perbatasan negara disajikan pada Gambar 3. Analis data dilakukan dengan analisis kondisi awal dan kebijakan yang telah dilakukan tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara dengan teknik field research / survey.

3.4 Metode Analisis

Sebagai bagian untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka dilakukan beberapa metode analisis yaitu :

(6)

3.4.1 Analytical hierarchy process (AHP)

Analisis kebijakan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode ini menstrukturkan masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. (Saaty 2003). Analisis kebijakan menggabungkan 5 (lima) prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan permasalah, yaitu perumusan masalah (definisi), peramalan (prediksi) rekomendasi (preskripsi), pemantauan, dan evaluasi (Dunn 2000). Perumusan masalah menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan system, Prosedur yang diwajibkan pada penggunaan metode AHP adalah:

(1) Perumusan tujuan (sasaran), kriteria dan alternatif yang merupakan unsur-unsur dari permasalahan yang dikaji,

(2) Penyusunan struktur hirarki,

(3) Penentuan prioritas bagi setiap kriteria dan alternatif dengan bantuan skala nilai yang memadai, nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif, dan

(4) Konsistensi logis dengan menggunakan kriteria nilai consistency ratio (CR).

AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relative dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metoda ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan.

Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, subkriteria-subkriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik dengan

(7)

skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen. Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni aij = 1/ aji

Issue / Goal

Define Criteria and Sub Criteria

Structure the criteria into a

Hierarchy

Weight the criteria using pairwise

comparisons

Check the consistency of the evaluation

Check the results and reiterate if necessary

DECISION / Alternative

Gambar 5 Langkah umum AHP (modifikasi) sumber : www.cdo.unimelb.edu\cdo

Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty (1993) seperti dalam tabel skala pendapat sebagai berikut:

Tabel 2 Skala pendapat (nilai dan definisi)

Nilai Definisi

1 Sama penting (equal)

3 Sedikit lebih penting (moderate) 5 Jelas lebih penting (strong) 7 Sangat jelas penting (very strong) 9 Mutlak lebih penting (extreme)

2, 4, 6, 8 Apabila ragu antara dua nilai yang berdekatan

1 / (1 – 9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9

(8)

Kepentingan relatif dari tiap faktor dari setiap baris dari matrik dapat dinyatakan sebagai bobot relatif yang dinormalkan (normalized relative)

Rasio Konsistensi AHP menurut Saaty bahwa di tentukan dengan menggunakan nilai eigen max, dalam indeks konsistensi dari matriks berordo N,

dengan rumus : CI = 1 -n n -Maximum

Dimana: CI = Indeks Konsistensi

max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

Nilai konsistensi dapat di cek melalui rasio konsistensi (CR) dengan menggunakan table dibawah ini :

CR =

RI CI

dimana CI = Indeks Konsistensui RI = Nilai random

Table 3 Nilai konsistensi random

Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Konsistensi

Random 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Pada akhirnya inkonsistensi yang merupakan bagian dari nilai konsistensi yang di hasilkan tidak dapat melebihi 10%, sehingga hasil yang dihasilkan dapat di katakan valid, jika nilai inkonsistensi di atas 10% maka kriteria dan rekomendasi keputusan yang dihasilkan harus di perbaharui kembali.

(9)

Tabel 4 Penetapan alternatif sasaran rancangbangun hukum

No SASARAN ALTERNATIF

1 Pilihan rancang bangun hukum

1.1 Perundang-undangan 1.1.1 Internasional 1.1.2 Nasional 1.1.3 regional 1.2 Kearifan lokal, adat /

tradisional 2 Pilihan pengelolaan

pulau-pulau kecil

2.1 Pola konservasi 2.2 Pola adat istiadat 2.3 Pola usaha 3 Pilihan target pengelolaan

sumberdaya

3.1 Pasar lokal / nasional 3.2 Swadaya masyarakat 3.3 Investasi

3.4. Swakelola 4 Pilihan kelembagaan 4. 1 Pola konservasi

4.2 Pola pemberdayaan 4.3 Pola kemitraan 5 Pilihan hukum 5.1 Kebijakan nasional

5.2 Kebijakan regional 5.3 Kebijakan sektoral

5.4 Adat kebiasaan/tradisional

3.4.2 Analisis SWOT

Analisa SWOT sebagai alat formulasi strategis, Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan pemerintah dalam bidang hukum. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis pemerintah (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 1997).

(10)

Gambar 6 Analisis SWOT

Kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah dalam menentukan strategi kebijakan pulau-pulau kecil terluar di wilayah perbatasan Negara, berdasarkan analisa SWOT, dapat mengambil keputusan penentuan Strategi Wilayah Negara di Zona Ekonomi Eksklusif, khususnya antara negara Indonesia dan Filipina.

(1) Kuadran pertama merupakan kondisi yang paling baik, dimana pemerintah memiliki banyak peluang dan kekuatan, dan strategi yang paling sesuai adalah Strategi Pertumbuhan (Growth Oriented Strategy) atau Strategi Agresif (Agresif Strategy)

(2) Kuadran kedua merupakan kondisi dimana pemerintah memiliki cukup kekuatan, akan tetapi kondisi lingkungan kurang menguntungkan karena banyaknya ancaman, sehingga strategi yang sesuai adalah Stragegi Divesifikasi (Diversification Strategy)

(3) Kuadran ketiga merupakan kondisi dimana pemerintah memiliki cukup peluang, akan tetapi tidak didukung kekuatan sehingga strategi yang digunakan adalah Strategi Mengubah Haluan (Turn Around Strategy) (4) Kuadran keempat merupakan kondisi yang paling tidak menguntungkan

dimana pemerintah memiliki banyak kelemahan dan ancaman sehingga strategi yang sesuai adalah Strategi Bertahan (Defense Strategy)

(11)

3.4.3 Analisis Diagnosa dan Terapi Hukum (Diagnosis and Therapy Analisys

of Law)

Permasalahan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil berpotensi terjadinya disharmoni hukum pengelolaan, dicerminkan oleh adanya faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Jumlah peraturan perundang-undangan yang begitu banyak yang berlaku untuk pengelolaan wilayah pesisir.

(2) Keberadaan hukum adat yang semakin termarjinalkan dalam pengelolaan wilayah pesisir.

(3) Pluralisme dalam penerapan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan wilayah pesisir.

(4) Perbedaan kepentingan dan perbedaan penafsiran dari para stakeholders sumber daya alam wilayah pesisir.

(5) Kesenjangan antara pemahaman teknis dan pemahaman hukum tentang pengelolaan pesisir.

(6) Kendala hukum yang dihadapi dalam penerapan peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas mekanisme pengaturan, administrasi pengaturan, antisipasi terhadap perubahan, dan penegakan hukum.

(7) Hambatan hukum yang dihadapi dalam penerapan peraturan perundang-undangan, yaitu yang berupa tumpang tindih kewenangan dan benturan kepentingan.

(8) Penerapan peraturan perundang-undangan dapat menimbulkan empat kemungkinan dampak terhadap stakeholders, yaitu: diffused cost - diffused benefit, diffused cost - concentrated benefit, concentrated cost - diffused benefit, dan concentrated cost - concentrated benefit.

Berdasarkan disharmonisasi hukum maka permasalahan hukum dilakukan dengan menggunakan analisis: Diagnosis and Therapy Analisys of Law (DTAL), secara kualitatif terhadap peraturan perundang-undangan nasional, regional dan adat (tradisonal) termasuk hukum internasional yang diratifikasi.

Permasalahan di pulau-pulau kecil dijabarkan sebagai penyakit pesisir, di diagnosa untuk mencari akar permasalahannya, kemudian dianalisis dengan

(12)

pendekatan sosio-yuridis, kemudian hasil yang diperoleh dilakukan terapi sebagai upaya penanggulangan dan mengharmonisaikan pemberlakuan peraturan.

Data hukum yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan DTAL melalui pendekatan-pendekatan, yaitu:

(1) Pendekatan historis (historical approach), (2) Pendekatan undang-undang (statue approach), (3) Pendekatan kasus (case approach),

(4) Pendekatan komparatif (comparative approach) dan (5) Pendekatan konseptual (conceptual approach).

Analisis Pendekatan hukum meliputi:

(1) Pendekatan historis, (historical approach), dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan mengenai isu yang dihadapi dan relevan dengan masa kini

(2) Pendekatan Undang-Undang (statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi bersangkut-paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dengan Pendekatan undang-undang akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara undang-undang dan UUD atau antara regulasi dan UU. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi

(3) Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi keputusan yang tetap apakah di pengadilan atau di luar pengadilan. Kasus ini baik yang terjadi di Indonesia atau di negara lain. Di dalam pendekatan kasus, beberapa kasus ditelaah untuk referensi bagi suatu isu hukum. Studi kasus (case study) merupakan yang terjadi dari berbagai aspek hukum seperti hukum internasional, hukum pidana, hukum perdata, hukum administrasi, hukum lingkungan dan hukum tata negara

(4) Pendekatan komparatif, (comparative approach), dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu negara dengan undang-undang negara lain. Disamping undang-undang yang dapat diperbandingkan adalah putusan

(13)

pengadilan dan perjanjian-perjanjian negara bertetangga. Kegunaan pendekatan ini adalah untuk memperoleh persamaan dan perbedaan di antara undang-undang tersebut

(5) Pendekatan konseptual, (conceptual approach), dilakukan beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan dan doktrin, maka peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi. (Marzuki 2005).

Mekanisme dalam mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan dengan pendekatan historis, undang-undang, kasus, komparatif dan konseptual maka pertama-tama perlu diperjelas apa yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yang dikenal dalam cabang ilmu hukum yang bernama “Hukum Tata Pengaturan” (Regelingsrecht; Regelungsrecht), di luar “peraturan perundang-undangan” (wettelijke regels), ada lagi jenis peraturan lain yang disebut “peraturan kebijakan” (beleidsregels; pseudo wetgeving). Peraturan perundang-undangan adalah suatu keputusan dari suatu lembaga negara atau lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan atribusian dan delegasian. Atribusi kewenangan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ialah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundangan-undang oleh Undang-Undang Dasar atau Undang-Undang-Undang-Undang kepada lembaga negara/pemerintah. Kewenangan tersebut melekat terus-menerus dan dapat dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap waktu diperlukan, sesuai dengan batas-batas yang diberikan.

Menurut Maria F. Indrati Soeprapto, berbeda halnya dengan peraturan perundang-undangan, pada peraturan kebijakan tidak mudah diurutkan secara hierarkis. Hal ini karena jenis peraturan kebijakan itu selain menyangkut lembaga pemerintah yang sangat banyak, juga sifat peraturannya bermacam-macam.

(14)

Gambar 7 Penyusunan hirarki

RANCANGBANGUN HUKUM DALAM PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL

TERLUAR SUMBER DAYA ALAM HUKUM & KELEMBAGAAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA

KONSERVASI STAKEHOLDERS TATA KELOLA

KELEMBAGAAN PENEGAKAN HUKUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA TERPADU PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENETAPAN BATAS NEGARA PENGAKUAN KEARIFAN LOKAL COASTAL PROBLEMATIC PENDANAAN COMMUNITY BASED MANAGEMENT FOKUS TINDAKAN TUJUAN KEBIJAKAN

(15)

Gambar 8 Bagan alir analisis rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

ANALISIS

ISI

KEPUTUSAN

Pendekatan kasus (case approach)

Keputusan pengadilan dan adat

Penegakan hukum Pendekatan komparatif (comparative approach) Perbandingan Sistem Hukum Perjanjian Internasional & ratifikasi

Model Kebijakan Pembangunan & harmonisasi hukum Pendekatan konseptual (conceptual approach) Perkembangan hukum Penemuan hukum Pendekatan Historis (historical approach) Lintasan sejarah pemanfaatan pulau-pulau kecil Dokumen penunjang pengelolaan Pendekatan undang-undang (statue approach)

Telaah hukum dan pelaksanaannya

Gambar

Gambar 2 Peta perbatasan Indonesia – Filipina di Sulawesi Utara
Gambar 3 Diagram tahapan penelitian
Gambar 4 Diagram Venn untuk hubungan stakeholder  sumber: http://www.ci.neenah.wi.us
Tabel 1 Daftar ekspert dan instansi responden
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal, dilakukan analisis terhadap kondisi awal siswa kedua kelas eksperimen. Analisis ini berdasarkan nilai pretest sebelum dilakukan treatment. Analisis

Berdasarkan kesimpulan tersebut, jika kondisi taman sesuai dengan kriteria desain fungsional atau memiliki nilai KPI=1, dilakukan implementasi pengelolaan berlanjut pada

Pada tahapan struktur hutan kota juga dilakukan penilaian kualitas fisik pohon (kondisi pohon) yang dilakukan dengan skoring/nilai dan deskriptif. Pengamatan ini dibatasi

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dikaitkan dengan tujuan penelitian adalah : analisis LQ dan SSA untuk mengetahui kondisi dan potensi daya saing

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan pertama-tama dilakukan analisis rasio dimensi utama kapal kemudian perhitungan luas area dan volume yang dilakukan

bahwa dalam rangka menjaga keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, perlu dilakukan pengelolaan pulau-pulau kecil

Analisis sebaran nilai TS ikan pelagis secara horizontal dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata TS setiap leg sepanjang transek akustik, sedangkan

Kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku Utara dalam penataan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat terlaksana dengan baik jika masyarakat/para