KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM GAMBARAN KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI PERSALINA
MENGHADAPI PERSALINAN DI N DI WILAYAH KERJAWILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG TAHUN 2013 PUSKESMAS TANJUNG KARANG TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Ilmiah Disajikan Untuk Ujian Akhir Disajikan Untuk Ujian Akhir
Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Stikes Yarsi Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Stikes Yarsi
Oleh Oleh Nama
Nama : Ni : Ni Nengah Nengah Krisna Krisna MaitrayaniMaitrayani Nim
Nim : : 028 028 SYE SYE BID BID 1010
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMMATARAM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN MATARAM
MATARAM 2013 2013
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM GAMBARAN KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI PERSALINA
MENGHADAPI PERSALINAN DI N DI WILAYAH KERJAWILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG TAHUN 2013 PUSKESMAS TANJUNG KARANG TAHUN 2013
Oleh Oleh Nama
Nama : Ni : Ni Nengah Nengah Krisna Krisna MaitrayaniMaitrayani Nim
Nim : : 028 028 SYE SYE BID BID 1010
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMMATARAM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN MATARAM
MATARAM 2013 2013
MOTTO MOTTO
Jadi diri sendiri, mencari jati diri untuk hidup mandiri Jadi diri sendiri, mencari jati diri untuk hidup mandiri
Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar
Sesekali melihat kebelakang untuk melanjutkan yang tertunda Sesekali melihat kebelakang untuk melanjutkan yang tertunda
PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk
Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan wara nugrahanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan wara nugrahanya Ibuku (Ni Ketut Niarsi, S.Pd) dan Bapakku (I Wayan Subrata, S.Pd), yang selalu Ibuku (Ni Ketut Niarsi, S.Pd) dan Bapakku (I Wayan Subrata, S.Pd), yang selalu
membimbingku dengan penuh kesabaran membimbingku dengan penuh kesabaran
Kakakku satu-satunya (I Wayan Adi Saptana, S.Kom), yang selalu memberikan Kakakku satu-satunya (I Wayan Adi Saptana, S.Kom), yang selalu memberikan
dukungan dukungan
Dosen Pembimbing dan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pembimbing dan Penguji Karya Tulis Ilmiah (Zainal Arifin, Ns.S.Kep.(Zainal Arifin, Ns.S.Kep. Sp.MB, Ns. Badarudin.MM dan Nurul Fatmawati, S,ST)
Sp.MB, Ns. Badarudin.MM dan Nurul Fatmawati, S,ST) yang dengan sabaryang dengan sabar membimbing tahap demi tahap pembuatan karya tulis ilmiah ini.
membimbing tahap demi tahap pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman kebidanan angkatan 2010 Sahabat-sahabatku dan teman-teman kebidanan angkatan 2010
Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Terimaksaih atas doa, semangat dan dukungannya sehingga Karya Tulis Ilmiah Terimaksaih atas doa, semangat dan dukungannya sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan. ini dapat terselesaikan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2013
Ni Nengah Krisna Maitrayani (028 SYE BID 10)
Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013.
xv + 74 Halaman + 11 Tabel + 4 Gambar ABSTRAK
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang tahun 2013, obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 ibu hamil trimester III sebagai responden.
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pendekatan survey, yaitu variabel pada obyek penelitian di ukur secara simultan dalam waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini menggunakan data primer yang berupa data kecemasan dengan tehnik wawancara dengan alat ukur kecemasan
HAR-S sedangkan data skunder berupa gambaran umum tempat penelitian.
Hasil penelitian tentang tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di puskesmas Tanjung Karang terdapat ibu yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 2 orang (6,25%), sedang sebanyak 14 orang (43,75%), kecemasan ringan sebanyak 6 orang (18,75%), dan tidak mengalami kecemasan sebanyak 10 orang (31,25%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan di dapatkan kecemasan tingkat sedang yaitu sebanyak 14 orang (43,75%).Saran yaitu bagi para ibu hamil diharapkan secara rutin memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pengetahuan umum ibu hamil serta bagi tenaga kesehatan untuk mampu memberikan KIE yang baik serta melibatkan anggota keluarga terutama suami.
Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Persalinan Daftar Pustaka : 21 (2005-2012).
Yarsi School of Health
Diploma III Midwifery Study Program Scientific Paper, Agust 2013
Ni Nengah Krisna Maitrayani (028 SYE BID 10)
Description Of Anxiety Level Of Primigravida Woman Dealing Iin Health Delivery of Tanjung Karang 2013.
vii + 69 Page + 11Table
ABSTRACT
Anxiety is a concern that is not clear and the spread, which is associated with feelings of uncertainty and helplessness. This study aims to identify the level of anxiety in the face of labor primigravida at Puskesmas Tanjung Karang in 2013, an object used in this study were 32 third trimester pregnant women as respondents.
The study design used descriptive survey method approach, which is variable in research object simultaneously measured at the same time. In this study, using primary data is data with interview techniques with anxiety measure anxiety HAR-S while the secondary data in the form of an overview of the research site.
The results of the level of anxiety in the face of labor primigravida at Tanjung Karang clinic are women who experience severe anxiety level by 2 people (6.25%), while as many as 14 people (43.75%), mild anxiety as many as 6 people (18, 75%), and did not experience anxiety as many as 10 people (31.25%).
Based on the results of this study concluded that the level of maternal anxiety in the face of labor in primigravida get moderate level of anxiety that is equal to many as 14 people (43.75%). Advice is for pregnant women are routinely expected checkups with a healthcare provider to get a general knowledge of pregnant women as well as for health workers KIE to be able to provide a good
and involving family members, especially her husband. Keywords: The level worries, Labor
RIWAYAT HIDUP
Ni Nengah Krisna Maitrayani, lahir di Mataram Nusa Tenggara Barat tahun 1992. Pendidikan yang telah ditempuh dari Sekolah Dasar (SD) yaitu di SDN 1 Anyar Bayan Kabupaten Lombok Utara tahun 1998-2004 , SMP di SMP 1 Kuta Selatan Jimbaran Bali hingga tahun 2005 kemudian pindah ke SMP 1 Bayan dan menamatkan Sekolah Menengah Pertama Pada Tahun 2007, melanjutkan di SMAN 1 Bayan dari tahun 2007-2010, dan kini sedang menenmpuh Diploma (D3) jurusan kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam (STIKES YARSI) Mataram. Pernah mengikuti olimpiade biologi tingkat kecamatan pada saat kelas 5 SD dan mendapatkan peringkat pertama dan pernah mengikuti olympiade Teknologi, informasi dan telekomuniasi pada saat kelas 2 SMA dan mendapatkan peringkat 2 Cita-cita ingin menjadi bidan yang mengabdi pada masyarakat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“
Gambaran kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013” dapat terselesaikan.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) pada Program Studi DIII Kebidanan STIKES Yarsi MataramBersama dengan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Ns. Agus Supinganto, S.Kep. M.Kes selaku Ketua STIKES YARSI Mataram yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Kebidanan.
2. Irni Setyawati, M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES YARSI Mataram .
3. Ns. Badarudin, S.Kep. MM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini ini.
4. Nurul Fatmawati, S.ST, selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan yang sangat berguna bagi penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
5. Semua Staf Pengajar dan Tata Usaha STIKES YARSI Mataram yang telah banyak membantu dan memudahkan segala fasilitas sehingga proposal ini
dapat terselesaikan.
6. Orang tua dan saudara saya, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKes YARSI Mataram.
Semoga Tuhan membalas kemurahan hati dan budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik dan saran
dalam menyelesaikan Proposal ini.
Mataram, Agustus 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
PENGESAHAN PENGUJI ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
ABSTRAK ... vi
RIWAYAT HIDUP ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan ... 6
2.1.1 Pengertian Kecemasan ... 6
2.1.2 Faktor Penyebab... 7
2.1.3 Gejala Klinis Cemas ... 8
2.1.4 Tingkat Kecemasan ... 9
2.2 Primigravida ... 16
2.2.1 Definisi ... 16
2.2.2 Kehamilan ... 16
2.3 Persalinan ... 21
2.3.1 Fisiologi Persalinan Normal ... 21
2.3.2 Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi ... 22
2.3.3 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan ... 22
2.3.4 Tanda-Tanda Inpartu ... 23
2.3.5 Tahap Persalinan ... 23
2.5 Kecemasan dalam Persalinan ... 31
2.4.1 Faktor-Faktor Kecemasan ... 31
2.5 Hasil Penelitian yang Berkaitan ... 38
BAB 3 KRANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 42
4.2 Kerangka Kerja ... 42
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Sampling ... 43
4.4 Tempat danWaktu Penelitian ... 45
4.5 Definisi Operasional ... 46
4.6 Instrumen Penelitian ... 49
4.7 Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 51
4.8 Analisa Data ... 53
4.9 Etika Penelitian ... 53
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 55
5.2 Hasil Penelitian ... 58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 68 6.2 Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lamanya persalinan ... 29
Tabel 4.1 Identifikasi variabel ... 49
Tabel 4.2 Lembar kode ... 56
Tabel 5.1 Data Ketenagakerjaan ... 62
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013... 63
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013... 64
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013... 64
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kunjungan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013... 65
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan sosial di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013... 65
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang bulan Juli tahun 2013... 66
LAMPIRAN
1. Lembar konsultasi
2. Surat permohonan pengambilan data 3. Surat permohonan sebagai responden 4. Chek list
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan atau ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart ,2006). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar (Asuhan persalinan normal, 2007). Takut melahirkan pada wanita nulipara paling sering terjadi antara perempuan dengan sumber daya sosial dan psikologis sedikit. Frekuensi takut melahirkan adalah sama pada akhir kehamilan seperti di awal kehamilan (2008 The Authors Journal compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology). Berbagai faktor penyebab kecemasan pada ibu hamil antara lain: 1) Umur, wanita yang muda cenderung beresiko mengalami peningkatan disstres emosional sedangkan wanita yang lebih dewasa lebih memiliki persepsi yang positif; 2) Pendidikan,wanita yang memiliki pendidikan tinggi mampu menghadapi kehamilannya secara objektif dan rasional; 3)
Pekerjaan, Ibu yang bekerja lebih aktif mempunyai emosi yang lebih stabil dibandingkan ibu yang tidak bekerja dan ibu yang bekerja lebih tahan terhadap penderitaan atau rasa sakit ketika melahirkan bayinya; 4)Asuhan kebidanan antenatal memberikan kesempatan kepada ibu untuk lebih mengenal bayinya sebelum lahir dapat membantu meminimalkan disstres. Kurangnya Pengetahuan ibu mengenai manfaat kunjungan antenatal dapat mengakibatkan kecemasan saat persalinan. Ada berbagai penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya antara lain karena pendidikan yang masih rendah serta kepercayaan penduduk yang salah namun tetap diyakini sebagai suatu kebenaran (Kartono,2005)
Kecemasan dalam menghadapi persalinan sering kali disebabkan oleh perasaan takut mati dikarenakan peristiwa persalinan seringkali disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat, selain itu pula terdapat kekhawatiran ibu terhadap yang akan terjadi pada bayi yang dilahirkan seperti kemungkinan cacat serta kenyakinan akan dirinya sendiri atas kemampuannya untuk menjaga dan merawat bayinya dikemudian hari (Kartono, 2005).
Dampak ibu yang mengalami kecemasan dalam kehamilannya akan berpengaruh dalam proses pengeluaran bayi (kelahiran) atau pun sangat berpengaruh pada perawatan bayi, dikarenakan ibu yang mengalami kecemasan selama kehamilan cenderung beresiko mengalami post partum blues pada masa pasca persalinan. Banyak orang yang menyebutkan ada beberapa faktor penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi
yang diantaranya adalah kondisi psikis/kejiwaan wanita yang bersangkutan (Kartono 2005). Depresi masa
nifas
merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan
tampak dalam minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post
partum sekitar 10-15 persen. Post partum blues
disebut
juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan
hal
yang
serius,
sehingga
ibu
memerlukan dukungan dan
banyak istirahat. Gejala post partum tersebut seringkali terjasi akibat
perubahan perasaan saat hail (kecemasan), perubahan fisi dan
emosional
(Ambarwati, 2008).Dalam sebuah studi dari 280 wanita primigravida di USA pada trimester ke tiga ditemukan 193 (68,9%) wanita memiliki ketakutan yang sangat kuat terhadap proses persalinan sedangkan Swedia dari 162 wanita terdapat 97 (59,8%) wanita yang ditemukan mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan. (2008 The Authors Journal compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology). Di Indonesia terdapat 373.000.000 orang hamil, yang mengalami kecemasan dalam mengahadapi persalinan ada sebanyak 58,7 % (Depkes RI 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larasati dan Wibowo dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR pada tahun 2008 didapatkan hasil responden yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan sebanyak 32 responden (57,14%), yang mengalami
kecemasan ringan sebanyak 18 responden (32,14%) dan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 6 responden (10,72%).
Wanita hamil memiliki banyak masalah kesehatan mental. Masalah yang paling umum di kalangan wanita adalah takut melahirkan, baik sebelum dan sesudah kehamilan dan melahirkan. Hal ini harus dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan.Beberapa yang harus diperhatikan antara lain 1) Memberikan perhatian khusus dengan cara anamnesis kejiwaan pada setiap wanita hamil 2) dukungan mental dari keluarga dan orang terdekat dengan mendampingi ibu saat pemeriksaan kehamilan ataupun saat persalinan 3) pemeriksaan kehamilan yang teratur. 4) serta upaya untuk menciptakan hubungan atau komunikasi yang dapat membuat ibu merasa nyaman serta dapat memecahkan permasalahan yang dirasakan ibu, hal ini dapat mengurangi rasa cemas (2011 The Authors BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology ª 2011 RCOG)
1.2.Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
“Bagaimana gambaran kecemasan pada ibu primigravida dalam menghadapi
persalinan di Puskesmas Tanjung Karang ?”
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.3.2 Tujuan khusus
Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun strategi yang tepat dalam mengurangi kecemasan pada ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang.
1.4.2 Bagi institusi
Sebagai pengembangan bahan bacaan dan hasil yang berguna dan sebagai tambahan bahan pustaka dan memberikan tambahan teori tentang gambaran kecemasan pada ibu hamil bagi aktivitas akademik Kebidanan Stikes Yarsi Mataram.
1.4.3 Bagi ibu hamil
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan serta informasi bagi seluruh masyarakat pada umumnya serta dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.
1.4.4 Bagi peneliti
Dapat bermanfaat bagi peneliti dalam menelaah suatu masalah secara sistematis dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan D III Kebidanan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan atau ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut (Stuart ,2006).
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya.Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stesor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang
ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas (Hawari 2011). Definisi Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).
2.1.2. Faktor penyebab
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan (ansietas).
1. Dalam pandangan pikoanalitis, ansietas adalah konfilik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan di kendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku , berfungsi menegahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu doronganyang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konfik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat ( GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.
2.1.3. Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung;
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut; 3. Takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang; 4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan; 5. Gangguan kosentrasi dan daya ingat;
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2011).
2.1.4. Tingkat Kecemasan 1. Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2. Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian ang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cendrung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian
(Stuart, 2006).
2.1.5. Alat Ukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxienty (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka ( score) antara 0
–
4 , yang artinya adalah:Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan). 1 = gejala ringan
2 = gejala sedang 3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali (panik)
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari
keempat belas kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
Total Nilai (score):
> 14 = tidak ada kecemasan 14
–
20 = kecemasan ringan 21–
27 = kecemasan sedang 28–
41 = kecemasan berat42
–
56 = kecemasan berat sekaliAdapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
Gejala Kecemasan Nilai angka (score)
01. Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4 - cemas
- firasat buruk
- takut akan pikiran sendiri - mudah tersinggung
02. Ketegangan 0 1 2 3 4
- merasa tegang - lesu
- tidak bisa istirahat tenang - mudah terkejut
- mudah menangis - gemetar
- gelisah
03. Ketakutan 0 1 2 3 4
- pada gelap
- pada orang asing - ditinggal sendiri - pada binatang besar
- pada keramaian lalu lintas - pada kerumunan orang banyak
04. Gangguan tidur 0 1 2 3 4
- sukar masuk tidur - terbangun malam hari - tidur tidak nyenyak - bangun dengan lesu - banyak mimpi-mimpi - mimpi buruk
- mimpi menakutkan
05. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
- sukar konsentrasi - daya ingat menurun - daya ingat buruk
06. Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4 - hilangnya minat
-- sedihsedih
-- bangun dini hari bangun dini hari
-- prasaan berubah-ubah sepanjang hari prasaan berubah-ubah sepanjang hari 07.
07. Gejala Gejala somatik/fisik somatik/fisik (otot) (otot) 0 0 1 1 2 2 3 3 44 -- sakit dan nyeri di otot-ototsakit dan nyeri di otot-otot
-- kakukaku
-- kedutan ototkedutan otot -- gigi gemerutukgigi gemerutuk -- suara tidak stabilsuara tidak stabil 08.
08. Gejala Gejala somatik/fisik somatik/fisik (sensorik)0 (sensorik)0 1 1 2 2 3 3 44 -- tinitus (telinga berdenging)tinitus (telinga berdenging)
-- penglihatan kabur penglihatan kabur -- muka merah atau pucatmuka merah atau pucat -- merasa lemasmerasa lemas
-- perasaan ditusuk-tusuk perasaan ditusuk-tusuk 09.
09. Gejala Gejala kardiovaskuler kardiovaskuler 0 0 1 1 2 2 3 3 44 (jantung dan pembuluh darah)
(jantung dan pembuluh darah)
-- takikardia (denyut jantung cepat)takikardia (denyut jantung cepat) -- berdebar-debar berdebar-debar
-- nyeri di dadanyeri di dada
-- denyut nadi mengerasdenyut nadi mengeras
-- rasa lesu/lemas seperti mau pingsanrasa lesu/lemas seperti mau pingsan
10.
10. Gejala Gejala respiratori respiratori 0 0 1 1 2 2 3 3 44 (pernafasan)
(pernafasan)
-- rasa tertekan atau sempit didadarasa tertekan atau sempit didada -- rasa tercekikrasa tercekik
-- sering menarik nafassering menarik nafas -- nafas pendek/sesaknafas pendek/sesak 11.
11. Gejala Gejala gastrointestinal gastrointestinal 0 0 1 1 2 2 3 3 44 (pencernaan)
(pencernaan) -- sulit menelansulit menelan -- perut melilit perut melilit
-- gangguan pencernaangangguan pencernaan
-- nyeri sebelum dan sesudah makannyeri sebelum dan sesudah makan -- perasaan terbakar diperut perasaan terbakar diperut
-- rasa penuh atau kembungrasa penuh atau kembung -- mualmual
-- muntahmuntah
-- buang air besar lembek buang air besar lembek -- sukar air besar ( konstipasi)sukar air besar ( konstipasi) -- kehilangan berat badankehilangan berat badan 12.
12. Gejala Gejala urogenital urogenital 0 0 1 1 2 2 3 3 44 ( perkemihan dan kelamin )
( perkemihan dan kelamin ) -- sering buang air kecilsering buang air kecil
-- tidak datang bulan (tidak ada haid )tidak datang bulan (tidak ada haid ) -- darah haid berlebihandarah haid berlebihan
-- darah haid amat sedikitdarah haid amat sedikit -- masa haid berkepanjanganmasa haid berkepanjangan -- masa haid amat pendekmasa haid amat pendek
-- haid beberapa kali dalam sebulanhaid beberapa kali dalam sebulan -- menjadi dingin (frigid )menjadi dingin (frigid )
-- ejakulasi diniejakulasi dini -- ereksi melemahereksi melemah -- ereksi hilangereksi hilang -- impotensiimpotensi 13.
13. Gejala Gejala autonom autonom 0 0 1 1 2 2 3 3 44 -- mulut keringmulut kering
-- muka merahmuka merah
-- mudah berkeringatmudah berkeringat -- kepala pusingkepala pusing -- kepala terasa beratkepala terasa berat -- kepala terasa sakitkepala terasa sakit -- bulu-bulu berdiri bulu-bulu berdiri 14.
14. Tingkah Tingkah laku laku (sikap) (sikap) 0 0 1 1 2 2 3 3 44 pada wawancara
pada wawancara -- gelisahgelisah
- jari gemetar - kerut kening - muka tegang
- otot tegang/mengeras - nafas pendek dan cepat - muka merah
Jumlah Nilai Angka ( Total score) =
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter ( psikiater ); sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A.
2.2.Primigravida 2.2.1. Pengertian
Primigravida ialah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. (Sofian, 2011) Tanda-tanda kehamilan primigravida meliputi perut tegang, pusat menonjol, rahim tegang, payudara tegang, labia mayora tampak bersatu, vagina sempit dengan rugae yang utuh, serviks licin bulat dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik. Pada serviks terdapat pembukaan yang didahului dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata 1 cm dalam 2 jam) pada bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu akhir kehamilan dan
persalinan hampir sealu dengan episiotomi (Sofian, 2011). Takut melahirkan pada wanita nulipara paling sering terjadi antara perempuan dengan sumber daya sosial dan psikologis sedikit. Frekuensi takut melahirkan adalah sama pada akhir kehamilan seperti di awal kehamilan. (2008 The Authors Journal compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology)
2.2.2. Kehamilan 1. Pengertian
Kehamilan adalah masa mulai ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut matur (cukup bulan), lebih dari 43 minggu disebut post matur dan antara 28-36 minggu disebut prematur (Rohani, dkk 2011).
Kehamilan dibagi kedalam 3 bagian : a. Trimester I (antara 0 sampai 12 minggu)
b. Trimester II (antara > 12 minggu - < 28 minggu) c. Trimester III ( antara 28 minggu sampai 40 minggu) 2. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon tubuh terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk menambah masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan masa uterus.
b. Nutrisi
2) Aktivitas 17% total tidak hamil
3) Bekerja rata-rata 7
–
10 % membutuhkan 150-200 Kcal 4) Metabolisme 7 % membutuhkan 144 Kcalc. Personal Hygiene
1) Selama kehamilan PH vagina menjadi asam berubah dari 4-3 menjadi 5-6, akibat vagina mudah terkena infeksi.
2) Stimulus esterogen menyebabkan adanya keputihan
3) Peningkatan vaskularisasi di perifer menyebabkan wanita hamil sering berkeringat
4) Uterus yang membesar menekan kandung kemih, mengakibatkan wanita sering berkemih
5) Mandi teratur mencegah iritasi vagina, teknik pencucian perianal dari depan kebelakang.
d. Eliminasi
1) Berkaitan dengan adaptasi gastrointestinal sehingga menurunkan tonus dan motolitas lambung dan usus terjadi reabsorpsi zat makanan peristaltik usus lebih lambat sehingga menyebabkan obstipasi.
2) Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering buang air kecil.
3) Terjadi pengeluaran keringat. e. Kebutuhan Seksual
Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis dapat mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual sehingga meningkatkan
hubungan intercourse sebaliknya ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan mengakibatkan menurunnya pola seksualitas, anjuran yang
diberikan yaitu jangan berhubungan intercourse sesudah buang air kecil. f. Istirahat/ Tidur
Pada ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya untuk banyak istirahat/tidur untuk memperbaiki sirkulasi darah, sebaiknya jangan bekerja terlalu berlebihan.
3. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil 1. Dukungan Suami
Wanita yang mengalami depresi selama kehamilan dapat mengalami depresi pasca persalinan jika tidak mengalami kepuasan dalam perkawinannya, sebaiknya wanita yang mengalami depresi selama hamil dapat membaik pasca persalinan apabila dalam perkawinan ia mengalami kepuasan.
2. Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Berbagi pengalaman tentang kehamilan dan persalinan serta dukungan doa dari anggota keluarga sangat berpengaruh pada aspek psikologis ibu. 3. Peran Bidan dalam Persiapan Psikologis Ibu
a. Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan. b. Memberikan dukungan mental
c. Menganjurkan latihan fisik seperti senam hamil untuk relaksasi dan persiapan persalinan.
Sebagai bidan kita sebaiknya mendengarkan dan membantu ibu untuk mendapatkan solusi serta keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan sehingga ibu merasa aman dan tidak sendiri dalam mengahdapi kehamilannya.
4. Perubahan Psikologis Ibu di Tiap Trimester 1. Trimester I
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah ayah dari sang anak. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oeh pasangan prianya selama hamil memiliki gejala emosi dan fisik lebih sedikit komplikasi dalam persalinannya dan lebih mudah melakukan penyesuaian pada masa nifas.
Sebagai tenaga kesehatan dapat membantu ibu memahami setiap perubahan yang terjadi pada dirinya baik fisik maupun psikologis. Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan mulai merasa lebih baik dan berbahagia pada
trimester kedua. 2. Trimester II
Dukungan yang dapat diberikan keluarga atau suami pada trimester ini adalah bersama-sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan, ikut mewaspadai adanya tanda-tanda bahaya.
Sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan berbagai penyuluhan tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda-tanda bahaya, dan rencana persalinan ibu.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali ibu merasa dirinya jelek dan aneh. Disamping itu ibu merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil.
Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanya masalah waktu saja. Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama menunggu persalinannya. Bersama-sama mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi.
Seorang petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan ibu adalah normal. Kebanyakan ibu hamil memiliki perasaan kekhawatiran yang serupa pada trimester ini. Menenangkan ibu dengan mengatakan bahwa bayinya saat ini merasa senang berada dalam perut ibu dan tubuh ibu secara alamiahakan menyiapkan kelahiran bayi. Menjelaskan kembali pada ibu tanda-tanda persalinan dan menenangkan ibu dengan menyatakan bahwa pengalaman kehamilan adalah unik, dan meyakinkan bahwa akan selalu bersama ibu dan membantu melahirkan bayinya ( Ai Yeyeh 2009).
2.3.Persalinan
2.3.1. Fisiologi Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan persalinan
normal 2007).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Dalam rangka proses persalinan tersebut, maka secara alamiah ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi dan mengalami perubahan- perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis (Prawirohadjo 2008).
Dalam persalinan normal hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di bagian kiri depan, ± 23 % di kanan depan, ± 11 % di kanan belakang dan ± 8 % dikiri belakang (Prawirohardjo 2008). 2.3.2. Bentuk persalinan berdasarkan definisi
1. Persalinan spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi sectio caesarea.
3. Persalinan anjuran
Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesuliatan dalam persalinan.
Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Rohani, dkk. 2011).
2.3.3. Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya, wanita memasuki “ bulan
-nya” atau “minggu
-nya” atau
“hari
-nya” yang disebut kala pendahuluan (
preparatory stage of labor ). Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai berikut.1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primiravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih ( Polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah uterus, kadang-
kadang disebut “
false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show) (Sofian.2011).
2.3.4. Tanda- Tanda Inpartu
1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. 2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan. 2.3.5. Tahap Persalinan
Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membukan dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran- pereseran, ketika serviks mendatar dan membuka
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
a. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. b. Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselarisasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pada multigravida 2cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri internum akan sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama. Perubahan fisiologi pada kala I
1. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-rata naik 10-20 mmHg, diastol naik 5-10 mmHg, Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalianan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut
nadi, curah jantung (cardiac output), pernapasan, dan kehilangan cairan. 3. Suhu Tubuh
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu agar tidak lebih dari 0,5-1 ºC.
4. Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.
5. Pernafasan
Oleh karena terjadinya peningaktan metabolisme, maka terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
6. Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerulus, dan peningakatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansi berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu, berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu biasa. Mual dan
muntah bisa terjadi sampai ibu mencapai kehamilan kala I. 8. Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari pasca persalinan, kecuali terdapat perdarahan post partum.
Perubahan psikologis pada kala I
Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya mengalami perubahan emosional yang tidak stabil (Rohani, dkk 2011).
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipar a berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan Gejala Kala II
1. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit.
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina. 4. Perinium terlihat menonjol.
5. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka. 6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis Kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan:
1. Pembukaan serviks telah lengkap.
2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
Tabel 2.1 Lamanya persalinan (Rohani, dkk. 2011) Lamanya Persalinan
Primipara Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Total 14 ½ jam 7 ¾ jam
Penatalaksanaan Fisiologis Kala II
Penatalaksanaan pada prinsip bahwa kala II merupakan pristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara 2 kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluakan suara selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung ( Rohani, dkk 2011).
Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih
kuat, lalu timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan,
1. Posisi berbaring sambil merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada, mulut dikatup.
2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dn hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah
atas. (Sofian.2011)
Perubahan Psikologi Kala II
Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir
kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau bagian atas vagina (APN 2007).
Perubahan Psikologis Kala III
1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya ; juga merasa s angat lelah. 3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.
4. Menaruh perhatian terhadap plsenta. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV.
1. Tingkat kesadaran.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan. 3. Kontraksi uterus.
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
1. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
3. Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi).
5. Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6. Dokumnetasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan dihalaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
Pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan. Hal-hal yang perlu dipantau selama 2 jam pertama pasca persalinan.
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua pada kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3.
3. Pantau suhu ibu satu kali pada jam pertama dan satu kali pada jam keduaPantau suhu ibu satu kali pada jam pertama dan satu kali pada jam kedua pasca persalinan.
pasca persalinan. 4.
4. Nilai Nilai perdarahan, perdarahan, periksa periksa perineum perineum dan dan vagina vagina setiap setiap 15 15 menit menit dalam dalam 11 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. 5.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahanAjarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lemberk. uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lemberk. (Rohani, dkk 2011)
(Rohani, dkk 2011) 2.4.
2.4. Kecemasan dalam PersalinanKecemasan dalam Persalinan 2.4.1.
2.4.1.Faktor Ibu yang Mengalami Kecemasan Dalam MenghadapiFaktor Ibu yang Mengalami Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan.
Persalinan. 1.
1. UmurUmur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. a.
a.
Usia ≤ 19 Tahun
Usia ≤ 19 Tahun
Wanita yang lebih muda dan tidak menikah lebih cenderung beresiko Wanita yang lebih muda dan tidak menikah lebih cenderung beresiko mengalami peningkatan disstres emosional.
mengalami peningkatan disstres emosional.
Kehamilan remaja umumnya terkait dengan pendidikan dan karier di Kehamilan remaja umumnya terkait dengan pendidikan dan karier di masa depan,implikasi finansial tentang perawatan anak, kurang pengetahuan masa depan,implikasi finansial tentang perawatan anak, kurang pengetahuan tentang mengasuh anak dan pergumulan psikologis karena saat ini ia sedang tentang mengasuh anak dan pergumulan psikologis karena saat ini ia sedang berada dalam tahap pembentukan identitas diri.
berada dalam tahap pembentukan identitas diri. b.
b. Usia 20-35 TahunUsia 20-35 Tahun
Pada spektrum usia subur terdapat persepsi umum yang setara bahwa Pada spektrum usia subur terdapat persepsi umum yang setara bahwa wanita yang lebih dewasa dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk wanita yang lebih dewasa dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk
beradaptasi
beradaptasi terhadap terhadap kehamilannya.Pada kehamilannya.Pada wanita wanita di di usia usia ini ini mempunyaimempunyai presepsi
presepsi lebih lebih positif positif terhadap terhadap tubuh tubuh mereka mereka dibandingkan dibandingkan dengan dengan wanitawanita yang berusia lebih muda.
yang berusia lebih muda. c.
c.
Usia ≥ 35 Tahun
Usia ≥ 35 Tahun
Wanita yang pertama kali hamil pada usia lebih dari 35 tahun Wanita yang pertama kali hamil pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai resiko abnormalitas kongenital janin, seperti sindrom down. mempunyai resiko abnormalitas kongenital janin, seperti sindrom down. Wanita di usia ini memiliki kebutuhan lebih besar untuk ditawarkan Wanita di usia ini memiliki kebutuhan lebih besar untuk ditawarkan penapisan
penapisan antenatal antenatal maka maka wanita wanita di di usia usia lebih lebih dari dari 35 35 tahun tahun ini ini cenderungcenderung ditawari melahirkan dengan seksio sesaria. (Henderson dan Jones, 2005). ditawari melahirkan dengan seksio sesaria. (Henderson dan Jones, 2005). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk umur menurut (Notoatmodjo 2012) Adapun pertanyaan yang diajukan untuk umur menurut (Notoatmodjo 2012) adalah Berapa umur ibu sekarang?
adalah Berapa umur ibu sekarang? 2.
2. PendidikanPendidikan
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha adalah usaha sadar sadar dan tdan terencana erencana untuk mewujudkanuntuk mewujudkan suasana belajar dan proses
suasana belajar dan proses pembelajaran pembelajaranagar peserta agar peserta didik didik secara aktifsecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakatmasyarakat..
Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pengetahuan manusia seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pengetahuan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang. Tingkat seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan
seseorang untuk lebih mudah menerima ide teknologi baru (Notoatmojo, seseorang untuk lebih mudah menerima ide teknologi baru (Notoatmojo, 2003).
2003).
Wanita-wanita intlektual biasanya menghadapi kehamilan dan Wanita-wanita intlektual biasanya menghadapi kehamilan dan kecemasan itu secara objektif-rasional walaupun seringkali diliputi kecemasan itu secara objektif-rasional walaupun seringkali diliputi pengharapan
pengharapan dan dan antisipasi, antisipasi, pengalaman-pengalaman pengalaman-pengalaman tersebut tersebut dapatdapat memperkaya dan lebih mematangkan dirinya.Pada wanita non intlektual memperkaya dan lebih mematangkan dirinya.Pada wanita non intlektual seringkali mengganggap kehamilannya sebagai proses biologis yang sangat seringkali mengganggap kehamilannya sebagai proses biologis yang sangat berat
berat dan dan membebani membebani dirinya, dirinya, mereka mereka tidak tidak menunjukkan menunjukkan pengertian pengertian dandan simpati terhadap arti dari peristiwa kehamilan (Kartono,2005). Adapun simpati terhadap arti dari peristiwa kehamilan (Kartono,2005). Adapun pertanyaan
pertanyaan yang yang diajukan diajukan untuk untuk pendidikan pendidikan menurut menurut (Notoatmodjo (Notoatmodjo 2012)2012) adalah apa pendidikan terakhir ibu ?
adalah apa pendidikan terakhir ibu ? 3.
3. PekerjaanPekerjaan
Pekerjaan
Pekerjaan dalam adalam arti lurti luas adalah as adalah aktivitas utaaktivitas utama ma yang dilakukanyang dilakukan oleh
oleh manusiamanusia.. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
tugas atau kerja yang menghasilkan uanguang bagi bagi seseorang. seseorang. DalamDalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan
pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi profesi.. Pengalaman dan pendidikan seseorang dari sejak kecil akan Pengalaman dan pendidikan seseorang dari sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Hurlock mengemukakan mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Hurlock mengemukakan bahwa kesesuaian
bahwa kesesuaian antara pekerjaan antara pekerjaan dalam diri dalam diri seseorang memberseseorang memberikan kesanikan kesan dan pengetahuan (Hurlock. 2003). Diketahui ibu yang bekerja lebih aktif dan pengetahuan (Hurlock. 2003). Diketahui ibu yang bekerja lebih aktif dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu yang bekerja lebih dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu yang bekerja lebih stabil dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.Wanita yang bekerja stabil dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.Wanita yang bekerja memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit
ketika melahirkan bayinya (Kartono, 2005). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk pekerjaan menurut (Notoatmodjo 2012) adalah apa kegiatan ibu sehari-hari ?
4. Kunjungan Antenatal
Kunjungan antenatal yaitu pemeriksaan berkala yang dilakukan ibu hamil yang bertujuan untuk mengetahui keadaan dirinya dan bayinya serta mendapatkan pendidikan kesehatan seputar ibu hamil, persalinan, nifas dan perawatan bayi serta tanda-tanda bahaya disetiap tingkatannya.
Banyak wanita hamil menyadari kenyataan adanya bayi , terutama saat pertama kali gerakan janin dirasakan, beberapa wanita mengadopsi sikap yang lebih positif terhadap kehamilan mereka pada saat ini.Oleh karena itu, asuhan antenatal memberi kesempatan pada wanita untuk mengenal bayinya sebelum lahir dapat membantu meminimalkan disstres. Teknik pemindaian simpatis (USG) dapat digunakan untuk membantu wanita menyesuaikan diri secara positif terhadap kehamilannya dan, selain itu, dapat membantu ayah untuk lebih mudah beradaptasi (Henderson dan Jones, 2005). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk kunjungan antenatal menurut (Notoatmodjo 2012).
5. Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu seperti suami, orangtua, mertua, teman atau tetangga yang membuat penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai.
Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama hamil dan merasa bahagia dengan pernikahannya menunjukkan gejala emosi yang lebih ringan dan sedikit komplikasi persalinan dan lebih mudah dalam penyesuaian selama masa nifas.
Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha meringankan beban kerja istri.
Dukungan keluarga dapat berupa mengunjungi ibu serta dalam pelaksanaan ritual adat yang pada beberapa orang mempunyai arti tersendiri
yang tidak boleh diabaikan. (Ai Yeyeh 2009). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk dukungan keluarga menurut (Notoatmodjo 2012) adalah 1) Saya jarang ditemani suami dan keluarga saat memeriksakan kehamilan saya 2) Saya khawatir apabila suami dan keluarga saya tidak mendampingi saat persalinan.
Kecemasan menghadapi proses persalinan adalah respon emosi terhadap stres dan emosi negatif yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam yang berkelanjutan terhadap suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan yang dilakukan oleh tubuh
wanita.
Kecemasan merupakan implementasi rasa aman terhadap situasi yang mengancam, kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi
pengalaman-pengalaman baru seperti saat sedang manjalani kehamilan dan persalinan. Sebab terjadinya kecemasan tersebut antara lain:
1. Takut Mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu merupakan suatu fenomena fisiologis yang normal, namun hal-hal tersebut tidak kalis dari risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri, maupun anak bayi yang akan dilahirkan.
2. Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya, ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau bayinya akan berpisah dari dirinya, seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya. 3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Terhadap Ibunya
Sering kita jumpai adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai sekarang berupa
a. Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya (nenek sang bayi) menunggui ketika melahirkan bayinya.
b. Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang
membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga
memberikan support moril terhadap ibu. (Kartono.2005)
2.5. Dampak kecemasan yang dialami oleh ibu hamil primigravida. 1. Pada proses kelahiran bayi.
Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan bayi itu, dengan membandingkan prosesnya diantara berbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Orang menyebut beberapa faktor penyebab mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi, antara lain ialah :
a. Perbedaan iklim dan lingkungan sosial, yang mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin dan kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada saat melahirkan bayi.
b. Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan. Sebab cara hidup tersebut. Terutama cara hidup seksualnya,
mempengaruhi kondisi rahim dan organ genetalianya. c. Kondisi otot-otot panggul wanita.
d. Kondisi psikis/kejiwaan wanita yang bersangkutan (Kartono 2005). 2. Pada proses perawatan bayi selanjutnya.
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain : perubahan perasaan saat hamil
(kecemasan), perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya.. Gejala baby blues antara lain:
a. Menangis b. Sulit tidur c. Gelisah d. Perubahan perasaan e. Cemas f. Kesepian
g. Tidak menyukai dan takut menyentuh bayinya h. Penurunan libido
i. Kurang perhatian terhadap penampilannya sendiri j. Penurunan/peningkatan berat badan
k. Perasaan bersalah dan putus harapan
l. Kurang percaya diri dalam perawatan bayinya
Beberapa faktor predisposisinya antara lain:
a. Perubahan hormonal yang cepat. b. Masalah medis dalam kehamilan
c. Karakter pribadi
d. Ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain e. Riwayat depresi
f. Kehamilan yang tidak diinginkan g. Terisolasi
h. Kelemahan, kecemasan serta ketakutan-ketakutan terhadap berbagai masalah yang akan muncul setelah kelahiran bayi (Ambarwati, 2008).
2.6. Hasil penelitian yang berkaitan
1. Inka puty larasati, 2010,Puskesmas Jagir Kecamatan Wonokromo Surabaya, Pengaruh keikutsertaan senam hamil terhadap kecemasan primigravida trimester ketiga dalam menghadapi persalinan, Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan keikutsertaan dalam senam hamil, Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian observarsional (survei), Hasil didapatkan responden yang sering mengikuti senam hamil (> 5 kali) seluruhnya tidak mengalami kecemasan (14,28%), jarang mengikuti senam hamil (1
–
5 kali) selama kehamilan trimester ketiga, 22 (39,29%) responden tidak mengalami kecemasan, 7 (12,5%) responden mengalami cemas ringan dalam menghadapi persalinan dan 19 responden (33,93%) yang tidak pernah mengikuti senamhamil
2. Ayu siska, 2010, Di RSUP DR. Djamil Padang, Gambaran tingkat kecemasan (Anxiety) terhadap operasi sectio caesarea yang tidak direncanakan, Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan terhadap tindakan operasi sectio caesarea yang tidak direncanakan, Metode yang digunakan yaitu survei deskriptif, Hasil yang didapatkan yaitu 53,85% mengalami kecemasan pada ibu multigravida dan 58,82% pada ibu primigravida.
3. Laili rahmi, 2009, Di RSUP DR. Djamil Padang, Hubungan usia, tingkat pendidikan, dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menjelang
persalinan pada ibu primigravida trimester III, Untuk mengetahui hubungan usia, tingkat pendidikan, dukungan suami dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III, Metode yang digunakan yaitu survei analitik, Hasil yang di dapatkan. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III .Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan Menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat kecemasan. Menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat Kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III.
4. Maria rosa lamude, 2009, Rumah sakit umum kota Semarang, Hubungan support sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses persalinan kala I dan kala II, Untuk mengetahui adanya hubungan antara support sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses persalinan kala I dan kala II, Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan crossectional, Hasilnya adalah adanya hubungan antara support sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses persalinan kala I dan kala II.
5. Ditha arindra, 2009. Di BPS. Ny. Muarofah Asem Rowo Surabaya .Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu dewasa awal, Tujuannya untuk mengetahui kecemasan pada ibu ketika menghadapi persalinan anak pertama dan mengetahui penyebab kecemasan pada ibu dalam menghadapi persalinan
anak pertama, Penelitian ini menggunakan pendahuluan kualitatif, Kecemasan tertinggi terdapat pada subjek ketiga dan terendah subjek pertama.
6. Tri indri maharani, 2010, di rumah bersalin Melania, depok, Hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester ketiga, Tujuan penelitian ini ongin memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan pada wanita hamil trimester ketiga dalam menghadapi persalinan, Menggunakan metode survei analitik, Hasil subjek penelitian yang memiliki dukungan sosial yang rata-rata tinggi dan kecemasan dalam menghadapi persalinan rendah.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Menurut Notoatmojo (2012). Konsep merupakan suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Kerangka konsep