• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga dan mengetahui penyebab anak ikut bekerja sebagai pengamen anak serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga dan mengetahui penyebab anak ikut bekerja sebagai pengamen anak serta"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu, bagaimana pertisipasi pengamen anak dalam ekonomi rumah tangga. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh mana anak berpartisipasi terhadap ekonomi rumah tangga dan mengetahui penyebab anak ikut bekerja sebagai pengamen anak serta apa akibat bila anak tersebut bekerja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pengamen yang terdaftar di Kecamatan Medan Kota sebanyak 120 orang. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi yaitu sebanyak 24 orang dan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan menetapkanj kriteria-kriteria tertentu yang dijadikan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal ini sampelnya adalah anak-anak yang bekerja sebagai pengamen anak. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, maka dapat disimpulkan bahwa anak berpartisipasi aktif dalam membantu perekonomian di keluarganya tanpa harus mengabaikan waktu sekolah. (Anggraini, Partisipasi Pengamen Anak Dalam Ekonomi Rumah Tangga Di Kecamatan Medan Kota, 2005).

Bagaimana pengaruhnya kondisi sosial ekonomi orang tua siswa yang berbeda terhadap prestasi belajar Geografis dan seberapa besar pengaruh kondisi

(2)

sosial ekonomi siswa terhadap prstasi belajar Geografis. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi orang tua siswa kelas VIII SMP N I Randudongal dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar Geografi dan untuk mengetahui besarnya pengaruh latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa yang berbeda terhadap prestasi belajar Geografi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa kelas VIII SMP N 1 Randudongkal tahun pelajaran 2006/2007 yang terdiri dari dari 6 kelas dengan jumlah 240 orang tua siswa. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 48 siswa dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan Proportional Random Sampling, yaitu diambil 20% untuk masing-masing kelas. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (kondisi sosial ekonomi orang tua) dan satu variabel terikat (Prestasi belajar geografi). Metode pengambilan data digunakan metode angket dan metode dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 54% responden memiliki kondisi sosial ekonomi orang tua yang tergolong tinggi (baik). Pengaruh antara kondisi sosial ekonomi orang tua siswa SMP N 1 Randudongkal terhadap prestasi belajar geografi sebesar sebesar 55,066 signifikansi 0.000>4,05. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa SMP N 1 Randudongkal “diterima”. Saran yang dapat diberikan yaitu karena adanya hubungan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anaknya, maka bagi orang tua yang kondisi sosial ekonominya rendah atau kurang mampu dalam hal ini tingkat pendapatannya agar berusaha untuk meningkatkan pendapatannya dengan mencari pekerjaan tambahan. Bagi siswa yang berprestasi dan orang tuanya kurang mampu

(3)

diharapkan sekolah dapat memberikan beasiswa atau program orang tua asuh atau orang tua angkat yang bersedia membantu memenuhi biaya pendidikannya (Maftukhah: Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang, 2006).

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran tingkat pendidikan anak petani, cara orang tua mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan anaknya, mengetahui besarnya anak keluarga petani/buruh bangunan yang putus sekolah akibat krisis ekonomi, mengetahui tanggapan orang tua terhadap gejala putus sekolah bagi anak-anaknya, mengetahui tanggapan anak terhadap dampak krisis ekonomi pada pendidikan mereka. Penelitan ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif Populasinya adalah seluruh Kepala Keluarga Petani, sampel responden ditetapkan sebanyak 37 orang kepala keluarga petani dan 38 anak petani yang masih usia sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Data yang dikumpulkan angket, wawancara, dan pengamatan non-partisipatif, teknik analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan Pendidikan anak petani dengan frekuensi berturut-turut sedang sekolah di SD, SLTP, menyusul sedang sekolah di SLTA, ini menunjukkan adanya kesadaran dari pihak orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anaknya, akan tetapi ada kecenderungan orang tua lebih mengutamakan pendidikan anak pertamanya dibanding dengan anak kedua dan seterusnya. Bagi orang tua telah berusaha untuk mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan anaknya dengan mencari pekerjaan di luar pertanian dan buruh bangunan melalui berdagang kecil-kecilan, mencari kayu di hutan untuk dijual dan mendesak anak untuk sekolah sambil bekerja. Besarnya anak

(4)

putus sekolah sebanyak 26,32% masing-masing 13,16% di SD 7,89% di SLTP, dan 5,26% di SLTA Sedangkan menurut versi orang tua menyatakan bahwa sebanyak 16,22% anak pertama putus sekolah, 35,14% anak kedua, 19,23% anak ketiga, 15% anak keempat, 16,67% anak kelima. Tanggapan orang tua terhadap adanya anak yang mau berhenti sekolah adalah dengan menasehati untuk tetap sekolah, dan keinginan anak, tetapi mereka sebelumnya tidak terlebih dahulu berkonsultasi dengan gurunya. Umumnya anak berhenti sekolah/tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi disebabkan karena krisis ekonomi, ditandai dengan sering adanya keluhan anak karena biaya pendidikan terlalu tinggi. Tanggapan anak tentang keadaan keuangan (SPP, transportasi, buku, jajan, pakaian) akibat krisis ekonomi 52,63% menyatakan mengalami kekurangan, maka cara mengatasinya adalah dengan menyatakan mencari pekerjaan sambil sekolah, menyampaikan keinginan untuk berhenti sekolah kepada orang tua, membantu orang tua bekerja dan mendesak orang tua untuk berutang. Ada 36,84% anak sekolah sambil bekerja, dengan jenis pekerjaan mengamen, pedagang asongan/menjual kue, mengambil kayu di hutan, sopir/ojek dan buruh bangunan. Perlu adanya bantuan beasiswa dari Pemerintah Daerah kepada anak yang kurang mampu tampa mempertimbangkan aspek prestasi belajar siswa di sekolah, khsusnya dalam upaya pengembangan SDM sebagai pendukung pengembangan otonomi daerah. Perlu ditinjau kembali muatan lokal yang disajikan di sekolah selama ini, yang hanya diorientasikan pada pengajaran bahasa daerah, dengan memasukkan unsur lokal lainnya kepada setiap mata pelajaran yang berorientasi kepada pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) sehingga siswa tidak merasa asing dengan apa yang dipelajarinya, termasuk keterampilan yang relevan

(5)

dengan kehidupan sehari-hari siswa seperti pertanian dan pertukangan (Aiwi, Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Pendidikan Anak Keluarga Petani Di Kecamatan Baruoa Kotamadya Kendari, 2004).

2.2. Pengertian Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Contoh lainnya adalah seseorang membayar sejumlah uang untuk dapat mengikuti kegiatan tertentu.

Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik itu positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.

Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat dan sesuai dengan kompetensi.

(6)

Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan yang lainnya.

diakses pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 20:35 wib).

Dalam penulisan ini, makna kontribusi itu adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seorang anak yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran serta dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

2.3. Pengertian Anak

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan untuk menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.

Menurut Atika, bahwa anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang anak. Faktor keterbatasan kemampuan karena anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum dewasa, disebabkan kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan

(7)

dan mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa. (Huraerah, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1/1974 pasal 47 (1) dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada dibawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Dalam Undang-Undang No.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah.

Konvensi Hak Anak (KHA), mendefenisikan anak secara umum sebagai yang umumnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalm Perundangan Nasional. Namun pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam Perundangan Nasional dari tiap-tiap Negara peserta (UNICEF, 2003 : hal 3&21).

Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak juga yang masih dalam kandungan (UNICEF, 2003 : 23). Di dalam Keputusan Presiden No.36 Tahun 1990 tentang hak-hak anaka dinyatakan, anak-anak seperti juga halnya dengan orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan khusus dan kerawanannya, maka hak-hak anak perlu diperlakukan dan diperhatikan secara khusus.

(8)

Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagi berikut : 1. Hak untuk hidup layak

Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang laak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2. Hak untuk berkembang

Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, bermain bebas, mengeluarkan pendapat, setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar tanpa halangan. Memilih agama, mempertahankan keyakinannya dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya.

3. Hak untuk dilindungi

Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekuatan, ketidakpedulian dan eksploitasi.

4. Hak untuk berperan serta

Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya termasuk kebebasan untuk berperan, berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota perkumpulan.

5. Hak untuk memperoleh kehidupan.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat lanjut harus dianjurkan dan motivasi agar dapat diikuti oleh sebanyak mungkin anak (Atika, 2004: 94).

(9)

Dalam undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, pasal 2 dinyatakan :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan,baik semasa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar (Nurdin, 1989 : 123).

Pernyataan tersebut di atas menegaskan bahwa anak berhak untuk mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial anak-anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

2.4. Sosial

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993 : 5).

(10)

Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto, “Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak”.

Kegiatan yang mempertemukan manusia dengan manusia lainnya disebut situasi sosial. Situasi sosial inilah yang kemudian menimbulkan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah prilaku yang ditunjukkan oleh manusia apabila bertemu dengan manusia lainnya. Secara sederhana memiliki arti reaksi yang ditunjukkan oleh manusia apabila bertemu dengan manusia lainnya. Tindakan sosial sangat dipengaruhi oleh perasaan atau emosi dari individu tersebut. Jadi, kegiatan sosial yang dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya sangat dipengaruhi oleh perasaan masing-masing individu tersebut.

Kegiatan sosial disebut juga interasksi sosial. Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai dari saling melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan, mengobrol, sampai bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial adalah chatting di internet dan bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya.

(11)

Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang bersifat non-personal atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu mencakup interaksi antara orangtua dan anaknya yang saling menyayangi, interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara suami dengan istri, atau interaksi antar teman dekat dan saudara.

Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab. Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab. Termasuk juga ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antar sesama penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya.

diakses pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 14.00 WIB).

Dalam penelitian ini yang termasuk kategori tingkat sosial seorang anak merupakan semua faktor non ekonomis seperti interaksi antar anggota keluarga dan lingkungan sekitar, keadaan keluarga, pendidikan serta peran anak dalam membantu pengambilan keputusan dalam keluarga.

(12)

2.5. Ekonomi

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos”

yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Dalam perkembangannya terdapat dua lingkup ilmu ekonomi, yaitu:

a. Microeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas perilaku individu dalam membuat keputusan penggunaan berbagai unit ekonomi. Di sini ada perusahaan dan rumah tangga.

b. Macroeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menjelaskan perilaku ekonomi secara keseluruhan (economic aggregates)— akan terkait dengan income, output, employment, dan lain-lain—dalam kerangka atau skala nasional.

(13)

Sedangkan Alferd W. Stonier dan Douglas C. Hague membagi ilmu ekonomi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Descriptive Economics (Ilmu Ekonomi Deskriptif).

Di sini dikumpulkan semua kenyataan yang penting tentang pokok pembicaraan (topik) yang tertentu, artinya mendiskripsikan data-data yang menjelaskan berbagai fenomena dan kenyataan yang terjadi. misalnya sistem pertanian di Bali atau industri katun di India.

2. Economic Theory (Ilmu Ekonomi Teori, Teori Ekonomi Atau Analisis Ekonomi).

Di sini kita memberikan penjelasan yang disederhanakan tentang caranya suatu sistem ekonomi bekerja dan ciri-ciri yang penting dari sistem seperti itu. Teori ekonomi dibangun dengan landasan pengamatan sebab akibat berdasarkan aksi dan reaksi yang terjadi dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

3. Applied Economics (Ilmu Ekonomi Terapan)

Di sini kita mencoba mempergunakan rangka dasar umum dan analisis yang diberikan oleh ekonomi teori untuk menerangkan sebab-sebab dan arti pentingnya kejadian-kejadian yang dilaporkan oleh para ahli ekonomi deskriptif.

(14)

Selain itu ada baiknya kita juga mengetahui tentang metode ekonomi, yaitu:

1. Positive economics

Ekonomi positif adalah pendekatan ekonomi yang mempelajari berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi. Ekonomi positif di bagi menjadi dua yaitu ekonomi deskriptif dan ekonomi teori.

2. Normative economics

Oleh beberapa ahli dari hal ini membangun yang disebut dengan politik ekonomi (political economics). Salah satu cabangnya ekonomi kelembagaan. Ekonomi normatif adalah pendekatan ekonomi dalam mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi, dengan mencoba memberikan penilaian baik atau buruk berdasarkan pertimbangan subjektif (http://blog.ub.ac.id/elmarzuqi/2010/12/12/pengertian-ilmu-ekonomi

diakses pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 14.30 WIB).

Sesuai dengan pengertian ekonomi yaitu sebagai pengatur rumah tangga maka dalam penelitian ini ekonomi yang dimaksud adalah besarnya kontribusi anak dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Adapun yang dimaksud kegiatan ekonomi rumah tangga adalah segala sesuatu yang memiliki faktor ekonomis seperti pendapatan, jenis pekerjaan dan investasi.

(15)

2.6. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah daerah atau kawasan tempat suatu kelompok sosial terkecil yang terdiri dari keluarga dan anak, dimana anak memperoleh bimbingan dan latihan dari keluarga untuk mendapatkan perubahan – perubahan baru yang akan diperlukan dalam masyarakat. Di dalam keluarga anak belajar bersikap, berfikir dan bergaul dengan sesamanya. Agar anak dapat berfikir dan bergaul dengan baik diperlukan peranan keluarga untuk membimbing dan mengarahkannya demi keberhasilan pendidikan anak, karena keterkaitan anak dengan lingkungan keluarga sangatlah erat.

Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam membentuk pribadi anak. Hal tersebut sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Said yang menyatakan bahwa keluarga merupakan masyarakat pendidikan pertama yang menyediakan kebutuhan biologis dari anak dan sekaligus memberikan pendidikan sehingga menghasilkan pribadi -pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya sambil menerima dan mengolah serta mewariskan kebudayaannya (Joni, 1999:98).

Demikian juga pendapat dari Zakiyah Daradjat yang mengatakan bahwa pembentukan sikap, pembinaan, moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman masa kecil. Pendidikan pertama adalah keluarga kemudian guru. Semua pengalaman yang akan dilalui waktu kecilnya oleh anak merupakan unsur penting dalam pribadinya.

Keharmonisan hubungan antar anggota keluarga dan keluarga dengan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh perhatian dan kasih sayang akan membawa kepada

(16)

pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik karena ia mendapat kesempatan yang cukup baik untuk tumbuh dan berkembang. Sebaliknya hubungan yang tidak harmonis, banyak perselisihan dan percecokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibekuk karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang sebab selalu terganggu oleh suasana keluarganya (Imawan, 1999:34).

Hal ini sesuai dengan pendapat seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengatakan alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Oleh karena itu sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini hidup berkeluarga itu selalu dipengaruhi budi pekerti tiap-tiap manusia.

2.7. Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak mulai bekerja atau terpaksa bekerja pada usia dini. Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan (Irwanto, 1995:44).

Kehidupan keluarga atau orang tua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari akibat tekanan kemiskinan memaksa anak untuk turut bekerja membantu menghidupi ekonomi keluarga. Anak-anak dari keluarga miskin terutama di daerah pedesaan terpaksa harus bekerja, baik membantu pekerjaan orang tua ataupun bekerja di luar rumah.

Sementara itu tingginya biaya pendidikan di Indonesia sekarang ini menyebabkan banyak keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anaknya,

(17)

sehingga sebagian anak terpaksa putus sekolah. Bagi anak-anak sekolah, karena keadaan ekonomi keluarga serba kekurangan, memaksa mereka sekolah sambil bekerja dan kondisi tersebut pada akhirnya cenderung mengakibatkan anak berhenti sekolah.

Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak terhadap konrtibusi yang diberikan anak terhadap sosial ekonomi keluarga. Kontribusi yang diberikan dapat berupa kondisi sosial ekonomi. Dalam hal ini meliputi kondisi perumahan, kondisi pendapatan, kondisi pendidikan, dan kondisi kesehatan. Dilihat dari kondisi-kondisi tersebut maka diperlukan suatu penelitian mendalam. Sebab apabila ternyata anak tidak memberikan kontribusi maka tentunya anak tidak perlu berada di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga. Sebaliknya apabila ternyata anak memberikan konrtribusi dampak apakah yang diterima oleh anak apabila ia ikut dalam membantu perekonomian keluarga.

(18)

Untuk lebih memperjelas alur pemikiran dapat dilihat dari bagan dibawah ini

Bagan 2.1

2.8. Defenisi Konsep dan Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep dan Operasional

Konsep adalah suatu makna yang berada di dalam pikiran atau didunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata (Suyanto, 2008:49).

KONTRIBUSI ANAK

SOSIAL :

- interaksi antar anggota keluarga dan lingkungan sekitar

- keadaan keluarga - pendidikan

- membantu pengambilan keputusan dalam keluarga

EKONOMI :

- memenuhi kebutuhan hidup keluarga - penambahan pendapatan keluarga - merubah ekonomi keluarga

(19)

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah,

1. Kontribusi adalah sumbangan terhadap variabel tertentu. Dalam hal ini maksud kontribusi adalah sumbangan dari anak terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

2. Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun kebawah dan belum menikah yang membantu perekonomian keluarga.

3. Sosial adalah suatu keadaan yang diberikan seorang anak kepada keluarganya dalam bentuk kemampun menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya.

4. Ekonomi adalah suatu faktor untuk pemenuhan kebutuhan jasmaniah manusia dalam arti mencari keuntungan atau mengadakan penghematan untuk keperluan hidup.

5. Keluarga adalah suatu organisasi terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Dengan demikian dapat diambil defenisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan Kontribusi Anak pada Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang adalah suatu pengamatan terhadap sumbangan dari anak di bidang sosial dan bidang ekonomi keluarga di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

(20)

2.8.1. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Nawawi, 1998:120).

Dalam penelitian ini yang dilakukan dalam melihat kontribusi anak adalah dengan cara melakukan pengamatan langsung untuk melihat apakah anak memiliki kontribusi terhadap sosial ekonomi keluarganya.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontribusi Anak dibidang sosial :

a. Interaksi antar anggota keluarga dan lingkungan sekitar b. Keadaan keluarga

c. Pendidikan

d. Membantu pengambilan keputusan dalam keluarga 2. Kontribusi Anak dibidang ekonomi :

a. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga b. Penambahan pendapatan keluarga c. Merubah ekonomi keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu diberikan surat keterangan ini yang bersangkutan tidak mempunyai pinjaman buku pada. Ruang Baca Fakultas Sains dan Teknologi

Penjelasan Undang-undang Nomor. Maharani Tri Utama Mandiri Semarang mempunyai maksud sebagai tempat pemberangkatan TKI yang dianggap perlu, PT. Maharani Tri Utama Mandiri

Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya

Kata nama yang terkandung dalam binaan frasa nama (inti) + penerang boleh digugurkan sehingga yang tinggal dalam frasa nama itu hanya bahagian penerangnya, yang mungkin

Untuk pemesanan silahkan sms/bbm kami berupa [nama lengkap], [alamat lengkap], [kode pos], [kode barang] pada nomor berikut: SMS: 0857-5920-5863 (Sulung Herlambang Rahmandanu)

Bagi PPA, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai efektifitas dari bantuan modal yang diberikan PPA, baik dilihat dari bertambahnya nilai ekuitas

Secara parsial diketahui bahwa ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memoderasi hubungan antara SAM Broad Scope, SAM Timeliness, SAM Aggregated dan SAM

Set kesempatan investasi tidak mampu memoderasi hubungan antara keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham, dengan nilai signifikan sebesar 0,998 lebih dari 0,05. Kata kunci