• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pemuliaan Ternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Pemuliaan Ternak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN TERNAK ILMU PEMULIAAN TERNAK

Disusun oleh : Disusun oleh :  Nama  Nama NPMNPM Kelompok 6 Kelompok 6 Kelas B Kelas B FAKULTAS PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG SUMEDANG 2018 2018 1

1 Indra Indra WijayaWijaya 200110160176200110160176 2

2 Muhamad Musa As’ariMuhamad Musa As’ari 200110160168200110160168 3 3 4 4 5 5 6 6

(2)

2

(3)
(4)

4

(5)

I

PENDAHULUAN

Ilmu pemuliaan merupakan penerapan ilmu biologi, terutama genetika, dalam bidang peternakan untuk memperbaiki produksi atau kualitas ternak. Secara umum, ilmu ini berusaha menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip genetika (dengan bantuan cabang-cabang biologi lain) dalam kegiatan pemuliaan.

Kemampuan genetik ternak, dapat juga disebut kemampuan bereproduksi dan berproduksi, tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditaksir. Prinsip dasar pemuliaan ternak mengajarkan bahwa kemampuan genetik di wariskan dari tetua ke anak, secara acak. Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat dilakukan melalui  perbaikan lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan. Peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan  perkawinan silang (persilangan) dan program seleksi. Seleksi dan persilangan

merupakan dua metode yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara pengaruh faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan dan faktor keberuntungan. Dua tugas atau peran utama pemuliaan ternak di bidang genetika adalah untuk mengetahui kemampuan genetik ternak dengan menggunakan catatan produksi. Kedua, meningkatkan potensi efisiensi gunakan seleksi dan sistem perkawinan. Peran tersebut tidak akan dapat berjalan sendirinya tanpa di dahului atau secara bersamaan usaha perbaikan faktor lingkungan di tempat ternak dipelihara

(6)

6

II

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ilmu pemuliaan ternak analisis deskripsi populasi adalah: a. Untuk mengetahui deskripsi mengenai populasi dasar suatu ternak.

 b. Untuk mengidentifikasi serta menganalisis secara deskriptif terhadap  populasi dasar dari ternak.

c. Untuk menghitung nilai parameter n, minimum, maksimum, ragam sampel, rata-rata, StDev, Peragam, Korelasi dan Koefisien Regresi.

(7)

III

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Populasi dasar merupakan populasi yang secara umum belum dilakukan intervensi atau spesies yang terkandung di dalamnya. Dalam pemuliaan, populasi dasar perlu dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis statistik. Analisis deskriptif terhadap populasi meliputi ukuran tendensi pusat ata u ukuran pemusatan, merupakan gambaran populasi yang ada dalam populasi diduga menyabar secara normal. Dalam ukuran terdensi pusat digunakan untuk menghitung mean, median dan modus. Selain itu keragaman dalam populasi dasar digunakan dengan cara:

1) Ragam

2) Simpangan baku atau standar deviasi.

3) Koefisien keragaman atau koefisien variasi (kv).

Pemuliaan (breeding ) merupakan kegiatan manusia dalam memelihara dan menghasilkan keturunantumbuhan atau hewan sambil memperbaiki produksi atau kualitasnya.Pemuliaan modern menerapkan banyak prinsip genetika dalam kegiatannya. Kegiatan memelihara dan menghasilkan keturunan tanpa disertai dengan usaha memperbaiki populasi dikenal sebagai penangkaran.Pemuliaan biasa dikelompokkan berdasarkan organisme targetnya, seperti pemuliaan tanaman atau  pemuliaan ternak.

Kegiatan pemuliaan pada awalnya lebih merupakan keterampilan (art ). Baru dalam abad ke-20 ia sangat dibantu oleh penguasaan ilmu pengetahuan. Meskipun sangat dipengaruhi oleh penguasaan ilmu, dalam praktek ia mengandal kan pula ketajaman seorang pemulia dalam menyeleksi material yang akan diperbanyak lebih lanjut. Orang telah melakukan pemuliaan sej ak ribuan tahun lalu, misalnya :

1) seleksi dan konservasi jagung oleh orang Indian di Meksiko dari teosinte, 2)  pembiakan ulat sutera di daratan Tiongkok yang menghasilkan serat sutera

yang panjang,

(8)

8

4)  persilangan kuda dengan keledai yang menghasilkan bagal, atau 5)  persilangan itik dengan itik manila (mentok) yang menghasilkan.

Kegiatan-kegiatan itu sepenuhnya berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan intuisi, tanpa banyak didasari oleh ilmu pengetahuan. Abad ke-19 menjadi tahap "pematangan" bagi ilmu pemuliaan, terutama melalui studi-studi dari  Karl Pearson di bidang  biostatistika, Charles Darwin di bidang biologi eksperimen, J.W.Shull di bidang pemuliaan terapan, dan Gregor Mendel yang melahirkan  prinsip genetika. Pertentangan sengit yang terjadi di awal abad ke-20 antara kelompok pro-biostatistika dan pro-Mendel malah menjadi titik awal dari ilmu  pemuliaan karena terbitnya naskah dari Ronald Fisher  pada tahun 1918 yang "mendamaikan" kedua kubu dan meletakkan dasar ilmiah yang kokoh bagi ilmu ini. Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan Di samping dengan melihat macam dan jumlah genotipenya, susunan genetik suatu  populasi dapat juga dideskripsi atas dasar keberadaan gennya. Hal ini karena  populasi dalam arti genetika, seperti telah dikatakan di atas, bukan sekedar kumpulan individu, melainkan kumpulan individu yang dapat melangsungkan  perkawinan sehingga terjadi transmisi gen dari generasi ke generasi. Dalam proses

transmisi ini, genotipe tetua (parental) akan dibongkar dan dirakit kembali menjadi genotipe keturunannya melalui segregasi dan rekombinasi gen-gen yang dibawa oleh tiap gamet yang terbentuk, sementara gen-gen itu sendiri akan mengalami kesinambungan (kontinyuitas). Dengan demikian, deskripsi susunan genetik  populasi dilihat dari gen-gen yang terdapat di dalamnya sebenarnya justru lebih  bermakna bila dibandingkan dengan tinjauan dari genotipenya.

Populasi dapat dibagi menjadi dua, yakni populasi alamiah dan buatan. Populasi alamiah merupakan sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati wilayah tertentu karena alasan alamiah, yakni kepentingsn spesies bagi kehidupan secara sosial, kondisi geografis mendukung kecukupsn nutrisi dan mineral alam serta aktivitas reproduksi dan daya dukung wilayah bagi  perkembangan spesies. Populasi buatan merupakan populasi yang sengaja dibuat

(9)

manusia dengan perlakuan dan lingkungan yang ditentukan untuk kepentingan tertentu pula, misalnya bisnis atau konservasi.

Populasi dasar merupakan populasi yang secara umum belum dilakukan intervensi atas spesies yang terkandung di dalamnya. Dalam pemuliaan, populasi dasar perlu dianalisis secsrs deskriptif menggunakan analisis statistic. Tujuan  penggunaan statistika dapat dibagi menjadi dua pokok mengingkat data menjadi hanya beberapa parameter sederhana dan menilai pentingnya peranan parameter tersebut. Analisis deskriptif terhadap populasi meliputi :

1) Ukuran tendensi pusat atau ukuran pemusatan, merupakan gambarann  populasi

2) Ukuran penyebaran untuk menggambarkan keragaman atau variasi tiap individu terhadap tendensi pusatnya.

Dalam garis besarnya analisis statistik perlu dilakukan karena asalan sebagai  berikut :

1) Adanya variasi atau perbedaan di antara populasi dan sample yang dipelajari.

2) Data yang dibutuhkan atau yang ada tidak sempurna

3) Tak mungkin dan tak efisien untuk mengumpulkan data dalam juml ah besar dengan harapan dapat menarik kesimpulan bebas dari kesalahan.

4) Statistik merupakan cara yang rasional dan cocok untuk membuat kesimpulan-kesimpulan secara deduktif.

Adapaun Rumus Analisis Korelasi yaitu: Model statistik : Y = α + Βx Menghitung komponen : X rata-rata n  X  

(10)

10 Y rata-rata n Y 

  n  X    X    x 2 2 2 ( )

 jumlah x kuadrat = jumlah X kuadrat –  X rata-rata kuadrat

  n Y  Y   y 2 2 2 ( )

 jumlah y kuadrat = jumlah Y kuadrat –  Y rata-rata kuadrat

 

  n Y   X   XY   xy

 jumlah xy = jumlah XY –  XY rata-rata

Ragam X (σx2) = 1 ) ( 2 2  

n n  X   X  Ragam Y (σy2) = 1 ) ( 2 2  

n n Y  Y 

Peragam XY (Cov XY) =

1  

 

n n Y   X   XY  Koefisien Korelasi (r) ) ( ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2  x y  xy  xy Cov n Y  Y  n  X   X  n Y   X   XY  r            

 

(11)

Untuk mengetahui korelasi tersebut nyata atau tidak nyata uji statistik adalah sebagai berikut (Gaspersz, 1991):

t hit = ) 1 ( 2 2  xy  xy r  n r 

t tabel dengan derajat bebas (db = n-2)

Bila hasil analisis t-hitung lebih besar dari t-tabel 0,05 atau 0,01 masing-masing menyatakan nyata atau sangat respon linearnya berpengaruh antara nilai X terhadap nilai Y. Sedangkan bila t-hitung lebih kecil dari tabel baik 0,05 atau 0,01 masing-masing menyatakan tidak nyata atau sangat tidak nyata respon linearnya  berpengaruh antara nilai X terhadap nilai Y. Biasanya bila t-hitung lebih kecil dari

t-tabel 0,05 atau 0,01, cukup dinyatakan tidak nyata respon linearnya berpengaruh antara nilai X terhadap Y.

Dalam pembalasan untuk menetukan besarnya dugaan nilai korelasi (r), dapat menggunakan asumsi r x 100%. Sehingga dapat menginterpretasikan sekian  persen didalam rata-rata X yang dihitung nyata/nyata ditentukan oleh peubah Y.

Hubungan antara dua sifat terjadi karena adanya gen pleiotraphi, yaitu satu gen mengawasi dua macam sifat atau lebih, atau sifat yang satu bersosialisasi dengan sifat yang lainnya yang berkorelasi. Hubungan dua sifat di atas dinyatakan dalam korelasi baik korelasi penotipik maupun genetik.

Korelasi penotipik adalah hubungan dua varable yang disebabkan oleh faktor  phenotipe, sedangkan korelasi genetik adalah hubungan dua variable yang banyak

dipengaruhi oleh faktor genetik. Keeratan korelasi disebut kofesien korelasi, nilainya dari -1 sampai dengan +1, bila kofesien korelasi bernilai +1 berarti bahwa kedua sifat memiliki hubungan yang sangat erat dan positif adalah bila dilakukan seleksi terhadap satu sifat akan meningkatkan juga sifat lain yang berkorelasi tersebut, dan berlaku sebaliknya bagi yang nilainya negatif. Bila koefisien korelasi seleksi 0, maka kedua sifat tidak berkorelasi, korelasi dikatakan tinggi bila koefisien

(12)

12

korelasinya antara 0,5 sampai 1, sedangkan koefesien korelasi yang rendah adalah 0,1 sampai 0,25 dan nilai korelasi sedang antara 0,25 sampai 0,5.

Korelasi fenotipik dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang biasanya disebut Korelasi lingkungan dan genetik.Korelasi genetik adalah korelasi dari pengaruh Genetik aditif, atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu, korelasi lingkungan. Termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik yang bukan aditif.Korelasi fenotipik (korelasi total) sering tidak menunjukkan keadaaqn genetik dasar yang sesungguhnya atau sebagian korelasi palsu.

(13)

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengukuran 10 Ekor Ternak.

 No Tinggi Pundak (cm) (x) Lingkar Dada (cm) (y)

( − ̅)( − ) ( − ̅)

( − )

1 202,5 318 99 36 272.25 2 193,5 292,5 27 9 81 3 198 304,5 4.5 2.25 9 4 196,5 300 0 0 2.25 5 195 307,5 -9 2.25 36 6 193,5 291 31.5 9 110.25 7 187,5 292,5 81 81 81 8 195 291 15.75 2.25 110.25 9 202,5 310,5 54 36 81 10 201 307,5 27 20.25 36 Jumlah 1965 3015 303.75 198 819

(14)

14

̅

196,5 301,5 33.075 19.8 81.9 Table 2. JUDUL Parameter x y  N 10 10 Minimum 187,5 291 Maksimum 202,5 318 Ragam sampel 22 91 Rata-rata 145 215 StDev 4,69 9,54 Peragam 33,75 Korelasi 0,75 Koefisien regresi (b) 2,39 3,16 4.2. Pembahasan

Tabel 1 merupakan hasil pengukuran lingkar dada (x) dan tinggi pundak (y) dari 10 ekor ternak yang telah diambil sebagai sampel dalam populasi. Hasil  pengukuran tersebut kemudian diolah dan dimasukan dalam tabel 1 untuk analisis

statistika denngan pengerjaan sebagai berikut : a. Jumlah data (n)

Jumlah ternak yang diambil sebagai sampel dalam populasi ada 10 ekor, maka jumlah data yang akan dianalisis berjumlah 10 (n=10).

(15)

 Nilai minimum merupakan nilai yang didapatkan dari nilai paling kecil diantara semua data yang dianalisis, untuk lingkar dada nilai minimumnya adalah 187,5cm

(  187,5)

, sedangkan tinggi pundak adalah 291 cm

(  291)

.

c.  Nilai maksimum

 Nilai maksimum merupakan nilai yang didapatkan dari nilai yang paling  besar diantara semua data yang dianalisis dalam table 1, untuk lingkar dada nilai maksimumnya adalah 202,5 cm

(  202,5)

, sedangkan tinggi pundak adalah 318 cm (

  318)

.

d. Rata-rata

Rata-rata dari data pengukuran tersebut menunjukkan nilai yang berbeda.  Nilai rata-rata dari lingkar dada adalah 196,5 cm (

  196,5

), sedangkan tinggi  pundak adalah 301,5 cm (

  301,5)

. Cara untuk mendapatkan nilai rata-rata yaitu

seperti berikut.  Lingkar dada

̅   

=

̅  1965

10   196,5

 Tinggi pundak

  

=

  3015

10   301,5

e. Ragam sampel

Ragam sampel yang didapatkan dari hasil perhitungan dari data adalah 22 untuk lingkar dada; sedangkan 91 untuk tinggi pundak. Tahap perhitungannya yaitu seperti berikut :

 Lingkar dada

  ∑(

 − ̅)

(16)

16

 Tinggi pundak

  ∑(

 − )

 − 1 

  819

10 − 1  91

f. Standar deviasi

Standar deviasi yang didapatkan dari data dan hasil perhitungan untuk lingkar dada adalah 4,69; sedangkan untuk tinggi pundak 9,54. Tahap  perhitungannya yaitu seperti berikut :

 Lingkar dada

   

  √ 22  4,69

 Tinggi pundak

   

  √ 91  9,54

g. Peragam

Peragam di antara kedua data yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah 36,75, dengan perhitungan sebagai berikut :

(,)  ( − ̅)( − )

 − 1

(,)  303.75

10 − 1  33,75

h. Korelasi

Korelasi di antara kedua data yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah 0,75 dengan perhitungan sebagai berikut :

  (,)

 × 

    33,75

4,69 ×9,54  0,75

i. Koefisien regresi

Koefisien regresi yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah 2,39 untuk lingkar dada; sedangkan 3,16 untuk tinggi pundak. Tahap perhitungannya yaitu sebagai berikut.

(17)

 Lingkar dada

  (,)



 196,5

4,69  2.39

 Tinggi pundak

(18)

18

V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

(19)

Gambar

Tabel 1. Data Pengukuran 10 Ekor Ternak.
Tabel 1 merupakan hasil pengukuran lingkar dada (x) dan tinggi pundak (y) dari  10  ekor  ternak  yang  telah  diambil  sebagai  sampel  dalam  populasi

Referensi

Dokumen terkait

Pemuliaan atau perbaikan mutu tanaman adalah salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mempertinggi keragaman genetik dan meningkatkan kandungan senyawa aktif

Untuk meningkatkan populasi, produktivitas, dan reproduksi sapi pesisir perlu dilakukan perbaikan kualitas genetik ternak melalui seleksi, persilangan dengan bangsa

Masalah utama yang dihadapi oleh para pakar pemuliaan sapi potong di Indonesia adalah ketidak- mampuan menguasai ternak dalam jumlah yang cu kup untuk penelitian pemuliaan

Metode yang dilakukan dalam responsi produksi ternak babi dan kuda adalah mencari data berupa jumlah populasi ternak babi di Indonesia dan dunia, jumlah

Pada dua macam sistem pemuliaan inti terbuka tersebut dapat diamati terdapat aliran materi genetik dari luar, yaitu dari kelompok ternak pedesaan atau kelompok ternak pra-inti

Perbandingan penerapan program breeding ternak ruminansia dalam peningkatan kualitas genetik ternak di Indonesia dan

Nilai pemuliaan adalah lebih banyak berperan dalam total nilai genetik pada sifat panjang badan dibandingkan dengan nilai deviasi dominan.Nilai pemuliaan lebih berperan

Dasar Pemuliaan Ternak 9 Hasil persilangan antara generasi F1 maka untuk mendapatkan F2 didapatkan hasil sebagai berikut : Kira-kira 9/16 hitam wajah putih Kira-kira 3/16 hitam wajah