• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANG ALAMANDA RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANG ALAMANDA RSUD"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI

DI RUANG ALAMANDA RSUD Dr. H. ABDUL MOLOEK

PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2018

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :

CINDYKA WIDAHSANA GASTAGASTI NIM : 144012015051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

BRONKOPNEUMONIA DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN HIPERTERMI

DI RUANG ALAMANDA RSUD Dr. H. ABDUL MOLOEK

PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2018

HALAMAN JUDUL DENGAN

SPESIFIKA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh :

CINDYKA WIDAHSANA GASTAGASTI NIM : 144012015051

(3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANG ALAMANDA RSUD DR. HI. ABDUL MOLOEK

PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

Cindyka Widahsana Gastagasti

xviii+70 Halaman, 16 Tabel, 3 Bagan dan 5 Lampiran

ABSTRAK

Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia dengan demikian penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai (DepKes, 2016). Di Dunia Bronkopneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, Di Indonesia pada tahun 2015 penyakit Bronkopneumonia ini sebanyak 63,45 atau sekitar 65%, Di provinsi Lampung tahun 2015 yang di temukan dan di tangani sebesar 2693 kasus. Data yang di peroleh dari Rumah Sakit Daerah Dr H Abdul Moeloek tahun 2017 penyakit bronkopneumonia merupakan penyakit terbanyak urutan ke 2 dari 10 penyakit besar tahun 2017. Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia yang mengakibatkan masalah hipertermi. Hipertermi apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan kerusakan sel-sel dan jaringan dan bisa menyebabkan Kematian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdoel Moeloek Tahun 2018 Desain yang dipakai dalam penelitian adalah studi kasus. Partisipan yang digunakan adalah 2 pasien anak usia 0-6 bulan dengan diagnosa medis bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi yang diberikan intervensi yang sama yaitu dengan kompres water tapid sponge.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa pada hari ke 3 kedua pasien mengalami penurunan suhu tubuh dalam kisaran normal, pada pasien 1 suhu tubuh 38,2oC menjadi 36,8oC dan pada pasien 2 suhu tubuh 38oC menjadi 36,7oC. Diharapkan bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Perawat juga harus menjaga komunikasi dengan tim kesehatan lainnya agar perawatan pasien bisa optimal.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Bronchopneumonia, Anak Daftar Pustaka : 24 sumber (2008 – 2017)

(4)

THE NURSING CARE OF THE CHILDREN WHO SUFFER FROM BRONCHOPNEUMONIA WITH HYPERTHERMIA PROBLEM IN ALAMANDA

ROOM AT PUBLIC HOSPITAL RSUD HI. ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE

2018

Cindyka Widahsana Gastagasti

xviii+70 Page, 16 Table, 3 Chart dan 5 Attachement

ABSTRAK

Bronchopneumonia or Lower Respiratory Tract Infection isi in the Second position desease as the main cause of the death in Indonesia, therefore this illness is one of the dangerous desease that must be well- concerned (Depkes, 2016). Bronchopneumonia is the main case of the death for about 15% babies in the World. In Indonesia, this desease shown about 63,45 or 65% happened during 2015. In Lampung, the case of this illnes were covered for 2693 cases. The data which gained from the public hospital shown that bronchopneumonia is the most case happened on 2017 and it was on the top Second of ten most populer deseases happened during 2017. The inflamation process of this desease caused hyperthermia problem. As we know that hipertermy, i fit is not as soon as handled possibly can cause the damage of the cells and tissues in the body and it can cause death.

This Research aim to find the nursing care for the Children who suffered from bronchopneumonia with hyperthermia problem in public hospital RSUD Hi. Abdul Moeloek in 2018. The researcher used case study in designing the research method. The participants were two Children as the patient who treated in that hospital under 0-6 month old with bronchopneumonia diagnose and they has been given the same treatment by giving water tapid sponge.

Based on the result of the Research that has been done, it can be concluded that on the Third day, the two patients were in the condition of decreasing body temperature into normal; degree. On the First patient, it is about 38,20c become 36,80c then on the Second patient, it is about 380c into 36,70c. The researcher suggest to the nurses who worked there to increase their ability, knowledge and skill in case of they are able to treat the patient comprehensively and optimally. They also must keep in touch with their team in order to the treatment given to the patient can be optimally done.

Key Word : The Nursing Care Of Bronchopneumonia, Children Bibliography : 24 source (2008 – 2017)

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Cindyka Widahsana Gastagasti

NIM : 144012015051

Program Studi : Diploma III Keperawatan Jenis Karya : KTI

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi

Di Ruang Alamanda Rsud Dr. Hi. Abdul Moloek Provinsi Lampung Tahun 2018

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi berupa materi atas karya tulis saya yang berjudul :

Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Di Ruang Alamanda Rsud Dr. Hi. Abdul Moloek Provinsi Lampung Tahun 2018

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan adanya pernyataan ini berhak menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu Pada tanggal : 22 Juli 2018 Yang menyatakan

(8)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :

1. Papa, Mama, Ibu, Kakak, Adikku Tercinta, Saudara-saudaraku yang aku sayangi serta yang selalu Menemani, menyemangati dan menantikan keberhasilanku.

2. Ibu isnitra tutra sayekti dan keluarga serta sahabatnya selaku dosen. sekaligus keluarga kedua yang amat aku sayangi dan aku cintai.

3. Pak Manzahri selaku dosen pembimbing akademik yang amat saya banggakan atas segala ilmu dan wawasannya yang sudah banyak dibagikan ke saya dan teman-teman.

4. Adam Maulana orang terkasih yang selalu setia menemani dan menyemangati serta selalu setia mendengarkan keluh kesahku.

5. Teman terbaik sekaligus sahabat tercinta yang selalu ada: sudayat (papa), sapik (ayah), rihana (kentang goreng), vines (bunda), kak indah, tasdik (komplong), bang asep (mulyano), yurike (ikeh kimoceng), pamuji oki, om andri vino, dan juwita (tebe), Mbak Gandis ghardya, Dika arlita, Ayunda (mondol).

6. Keluarga besar PK IMM STIKes Muhammadiyah yang amat sangat aku sayangi dan banggakan.

7. Almamater STIKes Muhammadiyah Pringsewu yang saya cintai. 8. Rekan – Rekan mahasiswa Seperjuangan yang aku banggakan.

(9)

MOTTO HIDUP

Hidup lebih indah apabila kita bersyukur

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rohman : 13) (Penulis)

Berpikir positif dan selalu optimis (Penulis)

Hilangkan takut dan bimbang, teguhkan keyakinan dan jadilah berani (Penulis)

Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu sendiri dan tinggalkanlah jejak

(Penulis)

Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah! Jika tidak bisa, maka ubahlah cara pandang tentangnya

(10)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Cindyka widahsana gastagasti, dilahirkan pada tanggal 19 maret 1998 di Kotabumi, putri ketiga dari pasangan bapak edy surahmat dan ibu sukani. Pendidikan dasar di SDN 1 Tulung Buyut, di tamatkan pada tahun 2009 dan SLTPN 1 Hulu Sungkai diselesaikan pada tahun 2012. Pendidikan berikutnya SMAN 2 Kota Bumi ditamatkan pada tahun 2015 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di STIKes Muhammadiyah Pringsewu sampai sekarang.

Semasa menjalani pendidikan dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama penulis aktif di berbagai kegiatan, antara lain : sekretaris osis dan sebagai pradana PRAMUKA dari tahun 2010 sampai 2011. Semasa menjalani pendidikan dibangku sekolah menengah atas penulis aktif di kegiatan PMR sebagai sekretaris dan Penolong Pertama dari tahun 2012 sampai 2014.

Pada tahun 2013 penulis pernah memenangkan perlombaan PMR tingkat Wira (SMA sederajat) dan mendapatkan juara 1 Pertolongan Pertama Putri.

(11)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul : “Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Bronkopneumonia Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Lampung Tahun 2018”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir dalam menempuh pendidikan Diploma III Keperawatan pada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Selama penulisan dan penyusunan Proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

2. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku Ketua Prodi D III Keperawatan.

3. Ns. Siti Indarti, S.Kep.,M.Kes. selaku Pembimbing I. 4. Ns. Andri Yulianto, S.Kep.,M.Kes., selaku Pembimbing II. 5. Ns. Yusnita S.Kep. M.Kes. selaku Penguji .

6. Seluruh dosen dan Staf STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung. 7. Papa, Mama, Ibu, Kakak, adikku Tercinta, saudara-saudaraku yang aku

sayangi serta Orang Terkasih yang selalu Menemani dan menantikan keberhasilanku.

8. Rekan – Rekan Seperjuangan Angkatan Ke - 20 yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

9. Almamater STIKes Muhammadiyah Pringsewu.

10. Keluarga besar PK IMM STIKes Muhammadiyah yang penulis sayangi dan banggakan.

(12)

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.

Wasalammu’alaikum Wr. Wb.

Pringsewu, 19 Maret 2018

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTO HIDUP ... ix

RIWAYAT HIDUP ... x

KATA PEGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah... 5 C. Rumusan Masalah ... 5 D. Tujuan ... 5 E. Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit ... 8

1. Definisi ... 8

2. Etiologi ... 9

3. Patofisiologi ... 9

4. Tanda dan Gejala... 11

5. Pemeriksaan Penunjang ... 11 6. Komplikasi ... 11 7. Penatalaksanaan ... 12 B. Konsep Hipertermi ... 12 1. Definisi ... 12 2. Etiologi ... 13 3. Proses Terjadinya ... 13 4. Manifestasi Klinis ... 14 5. Komplikasi ... 15 6. Pemeriksaan Penunjang ... 15 7. Penatalaksanaan Medis ... 15 8. Penatalaksanaan Keperawatan ... 15

C. Konsep Tepid Water Sponge ... 16

1. Pengertian ... 16

2. Manfaat ... 16

3. Teknik Tepid Sponge ... 17

(14)

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 18

3. Kebutuhan Dasar Anak ... 24

E. Konsep dasar asuhan keperawatan ... 25

1. Pengkajian ... 25

2. Diagnosa keperawatan ... 28

3. Rencana keperawatan ... 29

4. Implementasi ... 35

5. Evaluasi ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Batasan Istilah ... 36

C. Partisipan ... 37

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

E. Pengumpulan Data ... 37

F. Analisa Data ... 39

G. Etik penelitian ... 40

H. Jalannya penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran lokasi dan pengambilan data ... 43

2. Visi dan misi lokasi pengambilan data ... 44

3. Pengkajian ... 44 4. Analisa Data ... 57 5. Perencanaan ... 58 6. Pelaksanaan ... 59 7. Evaluasi ... 60 B. Pembahasan 1. Pengkajian ... 62 2. Diagnosa keperawatan ... 65 3. Intervensi ... 66 4. Implementasi ... 67 5. Evaluasi ... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan

Tabel 4.1 Identitas Pasien Dan Keluarga Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan

Tabel 4.3 Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

Tabel 4.4 Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari (Sebelum Dan Saat Sakit)

Tabel 4.5 Kondisi Psikososial Saat Sakit Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik Umum Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik Khusus Tabel 4.8 Test Diagnostik

Tabel 4.9 Pengobatan / Therapy klien 1 Tabel 4.10 Pengobatan Therapy Klien 2 Tabel 4.11 Resume Keperawatan Tabel 4.12 Analisa Data

Tabel 4.13 Perencanaan Tabel 4.14 Pelaksanaan Tabel 4.15 Evaluasi

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway

Bagan 4.1 Genogram 1

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 SOP Tapid Water Sponge

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Pra Survey

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Survey

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak merupakan tahapan yang harus di lalui dalam kehidupan sebelum seseorang dikatakan sebagai orang yang dewasa (Nursalam, 2013: 174). Anak harus melewati periode penting dalam masa kanak-kanaknya yaitu periode pertumbuhan dan perkembangan atau yang disebut juga sebagai fase “Golden Age”. Pertumbuhan merupakan

pertambahan jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang dapat diukur secara kuantitatif sedangkan perkembangan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar (Marmi & Rahardjo, 2012: 108).

Masalah kesehatan yang muncul pada anak bisa disebabkan karena organ-organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal seperti sistem pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa. Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan mempengaruhi sistem tubuh yang lainnya dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak mengakibatkan masalah kesehatan pada tahap perkembangan anak . Keseimbangan antara sosial, mental, kesejahteraan fisik serta keberadaan penyakit menjadi indikator utama kesehatan (Wong, 2009:02).

(19)

Anak lebih rentang terhadap penyakit karena organ-organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal. Salah satu penyakit yang sering menyerang anak adalah Bronkopneumonia. Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana tanda dan gejalanya dimulai dari batuk, pilek, disertai dengan panas dan Bronkopneumonia juga penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada system pernafasan atau suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Wijayaningsih, 2013: 16). Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia dengan demikian penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai (DepKes, 2016).

Di Dunia Bronkopneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita yaitu sebanyak 922.000 balita ditahun 2015, terbanyak terjadi Di Asia selatan dan Afrika. Di Indonesia pada tahun 2015 penyakit Bronkopneumonia ini sebanyak 63,45 atau sekitar 65% (Kemenkes RI, 2015). Di provinsi Lampung tahun 2015 yang di temukan dan di tangani sebesar 2693 kasus, jika dilihat berdasarkan jenis kelamin laki-laki (55%) perempuan (45%). Hal ini terjadi karena usia bayi merupakan usia paling beresiko penyakit karena beberapa faktor antara lain pelaksanaan tata laksana standar penanganan penderita yang belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan sarana prasarana kurang mendukung (Dinkes Propinsi Lampung, 2016).

Bronkopneumonia apabila tidak segera di obati maka akan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak,

(20)

anoreksia akibat respon sistemik melalui kontrol syaraf pusat, penurunan produksi urine akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam dan mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas (Wijayaningsih, 2013: 16). Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia yang mengakibatkan masalah hipertermi.

Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal dan memiliki karakteristik peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal, kulit terasa hangat, takikardi, takipnea (amin huda nurarif, 2015). Kejang dapat terjadi sebagai akibat dari demam tinggi yang tidak ditangani secara dini sehingga menimbulkan hipoksia jaringan otak dan pada akhirnya terjadi kerusakan otak. Suhu badan yang tinggi menyebabkan otak menjadi sensitif dan mudah mengalami kematian sel. Suhu badan yang tinggi menyebabkan otak menjadi sensitif dan mudah mengalami kematian sel. Hal ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Suhu tubuh tinggi berbahaya karena mengakibatkan perdarahan lokal dan degenerasi

parenkimatosa di seluruh tubuh, gangguan pada metabolisme seluler tubuh,

khususnya gangguan pada enzim sebagai katalisis berbagai reaksi oksidasi kimia. Gangguan ini akan menyebabkan terganggunya fungsi sel (Rahmawati,2013).

Salah satu cara untuk mengatasi hipertermi dapat melalui tindakan kolaboratif perawat dengan tim kesehatan lain maupun tindakan mandiri seperti kompres hangat, kompres hangat merupakan tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang

(21)

ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas kompres hangat terhadap kesembuhan pada anak dengan bronkopneumonia. Hasil penelitian didapatkan bahwa kompres hangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami bronkopneumonia. Hasil skripsi studi kasus yang di lakukan oleh Adriana un (2015) tentang penanganan masalah keperawatan hipertermi pada anak dengan Bronkopneumonia yang dilakukan tindakan kompres hangat, hasil penelitian selama 2 hari didapatkan kompres hangat efektif menurunkan suhu tubuh dan efektif mengatasi masalah keperawatan hipertermi pada anak dengan Bronkopneumonia. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Aryanti (2016) yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas kompres hangat dan tapid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam dengan bronkopneumonia. Hasil penelitian didapatkan bahwa kompres hangat dan tapid sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami bronkopneumonia.

Data yang di peroleh dari Rumah Sakit Daerah Dr H Abdul Moeloek, khususnya di ruang Alamanda pada tahun 2017 terhitung mulai Januari sampai Desember penyakit bronkopneumonia merupakan penyakit terbanyak urutan ke 2 dari 10 penyakit besar tahun 2017 di ruangan tersebut usia 2 bulan – 1 tahun terdapat 133 kasus pada laki-laki dan 63 kasus pada perempuan, usia

1 tahun – 4 tahun terdapat 43 laki-laki sedangkan perempuan ada 47, usia 5-14 tahun laki-laki ada 19 dan perempuan ada 9, angka kematian pada kasus

(22)

Bronkopneumonia pada tabun 2017 ada 74 pasien. Pasien dengan bronkopneumonia banyak mengalami masalah gangguan pola napas dan hipertermi (Rekam Medik RSUD Abdul Moeloek, 2016).

Penyakit Bronkopneumonia merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat sekitar namun masyarakat belum tahu betul bagaimana tanda gejala serta penanganan dari penyakit. Berdasarkan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Bronkopneumonia Dengan Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Dr. Hi.Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2018.

B. Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

C. Rumusan Masalah

Diketahui Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdoel Moeloek Tahun 2018.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui asuhan keperawatan pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdoel Moeloek Tahun 2018.

(23)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengkajian kepada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

b. Diketahui diagnosa keperawatan pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

c. Diketahui perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

d. Diketahui tindakan keperawatan pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

e. Diketahui evaluasi pada anak yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hi.Abdul Moeloek Tahun 2018.

E. Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi perawat.

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan yang berkualitas terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkopneumonia secara komprehensif.

(24)

2. Bagi Rumah Sakit.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khususnya dengan Bronkopneumonia.

3. Bagi institusi pendidikan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan Bronkopneumonia.

4. Bagi klien.

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan perawatan yang baik untuk pasien yang mengalami Bronkopneumonia.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep penyakit

1. Definisi

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Amin Huda Nurarif, 2015).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang terjadi pada jaringan atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari (Padilah, 2013 dalam Alfi Zikri, 2017).

Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada parenkim yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas tinggi, gelisah, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif (Aziz Alimul Hidayat, 2012).

Bronkopneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008).

(26)

2. Etiologi

Menurut Amin Huda Nurarif (2015) secara umum individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma dan riketsia, antara lain :

a. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumonia), Mycobacterium Tuberculosis.

b. Virus : respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik c. Jamur : citoplasma capsulatum, criptococus nepromas, blastomices

dermatides, aspergillus, candida albicans, mycoplasma pneumonia, d. Aspirasi makanan, sekresi orofaring atau isi lambung ke dalam paru e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya

(27)

akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologi dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga mengakibatkan gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini akan menimbulkan sekret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan sekret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Bagan 2.1 Pathway

(Sumber : Zul dahlan, 2000 dalam Ditya, 2012)

Peningkatan suhu tubuh Hipertermi Peradangan Dilatasi pembuluh darah Eksudat masuk alveoli Gangguan difusi gas Gangguan Pertukaran Gas Suplai O2 dalam darah turun Hipoksia Fatigue Intoleransi aktivitas Infeksi saluran cerna

Peningkatan flora normal usus

Peristaltik usus  Malabsorbsi Frekuensi BAB >3x/hari

Gangguan Keseimbangan Cairan

Tubuh Virus, bakteri, jamur

(penyebab) Invasi saluran nafas

Infeksi saluran napas bawah Kuman terbawa ke saluran cerna Kuman berlebih di bronkus Proses Peradangan Akumulasi secret di Bronkus Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Mukus di bronkus  Bau mulut tak sedap

Anoreksia

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

(28)

4. Tanda Dan Gejala

Menurut Barbara C.Long (1996) dalam Nuur airf dan Kusuma (2015) bronkopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal penderita bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas menggunakan otot aksesorius dan biasa timbul sianosis, terdengar adanya krekels diatas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah : meningkatnya jumlah neutrofil

2) Pemeriksaan sputum : untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur darah, dan tes sensitivitas guna mendeteksi agen infeksius

b. Pemeriksaan radiologi

1) Rontgen thorax : menunjukan konsolidasi

2) Laringoskop/bronchoscopi : untuk menentukan apakah jalan napas tersumbat oleh benda padat.

(Alpi Zikri, 2016)

6. Komplikasi

a. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna. b. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.

(29)

d. Infeksi sistomik

1) Endokarditis : Peradangan pada endokardium. 2) Meningitis : Peradangan pada selaput otak.

(Alpi zikri, 2016) 7. Penatalaksanaan

a. Medis

1) Antibiotic seperti : penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.

2) Terapi oksigen (O2)

3) Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

b. Keperawatan

1) Monitor respirasi

2) Monitor suhu tubuh, nadi, pernapasan 3) Monitor nutrisi dan cairan

4) Anjurkan untuk cukup istirahat

(Ngastiyah, 2005) B. Konsep Hipertermi

1. Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.

(30)

Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).

Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (Amin huda nurarif, 2015)

2. Etiologi

Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit. Faktor penyebabnya : Dehidrasi Penyakit atau trauma Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat Pakaian yang tidak layak Kecepatan metabolisme meningkat, Pengobatan/ anesthesia Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang) Aktivitas yang berlebihan (Dwi S, 2015).

(31)

3. Proses Terjadinya

Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh (Dwi S, 2015).

4. Manifestasi Klinis

a. Suhu tinggi 37,8ºC (100oF) per oral atau 38,8ºC (101oF) b. Takikardia

c. Hangat pada sentuhan d. Menggigil

e. Dehidrasi

f. Kehilangan nafsu makan

(32)

5. Komplikasi

Kerusakan sel-sel dan jaringan dan bisa menyebabkan Kematian (Dwi S, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi

b. Pemeriksaan urine

c. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid

d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl e. Uji tourniquet

(Dwi S, 2015). 7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis yang diberikan : Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen (Dwi S, 2015).

8. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu : a. Observasi keadaan umum pasien

b. Observasi tanda-tanda vital pasien

c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis d. Anjurkan pasien banyak minum

(33)

f. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher bagian belakang

g. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan, dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya

(Dwi S, 2015). C. Konsep Tepid Water Sponge

1. Pengertian

Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan penelitian dari Isnaeni (2014) kompres tepid sponge hangat lebih efektif dari kompres hangat.

2. Manfaat

a. Dapat memberikan rasa nyaman

b. Teknik tepid sponge lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu tubuh dibanding kompres hangat.

c. Adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan teknik tepid sponge sebesar 0,2ºC.

(34)

3. Teknik Tepid Sponge

No. Aspek yang dinilai

A. Persiapan alat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bengkok

Air hangat dengan suhu 37ºC Termometer mandi Waslap besar

Handuk berukuran sedang Pengalas mandi

Selimut mandi Etil alkohol Termometer

Sarung tangan bersih

B. Persiapan klien dan lingkungan 1

2 3

Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Jaga privasi klien

Beri klien posisi supine di tempat tidur

C. Langkah-langkah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Mencuci tangan

Memasang sarung tangan bersih Bantu klien melepaskan pakaiannya

Tempatkan alas mandi di bawah punggung klien

Pasang selimut mandi di area tubuh yang tidak dilakukan tepid water sponge Cek kembali temperatur air, rendam waslap dan handuk di air hangatlalu di peras Pasang waslap basah di bawah aksila dan selangkangan paha (karena terdapat pembuluh darah yang besar) serta pasang pula handuk di bagian tubuh anterior agar terjadi

perpindahan panas dengan cara konduksi, jika digunakan bak mandi “tub”, rendam klien selama 20-30 menit

Ganti waslap dan handuk tiap 5 menit

Jika sudah selesai keringkan bagian tubuh klien

Ukur kembali nadi dan temperatur badan klien, observasi kembali respons klien terhadap terapi

Lanjutkan kembali tepid water sponge ini di bagian tubuh posterior selama 3-5 menit, kaji kembali nadi dan temperatur setiap 15 menit.

Hentikan tindakan jika suhu tubuh klien sudah kembali dalam batas normal, jika suhu turun dibawah batas normal tindakan tidak dilanjutkan

Keringkan seluruh tubuh dan bantu klien memakai pakaian Alat-alat dan pasien di rapikan, ganti linen jika basah Lepaskan sarung tangan

Cuci tangan Dokumentasi prosedur D. Sikap 1 2 3

Melakukan tindakan dengan sistematis Komunikatif dengan klien

Percaya diri

(35)

D. Konsep Tumbuh Kembang Anak 1. Definisi

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Sebagai contoh, anak bertambah besar bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar lebih besar, mengingat, dan mempergunakan akalnya semakin meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi tubuh yang meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetjiningsih dan Ranuh, 2015).

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan a. Usia Bayi (0-12 bulan)

1) Antopometri a) Tinggi badan

0-6 bulan : bayi tumbuh 2,5 cm/bulan - 63,8 cm di usia 6 bulan. 6-12 bulan : panjang bayi meningkat 50 % - 72,5 cm di usia 12 bulan.

b) Berat badan (BB)

0-6 bulan :BB bertambah 682 g/bulan.- 7,3 kg di usia 6 bulan. 6-12 bulan : BB bertambah 341 g/bulan – 9,8 kg di usia 12 bulan.

(36)

c) Lingkar kepala (LK)

0-6 bulan : LK bertambah 1,32 cm/bulan – 37,4 cm di usia 6 bulan.

6-12 bulan : LK meningkat 0,44 cm/bulan – 45 cm diusia 12 bulan

d) Lingkar Dada: sekitar 2 cm lebih kecil dari LK. 2) Perkembangan Motorik

a) Motorik kasar

(1) Bayi baru lahir dapat memutar kepala dari sisi yang satu kesisi yang lain pada posisi tengkurap kecuali pada permukaan yang lunak yang dapat menyebabkan asfiksia. (2) Bayi mampu mengangkat kepala diusia 3 bulan

(3) Bayi berguling dari depan kebelakang diusia 4-5 bulan (4) Bayi duduk bersandar diusia 7 bulan

(5) Bayi duduk tanpa ditopang pada usia 8 bulan (6) Bayi mulai naik berdiri diusia 9 bulan

(7) Bayi merambat pada usia 10 bulan

(8) Bayi berjalan sambil memegang tangan seseorang diusia 12 bulan

b) Motorik halus

(1) Bayi menggenggam diusia 1 bulan

(2) Bayi dapat memegang mainan pada usia 3 bulan

(37)

(4) Bayi dapat menggenggam dengan ibu jari dan jari lainnya pada usia 7,5-8,5 bulan

(5) Bayi mengembangkan gerakan menjepit pada usia 9 bulan. (6) Bayi mencoba membangun menara dari balok-balok pada

usia 12 bulan. 3) Perkembangan psikososial

a) Masa (Trust Vs Miss Trust) dimana kemampuan bayi untuk mempercayai orang lain yang berkembang pada tahun pertama membentuk dasar untuk seluruh tugas psikososial selanjutnya. b) Bayi yang memperlihatkan respons terkejut (moro) yang

refleks terhadap suara keras, benda yang jatuh.

c) Ansietas pada orang lain muncul pada usia 6 bulan mulai menghilang pada usia 11 bulan.

d) Pelukan dan kehangatan pengasuh dapat menenangkan rasa takut.

e) Bayi memperlihatkan senyum sosial pada usia 2 bulan f) Bayi mengenali wajah yang familier pada usia 3 bulan g) Bayi menikmati interaksi sosial pada usia 4 bulan

h) Bayi tersenyum pada bayangan di cermin pada usia 5 bulan i) Bayi memperlihatkan rasa cemburu dan rasa sayang pada usia

(38)

b. Usia Toddler (1-3 Tahun) 1) Antopometri

a) Tinggi badan

Rata-rata bertambah tinggi 7,5 pertahun. Usia 2 tahun TB diharapkan setengah dari TB dewasa.

b) Berat badan (BB)

Rata-rata pertumbuhan BB toddler adalah 1,8-2,7 kg/tahun. Usia 2,5 tahun BB toddler mencapai 4x berat lahir.

2) Perkembangan Motorik a) Motorik kasar

(1) Berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan.

(2) Berjalan menaiki tangga, berpegangan pada satu tangan pada usia 18 bulan.

(3) Berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan 1 langkah pada usia 24 bulan.

(4) Toddler melompat dengan 2 kaki pada usia 30 bbulan b) Motorik halus

(1) Membangun menara dengan blok dan mencoret-coret secara spontan pada usia 15 bulan.

(2) Membangun menara 3-4 blok pada usia 18 bulan (3) Meniru coretan vertikal pada usia 24 bulan

(4) Membangun menara 8 blok dan meniru silang pada usia 30 bulan.

(39)

3) Perkembangan psikososial

a) Masa otonomi vs rasa malu dan ragu, toddler telah membangun rasa percaya dan siap menyerahkan ketergantungannya untuk membanngun perkembangan kemampuan pertamanya dalam mengendalikan otonomi.

b) Toddler mulai menguasai keterampilan sosial

c) Toddler sering menggunakan kata “tidak” bahkan ketika bermaksud “ya” untuk mengungkapkan kebebasannya.

d) Toddler sering terus menerus mencari benda familier yang melambangkan rasa aman, seperti selimut.

e) Rasa takut pada toddler umumnya pada suara yang keras, binatang yang besar dan pergi tidur

f) Ansietas pada orang asing dan kehilangan orang tua (ansietas perpisahan)

g) Ritualisme, negativisme dan kemandirian mendominasi interaksi pada toddler

h) Ansietas perpisahan memuncak saat toddler mulai membedakan dirinya dari orang terdekat

c. Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) 1) Antopometri

a) Tinggi badan : pertambahan rata-rata 6,25-7,5 cm/tahun b) Berat badan : pertambahan rata-rata 2,3 kg/tahun

(40)

2) Perkembangan Motorik a) Motorik kasar

Anak pra sekolah dapat mengendarai sepeda roda 3, melalui tanga, melompat, berdiri satu kaki selama beberapa menit. b) Motorik halus

(1) Pada usia 3 tahun anak dapat membangun menara 9-10 blok, membuat jembatan dari 3 blok, meniru bentuk lingkaran, menggambar tanda silang.

(2) Pada usia 4 tahun anak dapat mengikat tali sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima, dan

menambahkan 3 bagian dalam gambar manusia.

(3) Pada usia 5 tahun dapat mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dengan baik.

3) Perkembangan psikososial

a) Hubungan dengan orang lain selain orang tua termasuk kakek, nenek, saudara dan guru-guru disekolah.

b) Anak memerlukan interaksi yang baik dengan teman yang sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial. c) Tujuan utama anak pra sekolah adalah membantu

mengembangkan keterampilan sosial anak.

(41)

3. Kebutuhan Dasar Anak

Menurut soetjiningsih & ranuh (2013) kebutuhan dasar anak meliputi : a. Kebutuhan Fisik Biomedis (ASIH)

Kebutuhan fisik biomedis meliputi pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi, pengobatan kalau sakit), papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi dan lain-lain.

b. Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (ASUH)

Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang penuh kasih sayang, erat, mesra dan selaras antara ibu/pengasuh dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental, maupun psikososial. Peran dan kehadiran ibu/pengasuh sedini dan selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayi.

c. Kebutuhan Akan Stimulasi Mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini merangsang perkembangan mental psikososial : kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral/etika, produktivitas dan sebagainya.

(42)

E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan.

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Yenichrist,2008)

a. Identitas.

b. Riwayat Keperawatan. 1) Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

2) Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40ºC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

(43)

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

5) Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

6) Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. 8) Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

9) Pemeriksaan persistem.

a) Sistem kardiovaskuler. : Takikardi, iritability. b) Sistem pernapasan.

(44)

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan fiction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

c) Sistem pencernaan.

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.

d) Sistem eliminasi.

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).

e) Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung. f) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum, g) Sistem integumen.

(45)

10) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :

a) Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

b) Luas daerah paru yang terkena. c) Evaluasi pengobatan.

(Alpi Zikri, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan

Adalah keputusan klinis tentang respon individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalahkesehatan/proses hidup yang aktual maupunpotensial (NANDA, 2015). Adapun diagnosa keperawatan bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli)

(46)

c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d perubahan kadar elektrolit dalam serum (diare).

(Zul dahlan, 2000 dalam Ditya, 2012) 3. Rencana Keperawatan

Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. (Mirzal, 2010)

Tabel 2.1Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria

Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas Definisi :

Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. Batasan Karakteristik : 1. Dispneu, Penurunan

suara nafas 2. Orthopneu 3. Cyanosis

4. Kelainan suara nafas (rales, wheezing) 5. Kesulitan berbicara 6. Batuk, tidak efekotif

NOC : 1. Respiratory status : Ventilation 2. Respiratory status : Airway patency 3. Aspiration Control Kriteria Hasil : 1. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

NIC :

Airway suction

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning 2. Auskultasi suara nafas 3. Kaji suhu nadi dan

pernafasan

4. Berikan O2 dengan nasal untuk memfasilitasi suction 5. Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning 6. Minta klien nafas dalam

sebelum suction dilakukan. 7. Berikan O2 dengan

menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

(47)

8. Produksi sputum 9. Gelisah

10. Perubahan frekuensi dan irama nafas Faktor-faktor yang berhubungan: 1. Lingkungan :

merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi 2. Fisiologis :

disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

3. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

(vasikuler) 4. Pernafasan dalam

batas normal 5. Tidak ada batuk 6. Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 7. Mampu

mengidentifikasika n dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

10. Monitor status oksigen pasien 11. Ajarkan keluarga bagaimana

cara melakukan suksion 12. Hentikan suksion dan berikan

oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll. Airway Management

13. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 14. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi 15. Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

16. Pasang mayo bila perlu 17. Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

18. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

19. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 20. Lakukan suction pada mayo 21. Berikan bronkodilator bila

perlu

22. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab 23. Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

24. Monitor respirasi dan status O2

2. Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran

karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli. Batasan karakteristik : 1. Gangguan penglihatan 2. Penurunan CO2 3. Takikardi 4. Hiperkapnia 5. Keletihan 6. Somnolen 7. Iritabilitas 8. Hypoxia 9. Kebingungan 10. Dyspnoe 11. nasal faring NOC :

Respiratory Status : Gas exchange

Respiratory Status : ventilation

Vital Sign Status Kriteria Hasil : 1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berika bronkodilator bial

perlu

(48)

13. Sianosis 14. warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) 15. Hipoksemia 16. Hiperkarbia 17. sakit kepala ketika

bangun 18. frekuensi dan

kedalaman nafas abnormal Faktor faktor yang berhubungan : 1. ketidakseimbangan perfusi ventilasi 2. perubahan membran kapiler-alveolar dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 4. Tanda tanda vital

dalam rentang normal

mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2 Respiratory Monitoring

12. Monitor rata – rata,

kedalaman, irama dan usaha respirasi

13. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

14. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot 15. Catat lokasi trakea 16. Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan paradoksis)

17. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan 18. Tentukan kebutuhan suction

dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

3. Hipertermia Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal

Batasan Karakteristik: 1. kenaikan suhu tubuh

diatas rentang normal 2. serangan atau konvulsi (kejang) 3. kulit kemerahan 4. pertambahan RR 5. takikardi

6. saat disentuh tangan terasa hangat Faktor faktor yang berhubungan : 1. penyakit/ trauma 2. peningkatan metabolisme 3. aktivitas yang berlebih 4. pengaruh medikasi/anastesi 5. ketidakmampuan/pe nurunan kemampuan untuk berkeringat 6. terpapar dilingkungan panas NOC : Thermoregulation Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh dalam

rentang normal 2. Nadi dan RR dalam

rentang normal 3. Tidak ada

perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

NIC :

Fever treatment

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor IWL

3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi

dan RR

5. Monitor penurunan tingkat kesadaran

6. Monitor WBC, Hb, dan Hct 7. Monitor intake dan output 8. Berikan anti piretik 9. Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam 10. Selimuti pasien

11. Lakukan tapid sponge 12. Berikan cairan intravena 13. Kompres pasien pada lipat

paha dan aksila

14. Tingkatkan sirkulasi udara 15. Berikan pengobatan untuk

mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation 16. Monitor suhu minimal tiap 2

jam

17. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

(49)

tepat 20. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 21. Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi

22. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh 23. Ajarkan pada pasien cara

mencegah keletihan akibat panas

24. Diskusikan tentang

pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 25. Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

26. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

27. Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring

28. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

29. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

30. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri 31. Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan 32. Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan setelah aktivitas

33. Monitor kualitas dari nadi 34. Monitor frekuensi dan irama

pernapasan 35. Monitor suara paru 36. Monitor pola pernapasan

abnormal

37. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

38. Monitor sianosis perifer 39. Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

40. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

(50)

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Definisi:

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan karateristik: 1. Kram abdomen 2. Nyeri abdomen 3. Menghindari makanan 4. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal 5. Diare 6. Bising usus hiperaktif 7. Kurang makanan 8. Kurang informasi 9. Kurang minat pada

makanan

10. Kesalahan konsepsi 11. Membrane mukosa

pucat

12. Tonus otot menurun 13. Kelemahan otot untuk menelan Factor-faktor yang berhubungan: 1. Factor biologis 2. Factor ekonomi 3. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien 4. Ketidakmampuan mencerna makanan 5. Ketidakmampuan menelan makanan 6. Factor psikologis NOC : 1. Nutritional status 2. Nutritional status:

food and fluid intake 3. Nutritional status: nutrient intake 4. Weight control Kriteria hasil: 1. Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan 2. BB ideal sesuai dengan TB 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada

tanda-tanda malnutrisi 5. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti NIC : Nutrition management

1. Kaji adanya alergi makanan. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe

4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan oleh ahli gizi)

5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition monitoring

6. BB pasien dalam batas normal

7. Monitor adanya penurunan BB

8. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan 9. Monitor lingkungan selama

makan

10. Monitor turgor kulit 11. Monitor mual dan muntah 12. Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht. 13. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

5. Intoleransi Aktivitas Definisi :

Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan Karakteristik : 1. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas 2. Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas 3. Perubahan EKG NOC : 1. Energy conservation 2. Activity tolerance 3. Self Care : ADLs Kriteria Hasil : 1. Berpartisipasi

dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri 3. Tanda-tanda vital NIC Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi

dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

(51)

4. Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia 5. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 6. Dipsnea setelah beraktivitas 7. Menyatakan merasa letih 8. Menyatakan merasa lemah Faktor Yang Berhubungan : 1. Tirah Baring atau

imobilisasi 2. Kelemahan umum 3. Ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen 4. Gaya hidup monoton

5. Level kelemahan 6. Mampu berpindah:

dengan atau tanpa bantuan alat 7. Status

kardiopulmunari adekuat

8. Sirkulasi status baik 9. Status respirasi :

pertukaran gas dan ventilasi adekuat

kursi roda, krek

6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat

jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

6 Resiko ketidakseimbangan elektrolit. Definisi: Beresiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan. Factor resiko: 1. Defisiensi volume cairan. 2. Diare 3. Disfungsi endokrin. 4. Kelebihan volume cairan. 5. Ganguan mekanisme regulasi (mis., diabetes, isipidus, sindrom ketidakaktepatan sekresi hormone antidiuretik). 6. Disfungsi ginjal 7. Efek samping obat

(mis., medikasi drain). 8. Muntah. NOC: 1. Fluid balance 2. Hydration 3. Nutritional status:

food and fluid 4. Intake

Kriteria hasil: 1. Mempertahankan

urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal, HT normal. 2. TTV dalam batas

normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

NIC:

Fluid management 1. monitor vital sign 2. kolaborasikan pemberian

cairan IV

3. monitor status nutrisi 4. dorong masukan oral 5. dorong keluarga untuk

membantu pasien makan 6. tawarkan snack (jus buah,

buah segar)

7. kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Hypovolemia management 1. Monitor status cairan

termasuk intake dan output cairan.

2. Pelihara iv line. 3. Monitor tingkat hb dan

hematokrit

4. Monitor tanda vital 5. Monitor bb.

(52)

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

5. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawat dapat mencapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka jenis desain penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang berfokus menggambarkan dan memahami fenomena (konsep) (Dharma, 2011). Desain yang dipakai dalam penelitian adalah studi kasus, yaitu studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan keperawatan Pada Anak yang mengalami Bronkopneumonia dengan Hipertermi di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018.

B. Batasan Penelitian

Batasan konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang (Sutedi, 2009). Batasan dalam penelitian ini yaitu Asuhan keperawatan Pada Anak yang mengalami Bronkopneumonia dengan

Hipertermi di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018.

Variabel Batasan istilah Cara ukur

Bronkopneumonia

Proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli), ditandai dengan : demam, sakit kepala, batuk, sesak, napas dan mengeluarkan sputum

Melakukan observasi, Pemeriksaan fisik (IPPA), Pemeriksaan laboratorium dan rekam medik

Hipertermi

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (36,5oC-37,5oC). Ditandai dengan : peningkatan suhu tubuh di atasi kisaran normal, kulit kemerahan, tangan teraba hangat, takikardi, takipneu, konvulsi Melakukan observasi, Wawancara, Pemeriksaan fisik (Menggunakan termometer digital)

(54)

C. Partisipan

Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta dalam suatu kegiatan atau yang ikut berperan didalam penelitian ini. Partisipan digunakan apabila subyek mewakili suatu kelompok tertentu (Hermawanto, 2010). Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yaitu anak dengan kriteria usia 0-6 tahun dengan diagnosa medis bronkopneumonia dengan masalah keperawatan Hipertermi. Apabila pasien pulang selama proses keperawatan maka akan dilakukan Homecare atau mengganti pasien lain dengan kriteria yang sama.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada bulan April-Mei 2018 dengan 3 kali kunjungan.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien (Yenichrist,2008). Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu :

1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, pola kebiasaan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kondisi

(55)

psikososial. Sumber data didapatkan dari klien, keluarga, atau rekam medik dari rumah sakit.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien (Yenichrist,2008).

Hasil pengukuran bronkopneumonia dilakukan dengan pendekatan IPPA : inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi pada sistem tubuh klien. Sedangkan masalah keperawatan hipertermi menggunakan alat yaitu termometer untuk mengetahui suhu tubuh anak, wawancara dan pemeriksaan fisik. 3. Intervensi dan implementasi

Dari masalah hipertermi intervensi yang akan peneliti lakukan adalah melakukan tindakan kompres tepid sponge yang dilakukan sesuai SOP (terlampir) setelah itu akan dibandingkan antara pasien 1 dan 2 manakah yang mengalami penurunan suhu tubuh paling besar dan implementasi yang dilakukan didokumentasikan sesuai format asuhan keperawatan anak. 4. Evaluasi dan dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.

Gambar

Tabel 2.1Rencana Keperawatan
Tabel 4.1 Identitas Pasien Dan Keluarga
Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan
Tabel 4.3 Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah hipertermi, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri akut, ansietas, dan defisiensi

Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada keluarga dalam penanganan masalah pada klien keperawatan pada pasien stroke dengan masalah keperawatan hambatan komunikasi verbal di

Berdasarkan asuhan keperawatan pada An “R’ dan An “B’’ yang mengalami Febris Convulsion dengan masalah Hipertermia di ruang Anak RSUD Bangil, didapatkan

Berdasarkan hasil kajian kasus yang ada maka di ketahui bahwa hasil evaluasi yang ada menentukan tindakan keperawatan berikutnya, setelah di lakukan evaluasi pada hari

Vital penyakit 2 Rabu, 20 april 2011 / 15.00 Cemas b/d Akan di lakukan tindakan operasi tonsilektomi Tujuan: Setelah di Lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan

Analisa kondisi An ‘M’ yang mengalami masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yaitu klien mengatakan badan sudah tidak panas suhu 36,0 0 C,

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien limfoma non-hodgkin NHL dengan masalah keperawatan defisit nutrisi yang dilakukan tindakan keperawatan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan didapatkan bahwa penatalaksanaan terapi inhalasi efektif diberikan pada pasien yang mengalami bronkopneumonia dengan masalah