• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect of Community Development Implementation and Positive Deviance Program in Nutrition Clinicagainst Toddler Family Health Behavior

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Effect of Community Development Implementation and Positive Deviance Program in Nutrition Clinicagainst Toddler Family Health Behavior"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pelaksanaan

Community Development

dan Program

Positive Deviance

di

Pos Gizi terhadap Perilaku Kesehatan Keluarga Balita

Effect of Community Development Implementation and Positive Deviance Program in

Nutrition Clinicagainst Toddler Family Health Behavior

ANIS QOMARIYAH*

*Akademi Kesehatan Rajekwesi, Bojonegoro

ABSTRACT

Positive deviance (PD) was an approach in public based development. This research aimed to investigate the effect of community development implementation and PD in Nutrition Clinic against Family Health Behavior for Toddler Nutrition Status Improvement. PD implementation in Kanor Community Health Center used Bojonegoro District Health Office guidance. Data was collected from Kanor Community Health Center work area. Positive deviance in this research adapted the original theory of positive deviance. Respondents were head of community health center, nutrition officials, village midwife, head village, public figure, and mother of toddler in six villages. There were three villages implementing PD well and three villages did not implement it optimally. This research showed that there is correlation between community development and positive deviance with family health behavior, difference value is 33.4%. It means that by positive deviance program implementation impacted the family health behavior. Theoretical analysis showed that there was difference between normative guidance PD of Bojonegoro District Health Office and the normative positive deviance. This made the research result did not optimum. Bojonegoro District Health Office needs to review their guidance for PD and must be considering the positive deviance theory.

Keywords:community development, positive deviance, social capital, health behavior

Corespondence: Anis Qomariyah, Perum Graha Citra Harmony, Blok H-25, Bojonegoro, Indonesia. E-mail: anis_ qomariyah@yahoo.com. Telp. 081331892959

PENDAHULUAN

Positive deviance (PD) di Pos Gizi adalah program gizi yang berbasis rumah tangga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi-protein di Negara sedang berkembang. Program ini menggunakan pendekatan perilaku khusus positif untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif tersebut kepada keluarga yang lain dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat (Gibney, 2004).

Salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga miskin dilakukan melalui program PD. yang merupakan pendekatan yang berbasis pada kekuatan atau modal berdasarkan keyakinan bahwa di setiap komunitas ada individu tertentu yang mempunyai kebiasaan dan perilaku spesial atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan tetangga mereka yang memiliki sumber yang sama dan menghadapi resiko serupa (Gibney, 2004).

Menurut Muhilal (1998) menjelaskan bahwa status gizi masyarakat mencerminkan status gizi keluarga yang terdiri dari beberapa individu. Status gizi individu dipengaruhi paling sedikit oleh tiga faktor, yaitu status

ekonomi, adanya infeksi dan pola asuh ibu. Di antara ketiga faktor tersebut yang dominan adalah faktor ekonomi dan pola asuh (Turinah, 2003). Selain masalah ekonomi, keadaan gizi tidak terlepas dari masalah perilaku (Latief, 1998). Ketidakmampuan segolongan masyarakat untuk membeli bahan makanan dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap masalah gizi, saling berinteraksi satu sama lain, menyebabkan buruknya status gizi.

Community development merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki masyarakat. Community development adalah

kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial ekonomi dan budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan (Philip dan Pittman H, 2009).

Konsep community development sendiri sesuai

dengan program PD di Pos Gizi dalam rangka peningkatan status gizi balita. Adanya peran serta semua warga di daerah tersebut merupakan bagian terpenting sehingga tujuan dari program PD di Pos Gizi tercapai. Kabupaten Bojonegoro menggunakan program PD di Pos Gizi sebagai program untuk perbaikan gizi balita. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Daerah yang ditunjuk

sebagai pilot project program adalah Desa Semambung

(2)

Gizi telah dilaksanakan di beberapa desa. Di wilayah Puskesmas Kanor telah ada 14 desa yang mengikuti program PD di pos gizi.

Sebelumnya untuk menanggulangi gizi buruk menggunakan metode berupa pemberian makanan tambahan pemulihan. Akan tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal. Berdasarkan uraian data, dapat diketahui bahwa masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka balita penderita gizi kurang dan gizi buruk yang mengalami kenaikan rata-rata 0,16% pada kurun waktu 2008–2010 di wilayah Puskesmas Kanor, Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh

pelaksanaan community development dan program PD di

Pos Gizi terhadap perilaku kesehatan keluarga untuk perbaikan status gizi balita wilayah Puskesmas Kanor Kabupaten Bojonegoro.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yaitu jenis penelitian yang memberikan memberikan informasi dari variabel penelitian dapat dilakukan penjelasan adanya keterkaitan hubungan.

Menggunakan studi cross sectional yaitu di mana

pengukuran terhadap variabel pengaruh dan terpengaruh dilakukan pada titik waktu yang sama. Unit analisis pada penelitian ini adalah desa yang mengikuti program PD di Pos Gizi berjumlah 6. Populasi dalam penelitian ini

adalah desa yang mengikuti program Positive Deviance

(PD) di pos gizi di wilayah Puskesmas Kanor Kabupaten Bojonegoro. Desa populasi berjumlah 14 desa. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah ibu yang memiliki balita dengan status gizi baik, ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang dan buruk yang mengikuti program PD di Pos Gizi, kepala Puskesmas, kepala desa, petugas gizi, bidan desa dan kader desa. Sampel dalam penelitian ini adalah 6 desa di wilayah Puskesmas Kanor Kabupaten Bojonegoro yang mengikuti program PD di pos gizi.

Pengambilan sampelmetode yang dipakai dalam

pengambilan sampel adalah menggunakan random

sampling. Menggunakan ketentuan desa yang mengikuti program PD di pos gizi berjalan dengan baik dan desa yang kurang baik dalam menjalankan program tersebut.

Variabel program PD dan community development

diidentifikasi melalui wawancara terbuka. Untuk variabel

social capital, peran serta masyarakat dan perilaku kesehatan keluarga diidentifikasi dengan kuesioner tertutup. Pengaruh antar variabel dibuktikan dengan

menggunakan uji statistik crosstab dengan nilai beda

proporsi ≥ 20%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Pedoman Program PD di Pos Gizi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro

Pedoman program positive deviance (PD) di pos gizi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro merupakan

petunjuk pelaksanaan program PD di pos gizi. Berisi langkah pelaksanaan yang harus diikuti setiap pos gizi di desa. Pedoman tersebut jika dibandingkan dengan pedoman normatif dari PD terdapat perbedaan.

Perbedaan yang diperoleh merupakan hasil dari penelitian dokumen. Pada pedoman dari Dinas Kesehatan diketahui bahwa tidak terdapat tahapan pelatihan dan penyelidikan perilaku positif yang menyimpang dari keluarga balita. Sedangkan menurut pedoman normatif langkah PD adalah terdapat pelatihan khusus untuk pelaksana program. Kemudian penyelidikan perilaku positif yang menyimpang dilakukan di awal sebelum pelaksanaan program. Penyelidikan yang dilakukan juga ada beberapa indikator yang harus dilihat. Jika perilaku tersebut telah ditemukan baru dirumuskan atau direncanakan pelaksanaan program PD di pos gizi.

Hal ini yang menyebabkan hasil penelitian yang telah dilakukan kurang optimal hasilnya dan belum bisa menjawab beberapa variabel yang ada dalam penelitian. Selain itu juga terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang menyebabkan hasil yang diperoleh masih belum maksimal.

Pelaksanaan Program PD di Pos Gizi

Program PD di Pos Gizi yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kanor diikuti hampir seluruh desa. Dalam penelitian ini yang menjadi responden sebanyak 6 desa. Dari 6 desa tersebut terdapat 3 desa, antara lain desa Tejo, Kanor, dan Cangaan yang program PD di Pos Gizi terlaksana dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari petugas gizi bahwa ada beberapa desa yang pelaksanaannya baik diantaranya desa Tejo, Kanor dan Cangaan. Di tiga desa tersebut pelaksanaan program PD di Pos Gizi berjalan secara kontinyu atau berkelanjutan.

Pendekatan pengembangan yang berbasis masyarakat adalah dasar program PD. Selain itu juga berdasar pada keyakinan bahwa pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat pada prinsipnya telah ada dalam masyarakat itu sendiri. Artinya pendekatan pemecahan masalah pada apa yang dapat dilaksanakan, bukan apa yang salah atau yang menjadi sebab masalah. Program PD memusatkan perhatian pada apa yang tersedia pada setiap orang dalam masyarakat, bukan pada kebutuhan yang memerlukan bantuan dari luar. Hal ini menjamin kesinambungan program karena program PD tergantung pada sumber yang telah ada dalam masyarakat sendiri (Marsh, 2002).

Program PD di Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis rumah tangga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi-protein di negara sedang berkembang. Program PD ini menggunakan pendekatan perilaku khusus positif untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif tersebut kepada keluarga yang lain dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat (Gibney, 2004).

(3)

Adapun langkah pedoman pelaksanaan program PD adalah diawali dengan the invitation, langkah awal dalam proses PD ini adalah mengundang keterlibatan pemimpin. Pengenalan konsep dan pendekatan PD,

desain dan proses dijelaskan dengan contoh.Membangun

sebuah tim sukarelawan dari sumber daya yang beragam dan mencakup anggota masyarakat serta para pemimpin setempat. Langkah kedua ini dilakukan melalui metodologi PD yang terdiri dari enam langkah dasar yaitu mendefinisikan (define), definisikan masalah yang menjadi penyebab dan perilaku yang biasa dilakukan. Kemudian mendefinisikan solusi apa yang ingin dihasilkan.

Menentukan (determine), tentukan apakah sudah ada

individu atau kelompok dalam masyarakat yang telah memperlihatkan perilaku atau status yang diinginkan. Menemukan (discover)perilaku atau praktik yang berbeda dan memampukan program PD menemukan solusi yang lebih baik dibandingkan yang lain di masyarakatnya (Marsh, 2010).

Desain dan laksanakan aktivitas yang memampukan yang lain di masyarakat untuk mengakses dan praktik perilaku yang baru (fokus melakukan daripada memindahkan pengetahuan). Pemantauan dan evaluasi (discern), mengetahui perbedaan keefektifan kegiatan atau program melalui monitoring dan evaluasi yang

terus menerus. Disseminate, menyebarkan program

yang berhasil pada pihak lain yang memerlukan (Marsh, 2010).

Pelaksanaan Community Development di Pos Gizi

Community development ialah sekelompok orang yang bergabung untuk melakukan proses meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan keadaan lingkungan (Cavaye, 2010). Community development menjadi suatu cara untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk bersama dalam memutuskan tentang penggunaan sumber daya seperti infrastruktur, tenaga kerja dan pengetahuan. Hasil penelitian diketahui bahwa ada 3 desa yang pelaksanaan

community development terpenuhi. Sedangkan

3 desa yang lain mempunyai pelaksanaan community

development yang kurang terpenuhi. Kurang terpenuhinya pelaksanaan community development tersebut disebabkan belum sesuai dengan kaidah yang ada dalam alur

pelaksanaan community development. Kaidah langkah

community development antara lain, diawali dengan

community organizing, berfokus pada menggerakkan sekelompok orang dalam komunitas bertetangga. Pengorganisasian masyarakat dapat dianggap sebagai cara untuk memobilisasi kelompok kecil orang untuk menyelesaikan tugas. Visioning, menentukan tujuan dari permasalahan yang ada. Dapat melalui beberapa metode antara lain brainstorming, dan analisis SWOT.

Di dalam planning, terdapat tiga hal yang harus disiapkan yaitu kumpulan dan analisis data, pemetaan aset dan survei kepada masyarakat. Implementation serta

evaluation pelaksanaan tahap proses pengembangan masyarakat, individu dan organisasi telah membuat upaya

terpadu untuk memahami aset mereka. Sikap masyarakat, dan pendapat telah tiba pada suatu pemahaman masa depan bersama. Telah disepakati pada awal tindakan, dan strategi yang mungkin lebih luas untuk mengambil tindakan yang akan mengarah pada masa depan yang lebih spesifik (Philips dan Pittman, 2009).

Pengaruh Peran Serta Masyarakat dalam

Pelaksanaan Community Development dan Program PD di Pos Gizi

Hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kanor menunjukkan bahwa dari 6 desa sebagai responden diketahui terdapat 4 desa (66,7%) yang warganya turut berperan serta aktif dalam program PD di Pos Gizi yaitu desa Tejo, Cangaan, Kanor dan Temu. Sedangkan ada 2 desa (33,3%) yang warganya kurang aktif dalam berperan serta pada program PD di Pos Gizi. Peran serta masyarakat menjadi suatu usaha untuk menumbuhkan sikap semangat dan rasa memiliki terhadap berbagai macam kegiatan pembangunan masyarakat yang berdasarkan atas keterlibatannya dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembangunan (Sunanto, 2008).

Dalam pelaksanaan program PD di Pos Gizi tidak bisa terlepas dari peran serta masyarakat. Selain itu diketahui bahwa terdapat 3 desa yang warganya berpartisipasi aktif dalam program PD di Pos Gizi terlaksana dengan baik. Namun ada juga desa yang warganya berpartisipasi aktif namun program PD di Pos Gizi kurang terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi karena terdapat kendala pada peran serta masyarakat yang menjadi penentu dalam pengambilan keputusan, memilih proyek masyarakat, merencanakan, mengimplementasikan, memonitor dan mengontrolnya (Zadeh dan Ahmad, 2010).

Peran serta masyarakat menghasilkan keuntungan yang berlipat yaitu meningkatkan kualitas lingkungan, program atau rencana, karena orang yang terlibat dalam pelaksanaan menggunakan pengetahuan yang berkualitas. Meningkatkan perasaan untuk mengendalikan lingkungan dan pengembangan program, rencana atau lingkungan menjadi lebih baik dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki. Meningkatkan perasaan saling membantu dan bertanggung jawab. Mengurangi perasaan disisihkan dan anonimitas (Baum, Revenson, dan Singer, 2001). Jenis peran serta meliputi pikiran (psycological participation),

tenaga (physical participation), pikiran dan tenaga,

keahlian (skill participation), barang (material participation), uang (money participation) (Sunanto, 2008).

Prinsip dasar ketika melakukan pendekatan program PD dalam masyarakat adalah masyarakat merupakan pemilik keseluruhan proses, semua individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masalah juga bagian dari solusi dan oleh karena itu program PD melibatkan pihak yang memengaruhi masalah. Masyarakat menemukan sesuatu yang tidak biasa, perilaku dan strategi yang

sukses (PD Inquiry). Masyarakat mendesain cara untuk

(4)

serta merilis inovasi. Anggota masyarakat menyadari bahwa seseorang seperti saya dapat memperoleh hasil, bahkan dalam skenario kasus terburuk. Program PD menekankan praktik bukan pengetahuan bagaimana bukan apa atau mengapa. Masyarakat menciptakan tolok ukur sendiri dan memantau kemajuan. Fasilitasi program PD didasarkan pada penghormatan mendalam bagi masyarakat, anggotanya, dan budaya, berfokus pada keterlibatan interaktif, dan kapasitas untuk membiarkan komunitas memimpin. Program PD memperluas jaringan yang sudah ada dan menciptakan yang baru.

Peran serta tersebut tidak hanya ibu balita peserta program, namun juga seluruh komponen warga. Baik tokoh masyarakat, kader kesehatan maupun bidan.

Seperti dalam sebuah penelitian tentang empowerment

di Vietnam diungkapkan bahwa adanya partisipasi atau peran serta ibu dan kader kesehatan akan mengakibatkan perubahan dalam pemberdayaan (Hendrikson, Dearden, Pachon, Hoi An, Schroeder, & Marsh, 2002).

Program PD di pos gizi merupakan salah satu program pemerintah milik masyarakat sehingga membutuhkan peran serta atau partisipasi individu untuk menghasilkan perubahan. Organisasi non profit pemerintah dapat meningkatkan kekuatan politik organisasi dan kekuatan partisipasi individu untuk memfasilitasi perubahan sosial (Hardina, 2006). Puskesmas sebagai organisasi non profit pemerintah dapat menjadi fasilitator untuk menggerakkan warga berperan serta aktif dalam program PD di Pos gizi.

Pengaruh Social Capital terhadap Pelaksanaan

Community Development Dan Program PD Di Pos Gizi

Untuk mencapai sebuah community development

digunakan pendekatan social capital atau modal sosial (Philips dan Pittman H, 2009). Interaksi memungkinkan orang untuk membangun masyarakat, untuk berkomitmen satu sama lain dan untuk merajut tatanan sosial. Sebuah rasa memiliki dan pengalaman jaringan sosial (dan kepercayaan dan hubungan toleransi yang dapat terlibat) bisa membawa manfaat besar untuk orang. Social capital

memiliki beberapa definisi. Menurut Robert Putnam, modal sosial adalah suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya.

Modal sosial didefinisikan juga sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma (norms)

dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong

pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. Kapital sosial itu bersifat produktif, memungkinkan pencapaian tujuan tertentu, yang tanpa kontribusinya tujuan itu tidak akan tercapai (Yudanegara, 2007).

Social capital memiliki lima unsur pokok yang disebut

Elements of Social Capital yaitu Sense of commitment dan

belonging, salah satu kunci keberhasilan membangun

social capital terletak pula pada kemampuan sekelompok orang di suatu asosiasi dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial (Conscise, 2000). Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom)

dan keadaban (civility). Kemampuan anggota anggota

kelompok atau masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya

social capital suatu kelompok.

Reciprocity dan mutuality adalah usaha memberi bantuan demi kepentingan bersama untuk mendapatkan keuntungan bersama tanpa meminta imbalan jika berhasil. Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang

dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan

mementingkan kepentingan orang lain).

Semangat untuk membantu bagi keuntungan orang lain. Imbalan tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada masyarakat, dan pada kelompok sosial yang terbentuk, yang didalamnya memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat keuntungan lain. Masyarakat tersebut akan lebih mudah membangun diri, kelompok dan lingkungan sosial dan fisik mereka secara mengagumkan.

Trust atau rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 2002).

Trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan social capital (Fukuyama, 2002).

Shared norms of behavior, norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma ini biasanya terinstitusional dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam

konteks hubungan sosial. Shared norms of behavior

adalah adanya proses berbagi ide dengan orang lain mengenai hal yang harus dilakukan dalam rangka membangun tujuan yang sama.

(5)

Social networks, salah satu unsur penting social capital adalah keinginan yang kuat dan anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Ide dasarnya adalah bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi material tapi juga kekayaan hubungan hubungan sosial, dan menguntungkan kelompok, tanpa merugikan orang lain, secara bersama-sama. Mereka cenderung tidak menyukai bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih banyak melayani secara proaktif. Hasil penelitian menginformasikan

bahwa social capital di wilayah Puskesmas Kanor

terdapat 4 desa yang memiliki social capital tinggi. Selain itu terdapat 2 desa yang memiliki social capital yang sedang.

Dalam pelaksanaan program PD di Pos Gizi berbagi perilaku positif sangat penting. Namun dari hasil penelitian unsur shared norms of behavior rendah. Sehingga belum sesuai dengan salah satu tujuan dari diadakannya

PD. Perilaku positif yang menyimpang tersebut harus

sudah diketahui melalui penyelidikan sebelum program dilaksanakan. Sedangkan di lapangan menurut hasil penelitian hal tersebut tidak dilaksanakan. Karena menurut pedoman dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, penyelidikan tersebut tidak dilakukan di awal kegiatan. Perilaku yang akan dicontoh sudah ditentukan oleh petugas kesehatan beserta kader pada saat melakukan MMD.

Pengaruh Pelaksanaan Community Development dan Program PD di Pos Gizi terhadap Perilaku Kesehatan Keluarga Balita untuk Perbaikan Status Gizi Balita

Menurut Lewin, perilaku merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya (Notoadmodjo, 2010). Menurut Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga tingkat yaitu pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indra yang dimiliki. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi. Tindakan merupakan respons seseorang yang telah dilakukan dan dapat diamati.

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmodjo, 2010). Perilaku kesehatan mengacu pada kegiatan individu, kelompok dan organisasi yang berhubungan dengan konsekuensi perubahan sosial, pengembangan kebijakan dan penerapan keterampilan yang meningkat serta peningkatan kualitas hidup (Glanz, Rimer, dan Viswanath, 2008).

Dalam penelitian ini menggunakan indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila

telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium dan minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran (Depkes, 2007).

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa ada 2 desa yang memiliki program PD di Pos gizi terlaksana baik dan perilaku kesehatan peserta sesuai dengan yang diharapkan. Program PD di pos gizi memiliki tujuan salah satunya adalah adanya perubahan perilaku dari keluarga peserta. Sehingga dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jika program PD terlaksana dengan baik maka perilaku kesehatan keluarga balita peserta akan baik. Pendekatan PD membawa perubahan perilaku dan sosial yang berkelanjutan dengan mengidentifikasi solusi yang sudah ada dalam sistem (Marsh, 2010).

Hasil keterkaitan community development

dan perilaku diketahui bahwa terdapat 2 desa yang

pelaksanaan community development terpenuhi dan

perilaku yang muncul sesuai. Dalam pelaksanaan

community development terpenuhi maka kriteria dengan alur yang ada telah dilalui. Jika alur tersebut terpenuhi maka ada keterlibatan warga untuk melaksanakan program yang telah ditentukan. Keterlibatan warga dalam program ini dimulai dari awal kegiatan karena program tersebut adalah milik warga.

SIMPULAN

Pedoman pelaksanaan program PD di Pos Gizi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dan pedoman normatif PD, terungkap bahwa ada perbedaan dalam langkah yang dibuat. Pedoman dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki langkah pelatihan bagi fasilitator dan tidak mempunyai langkah penyelidikan perilaku positif menyimpang dari keluarga balita. Dari 6 desa yang mengikuti program PD di Pos Gizi ada 3 desa yang terlaksana dengan baik. Sedangkan 3 desa yang lainnya kurang terlaksana dengan optimal. Dari hasil penelitian terdapat 3 desa yang pelaksanaan

community development terpenuhi dan terdapat 3 desa

kurang terpenuhi. Pelaksanaan community development

merupakan proses penggerakan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup. Dalam pelaksanaan community development, awal sampai akhir pelaksanaannya melibatkan warga. Sehingga jika tanpa adanya peran serta masyarakat maka pelaksanaan community development tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan program PD di Pos Gizi tidak terlaksana dengan optimal. Social capital memengaruhi keberhasilan pelaksanaan PD beserta pelaksanaan

community development. Social capital merupakan dasar dari kekuatan masyarakat untuk memperbaiki kondisi mereka. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan community development dan program PD di Pos Gizi terhadap perilaku keluarga balita.

(6)

SARAN

Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro perlu meninjau kembali pedoman yang dibuat untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan program PD. Perlu kiranya ada kerja sama lintas sektoral untuk menggerakkan dan memberikan motivasi agar lebih meningkatkan partisipasi warga. Program tersebut sepenuhnya membutuhkan peran serta masyarakat karena program ini adalah milik warga. Pihak terkait seperti Puskesmas, Kepala Desa dan para tokoh masyarakat lebih sering melakukan pemantauan dan pengawasan. Perlunya komitmen dari pihak pemimpin desa dan tokoh masyarakat selaku panutan warga desa. Bagi pemerintah hendaknya tidak hanya memberikan himbauan kepada setiap kecamatan untuk mengadakan program PD di Pos Gizi. Namun juga dilakukan pengawasan dan supervisi yang melekat untuk keberlangsungan program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Cavaye J. 2010. Understanding Community Development. Cavaye Community Development.

Depkes R. 2007. KepMenKes RI No 747/SK/SK/VI/2007 Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga.

Jakarta: DepKes.

Gibney G. 2004. Positif Deviance/Hearth (Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan bagi Anak Malnutrisi). Jakarta: Jejaring Positive Deviance.

Glanz K, Rimer BK, & Viswanath K. 2008. Health Behavior and Health Education Theory Research and Practice. San Fransisco: Jossey Bass.

Marsh DR. 2010, September. Basic Field Guide to the Positive Deviance Approach. Retrieved Desember 12, 2011, from www. positivedeviance.org: www.positivedeviance.org

Marsh D & Schroeder D. 2002. The Positive Deviance Approach to Improve Health Outcomes: Experience and Evidence From The Field. Food and Nutrition Bulletin, Vol. 23, No. 4; 3–6. Notoadmodjo SP. 2010a. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo SP. 2010b. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Philips R & Pittman HR. 2009. An Introduction to Community Development. New York: Routledge Taylor and Francis Group.

Sunanto. 2008. Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Turinah. 2003. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Program PMT-Pemulihan JPS-BK pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bojonegoro.Tesis, Surabaya: Universitas Airlangga.

Yudanegara IP. 2007. Membangun Social Capital sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda Denpasar Bali.Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.

Zadeh BS & Ahmad N. 2010. Participation and Community Development. Journal of ocial Sciences, p. 13–14.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah tapi tidak terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk dalam negeri

Dengan ini Pokja Biro Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (BLPBJ) Provinsi Papua mengundang Perusahaan Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi (dengan membawa print out

Untuk mengukur tingkat keasaaman dan kebasaan pada tugas akhir ini didesain lebih fleksibel dalam pengukurannya dengan menggunakan tampilan dari LCD maupun tampilan dari

Hal ini terjadi karena diameter lubang exhaust yang digunakan adalah yang paling kecil yaitu sebesar 18 mm dengan tingkat penutupan lubang sebesar 55% dari kondisi

The relationship between the adoption rate of e-government and the expenditure for the development of e-government in Bandung city which will be allocated to

Lambang dalam komunikasi dan promosi tampil berwarna merah marun dengan kode warna C: 10, M: 100, Y: 100, K: 30 disertai tulisan INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA dengan jenis huruf

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ FAKTOR- FAKTOR YANG

Other Toxic Effects on Humans: Slightly hazardous in case of skin contact (irritant), of ingestion, of inhalation.. Special Remarks on Toxicity to Animals: Lowest Published