• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan adalah perencanaan dan pengendalian produksi. Adapun yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi adalah penentuan dan penetapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan pabrik tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Jadi perencanaan dan pengendalian produksi merupakan aktivitas bagaimana mengelola proses produksi. (Sofjan Assauri, 1999, p125).

Apabila tujuan atau rencana dari perusahaan dapat tercapai, maka perusahaan dapat memperoleh hal-hal yang berikut, yaitu:

1. Dapat membuat produk dengan biaya yang murah.

2. Dapat menentukan harga pokok dan harga jual dengan harga yang cukup rendah.

(2)

4. dapat menjual barang dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menguasai bagian pasar yang luas dari penjualan produknya.

5. Memperoleh keuntungan yang diharapkan.

2.1.2 Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu-waktu terbagi atas dua bagian yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan. Dua cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam henti dan sampling

pekerjaan. Cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan.

Lebih jauh lagi pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Harap diperhatikan pengertian waktu baku ini kata-kata wajar, normal, dan terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

(3)

yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar atau terlampau cepat atau terlampau lambat.

Hal-hal yang dikerjakan selama pengukuran berlangsung adalah pengkuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Tingkat-tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan pengukuran. Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, dilakukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan.

Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya sepuluh kali atau lebih. Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan, tiga hal harus mengikutinya yaitu menguji keseragaman data, menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan kedua. Jika tahap kedua selesai maka dilakukanlah ketiga hal yang sama seperti tadi, dimana bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran mencukupi untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Istilah pengukuran pendahuluan terus digunakan selama jumlah pengukuran yang telah dilakukan pada tahap pengukuran belum mencukupi. (Sutalaksana, 1979, p131-132).

(4)

2.1.3 Klasifikasi ABC

Pada perusahaan-perusahaan besar kadang-kadang terdapat ribuan jenis produk. Oleh karena itu perlu adanya kebijaksanaan pengawasan dengan pertimbangan efisiensi dan keefektifan, yaitu produk mana yang lebih banyak penjualannya. Tentunya produk yang memerlukan pengawasan yang lebih detail adalah produk yang mempunyai nilai penjualan cukup besar. Sebaliknya produk yang penjualannya lebih sedikit mempunyai nilai penjualan yang kecil. Dalam penentuan kebijaksanaan ini, dapat digunakan metode analisis ABC. Metode analisis ABC ini menggunakan ”Pareto Analisis”, yang menekankan bahwa sebagian kecil dari jenis-jenis produk mempunyai nilai penggunaan yang cukup besar yang mencakup kira-kira lebih daripada 60% dari seluruh nilai penjualan produk. Adalah tidak efektif dan efisien, apabila kita melakukan pengawasan yang ketat terhadap jenis-jenis produk yang mempunyai nilai penjualan yang rendah. Oleh karena itu kita cukup menekankan pengawasan produk yang ketat terhadap jenis-jenis produk yang mempunyai nilai penjualan yang terbesar.

Metode Analisis ABC ini digunakan untuk memberikan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis produk yang terdapat dalam perusahaan yang mempunyai nilai penjualan yang relatif tinggi atau mahal. Biasanya metode analisis ini dipergunakan dalam perusahaan-perusahaan yang mempunyai berbagai jenis atau macam produk yang mempunyai bentuk

(5)

atau kualitas berbeda. Dengan metode ini produk yang terdapat dalam suatu perusahaan digolongkan atau dikelompokkan kedalan tiga golongan, yaitu golongan atau kelompok barang A, golongan atau kelompok-kelompok barang B, dan golongan atau kelompok-kelompok-kelompok-kelompok barang C. Golongan atau kelompok-kelompok barang A terdiri dari jenis atau macam produk yang mempunyai nilai penjualan mencapai 80% dari seluruh nilai penjualan produk, tetapi jumlah produknya tidak melebihi 10% dari seluruh jumlah produk yang terdapat dalam perusahaan. Golongan atau kelompok-kelompok barang B terdiri dari jenis atau macam produk yang mempunyai nilai penjualan mencapai 15% dari seluruh nilai penjualan produk, tetapi jumlah produknya mencapai 20% dari seluruh jumlah produk yang terdapat dalam perusahaan. Golongan atau kelompok-kelompok barang C terdiri dari jenis atau macam produk yang mempunyai nilai penjualan yang tidak lebih dari pada 15% dari seluruh nilai penjualan produk, tetapi jumlah produknya mencapai 70% dari seluruh jumlah produk yang terdapat dalam perusahaan. Jadi dalam hal ini pemimpin perusahaan akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada produk yang termasuk ke dalam golongan atau kelompok barang A yang jumlahnya sedikit tetapi mempunyai peranan yang cukup besar (mencapai 80% dari seluruh nilai penjualan produk). (Sofjan Assauri, 1999, p203).

(6)

2.1.4 Operation Process Chart

OPC Merupakan peta kerja yang mencoba mengambarkan urutan-urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail atau menggambarkan urutan kerja dari saat awal rakit (operasinya), inspeksi, penyimpanan dan hingga proses tersebut menjadi produk jadi. keseluruhan operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw

material) sampai menjadi produk akhir (finished goods product) dan analisa

perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urutan-urutannya secara keseluruhan akan dapar dilakukan.

Menyediakan instruksi lengkap tentang bagaimana harus memproduksi komponen, termasuk spesifikasi untuk komponen ditambahkan dengan pengoperasian dan waktu inspeksi. OPC biasa digunakan untuk menganalisa operasi-operasi kerja suatu produk yang membutuhkan waktu beberapa menit per siklus kerjanya. Dari OPC ini dapat diperoleh manfaat:

a. Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan tata cara kerja yang sedang dipakai.

b. Data kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap elemen operasi kerja atau pemeriksaan.

c. Aliran tata letak fasilitas kegiatan produksi dan aliran pemindahan bahan baku (material).

(7)

d. Data kebutuhan jenis proses atau mesin yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi kerja dan penganggarannya.

Aturan dasar untuk membuat OPC, antara lain:

a. Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang diperlukan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.

b. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horisontal yang akan menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses kerja.

c. Adanya lambang-lambang dalam pembuatan OPC, yaitu pada proses, pada inspeksi, dan pada penyimpanan hingga produk itu menjadi barang jadi.

d. Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, maka produk yang paling banyak memerlukan proses operasi yang harus dipetakan terlebih dahulu dan digambar pada garis vertikal paling kanan sendiri. e. Adanya catatan ringkasan yang terletak pada bagian sudut kiri bawah,

agar kita dapat mengetahui berapa proses, pemeriksaan, dan penyimpanan yang di lakukan dalam membuat satu produk.

(8)

2.1.5 Peramalan

Peramalan adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk memprediksi, memperkirakan, memproyeksikan, atau mengestimasikan suatu peristiwa maupun kejadian yang tidak pasti yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang. Peramalan memerlukan pengambilan data histories dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Terdapat berbagai macam teknik-teknik peramalan. Metode yang paling cocok untuk sebuah perusahaan mungkin mendatangkan bencana bagi perusahaan lain, atau bahkan dalam departemen yang berbeda dari perusahaan yang sama.

Kegiatan peramalan bukanlah sesuatu hal yang pasti atau sempurna

(perfect) karena kegiatan peramalan yang dibuat atau dilakukan itu

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam perusahaan (internal) seperti keadaan yang ada didalam lingkungan perusahaan itu sendiri, keadaan tenaga kerja, teknologi yang dimiliki, orang yang melakukan peramalan, maupun faktor dari luar perusahaan (eksternal) seperti kondisi bisnis ekonomi, reaksi dari pesaing, kebijakan pemerintah, keadaan pasar, trend pasar, dan lain- lain. Jadi untuk memperoleh peramalan yang baik maka perlu dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan serta perlu dilakukan perbandingan antara metode yang satu dengan metode yang lain sehingga dapat diperoleh

(9)

suatu hasil peramalan dengan tingkat error paling kecil, karena tidak mungkin ada peramalan yang menghasilkan kepastian 100 % benar.

Tujuan dari peramalan adalah untuk mengantisipasi akan kegiatan-kegiatan, material, permintaan, serta biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang karena adanya waktu tenggang

(lead time). Ramalan yang baik sangat penting dalam seluruh aspek bisnis,

ramalan hanyalah estimasi permintaan produk sampai permintaan aktual diketahui. Berikut ini merupakan beberapa tujuan diadakannya dan diperlukannya suatu kegiatan peramalan, antara lain :

• Untuk mengevaluasi dan memonitor kebutuhan bahan ataupun material. • Untuk membuat suatu perencanaan produksi yang efektif dan efisien. • Untuk melakukan pembaharuan terhadap perubahan desain produk dan

kemasan, sesuai dengan kebutuhan customer, perusahaan dan tingkat efisiensi.

• Untuk perencanaan anggaran biaya produksi dan biaya-biaya lainnya serta perencanaan cash flow perusahaan.

• Untuk membuat suatu perencanaan penjualan dan pemasaran.

• Untuk menentukan suatu penjadwalan produksi dari produk yang akan diproduksi dengan peralatan yang ada sehingga nantinya diharapkan peralatan-peralatan produksi yang ada akan mampu digunakan secara optimal, dan dengan begitu produktifitas akan meningkat.

(10)

• Dengan peramalan kita akan mampu menentukan apakah diperlukan untuk melakukan perluasan pabrik atau tidak, dan juga menentukan berapa jumlah kapasitas produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. • Untuk menentukan rencana lanjutan untuk produk yang ada yang

diproduksi dengan fasilitas yang tersedia.

• Untuk membantu perusahaan dalam menyusun perencanaan produksi. Hal ini khususnya diterapkan pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus-menerus atau kontinyu, karena kegiatan produksi mereka tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dalam jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai

blueprint selama jangka waktu yang tertentu.

Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan permintaan dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana memahami karateristik suatu metode peramalan agar sesuai dengan situasi pengambilan keputusan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil yang sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu :

(11)

1) Metode peramalan kuantitatif

Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu : a. Model deret berkala (time series)

Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu varibel dan / atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membaut ramalan untuk masa depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan pola dalam deret

(12)

berkala historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode derat berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi :

1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan. (deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini. Demikian pula suatu pengendalian kualitas yang menyangkut pengambilan contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.

2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan

(13)

dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan uatma lainnya menunjukkan jenis pola data ini. 4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau

penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.

Banyak deret data yang mencakup kombinasi dari pola-pola data diatas. Metode peramalan yang dapat membedakan setaip pola harus dipakai bila diinginkan adanya pemisahan komponen pola tersebut.

b. Model kausal

Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak bebas. Setelah hubungan ini ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat diramalkan cukup dengan memasukkan nilai-nilai yang sesuai untuk varibel-variabel independen. Metode peramalan kausal mengasumsikan bahwa permintaan akan suatu produk bergantung

(14)

pada satu atau beberapa faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

Metode peramalan kuantitatif terletak diantara dua ekstrim rangkaian kesatuan, yaitu :

1. Metode naif/intuitif. Metode ini bersifat sederhana dan mudah dipakai, tetapi tidak selalu tepat seperti metode kuantitatif formal. Metode ini masih cukup banyak digunakan karena beberapa orang lebih menyukai pendekatan judgemental daripada pendekatan yang lebih objektif.

2. Metode kuantitatif formal yang didasarkan atas prinsip-prinsip statistika Metode ini menggunakan ekstrapolasi horisontal, musiman, dan trend. Jenis ini didasarkan atas pengalaman empiris yang sangat beragam dari bisnis ke bisnis, produk ke produk, dari dari peramal yang satu ke peramal yang lain.

2) Metode peramalan kualitatif atau teknologis

Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif,

(15)

perkiraan dan pengetahuan yang telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang terlatih.

Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka panjang. Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, sekilas, tampaknya tidak ilmiah dan bersifat sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak mencerminkan masa mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan opini dari orang-orang yang berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik tertentu.

Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : a. Metode ekspoloratoris

Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat semua kemungkinan yang ada. b. Metode normatif.

Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan

(16)

yang akan datang, kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

(Makridakis, 1999, p19-24)

2.1.6 Pemilihan Teknik Peramalan

Pola atau karakteristik data mempengaruhi teknik peramalan yang dipilih. Seringkali, pola data tersebut merupakan karakteristik inheren dari kegiatan yang sedang diteliti. Hubungan data dengan jangka waktu semakin jelas jika kita mengamati bahwa pola trend adalah meruapakan kecenderungan jangka panjang, sedangkan variasi musiman menunjukkan pola data yang berulang. Dalam mengevaluasi teknik-teknik yang dikaitkan dengan pola data bisa saja diterapkan lebih dari satu teknik untuk data yang sama. Misalnya, teknik-teknik tertentu mungkin lebih akurat dalam memprediksi titik balik, sedangkan lainnya terbukti lebih andal dalam peramalan pola perubahan yang stabil. Bisa juga terjadi beberapa model meramalkan terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate) dalam situasi tertentu. Selain itu, mungkin juga terjadi bahwa prediksi jangka pendek dari suatu model lebih baik dari model lain yang memiliki prediksi jangka panjang yang lebih akurat.

(17)

2.1.6.1 Teknik Peramalan untuk Data yang Stasioner

Suatu data runtut waktu yang bersifat stasioner merupakan suatu serial data yang nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu. Keadaan tersebut terjadi jika pola permintaan yang mempengaruhi data tersebut relatif stabil. Dalam bentuknya yang paling sederhana, peramalan suatu data runtut waktu yang stasioner memerlukan data historis dari runtut waktu tersebut untuk mengestimasi nilai rata-ratanya, yang kemudian menjadi peramalan untuk nilai-nilai masa datang. (Hanke, 2005, p75).

Beberapa teknik yang dapat dipertimbangkan ketika meramalkan data runtut waktu yang stasioner adalah metode naif, metode rata-rata sederhana, rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial sederhana, dan model ARIMA.

2.1.6.2 Teknik Peramalan untuk Data Trend

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu series yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan menaik atau menurun

(18)

selama periode dimana peramalan diinginkan. Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend. (Hanke, 2005, p75-76).

Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut waktu yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial linier dari Holt, regresi sederhana, model ARIMA.

2.1.6.3 Teknik Peramalan untuk Data Musiman

Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman didefinisikan sebagai suatu data runtut waktu yang mempunyai pola perubahan yang berulang secara tahunan. Mengembangkan suatu teknik peramalan musiman biasanya memerlukan pemilihan metode perkalian dan pertambahan dan kemudian mengestimasi indeks musiman dari data tersebut. Indeks ini kemudian digunakan untuk memasukkan sifat musiman dalam peramalan atau untuk menghilangkan pengaruh seperti itu dari nilai-nilai yang diobsevasi. (Hanke, 2005, p76).

Teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan ketika kita meramalkan data runtut waktu yang bersifat musiman meliputi metode dekomposisi klasik, Census X-12, pemulusan eksponensial dari Winter, regresi berganda dan model ARIMA.

(19)

2.1.6.4 Teknik Peramalan untuk Data yang Bersifat Siklis

Pengaruh siklis didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang disekitar garis trend. Pola siklis cenderung untuk berulang setiap dua, tiga tahun, atau lebih. Pola siklis sulit untuk dibuat modelnya karena polanya tidak stabil. Turun-naiknya fluktuasi di sekitar trend jarang sekali berulang pada interval waktu yang tetap, dan besarnya fluktuasi juga selalu berubah. Metode dekomposisi bisa diperluas untuk menganalisis data siklis. (Hanke, 2005, p76).

Teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan ketika kita meramalkan data runtut waktu yang bersifat siklis adalah metode dekomposisi klasik, indikator ekonomi, model-model ekonometrik, regresi berganda dan model ARIMA.

2.1.7 Penjadwalan Produksi

Keluaran proses perencanaan agregat, perencanaan kapasitas dan perencanaan kebutuhan bahan pada dasarnya adalah jadwal induk dan rencana produksi. Rencana produksi tersebut untuk selanjutnya dibagi menjadi tugas harian. Setiap rencana produksi akan menghasilkan jadwal rinci mengenai mengenai jumlah produksi pada periode tersebut. Diasumsikan bahwa seluruh sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut

(20)

telah disediakan pada awal periode. Keputusan yang harus dibuat adalah urutan pekerjaan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu.

Pada saat seseorang mulai menjadwal pekerjaan, ia akan mengecek ketersediaan peralatan dan tenaga kerja. Setelah itu ia akan meninjau seluruh kegiatan yang harus diselesaikan pada periode tersebut. Selanjutnya seseorang akan menentukan pekerjaan mana yang akan dilakukan terlebih dahulu dan urutan pekerjaan setelahnya yang harus diselesaikan. Dengan berjalannya waktu, ketersediaan sumberdaya mungkin saja berubah, dan pada saat tersebut diperlukan penjadwalan ulang. Dengan demikian pada hakikatnya penjadwalan merupakan suatu proses yang dinamis.

Seseorang dapat mengatur pekerjaan dengan berbagai cara. Cara yang paling sederhana adalah mengurutkannya secara acak. Cara yang lain ialah dengan mengerjakannya secara heuristik menggunakan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.(Hendra Kusuma, 2001, p185)

Masalah penjadwalan yang paling sederhana muncul apabila ada sekumpulan pekerjaan yang menunggu untuk dikerjakan dan hanya tersedia satu prosesor untuk mengolahnya. Waktu pemrosesan dan dan batas waktu penyelesaian pekerjaan itu diasumsikan diketahui, dan juga diasumsikan tak tergantung pada urutan pekerjaan yang akan dikerjakan. Masalah penjadwalan dalam kasus semacam ini ialah memutuskan pekerjaan mana yang akan

(21)

dikerjakan terlebih dahulu. Pemilihan urutan pekerjaan yang akan dikerjakan itu akan berpengaruh pada waktu selesainya pekerjaan tersebut.

Penjadwalan yang tidak efektif akan menghasilkan tingkat penggunaan yang rendah dari kapasitas yang ada. Fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan akan menunggu untuk waktu tertentu, karena tidak ada jadwal. Sebagai akibatnya, biaya produksi membengkak. Ini dapat menurunkan efektifitas dan daya saing perusahaan. Meskipun kapasitas keseluruhan mungkin didesain agar biaya sumber daya minimal, penjadwalan yang tidak tepat dapat menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan dan banyak hal lain secara tidak langsung.

Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi, aktivitas-aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :

D Loading (pembebanan).

Bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan kapasitas yang ada. Loading ini untuk menentukan fasilitas, operator, dan peralatan.

D Sequencing (penentuan urutan).

Bertujuan membuat prioritas pengerjaan dalam pemrosesan order-order yang masuk.

D Dispatching.

(22)

D Pengendalian kinerja penjadwalan, dengan cara :

a. Memonitor perkembangan pencapaian pemenuhan order dalam semua sektor.

b. Merancang ulang sequencing, bila ada kesalahan atau ada prioritas utama baru.

D Updating schedules.

Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang berbeda dari saat pembuatan jadwal, maka jadwal haru segera di update bila ada permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi.

Kompleksitas aktivitas penjadwalan produksi tersebut dapat ditangani secara sistematik dengan berbagai macam metode-metode khusus untuk penjadwalan produksi.

Berbagai teknik dapat diterapkan untuk penjadwalan. Teknik yang digunakan tergantung dari volume produksi, variasi produk, keadaan operasi, dan kompleksitas dari pekerjaan sendiri. Pemilihan teknik juga tergantung dari pengendalian yang diperlukan selama proses, misalnya perlunya pengendalian terhadap waktu kosong dari mesin yang biaya operasinya tinggi, atau pengendalian terhadap persediaan dalam proses. (Teguh Baroto, 2002, p167-169).

(23)

2.1.8 Masukan Untuk Penjadwalan Pekerjaan

Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui sebelum pekerjaan dapat dijadwalkan, yaitu :

D Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus diselesaikan selama periode tertentu. Jumlah dan jenis pekerjaan ini sangat tergantung pada rencana produksi yang disusun serta negoisasi antara perusahaan dengan pelanggan.

D Perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan ini merupakan masukan yang sangat penting dalam proses penjadwalan pekerjaan. Perkiraan waktu penyelesaian suatu pekerjaan seringkali digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Sumber perkiraan dapat berupa data waktu baku yang dimiliki perusahaan atau estimasi supervisor berdasarkan pengalaman.

D Batas waktu penyelesaian pekerjaan (due date). Batas waktu selesainya suatu pekerjaan penting diketahui untuk memperkirakan kelambatan yang mungkin akan terjadi. Besaran ini menjadi penting terutama untuk mengantisipasi denda atau penalti yang mungkin timbul akibat keterlambatan pengiriman.

D Tujuan penjadwalan. Tujuan penjadwalan perlu diketahui terlebih dahulu agar pemilihan teknik penjadwalan dapat dilakukan dengan

(24)

sebaik-baiknya. Terdapat berbagai macam tujuan penjadwalan yang pada garis besarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu :

- Peningkatan utilisasi peralatan atau sumber daya dengan cara menekan waktu menganggur sumber daya tersebut. Untuk sejumlah pekerjaan yang telah diketahui bahwa maksimasi utilisasi sumber daya berbanding terbalik dengan waktu yang diperlukan untuk meyelesaikan seluruh pekerjaan (makespan). Dengan demikian sasaran penjadwalan yang terutama adalah menekan waktu penyelesaian produk secara keseluruhan.

- Sasaran lain yang mungkin dicapai adalah minimasi persediaan barang dalam proses. Tujuan ini dicapai dengan cara meminimasi jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian untuk diproses. Indikator jumlah antrian pekerjaan ini dinyatakan dengan besaran waktu alir rata-rata.

- Tujuan penjadwalan lainnya adalah menekan kelambatan. Dalam banyak hal sejumlah pekerjaan memiliki batas waktu penyelesaian pekerjaan (due date), dan apabila pekerjaan selesai setelah due date

maka perusahaan dikenai penalti. Terdapat beberapa tujuan penjadwalan berkenaan dengan kelambatan ini. Tujuan penjadwalan dapat berupa minimasi kelambatan atau keterlambatan maksimum,

(25)

atau minimasi jumlah pekerjaan yang terlambat, atau minimasi kelambatan atau keterlambatan rata-rata.

D Situasi pekerjaan yang dihadapi. Situasi pekerjaan yang dihadapi antara lain penjadwalan pekerjaan di satu prosesor, penjadwalan pekerjaan di beberapa prosesor seri, penjadwalan pekerjaan di bebrapa prosesor pararel, atau penjadwalan pekerjaan di fasilitas produksi job-shop.

(Hendra Kusuma, 2001, p186-187)

2.1.9 Perencanaan Jadwal Pekerjaan Pada Pengolahan yang Terus Menerus Seluruh kegiatan pengolahan dapat dibedakan atas kegiatan pengolahan yang terus-menerus (continuous production system) dan kegiatan pengolahan yang terputus-putus (intermittent production system). Pengolahan yang terus-menerus, yang juga disebut assembly line, merupakan suatu sistem operasi dan produksi dimana seluruh pusat kerja dirangkaikan dalam suatu sistem ban berjalan (conveying belt system atau conveyor system). Bahan-bahan baku mengalir melalui berbagai pusat kerja dan mengalami pengolahan mulai dari tahap awal sampai tahap akhir dalam suatu rangkaian tahap pembuatan barang jadi. Segera setelah melalui satu tahap, bahan-bahan tersebut langsung dipindahkan ke, dan dikerjakan pada tahap berikutnya dan tidak perlu berhenti diantara dua tahap kegiatan yang berbeda dan berurutan. Dengan rangkaian kegiatan pengolahan yang terus menerus ini berbagai jenis

(26)

mesin yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang berbeda-beda dirangkaikan menurut urutan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan pengolahan seperti ini pada umumnya digunakan dalam pembuatan berbagai jenis barang yang dimaksudkan untuk persediaan (made to stock).

Dipihak lain, didalam kegiatan pengolahan yang terputus-putus, yang jga disebut job-shopsystem, bahan-bahan juga diolah melalui berbagai tahap, tetapi tahap-tahap tersebut bukan merupakan satu rangkaian yang terus-menerus. Bahan yang sudah diolah pada satu pusat kerja dapat saja (sebagaimana biasanya) ditumpuk atau disimpan sebelum diolah pada pusat kerja yang berikutnya. Kegiatan pengolahan yang terputus-putus pada umumnya digunakan dalam membuat berbagai jenis barang yang dimaksudkan untuk memenuhi pesanan (made to order). Mesin-mesin yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang sejenis disusun dalam satu kelompok sehingga seluruh mesin yang berada pada setiap kelompok akan melaksanakan kegiatan yang sama jenisnya. Setelah melewati satu tahap pengolahan, bahan-bahan kemudian dipindahkan kepusat kerja berikutnya untuk diolah dengan menggunakan kelompok mesin lain yang akan melaksanakan pekerjaan berikutnya.

Untuk membuat barang dengan ciri-ciri yang berbeda, salah satu hal yang harus ditetapkan terlebih dahulu adalah rute pengerjaan setiap jenis barang. Satu jenis barang mungkin harus melalui seluruh pusat kerja yang ada

(27)

sedangkan barang yang berbeda jenisnya mungkin hanya perlu melalui sebagaian dari pusat-pusat kerja tersebut. Barang-barang yang dapat dibuat itu akan dapat memiliki ciri-ciri yang berbeda melalui penetapan jadwal penyelesaian, rute perjalanan bahan melalui pusat-pusat kerja, jenis bahan baku, dan jenis kegiatan pengolahan yang berbeda. Karena mesin-mesin yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang berbeda tidak langsung dihubungkan dalam bentuk rangkaian yang sambung-menyambung maka pembedaan-pembedaan tersebut dimungkinkan.

2.1.10 Urutan Pengerjaan

Teknik atau metode penjadwalan produksi sangat tergantung pada jenis produksinya. Penjadwalan pada produksi job shop akan berbeda dengan penjadwalan pada produksi massal dan proyek. Pengurutan pekerjaan merupakan problem yang cukup penting dalam analisis produksi. Problem yang dihadapi karena adanya banyakknya pekerjaan dan ketersediaan mesin yang terbatas. Urutan pengerjaan bertujuan untuk mencapai kriteria

performance tertentu yang optimal. (Teguh Baroto, 2002, p170). Faktor yang

mempengaruhi pelayanan (pengerjaan) suatu job : 1. Jumlah job yang harus dijadwalkan.

2. Jumlah mesin yang tersedia.

(28)

4. Pola kedatangan job (statik atau dinamik).

2.1.11 n Job, 3 Mesin

Untuk kasus 3 mesin, solusi optimal dicari dengan branch and bound

method. Pada algoritma ini, problem digambarkan dalam bentuk diagram

pohon dimana masing-masing cabang menggambarkan urutan parsial. Untuk menentukan bagian mana yang menjadi cabang, dihitung makespan terendah

(lower bound) dari masing-masing cabang. Besarnya lower bound untuk

makespan untuk semua job diperkirakan sebagai berikut. (Teguh Baroto, 2002, p176).

Misalkan n job (1,2,3...n) dan masing-masing job diproses pada tiga mesin, yaitu M1, M2 dan M3 pada urutan yang sama. Lower bound dari makespan untuk semua job dihitung sebagai berikut.

1. L1 = t ,M1 tn,M2 tn,M3 n 1 t i + +

= 2. L2 = t ,M1 ti,M2 tn,M3 n 1 t 1 +

+ = 3. L3 = t ,M1 t ,M2 t ,M3 n 1 t i 1 1

= + +

Untuk menentukan lower bound tiap cabang, misalkan untuk tiap-tiap cabang terdapat urutan Jr, yaitu berisi sub set tertentu r job dari n job

(29)

M1, M2, dan M3 untuk penyelesaian job terakhir pada urutan Jr. Maka, lower

bound makespan untuk semua jadwal yang dapat dimulai dengan urutan Jr

adalah : LB(Jr) = max ⎪ ⎪ ⎪ ⎭ ⎪⎪ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪⎪ ⎪ ⎨ ⎧ + + + + + +

Jr i Jr 3 i i Jr 3 i 2 i i 3 t ) Jr ( 3 TM ) t min( 2 t ) Jr ( 2 TM ) t t min( 1 t ) Jr ( 1 TM

(30)

2.2 Kerangka Berpikir

Hubungan pengendalian produksi terhadap seluruh organisasi manufaktur yang terutama ialah sebagai alat pengendali aliran informasi. Pengendalian produksi sendiri berkaitan erat dengan fungsi-fungsi diluarnya sehingga komponen di dalam pengendalian produksi memiliki interaksi aliran yang sangat rumit.

Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan penting dalam perusahaan. Penjadwalan adalah pengurutan waktu dari suatu kegiatan operasi. Dalam hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi.

Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Integumen: Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi pemanasan global untuk melatihkan keterampilan berpikir

Keterlibatan pihak lain dalam menguasai, mengelolah, dan memanfaatkan power yang dimiliki pengrajin membuat para pengrajin batu merah mengalami proses pelemahan dan

Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator  sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam  pangan menunjukkan

Dari penelitian dapat dihasilkan temuan yang merupakan hasil dari penelitian sebagai berikut : pertama, Implementasi Sistem Syirkah dalam Pendistribusian Hasil Usaha Dana

Pernyataan diatas selaras dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Elhaj et al., 2015); (Pebruary, 2013); dan (Nurakhiroh et al., 2014) yang menyatakan bahwa

Contoh kisah yang terdapat dalam buku “True Love” yakni kisah tentang seorang gadis kecil berusia delapan tahun yang mengirim surat cinta kepada anak laki-laki

Salah satu solusi itu adalah dengan memanfaatkan internet (blog) sebagai media pembelajaran alternatif. Era modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan dunia teknologi