• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SILA KE-4 SEBAGAI LANDASAN DALAM BERMUSYAWARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANCASILA SILA KE-4 SEBAGAI LANDASAN DALAM BERMUSYAWARAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SILA KE-4 SEBAGAI LANDASAN

DALAM BERMUSYAWARAH

Nama : Fahmi Sugandi NIM : 11.11.4946 Jurusan : S1 TI Kelompok : D

Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan oleh karenanya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Pancasila ini setelah mengikuti kuliah Pancasila selama 4 hari. TA ini disusun berdasarkan pengetahuan yang penulis dapat selama mengikuti kuliah pancasila baik secara langsung dalam kelas maupun karena tugas – tugas yang diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang membantu penulis dalam mengerjakan TA ini. Antara lain :

1. Dosen Pancasila, Bapak Drs. Tahajudin Sudibyo,

2. Teman – teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.

Penulis juga manusia yang tak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis meminta agar dapat diberikan masukan dan saran yang membangun serta di maafkan apabila ada kesalahan dalam penulisan.

Yogyakarta, 20 Oktober 2011

(3)

Abstract

Sesuai dengan judul yang penulis angkat yaitu “ Pancasila Sila ke-4 Sebagai Landasan Dalam Bermusyawarah “, Penulis bermaksud untuk membahas bagaimana seharusnya musyawarah itu dilakukan, apa saja etika-etika dalam bermusyawarah, dan bagaimana mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam bermusyawarah.

Sejatinya musyawarah itu dilakukan dengan berbagai tujuan dan maksud supaya dalam mengambil keputusan tidak merugikan banyak pihak yang terlibat dan mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan. Bermusyawarah dapat membantu kita menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan secara pribadi.

Oleh karena itu penulis ingin memperkuat hubungan Pancasila sila ke-4 yang berbunyi “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan “ kedalam kegiatan-kegiatan bermusyawarah bermasyarakat untuk mengambil keputusan dan mengatasi konflik yang terjadi dalam musyawarah itu.

(4)

Daftar Isi Kata Pengantar ... ii Abstract ... iii Daftar Isi ... iv Bab I ... 1 Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 1

C. Tujuan Yang Ingin Dicapai ... 2

D. Sistematika Penulisan ... 2

Bab II ... 3

Landasan Teori ... 3

A. Pengertian Musyawarah Secara Garis Besar ... 3

B. Pengertian Pancasila Sila Ke-4 ... 3

Bab III ... 5

Pembahasan ... 5

A. Landasan Pancasila Sila Ke-4 Dalam Bermusyawarah ... 5

B. Pengambilan Keputusan Dalam Bermusyawarah ... 5

C. Konflik Dalam Bermusyawarah Dan Cara Mengatasinya ... 8

Bab IV... 12

Penutup ... 12

A. Kesimpulan ... 12

B. Saran ... 12

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara yang menganut paham demokrasi, demokrasi di artikan dalam kehidupan berkelompok atau bermasyarakat adalah bermusyawarah. Musyawarah bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dirundingkan guna mencari jalan keluar dan tetap mengedepankan kedamaian serta keharmonisan dalam bermasyarakat.

Pada prinsipnya, musyawarah adalah bagian dari demokrasi, dalam demokrasi pancasila terutama sila ke-4, penentuan hasil harus di lakukan dengan cara musyawarah mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang berkepanjangan barulah dilakukan votting, jadi demokrasi tidaklah sama dengan votting.

B. Rumusan Masalah

Pada penyusunan TA Pancasila ini, penulis membatasi masalah yang disajikan, pembatasan masalah ini dimaksudkan agar pembahasan tidak terlalu luas. Pada kesempatan ini penulis membahas mengenai “Pancasila Sila ke-4 Sebagai Landasan Dalam Bermusyawarah”. Adapun batasan – batasan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana seharusnya musyawarah itu dilakukan ?

2. Apa yang harus dilakukan agar musyawarah tetap berlandaskan Pancasila sila ke-4 ?

3. Seperti apa keputusan yang efektif dalam bermusyawarah ?

4. Bagaimana menghadapi konflik yang terjadi dalam bermusyawarah ? 5. Apa saja tips dan trik mengelola konflik agar musyawarah tetap

(6)

C. Tujuan Yang Ingin Dicapai

Dalam penulisan TA pancasila ini, penulis memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai berikut :

1. Penulis ingin memberikan informasi tentang bermusyawarah,

2. Penulis ingin menjadikan musyawarah sebagai tolak ukur dalam mengambil tindakan yang berhubungan dengan orang banyak,

3. Menjelaskan bagaimana cara memberikan keputusan-keputusan yang kreatif,

4. Menjelaskan bagaimana cara untuk mengelola konflik yang terjadi dalam bermusyawarah.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan TA pancasila ini, penulis menggunakan study perpustakan, membaca – baca buku mengenai musyawarah, pengambilan keputusan, dan menangani konflik, serta beberapa juga dari artikel – artikel internet yang berhubungan dengan judul yang penulis ambil.

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Musyawarah Secara Garis Besar

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu.Istilah-istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah merupakan suatu upaya untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.

Bermusyawarah berati berhubungan dengan orang lain dan ada pesan didalamnya, maka kedua hal ini saling berhubungan dan berkaitan. Komunikasi membantu proses berjalannya suatu musyawarah. Ada sumber, pesan, media, serta penerima pesan yang sudah bersiap juga untuk memberikan feedback. Musyawarah sendiri memiliki tujuan agar suatu masalah dapat dipecahkan jalan keluarnya dan sebisa mungkin tidak merugikan orang lain serta mengambil jalan yang adil.

B. Pengertian Pancasila Sila Ke-4

Pancasila sila ke 4 mempunyai makna bahwasanya setiap warga Negara /

rakyat mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Dan sila ke 4 ini bertujuan agar

semua sesuatu yang ada untuk di musyawarahkan melalui kebijakan – kebijakan

(8)

Mengamalkan sila ke 4 dari pancasila adalah dengan mengutamakan

musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, dan

menghormati setiap keputusan musyawarah, keputusan yang diambil harus dapat

dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan

(9)

BAB III PEMBAHASAN

A. Landasan Pancasila Sila Ke-4 Dalam Bermusyawarah

Seperti yang di ikrarkan oleh pancasila sila ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan“, dalam bermusyawarah, hendaknya untuk dipimpin oleh orang yang mempunyai kredibilitas yang kuat serta bijak dalam mengambil keputusan-keputusan yang tidak sewenang-wenangnya supaya musyawarah berlangsung tertib dan menghasilkan suatu hal yang berguna. Musyawarah sering juga kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.Sebagai contoh kecil disaat kita ingin makan bersama teman-teman kita pasti bermusyawarah untuk menentukan makanan apa dan dimana akan makan.Sering juga kita melakukan voting untuk memilih yang paling banyak dipilih untuk menentukan tempat dan makanan apa yang akan dimakan bersama-sama.Hal-hal kecil seperti ini secara tidak sadar kita lakukan dan sering kita jumpai dalam setiap sisi kehidupan kita.

B. Pengambilan Keputusan Dalam Bermusyawarah

Dalam musyawarah keputusan-keputusan yang di ambil tidak boleh sampai merugikan salah satu pihak yang mengikuti musyawarah karena dapat membuat jalannya musyawarah menjadi tidak kondusif. Dibutuhkan pribadi-pribadi yang dapat mengatur jalannya musyawarah secara tertib serta menjunjung tinggi asas kekeluargaan serta dapat memberikan keputusan-keputusan yang efektif.

1. Seperti apakah keputusan yang efektif itu ?

Keputusan yang efektif itu mesti memenuhi dua kriteria pokok berikut ini:

a. Keputusan yang telah dipahami dan dipelajari secara cermat (dipelajari terlebih dahulu)

(10)

b. Keputusan yang dapat berubah menjadi suatu perbuatan (karya) sehingga melahirkan pengaruh dan mewujudkan suatu hasil konkret ( memiliki indikasi untuk dilaksanakan )

2. Bagaimana karakter pribadi yang dapat membuat keputusan

efektif ?

Pribadi yang dapat membuat keputusan kreatif itu terdapat 12 karakter pribadi sebagai berikut :

a. Wawasan luas

Obyek keputusan difokuskan kepada suatu gambaran global dengan maksud mengenali banyak kesempatan untuk melakukan pekerjaan dan kemungkinan realisasinya.

b. Tidak mudah puas

Manajer kreatif-produktif akan selalu mengenali metode terbaik yang dapat diikuti dan melakukan evaluasi terhadap metode tersebut.

c. Peka atau sensitive

Memiliki kepekaan yang tajam terhadap masalah, baik sebelum,ketika,dan sesudah mengambil keputusan.

d. Dinamis dan terbuka

Selalu melakukan pembaharuan dan berinovasi serta pada saat yang sama berkenan menerima pendapat orang lain.

(11)

f. Pengembangan diri

Manajer kreatif-produktif akan selalu memperhatikan pengembangan diri dan memupuk berbagai keterampilan dan kecerdasannya.

g. Reformatif

Seorang manajer kreatif akan senantiasa memperkuat cara-cara konvensional dengan berbagai metode dan teknik gaya baru dalam melaksanakan pekerjaannya.

h. Visioner

Memiliki kemampuan untuk memprediksikan berbagai kejadian yang akan dating dan selalu mencari tahu tentang proses terjadinya serta melakukan berbagai persiapan dalam menghadapinya.

i. Kemampuan memahami dan menilai

Kemampuan untuk menilai peran – peran khusus bagi dirinya dan juga bagi yang lain, disamping itu selalu menanyai dirinya tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum tercapai

j. Demokratis, suka bermusyawarah

Senantiasa melakukan musyawarah dengan orang lain sambil bertukar pengalaman dan menyertakan mereka dalam membuat keputusan.

k. Kemampuan menentukan manfaat (jasa)

Kemampuan untuk menentukan cara-cara dalam membuktikan hasil yang diharapkan dan kemampuan untuk memuaskan pihak lain sehingga mau mengikuti cara-cara tersebut.

(12)

l. Keberanian mengambil resiko

Berani mengemban resiko apa pun selama berkaitan dengan tanggung jawab yang dilemparkan kepundaknya, disamping suka dalam mengemban tanggung jawab baru.

C. Konflik Dalam Bermusyawarah

1. Faktor penyebab konflik

Pada prinsipnya ada pro dan ada kontra, dalam bermusyawarah itu selalu memiliki pro dan kontra, karena setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda mengenai kehidupan dan berbagai permasalahannya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam berbabagi hal yang menelatarbelakanginya, yaitu sejarah dan karakter maasing –masing orang, jenis kelamin, pandangan hidup yang khas, misalnya komunitas di pedalaman papua dengan komunitas perkotaan Jakarta akan memiliki pengalaman yang sangat berbeda, serta memandang dunia dan segala yang ada di dalamnya secara berbeda pula, dan nilai yang mengarahkan fikiran dan tingkah laku kita serta memotivasi untuk melakukan tindakan tertentu dan menolak tindakan yang lain.

2. Akibat dari konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

a. meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.

b. keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

c. perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.

(13)

3. Bagaimana mengelola konflik agar musyawarah tetap berjalan lancar ?

Cara atau taktik mengatasi konflik ada 2 macam yaitu sebagai berikut :

a. Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:

1) Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.

2) Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.

3) Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.

4) Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.

5) Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri dari hubungan. Cara

(14)

ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.

6) Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah secara terpaksa.

b. Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:

Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.

1) Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.

2) Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat

(15)

3) Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik:

a. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif. b. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.

c. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.

d. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.

e. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.

f. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.

g. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.

h. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.

(16)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sila ke-4 “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” mengajarkan kepada kita untuk menentukan sebuah pilihan melalui cara musyawarah. Segala keputusan-keputusan yang diambil dalam musyawarah harus dilandasi oleh pancasila dan konflik-konflik yang terjadi dalam musyawarah harus di hadapi dengan asas kekeluargaan.

B. Saran

1. Penulis berharap agar kedepannya musyawarah selalu menjadi pilihan dalam menentukan keputusan bukan melalui voting.

2. Dalam bermusyawarah penulis mengharapkan agar saling menghormati dan memahami pendapat orang lain, dapat memberikan keputusan-keputusan yang kreatif, dan dapat menyelesaikan konflik dengan asas kekeluargaan sesuai dengan amalan Pancasila.

(17)

Referensi

Hasibuan, Malayu S. 2007. Organisasi dan Motivasi. Bandung: Bumi Aksara.

Ridha, Akrim,Dr. 2003. Cara Cerdas Mengambil Keputusan. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

Pickering, Peg. 2000. How To Manage Conflict. Franklin Lakes USA: Career Press 3 Tice Rd.

Dana, Daniel. 2006. Resolusi Konflik; Alat Bantu Mediasi Untuk Kehidupan Kerja Sehari-hari. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Mulyana, Deddy,M.A,Ph.D,Prof . 2008 . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jamil, M. Mukhsin. 2007. Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik. Semarang: WMC (Walisongo Mediation Centre) IAIN Walisongo.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia dengan permasalahan yang besar dalam pembiayaan kesehatan. dengan alokasi anggaran negara 2-3 persen jauh di bawah standar WHO

al, paradigm pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.75-80.. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi

Based on the results and discussion that has been obtained, it can be concluded that: The process of application of learning models of children learning in

Kecurangan yang diukur adalah gabungan persentase contek-mencontek antar siswa (kecurangan antar individu) dan persentase keseragaman pola jawaban soal Ujian Nasional

Fungsi asertif merupakan peran kata di dalam kalimat yang melibatkan pembicara pada kebenaran maksud yang diekspresifkan Berdasarkan data di bawah dapat dinyatakan

(2) Untuk ciptaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, maka Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang terlama hidupnya dan

Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang mempunyai arti yang berlawanan dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital dengan cara menghitamkan bulatan yang sesuai dengan

c. Tahap Pelatihan dan Pengembangan Minat Baca Anak Usia Sekolah Dalam tahap ini, masyarakat dalam hal ini adalah para karang taruna mempraktekkan secara langsung dalam