• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA UTARA

JL. YOS SUDARSO NO. 27-29

PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

MEILINA ZAHRATUNNISA NURLAM, S.Farm.

1206329814

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(2)

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA UTARA

JL. YOS SUDARSO NO. 27-29

PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

MEILINA ZAHRATUNNISA NURLAM, S.Farm.

1206329814

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(3)
(4)
(5)

v

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas segala kuasaNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Agustus sampai 30 Agustus 2013 dan menyelesaikan laporan ini.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA ini merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan Program Pendidikan Profesi Apoteker yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pejabat sementara Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20 Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia serta pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

4. Drs. Kusnaidi, Apt., selaku Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara serta pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yang telah membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.

5. Drg. Leny Aryani selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara beserta seluruh staf yang telah menerima, mendukung, dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

(6)

vi

6. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah banyak membagi ilmu dan hikmah yang akan menjadi penerang dan penuntun dalam menjalani kehidupan.

7. Orang tua yang penulis kasihi, yang cinta dan kasihnya tak pernah berhenti, selalu mendo’akan dan memberikan perhatian baik moril maupun materil. 8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Apoteker UI angkatan 77 yang selalu

bersemangat dan saling menyemangati untuk terus belajar; serta rekan-rekan dari Apoteker UI angkatan 76.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap semoga pengalaman, pengetahuan, dan pembelajaran hidup yang penulis dapat selama PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan ilmu farmasi.

Penulis

2014

(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Nama : Meilina Zahratunnisa Nurlam, S. Farm

NPM : 1206329814

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Periode 19 – 30 Agustus 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara dan juga memahami tugas pokok dan fungsi dari bagian tenaga kesehatan, bagian standarisasi mutu kesehatan dan bagian farmasi, makanan dan minuman yang termasuk di dalam seksi sumber daya kesehatan (SDK). Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk memahami tugas dan peran apoteker dalam melakukan pelayanan informasi obat di puskesmas.

Kata kunci : Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Bagian farmasi, makanan dan minuman, pelayanan informasi obat Tugas umum : xi + 55 halaman; 12 lampiran

Tugas khusus : ii + 13 halaman

Daftar Acuan Tugas Umum : 22 (1990-2011) Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1993-2013)

(9)

ix

ABSTRACT

Name : Meilina Zahratunnisa Nurlam, S.Farm

NPM : 1206329814

Program Study : Apothecary profession

Title : Pharmacist Internship Program at Health Agency of North Jakarta Period January 7th - January 18th 2013

Pharmacists Professional Practice in Health Agency of North Jakarta Administration aims to understand the duties and functions of parts of North Jakarta Health Office and also to understand the duties and functions of the part of health personnel, parts standardization and quality health pharmacy, food and beverage included in the resources in the health section (SDK). While the purpose of the special task is to determine understand the tasks and role of the pharmacist in the conduct of drug information services in health centers.

Keywords : Health Dept North Jakarta, Part pharmaceutical, drug information service

General Assignment : xi + 55 pages; 12 appendices Specific Assignment : ii + 13 pages

Bibliography of General Assignment: 22 (1990-2011) Bibliography of Specific Assignment: 10 (1993-2013)

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii ABSTRACT ... ix DAFTAR ISI ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ... 3

2.1 Suku Dinas Kesehatan ... 3

2.2 Visi dan Misi ... 4

2.3 Susunan Organisasi ... 4

3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI, MAKANAN DAN MINUMAN ... 15

3.1 Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman ... 15

3.2 Dasar Hukum ... 17

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi, Makanan dan Minuman ... 18

3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi, Makanan dan Minuman ... 25

3.5 Pelanggaran dan Sanksi ... 26

4 PEMBAHASAN ... 28

4.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin) ... 28

4.2 Pelaporan Narkotika... 33

4.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Koja ... 34

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Utara ... 40

Lampiran 2. Formulir Permohonan Izin Apotek ... 41

Lampiran 3. Format Surat Izin Apotek ... 42

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Apotek ... 44

Lampiran 5. Formulir Permohonan Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) ... 48

Lampiran 6. Format Surat Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) ... 49

Lampiran 7. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ... 50

Lampiran 8. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan ... 51

Lampiran 9. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ... 52

Lampiran 10.Formulir Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)/Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ... 53

Lampiran 11.Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) ... 54

(12)

1 Universitas Indonesia BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Otonomi daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat. Tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat (UU No. 32, 2004). Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa Kota Administrasi. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi dengan DPRD Tingkat II, maka kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD Tingkat II yang mendampingi Walikota.

Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, menyelenggarakan, mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (UU No 36, 2009). Dengan adanya otonomi daerah, sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat di bidang kesehatan dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, pemerintah DKI Jakarta membentuk Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan di setiap kota administrasi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Wilayah Jakarta Utara yang merupakan bagian dari pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu Koja, Kelapa Gading, Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan, dan Cilincing.

Dinas Kesehatan Provinsi merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan sedangkan Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja dari Dinas Kesehatan Provinsi. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan di wilayah kota adminstrasi.

Apoteker berperan penting untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker juga dapat berperan dalam pemerintahan sebagai penyusun kebijakan di

(13)

bidang kefarmasian, perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kefarmasian (PP No. 51, 2009).

Dalam pemerintahan khususnya Suku Dinas Kesehatan, peran Apoteker lebih diarahkan pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kefarmasian serta tenaga kefarmasian. Untuk lebih memahami serta mengetahui peran dan fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon apoteker membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan gambaran tentang peran apoteker di Pemerintahan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dengan mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan.

1.2Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, ini adalah agar mahasiswa program profesi apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia:

a. Mengetahui dan memahami gambaran umum suku dinas kesehatan beserta peran dan fungsinya;

b. Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan;

c. Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan Minuman (Farmakmin), baik yang terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Utara.

(14)

3

Universitas Indonesia BAB 2

TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

2.1 Suku Dinas Kesehatan

Sejak sistem pemerintahan otonomi daerah diberlakukan, Provinsi DKI Jakarta membentuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab dan berkedudukan di bawah Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan pengembangan urusan kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan adalah Unit Kerja Dinas Kesehatan di kota administrasi. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Kepala Suku Dinas yang memimpin Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Suku Dinas Kesehatan merupakan penamaan baru yang atas penggabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan.

Sebelum penggabungan, Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Gakin, Seksi Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak Menular, Seksi Kesehatan Jiwa dan Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha.

(15)

Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi Suku Dinas Kesehatan, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi; yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata Usaha. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan dapat dilihat dalam Lampiran 1.

2.2 Visi dan Misi

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang profesional menuju Jakarta Utara sehat untuk semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu:

1. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi 3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja

4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan berbasis komputer

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih

6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana

7. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana

8. Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah- masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara

9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat

2.3 Susunan Organisasi

Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari :

1. Kepala suku dinas kesehatan 2. Subbagian tata usaha

(16)

5

Universitas Indonesia

3. Seksi kesehatan masyarakat 4. Seksi pelayanan kesehatan 5. Seksi sumber daya kesehatan

6. Seksi pengendalian masalah kesehatan

Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.

2.3.1. Kepala Suku Dinas

Kepala Suku Dinas selaku pimpinan di Suku Dinas mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok

jabatan fungsional.

3. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

4. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

2.3.2. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas:

1. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas.

(17)

dinas.

5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. 6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.

7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas.

8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. 9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

10.Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. 11.Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan

penerimaan retribusi suku dinas kesehatan.

12.Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha.

13.Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas.

14.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.

Subbagian tata usaha (Subbag TU) membawahi bidang kepegawaian, keuangan, serta umum dan protokol. Bidang kepegawaian memiliki wewenang untuk melaksanakan seluruh aktifitas kepegawaian sesuai dengan tugas dan fungsinya. Secara struktural, koordinator kepegawaian membawahi pengelola data pegawai dan disiplin pegawai, pengelola administrasi kesejahteraan pegawai, dan pengelola administrasi pengembangan karir.

Bidang keuangan memiliki wewenang untuk mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA SKPD serta melakukan binwasdal ke Puskesmas. Dalam pelaksanaannya koordinator keuangan dibantu oleh bendahara, verifikator, pengelola pelaporan, pengelola pajak dan sisa kegiatan dan pengelola SPJ.

Bidang umum dan protokol memiliki wewenang melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol. Dalam pelaksanaannya, koordinator umum dan protokol dibantu oleh pengurus barang, pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, pengelola surat menyurat,

(18)

7

Universitas Indonesia

pengadministrasi surat keluar, pengadministrasi surat masuk, pengadministrasi kegiatan kepala unit, dan pengadministrasi protokol.

2.3.3. Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan.

4. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi.

8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.

9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan pembinaan peran serta masyarakat (PPSM).

10.Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).

11.Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

12.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat.

(19)

masyarakat.

Seksi kesehatan masyarakat membawahi tiga bidang, yaitu bidang gizi dan PPSM, bidang kesehatan keluarga, dan bidang promosi dan informasi kesehatan. Bidang kesehatan keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan keluarga, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia, kesehatan gigi dan mulut, dan penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Secara struktural, koordinator bidang kesehatan keluarga membawahi pengelola kesehatan ibu, pengelola kesehatan anak, pengelola perawatan kesehatan masyarakat, pengelola lansia, pengelola kekerasan dalam rumah tangga, dan pengelola kesehatan gigi dan mulut.

Bidang gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di Puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola program gizi dan pengelola PPSM.

Bidang promosi dan informasi kesehatan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP) dan pengelola sistem promosi kesehatan.

2.3.4. Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan kesehatan diantaranya adalah :

1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

(20)

9

Universitas Indonesia

pelayanan kesehatan.

6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

7. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. 8. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional.

9. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes).

10.Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

11.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan.

12.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.

Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu pelayanan kesehatan dasar, gawat darurat dan bencana, pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional, pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian, pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional serta administrasi. Secara struktural, koordinator bidang pelayanan kesehatan dasar membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar sedangkan koordinator pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian, pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional dan pengadministrasian.

2.3.5. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan.Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi :

1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(21)

minuman.

4. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

7. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

8. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan.

9. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.

10.Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 11.Memfasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor,

dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

12.Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga.

13.Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial.

14.Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi.

15.Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

16.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan.

17.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan dibagi 3 koordinator, yaitu standarisasi manajemen kesehatan, farmasi makanan dan minuman (Farmakmin), dan bidang tenaga kesehatan. Koordinator standarisasi manajemen kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan perencanaan mutu, melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan, merencanakan dan

(22)

11

Universitas Indonesia

melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Secara struktural, koordinator standarisasi manajemen kesehatan membawahi pengelola administrasi dan perencanaan mutu pengelola survey kepuasan pelanggan, pengelola audit internal, pengelola audit eksternal dan pengelola forum komunikasi mutu.

Koordinator farmakmin bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada pelanggan, memverifikasi berkas perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin, membuat perencanaan kerja, laporan, dan evaluasi kerja mingguan. Secara struktural, koordinator farmakmin membawahi pengelola administrasi farmakmin, pengelola apotek dan UMOT, pengelola industri rumah tangga pangan, pengelola toko obat, pengelola bimtek, pengelola pembinaan tenaga kesehatan, pengadministrasian umum, pengarsipan perizinan tenaga kesehatan (nakes), dan penerima izin.

Bagian tenaga kesehatan bertanggung jawab membantu menyusun bahan RKA dan DPA seksi sumber daya kesehatan, menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di puskesmas, mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan mulai dari verifikasi berkas permohonan, dan kunjungan lapangan hingga pencetakan izin tenaga kesehatan serta melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola diklat (Suku dinas kesehatan, 2010).

2.3.6. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang

(23)

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi seksi pengendalian masalah kesehatan antara lain: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan.

4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.

5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

7. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan atau instansi pemerintahan/swasta/ masyarakat.

8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi.

9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi.

10.Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan.Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ KLB dan surveilans.

11.Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

12.Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/KLB dan surveilans.

13.Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan

(24)

13

Universitas Indonesia

dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.

14.Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.

15.Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja.

16.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

17.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan membawahi tiga koordinator, yaitu koordinator kesehatan lingkungan, koordinator penyakit menular dan tidak menular, serta koordinator wabah dan surveilans. Koordinator Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab mengurus segala hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Secara struktural, koordinator kesehatan lingkungan membawahi koordinator kesehatan lingkungan yang dibantu oleh pengelola makanan minuman, pengelola tempat umum tempat-tempat industri (TTU-TTI) dan pengelola penyehatan lingkungan.

Koordinator Penyakit Menular dan Tidak Menular bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular (DBD, ISPA, Pneumonia, diare, kusta, HIV/AIDS, dan TBC), penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, napza, dan haji. Disamping itu, koordinator ini juga bertugas memberikan informasi mengenai perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara.

Koordinator Wabah dan Surveilans bertanggung jawab menyusun program, rencana kegiatan, dan alokasi anggaran kegiatan penanggulangan wabah

(25)

dan surveilans serta melakukan sosialisasi program tersebut. Koordinator ini melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan surveilans pada Puskesmas Kecamatan serta memberikan dan menganalisa perkembangan penyakit menular terutama yang berpotensi menimbulkan KLB.

(26)

15 Universitas Indonesia BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta merupakan regulator yang berperan membuat pedoman, kebijakan, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Regulasi yang telah dibuat Dinas Kesehatan diaudit oleh Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari seksi Sumber Daya Kesehatan, seksi Pelayanan Kesehatan, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan seksi Sumber Daya Kesehatan.

Seksi Sumber Daya Kesehatan secara garis besar memiliki peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman. Masing-masing peran tersebut dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. Koordinator yang terdapat pada seksi Sumber Daya Kesehatan terdiri dari koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi manajemen kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah farmasi makanan dan minuman (Farmakmin).

Tugas pokok koordinator farmasi makanan dan minuman adalah:

1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

3. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Pangan Industri Rumah Tangga

(27)

(PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO).

4. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat.

5. Melakukan Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta.

6. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. 7. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik.

8. Melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan.

9. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas.

10.Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial.

11.Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman.

12.Memantau dampak lingkungan.

13.Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).

14.Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika.

15.Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman.

16.Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. 17.Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran,

rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman.

18.Pengelolaan terhadap hasil supervisi.

19.Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat.

20.Mensosialisasikan perundang-undangan dan program.

21.Bekerjasama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan.

(28)

17

Universitas Indonesia

23.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.

3.2 Dasar Hukum

Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat.

5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional.

6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

9. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 10.Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur

Alat Kesehatan.

11.Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta. 12.Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha

Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional

13.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker.

14.Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.

15.Peraturan Menteri Kesehatan Indonsesia No. 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.

(29)

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/atau mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah, maka perizinan diajukan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/kabupaten Administrasi.

Perizinan yang dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan adalah izin apotek, izin pedagang eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin usaha mikro obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke Suku Dinas Kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007.

3.3.1 Apotek

Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian di apotek hanya boleh dilakukan oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah apoteker yang merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk apoteker adalah Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh Menteri, dan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun berikutnya apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

1. Ijazah apoteker.

(30)

19

Universitas Indonesia

3. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.

4. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek.

5. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

(31)

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.

3.3.2 Apotek Rakyat

Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat

(32)

21

Universitas Indonesia

generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk:

a. Pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat.

b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat.

c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penangung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tata cara memperoleh izin Apotek Rakyat sama dengan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2007).

3.3.3 Pedagang Eceran Obat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, di mana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan. Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

Permohonan perizinan sarana pedagang eceran obat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan oleh Kepala Dinas Kesehatan

(33)

Kabupaten/Kota kepada Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat.

3.3.4 Usaha Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Industri di bidang obat tradisional meliputi IOT (Industri Obat Tradisional) dan IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam). Usaha di bidang obat tradisional meliputi UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional), Usaha Jamu Racikan danUsaha Jamu Gendong (Menkes RI, 2012).

UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen (Menkes RI, 2012).

Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri, kecuali usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Izin usaha obat tradisional berlaku seterusnya selama industri dan usaha obat tradisional yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri mendelegasikan kewenangan pemberian izin IOT dan IEBA

(34)

23

Universitas Indonesia

kepada Direktorat Jenderal, UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan izin UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat. Permohonan Izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Menkes RI, 2012).

Untuk dapat menyelenggarakan usahanya, adapun persyaratan yang harus dilengkapi oleh UMOT adalah sebagai berikut :

1. Surat permohonan;

2. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan perindang-undangan;

3. Susunan direksi/ dan komisaris/ badan pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan;

4. Fotokopi KTP/ identitas pemohon dan/atau direksi/ pengurus dan komisaris/ badan pengawas;

5. Pernyataan pemohon dan/atau direksi/ pengurus dan komisaris/ badan pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;

6. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;

7. Surat tanda daftar perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan; 8. Fotokopi surat izin usaha perdagangan dalam hal permohonan bukan

perseorangan;

9. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan 10. Fotokopi surat keterangan domisili.

Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan . Permohonan izin UMOT dapat ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal penundaan pemberian izin UMOT, maka kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya surat penundaan.

Dalam penyelenggaraan UMOT berkewajiban:

a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan;

(35)

b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk dari peredaran; dan

c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. UMOT yang telah mendapat izin, apabila melakukan perubahan nama, alamat, atau penanggungjawab tenaga teknis kefarmasian wajib melaporkan secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada kepala balai POM setempat. UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan, serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada kepala balai POM setempat.

3.3.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan/Sub Penyalur Alat Kesehatan

Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapat izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan. Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya, usaha ini dilakukan oleh perorangan jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut.

3.3.6 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Pangan Industri Rumah Tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Seritifkat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor

(36)

25

Universitas Indonesia

HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT.

3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No. 36, 2009).

Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No. 36, 2009).

Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Undang-Undang RI No. 36, 2009):

(37)

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan, c. Pembiayaan.

Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya Lembaga Pemerintah Nonkementerian, Kepala Dinas Provinsi, dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dapat memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk- produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.

3.5 Pelanggaran dan Sanksi

Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmakmin dalam memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan maka akan diberikan

(38)

27

Universitas Indonesia

sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002).

Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu:

1. Sanksi administratif berupa: a. Peringatan

b. Penghentian sementara kegiatan c. Pencabutan izin

(39)

BAB 4 PEMBAHASAN

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung selama dua minggu, dimulai pada tanggal 19 Agustus hingga 30 Agustus 2013. Selama kegiatan PKPA berlangsung, mahasiswa mendapatkan pengetahuan lebih mengenai kegiatan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan dengan ikut serta dalam beberapa kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. Pada laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, pembahasan dikhususkan pada Koordinator Farmakmin, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.

Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mempelajari kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) sarana Farmakmin; mempelajari alur proses pembuatan Surat Izin Apotek (SIA), Surat Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT); melakukan rekapitulasi Pelaporan Narkotika dari tiap apotek kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara; dan pada tanggal 29 Agustus 2013 melakukan kunjungan di Puskesmas Kecamatan Koja.

4.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin)

Suku Dinas Kesehatan dibentuk pada bulan Januari 2009. Suku Dinas Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, dimana sebelumnya kedua suku dinas ini dipisah, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Perda No. 10 tahun 2008. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan serta mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Suku Dinas Kesehatan terdiri dari 1 subbagian (tata usaha) dan 4 seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Seksi Sumber Daya

(40)

29

Universitas Indonesia

Kesehatan (SDK) memiliki 3 subseksi, yaitu bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan, Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin), dan bagian Tenaga Kesehatan. Apoteker banyak berperan dalam Seksi Sumber Daya Kesehatan terutama pada Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin).

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara lebih ditekankan pelaksanaan dan pengamatan pada Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin) karena pelaksanaan teknis kebijakan tentang kefarmasian terpusat di bidang tersebut. Koordinator Farmakmin secara umum bertanggung jawab dalam pemberian izin sarana Farmakmin dan melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) serta penilaian efektifitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Binwasdal dilakukan setiap bulan dan penyuluhan keamanan pangan dilakukan 4 kali dalam setahun.

Koordinator Farmakmin bertanggung jawab dalam memberikan perizinan terhadap sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dan usaha mikro obat tradisional (UMOT), serta pemberian rekomendasi Sub Penyalur Alat Kesehatan (SPAK) yang didirikan di wilayah Jakarta Utara. Selain itu, Farmakmin juga memberikan perizinan terhadap surat izin tenaga kesehatan (SIKA, SIPA, dan SIKTTK). Pelayanan perizinan ini dilakukan di Pusat Pelayanan Perizinan Terpadu (Pelayanan Prima) di Gedung Walikota Jakarta Utara. Pelayanan Prima merupakan gabungan dari Suku-suku Dinas berbagai bidang di Jakarta Utara. Sejak diberlakukan permenkes No.889/Menkes/Per/V/2011 pada 1 juni 2011, perizinan surat izin praktek atau surat izin kerja apoteker (SIPA atau SIKA) dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota.

Pemohon izin menyerahkan berkas permohonan yang sudah lengkap kepada FLO (Front Line Officer) di Pelayanan Prima. FLO akan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas serta mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap, kekurangan akan diberitahukan kepada pemohon dan berkas akan langsung dikembalikan. Check list hasil pemeriksaan berkas disimpan oleh FLO. Jika berkas permohonan lengkap dan

(41)

benar, FLO akan membuat tanda terima (rangkap 2, asli untuk pemohon dan fotokopi untuk arsip), mencatat pada buku register, dan menginput data pemohon melalui software. Selanjutnya, berkas permohonan akan diserahkan ke Bagian Tata Usaha (TU). Oleh bagian TU, berkas akan dicatat dan diberi penomoran pada buku agenda masuk. Data akan diteruskan ke seksi melalui software dan berkas akan diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan (yaitu Koordinator Farmakmin) dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) menerima berkas permohonan dari TU dan mencatatnya pada register seksi. Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan akan melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berkas permohonan dan surat penolakan akan diserahkan kembali ke FLO. Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat perjanjian waktu pemeriksaan lapangan.

Seksi SDK membuat Surat Tugas yang ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dan mempersiapkan Berkas Pemeriksaan Lapangan. Setelah pemeriksaan lapangan dilaksanakan, BAP lapangan akan dikaji dan hasil pemeriksaan lapangan dilaporkan ke Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan atau Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bila memenuhi persyaratan di lapangan, pembuatan Surat Izin/SK/Sertifikat akan dilakukan. Bila tidak memenuhi persyaratan di lapangan, surat penolakan izin berserta alasannya akan dibuat dan ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Surat penolakan dan berkas permohonan diserahkan kembali ke FLO untuk dikembalikan ke pemohon.

Selanjutnya dilakukan pemberian nomor Surat Izin/Sertifikat Sarana dan Nomor Agenda Surat Keluar TU untuk Surat Izin/Sertifikat Sarana serta Nomor SK untuk SK izin sarana. Surat Izin/SK/Sertifikat akan dicetak dan ditempelkan foto lalu diteruskan ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk ditandatangani. Selanjutnya, Surat Izin/SK/Sertifikat akan digandakan dan dibubuhkan stempel Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Sebagai arsip, foto ditempelkan di buku register perizinan dan fotokopi Surat Izin/SK/Sertifikat

(42)

31

Universitas Indonesia

didokumentasikan pada berkas permohonan. Seksi SDK menyerahkan Surat Izin/SK/Sertifikat asli ke FLO dengan berita acara serah terima dan menginformasikan kepada pemohon untuk mengambil Surat Izin/SK/Sertifikat tersebut.

FLO mengisi blangko retribusi pembayaran dan menyerahkannya ke pemohon untuk segera membayar ke Kas Daerah. FLO akan memberikan Surat Izin/SK/Sertifikat asli kepada pemohon dengan menerima surat tanda terima dan Surat Ketetapan Restribusi Daerah (SKRD) dari pemohon. Untuk bukti, SKRD warna putih dipegang pemohon dan yang berwarna merah disimpan FLO sebagai arsip. Selajutnya, pemohon menandatangani buku register FLO sebagai bukti Surat Izin/SK/Sertifikat telah diambil. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dan selesai dalam waktu tidak lebih dari 16 hari kerja.

Selain perizinan sarana, Farmakmin juga memberikan perizinan terhadap tenaga kefarmasian. Apoteker yang bekerja di Pedagang Besar Farmasi, Instalasi Sediaan Farmasi, serta fasilitas produksi obat, obat tradisional, dan kosmetika harus memiliki Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). Apoteker yang bekerja pada fasilitas pelayanan kefarmasian seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. Surat izin tersebut harus diperbaharui setiap 5 tahun.

Koordinator Farmakmin juga bertanggung jawab dalam melakukan Binwasdal terhadap sarana Farmakmin. Dalam melakukan Binwasdal, Koordinator Farmakmin dapat meminta bantuan BPOM atau bekerja sendiri. Idealnya Binwasdal dilakukan setiap bulan tetapi karena keterbatasan anggaran, minimal dalam setahun 10% dari semua sarana Farmakmin harus mendapatkan Binwasdal. Pemilihan sarana dapat dilakukan secara acak atau berdasarkan riwayat dari sarana tersebut bila sebelumnya pernah melakukan kesalahan atau melanggar peraturan. Koordinator Farmakmin meminta bantuan BPOM terutama untuk pengambilan sampel dan pengujian dari produk obat, makanan, dan minuman karena Suku Dinas Kesehatan tidak memiliki fasilitas laboratorium.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan laporan akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik

Perkembangan kepribadian individu (peserta didik), di samping ditentukan oleh aspek dasar ( fitrah ) juga dipengaruhi oleh pengaruh ajar (lingkungan dimana dia belajar).

Sekarang, para penyembah yang kucintai, mohon mendengarkan satu hal lagi dariku. Pengabdian suci kepada Krsna persis seperti sebuah hutan bunga padma yang menyejukkan

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi

Berdasarkan tabel 5.5dari 45 responden menunjukkan bahwa yang tidak mendapat dukungan dari keluarga yang tidak aktif pada peran kader dalam revitalisasi posyandu sebanyak 3

Dalam rangka penyusunan skripsi guna memenuhi syarat menyelesaikan studi program S1 di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Mercubuana Yogyakarta, peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand image iPhone terhadap Keputusan Pembelian pada Mahasiswa FISIP USU serta untuk mengetahui faktor brand image mana yang

DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP Enterococcus faecalis SEBAGAI.. ALTERNATIF BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR