• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. RANCANGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRI PULP BERBASIS HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI KABUPATEN PELALAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. RANCANGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRI PULP BERBASIS HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI KABUPATEN PELALAWAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

VI. RANCANGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN

INDUSTRI PULP BERBASIS HUTAN TANAMAN

INDUSTRI

DI

KABUPATEN PELALAWAN

6.1. Visi dan Misi Kabupaten Pelalawan

Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan merupakan rangkaian proses jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin daiam bidang ekonomi, sosiai budaya, poiitik dan keamanan yang telah dirumuskan didalam visi dan misi Pemerintah Kabupaten Pelalawan.

Visi Kabupaten Pelalawan 2030 adalah :"Tenvujudnya Kabupaten Pelalawan yang maju dan sejahtera, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang didukung oleh pertanian yang unggul dan industri yang tangguh dalam masyarakat yang beradat, beriman, bertaqwa dan berbudaya Melayu tahun 2030".

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, misi yang diemban oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan, adalah :

(I) Meningkatkan kualitas kehidupan dengan terpenuhinya kebutlihan dasar, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, bermartabat dan berbudaya. (2) Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat

melalui pembangunan usaha ekonomi kerakyatan,

(3) Meningkatkan hasil dan mutu pertanian melalui pemanfaatan teknologi berbasis agroindustri dan agribisnis serta pengelolaan hutan yang lestari, (4) Menciptakan dan membina industri yang inampu menghasilkan produk yang

berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

(5) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan agama dan meinfungsikan lembaga-lembaga keagamaan sebclgai wadah pembinaan umat.

Dari lirna misi tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan topik kajian peinbangunan daerah, setidaknya terdapat tiga misi yang saling menunjang dalam pengembangan industri pulp berbasis hutan tanaman industri di Kabupaten Pelalawan, yaitu meningkatkan hasil dan mutu pertanian melalui pemanfaatan teknologi berbasis agroindustri dan agribisnis serta pengelolaan hutan yang

(2)

lestari, menciptakan dan membina industri yang mampu menghasilkan produk yang berdaya saing dzn bemawasan lingkungan, dan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pembangunan usaha ekonomi kerakyatan.

6.2. Strategi Pembangunan Industri Pulp Berbasis Hutan Tanaman lndustri Pulp Berdasarkan hasil analisis SWOT pada bahasan terdahulu telah dirumuskan sembilan alternatif strategi-strategi yang dapat dilaksanakan daiam mengoptimalkan operasional industri pulp di Kabupaten Pelalawan. Llntuk mengimplementasikan strategi tersebut dilakukan analisis sebagai berikut :

6.2.1 S trategi Pengem bangan Produktivitas Hutan Tanaman Industri Pulp

Strategi ini diciptakan dengan maksud mengatasi kelemahan berupa masih rendahnya realisasi pembangunan HTI Pulp di Kabupaten Pelalawan, banyaknya okupasi dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI Pulp, serta besarnya ketergantungan industri pulp terhadap bahan baku kayu serpih dari hutan alam; dengan mengendalikan ancaman berupa banyaknya negara pesaing produk pulp, tidak seimbangnya daya dukung hutan tanaman industri untuk mensuplai ka~asitas terpasang industri primer hasil hutan kayu, dan kebijakan sektor kehutanan yang sering berubah-ubah.

Kenyataannya secara kuantitas pengembangan HTI Pulp di Kabupaten Pelalawan dari tahun ke tahun terus bertambail, akan tetapi percepatan pembangunannya relatif latnbat. Adapun kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangannya meliputi antara lain ; okupasi dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI, ancaman kebakaran hutan dan lahan yang setiap tahun masih terjadi, cerlambatnya penanaman dari jadwal yang telah ditetapkan karena lambatnya proses land clearing dan pemanfaatan kayu, sehingga realisasi penanaman salnpai dengan tahun 2004 baru mencapai 60,49 persen.

Dalaln jangka panjang suplai bahan baku kayu dari hutan tanaman industri yang terintegrasi dengan industri pulp belum akan terpenuhi secara lestari. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan membangun kemitraan densan perusahaan-perusahaan hutan tanaman industri yang ada di Kabupaten Pelalawan dan diluar Kabupaten Pelalawan yang tidak terintegrasi dengan industri

(3)

primer hasil hutan kayu. Seiain itu perlu pula ditumbuh-kembangkan usaha-usaha ekoilomi kerakyatan dalam bentuk pembangunan hutan tanaman rakyat oleh keloinpok-kelompok masyarakat, koperasi dan kelompok tani hutan. Kenyataannya sampai saat ini telah terjalin kemitraan antara PT. Riau Andalan Pulp and Paper dengan 23 perusahaan HTI dengan luas areal 359.415 hektar (efektif 182.874 hektar) dan 30 Kelompok Tani Hutan Tanaman Rakyat dengan luas areal 55.723 hektar (efektif 40.543 hektar). Sehubungan dengan ha1 tersebut guna mendukung kebutuhan bahan baku kayu industri pulp, maka keberhasilan pembangunan HTI Pulp harus dapat tenvujud dengan mengarasi berbagai permasalahan yang ada, melalui pengelolaan hutan secara lestari dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian fungsi produksi, kelestarian fungsi ekologi (lingkungan), dan kelestarian fungsi sosial.

6.2.2 Strategi Peningkatan Produktivitas Industri Pulp

Strategi ini merupakan penjabaran dari perpaduan antara kekuatan yang dimiliki b e r ~ p a ; tersedianya areal pencadangan lahan HTI ydng cukup luas, posisi Kabupaten Pelalawan yang strategis untuk perdagangan, tersedianya tenaga kerja sektor kehutanan yang memadai, dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp; dengan peluang yang ada berupa; meningkatnya konsumsi kertas dunia, adanya kerjasama ekonomi regional (IMS-GT, IMT-GT), kesesuaian lahan untuk pembangunan HTI, serta akan diberlakukannya AFTA dan APEC menambah peluang pasar komoditi pulp.

Untuk mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dari industri pulp, industri harus bekerja pads kapasitas terpasang 2 juta ton per tahun. Pada tahun 2004 industri baru mampu memproduksi pulp sebesar 1.571.362 ton atau 78,57 persen dari kapasitas terpasang. Untuk meningkatkan produksi pulp tersebut, maka ketersediaan bahan baku kayu serat memiliki peranan yang sangat strategis. Pada kenyataannya produksi kayu dari HTI Pulp PT. RAPP masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kayu yang berasal dari hutan alam. Pada tahun 2004 tercatat realisasi pasokan bahan baku dari tebangan HTI Pulp PT. RAPP sebesar 1.663.185 meter kubik, dari HTI lainnya sebesar 361.794 meter kubik, serta dari hutan alam sebesar 5.431.681 meter kubik. Oleh karena itu

(4)

pembangunan HTI Pu!p merupakan syarat mutlak yang rnesti ditempuh guna menjamin kontinuitas bahan baku kayu dan melepaskan ketergantungan dari hutan produksi alam menuju prinsip pengelolaan hutan lestari (sustainable forest

management) yang ramah lingkungan. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah

dari industri pulp dapat pula dilakukan proses lanjutan menjadi produk kertas. Peningkatan proses industri lanjutan ini akan memberikan nilai tambah yang akan berdampak pula terhadap penambahan lapangan kerja, peningkatan devisa serta produk domestik regional brutc (PDRB).

6.2.3 Pengembangan Kawasan Sentra Produksi

Strategi ini dirumuskan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki berupa; tersedianya areal pencadangan HTI yang cukup luas, tersedianya tenaga kerja sektor kehutanan yang memadai, dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp dengan memanfaatkan peluang yang ada berupa; meningkatnya konsumsi kertas dunia, kewenangan pengawasan dan pengendalian pembangunan HTI di daerah otonom, adanya kerjasama ekonomi regional, dan kesesuaian lahan untuk pembangunan HTI. Untuk mendukung strategi tersebut, maka peningkatan sarana transportasi jalan perlu mendapat prioritas, karena dengan baiknya sarana jalan akan dapat menghubungkan dan mengembangkan kawasan-kawasar~ yang potensial dan terisolir untuk mendukung pengembangan industri pulp.

Kenyataannya kondisi jalan di Kabupaten Pelalawan masih terbatas, ditambah lagi kondisi jalan yang ada mengalami rusak cukup berat terutama pada ruas jalan lintas timur Sumatera, sehingga dapat menghambat pengangkutan bahan baku kayu dari kawasan produksi ke pabrik maupun untuk memasarkan produk pulp. Oleh karena itu peningkatan sarana jalan sangat diperlukan dalam rangka memperlancar arus barang dan jasa, sehingga permasalahan-permasalahan

yang timbul akibat kurang baiknya kondisi sarana transportasi dapat teratasi dan pada gilirannya akan berimplikasi pada penghematan biaya angkut dan mengurangi biaya produksi.

6.2.4 Penguatan Daya Saing Industri Pulp

Strategi ini merupakan pemanfaatan kekuatan berupa; tersedianya areal pencadangan lahan HTI yang cukup luas, posisi Kabupaten Pelalawan yang

(5)

strategis untuk berkembangnya perdagangan domestik dan internasional, tersedianya tenaga kerja sektor kehutanan yang memadai, berkembangnya kawasan industri yang potensial untuk industri hilir produk kehutanan, dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp; untuk mengatasi ancaman berupa banyaknya negara pesaing produk pulp. Strategi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Pelalawan yang meliputi; relatif rendahnya biaya produksi (biaya bahan baku kayu, biaya tenaga kerja dan biaya energi) jika dibandingkan negara-negara lain.

6.2.5 Penciptaan Produksi Bersih dan Sertifikasi Ekolabel

Strategi ini merupakan pemanfaatan kekuatan berupa; berkembangnya kawasan industri yang potensial untuk industri hilir produk kehutanan dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp untuk mengatasi ancaman berupa adanya persepsi masyarakat tentang industri pulp yang mencemari lingkungan, dan tidak seimbangnya daya dukung hutan produksi alam untuk mensuplai kapasitas terpasang industri primer hasil hutan kayu. Strategi ini ditujukan untuk merninimalisir limbah (waste minimisation) dalam rangka mengurangi resiko lingkungan dan mencegah pencemaran (pollution prevention), dengan melakukan penataan pada proses dan operasi industri. Selanjutnya strategi ini juga ditujukan untuk menggunakan bahan baku kayu yang diperoleh dari pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management) yaitu hutan tanaman industri yang memiliki sertifikasi ekolabel.

Kenyataannya kegiatan operasi dan produksi pulp di Kabupaten Pelalawan telah menitnbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan yang terindikasi oleh kotornya udara akibat asap yang dikeluarkan pabrik, bau yang menyengat akibat proses pulping. Disamping itu suplai bahan baku kayu sebagian besar masih berasal dari hutan alam yang tidak memiliki sertifikasi ekolabel. Sehubungan dengan ha1 tersebut, maka strategi penciptaan produksi bersih dapat ditempuh melalui perlakuan berikut, yaitu : (1) menata sumber pencemaran, yang dapat dilakukan melalui perubahan proses produksi, (2) melakukan daur ulang, melalui pemulihan bahan (recovery) dan menggunakan kembali material yang telah digunakan serta pemanfaatan limbah yang dapat menghasilkan produk sanipingan (by product), dan (3) modifikasi produk.

(6)

Sedangkan untuk mendapatkan sertifikasi ekolabel diupayakan pembelianl penggunaan bahan baku kayu yang berasal dari pengelolaan hutan produksi lestari.

6.2.6 Pemberdayaan Masyarakat

Strategi ini disusun mslalui pemanfaatan peluang yang dimiliki berupa; meningkatnya konsumsi kertas dunia, kewenangan pengawasan dan pengendalian pembangunari ETI, adanya kerjasama .ekon~mi regional (Ibis-CT, IMT-GT), kesesuaian lahan untuk pembangunan HTI, serta akan diberlakukannya AFTA dan APEC menzmbah peluang pasar komoditi pulpberkembangnya kawasan industri yang potensial untuk industri hilir produk kehutanan dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp; dengan mengerdalikan kelemahan berupa; masih rendahnya realisasi pembangunan HTI Pulp di Kabupaten Pelalawan, banyaknya okupasi dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI Pulp, serta masih rendahnya kemampuan pengusaha dalam memenuhi sertifikasi ekolabeling. Pemberdayaan masyarakat terutama yang berada di sekitar lokasi HTI dan industri pulp perlu ditingkatkan melalui kerjasama permanen guna meminimalisir konflik sosial yang timbul.

Disamping itu pengembangan industri pulp perlu diintegrasikan dengan ekonomi rakyat lokal sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi daerah yang sedang dikembangkan. Kerjasama dapat dilakukan melalui kegiatan silvobisnis

yang berorientasi pada kerjasama antara masyarakat dengan perusahaan HTI dan perusahaan industri pulp, dengan melakukan penanaman jenis kayu komersial terutama jenis kayu untuk pulp. Pola kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk : (1) pemberian kontrak kerja kepada masyarakat / kelompok masyarakat di sekitar lokasi industri puip dan HTI seperti jasa pensangkutan dan pemeliharaan tanaman, (2) kepemilikan saham, dimana masyarakat ikut andil dalam kepemilikan saham perusahaan industri pulp maupun HTI Pulp, sehingga dengan demikian masyarakat ikut merasa memiliki usaha yang ada.

Kenyataannya selama ini telah terjalin kerjasama antara perusahaan industri pulp PT. Riau Andalan Pulp and Paper dengan masyarakat sekitarnya, yaitu dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR).

(7)

6.2.7 Penciptaan Stabilitas Politik dan Keamanan

Strategi iili disusun dalam rangka mengatasi kelemahan berupa; belum mantapnya pengaturan tata ruang wilayah kabupaten dan banyaknya okupasi dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI Pulp; dengan menghindari ancaman berupa kebijakan sektor kehutanan yang sering berubah-ubah. Kondisi sosial politik yang tidak stabil akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan pada giiirannya akan menpengaruhi permintaan pulp di dalam dan di !uar negeri. Untuk itu diharapkan agar semua pihak ikut berperan dalam menciptakan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri baik secara langsung maupun tidak langsung, agar terciptanya iklim yang kondusif dalam melakukan usaha dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi nasional, disamping itu juga diperlukan jaminan kepastian berusaha yang disertai dengan penegakan hukum yang mantap.

6.2.8 Pengawasan dan Pengendalian

Strategi ini merupakan pemanfaatan 2eluang berupa; meningkatnya konsumsi kertas dunia, kewenangan Pengawasan Pengendalian pembangunan HTI pada daerah otonom, adanya kerjasama ekonomi sub-regional (IMS-GT, IMT- GT), diberlakukannya AFTA dan APEC menambah peluang pasar komoditi industri pulp, dengan mengatasi kelemahan berupa; masih rendahnya realisasi pembangunan HTI Pulp di Kabupaten Pelalawan, belum rnantapnya pengaturan rencana tata ruang wilayah kabupaten, banyaknya o k ~ p a s i dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI Pulp, besarnya ketergantungan industri pulp terhadap bahan baku kayu serpih dari hutan alam, dan masih rendahnya kemampuan pengusah3 dalam memenuhi sertifikasi ekolabeling. Aspek pengawasan dan pengendalian yang dilakukan meliputi antara lain; jaminan tentang kepastian usaha, penyelesaian sengketa lahan antara pengusaha dengan masyarakat, penciptaan iklim yang kondusif untuk terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, disamping itu juga dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan teknis dan administrasi, serta evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan HTI.

Kenyataan sampai dengan saat ini masih ditemukan banyak kasus-kasus sengketa lahan yang belum dapat diselesaikan, diindikasikan oleh masih

(8)

banyaknya tuntutanlklaim dari berbagai pihak antara lain, masyarakat desa, masyarakat adat, kelompok tani, perusahaan perkebunan, dan koperasi. Oleh karena itu sejalan dengan semangat dan pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas kepada daerah kabupaten untuk inengatur rumah tangganya sendiri, maka peranannya dalam memfasilitasi penyelesaian sengketa lahan agar ditingkatkan, supaya perusahaan mendapatkan jaminan dan kepastian berusaha. Dalarn kegiatan pengawasan dan pengendalian, pemerintah perlu menciptakan sistem pengawasan yang efektif untuk membuat perusahaan HTI menjalankan kewajibannya dengan baik, dengan memperhatikan unsur-unsur pendukung sistem tersebut antara lain : (1) perlu diciptakan adanya standar kerja sebagai alat pengawasan kinerja, (2) perlu adanya pihak penilai independen yang memiliki kompetensi, (3) perlu penyederhanaan birokrasi dan perizinan, (4) perlu adanya insentif bai perusahaan yang berkinerja baik, dan (5) pemberian sanksi yang tegas kepada perusahaan yang melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

6.2.9 Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan

Strategi ini diciptakan untuk mengatasi kelemahan berupa : belum mantapnya pengaturan rencana tata ruang wilayah kabupaten, banyaknya okupasi dan klaim masyarakat terhadap areal pencadangan HTI Pulp, dan masih rendahnya kemampuan pengusaha dalam memenuhi sertifikasi ekolabel, dengan mengendalikan ancaman berupa seringnya terjadi kebakaran hutan dan lahan. Sebagaiinana kenyataannya, hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau (termasuk Kabupaten Pelalawan), yang selaina 5 tahun terakhir mencapai luas 24.254 hektar. Apabila 'diklasifikasikan menurut peruntukan lahan, maka persentase kejadian kebakaran hutan dan lahan menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Riau (2004), sebagian besar pada Areal Pengg~~naan Lain 43 persen, areal perkebunan 22 persen, areal HTI 15 persen, dan HPH 13 persen. Untuk mengendalikan kejadian kebakaran hutan dan lahan tersebut diperlukan strategi berupa peningkatan kewaspadaan dengan perangkat bahaya dini (early warning system) dan pencegahan bahaya kebakaran hutan dan lahan melaui upaya : (1) meningkatkan patroli rutin pada musim kemarau, (2) membangun menara-menara pengawas untuk mendeteksi secara dini titik-titik api,

(9)

(3) membangun jaiur-jalur isolasi dengan penanaman jenis-jenis pohon yang tahan terhadap kebakaran, dan (4) membentuk sistem penanggulangan kebakaran hutan dan Iahan yang lengkap dan tangguh.

6.3. Perancangan Program Strategis

Proses manajemen strategis belum berakhir ketika alternatif strategi telah diputuskan, akan tetapi harus ada penerjemahan pemikiran strategis menjadi tindakar. strategis. Berdasarkan strategi-strategi yang telah ditetapkan diatas, untuk lebih memberikan arah dalam pelaksanaannya, maka perlu dirumuskan rancangan program-program Strategis yang akan dilaksanakan didalam upaya untuk mencapai optimalisasi pembangunan industri pulp berbasis hutan tanaman industri pulp di Kabupaten Pelalawan. Adapun rancangan program strategis untuk setiap strategi yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 32. Matriks Strategi, Kehijaksanaan dan Implementasi Pengembangan Industri Pulp Berbasis HTI Pulp di Kabupaten Pelalawan.

Implementasi Melalui sasaran :

1. Kelestarian fungsi produksi 2. Kelestarian fungsi ekologi

3. Kelestarian fungsi Sosial Diupayakan melalui :

1. Penuhi kebutuhan bahan baku kayu

2. Tingkatkan kontribusi bahan baku dari HTI Pulp. Integrasikan dengan sektor trans-portasi berupa :

1. Pembangunan jalan baru 2. Peningkatan jalan yang ada 3. Pemeliharaan jalm yang ada Pemanfaatan melalui :

1. Relatif rendahnya biaya produksi (bahan baku kayu dan energi).

2. Murahnya biaya tenaga kerja Diupayakan melalui :

1. Penataan sumber pencemaran 2. Lakukan daur ulang

3. Modifikasi produk Kebijaksanaan

Kelola HTI secara lestari

Maksimalkan produksi sesuai kapasitas temasang

Peningkatan Sarana Transportasi/Aksesibilitas Maksimalkan pemanfaatan keunggulan komparatif 1. Minimalisasi Limbah No 1 2 3 4 5 Strategi Pengembangan Produktivitas HTI Pulp

Meningkatkan Produktivitas Industri Pulp

Pengembangan Kawasan Sentra Proc'uksi

Penguatan Daya Saing Industri Pulp

Penciptaan Produksi Bersih dan Sertifikasi Ekolabel

(10)

No

Politik dan Keamanan Strategi

6 Pemberdayaan

masyarakat

8

baku 1. Meningkatkan efisiensi pemanenan HTI

2. Pembelian bahan baku kayu dari hutan tanaman yang

Pengawasan dan Pengendalian 9 Ciptakan kerjasama permanen dengan masyarakat Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan

Ciptakan iklim kondusif untuk berusaha.

dikelola secara lestari. Diupayakan melalui : 1. Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) 2. Pengembangan ekonorni lokal 3. Kepemilikan s a h a n ~

4. Pemberian kontrak kerja Diupayakan melalui : 1. Jaminan kepastian hukum 2. Jaminan kepastian berusaha 3. Jarninan kearnanan Tingkatkan pengawasan

dan pengendalian terhadap pengelolaan hutan produksi

Tingkatkan kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran

Dilakukan melalui : 1. Bimbingan teknis &

administrasi

2. Penyelesaian sengketa lahan 3. Ciptakan sistem pengawasan

yang efektif. Diupayakan melalui : 1. Peningkatan patroli rutin 2. Sistem deteksi dini (EWS) 3. Buat jalur isolasi tanaman. 4. Membentuk satgas

penanggu-langan kebakaran hutan & lahan

Gambar

Tabel  32.  Matriks Strategi, Kehijaksanaan dan Implementasi Pengembangan  Industri Pulp Berbasis  HTI  Pulp di Kabupaten Pelalawan

Referensi

Dokumen terkait

Parfum Laundry Bulungan Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Chemical Untuk kebutuhan

Setelah perangkat lunak motive berhasil diinstal, langkah selanjutnya adalah pemasangan kamera flex 3 serta hub untuk menyambungkan antar kamera tersebut dimana

Berdasarkan analisis data minat belajar dari 23 orang mahasiswa diperoleh minat belajar siswa cenderung Cukup yaitu sebesar 15 (65,52%). Dengan demikian dari hasil kegitan

Upaya penyelesaian sengketa proyek konstruksi di luar pengadilan di Indonesia, dapat dilakukan dengan cara Arbitrase ataupun Alternatif Penyelesaian Sengketa sesuai

Hasil : Rerata aktivitas fisik intensitas berat (5.88±5.82) lebih besar pada kelompok produksi. Rerata asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat lebih tinggi pada

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

Abstrak: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Kepada Santri Mts. Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. Di sekolah

Dalam sebuah manajemen obyek daya tarik pada sebuah wisata religi dalam pengelolaan dan untuk peningkatan pelayanan terhadap para peziarah tidak lepas dengan yang