• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. sarang burung walet, yaitu Kebumen. Kabupaten ini memiliki pantai-pantai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. sarang burung walet, yaitu Kebumen. Kabupaten ini memiliki pantai-pantai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebuah potret menarik terdapat di sebuah kabupaten yang terkenal dengan sarang burung walet, yaitu Kebumen. Kabupaten ini memiliki pantai-pantai karang yang menjadi habitat bersarangnya burung walet. Burung walet merupakan aves dengan nama Latin Collocalia fuciphaga dari spesies Aerodramus fuciphagus yang mampu membuat sarang menggunakan saliva atau air liur. Saliva tersebut diteliti memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi manusia. Berdasarkan penelitian, kandungan nutrisi dalam sarang burung walet terdiri atas: protein asam amino, karbohidrat, serta senyawa Natrium, Kalsium, Magnesium serta Potasium (Saengkrajang, 2013). Sarang burung walet sendiri memiliki harga jual yang cukup fantastis. Satu kilogram sarang burung dihargai Rp.10.000.000.

Salah satu pantai yang terkenal dengan sarang burung waletnya adalah pantai Karangbolong. Menurut Sujarno (2008), Karangbolong merupakan suatu daerah yang terletak di pesisir pantai selatan Kabupaten Kebumen yang sebagian tanahnya merupakan pegunungan kapur yang memiliki suatu tradisi berupa upacara mengunduh atau mengambil sarang burung walet yang banyak terdapat di gua-gua yang berada pada tebing sepanjang Pantai Karangbolong. Selain Pantai Karangbolong, pantai-pantai lainnya adalah Pasir dan Karangduwur. Menurut penuturan dari salah satu warga di daerah Karangbolong, habitat dari burung walet di pantai Karangbolong dan Pasir sudah tidak ada. Satu-satunya pantai yang masih dilakukan pengunduhan sampai saat ini adalah pantai Karangduwur.

(2)

Burung walet di pantai tersebut sampai saat ini masih dijaga populasi serta habitatnya.

Salah satu yang menjadikan daya tarik pengunduhan sarang burung walet ini adalah upacara atau ritual sebelum dilakukan pengunduhan. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan selamatan. Tujuan upacara ini adalah untuk memohon izin dan mendapatkan perlindungan serta hasil yang melimpah dalam pengambilan sarang burung walet yang dilaksanakan setiap 4 kali dalam 1 tahun yaitu pada bulan Agustus, Oktober, Januari dan Maret. Upacara tersebut merupakan perwujudan perlindungan diri. Selamatan mengandung esensi ritual untuk dapat membuat pengunduhan sarang burung walet dijauhkan dari bala atau kecelakaan (Paramithawati, 2010). Menurut warga persembahan dalam upacara tersebut adalah 3 kerbau untuk 3 gua yang diambil sarang burungnya. Selain upacara tersebut ada beberapa kesenian yang dimainkan antara lain: kuda lumping, tari topeng, wayang kulit, dan tayub.

Proses pengunduhan sarang burung walet menggunakan teknik pemanjatan tebing karang dan penelusuran gua yang dilengkapi oleh beberapa alat pengunduhan. Menurut penuturan seorang warga, para pengunduh masih menggunakan alat-alat pengunduhan yang sangat sederhana. Alat-alat tersebut antara lain: bambu galah besar, tali, genter (bambu panjang dengan diameter segenggaman tangan), ijuk, tambang plastik / ris, dan rotan. Panen sarang burung dilakukan dengan memanjat karang-karang tinggi, meniti tali yang dibentangkan dari satu sisi tebing karang ke karang yang lain menuju ke gua yang di setiap dindingnya terdapat sarang burung yang menempel. Di bawah tebing pemanjatan

(3)

terdapat karang-karang tajam. Selain itu, ombak yang menabrak dinding berpotensi menjadi ancaman bagi para pengunduh saat meniti menuju ke dalam gua. Tekanan gelombang tersebut memungkinkan para pengunduh jatuh ke bawah dan hal tersebut berisiko terjadinya kecelakaan bahkan kematian.

Menurut penuturan seorang warga yang dahulu pernah melakukan pemanjatan atau pengunduhan sarang burung walet, bahwa mulai dari pertama kali dia bekerja sebagai pengunduh pada tahun 1995 belum pernah sekalipun menemui kecelakaan kerja yaitu jatuh dari ketinggian yang berujung kematian. Kemudian, warga tersebut menyebutkan bahwa kecelakaan yang terjadi hanya bersifat ringan seperti terkilir, keseleo, dan tergores. Kecelakaan tersebut dianggap biasa dalam pekerjaan sebagai pengunduh. Meskipun begitu, dia mengatakan bahwa jauh sebelum menjadi pengunduh sarang burung walet, terdapat seorang pengunduh yang jatuh dari titian galah dan tali ke bawah karang, sehingga dia meninggal, dan tidak diketahui jenazahnya.

Dimanapun tempat seseorang bekerja di situ kemungkinan terjadi risiko kecelakaan kerja (Suma‟mur, 2009). Salah satu akibat dari kecelakaan kerja adalah cedera atau injury. Injury masuk ke dalam klasifikasi penyakit International Classification of Diseases (ICD) 9 dengan kode E880-E888. Menurut World Health Organisation (WHO), lebih dari 5 juta orang meninggal dunia akibat injury setiap tahunnya. Kejadian injury tersebut menyumbang kematian sebesar 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan fatalitas yang diakibatkan oleh HIV/AIDS, Tb dan Kombinasi Malaria.

(4)

Menurut WHO (dalam Badan Litbang Kesehatan, 2013), injury merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya. World Health Organization (2015) lebih lanjut menjelaskan bahwa injury diakibatkan oleh tabrakan, tenggelam, keracunan, jatuh atau terbakar dan kekerasan, baik berupa serangan, kesalahan diri sendiri maupun korban perang, menyumbang 9% kematian dunia. Sementara itu, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi injury terhitung 8,2% di Indonesia. Penyebab injury terbanyak adalah jatuh (40,9%). Berdasarkan laporan data injury pada pekerjaan konstruksi di Inggris, dari 65.000 kejadian non-fatal injury, terdapat 23% pekerja kontruksi tergelincir, tesandung dan jatuh (Health Safety Executive, 2014). Kejadian jatuh tersebut dimungkinkan oleh ketidaklengkapan alat keselamatan, seperti diungkapkan Huang dan Hinze (2003 dalam Chan dkk., 2008) bahwa lebih dari 30 % kejadian jatuh diakibatkan oleh ketidakadaan dan ketidaklengkapan alat pelindung diri atau keselamatan pada saat bekerja pada ketinggian. Hal tersebut merupakan refleksi bahwa jatuh merupakan injury yang paling berpotensi mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.

Dalam upaya pencegahan terjadinya injury serta peningkatan keselamatan kerja pada ketinggian, prosedur penggunaan alat pelindung diri menurut Kemenakertrans (2010), antara lain: alat pelindung kepala (safety helmet, topi kepala, dan penutup rambut), alat pelindung mata dan muka (masker, kacamata, dan tameng muka), alat pelindung telinga (sumbat telinga dan penutup telinga), alat pelindung pernapasan (masker, respirator, katrit, kanister, re-breather, airline respirator, continues air supply machine air hose mask respirator, tangki selam

(5)

dan regulator), alat pelindung tangan (sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, dan kain kanvas), alat pelindung kaki (sepatu keselamatan), pakaian pelindung (rompi, celemek, jaket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau semua bagian badan), alat pelindung jatuh perorangan (sabuk pengaman tubuh /harness, karabiner, tali koneksi/lanyard), tali pengaman /safety rope, alat penjepit tali /rope clamp, alat penurun /decender, alat penahan jatuh bergerak/mobile fall arrester, dan lain-lain).

Proses pengunduhan sarang burung walet ini memiliki risiko yang tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bekerja pada ketinggian di setting alam berupa tebing karang dan gua dengan dibekali oleh alat pelindung diri (APD) yang minim serta dianggap aman oleh para pengunduh menjadikan mata pencaharian ini memiliki potensi bahaya kecelakan kerja yang tinggi yang dapat mengakibatkan cedera bahkan kematian.

B. Rumusan Masalah

Bekerja pada ketinggian memerlukan APD yang memadai untuk meminimalisasi terjadinya cedera bahkan kematian, namun para pengunduh sarang burung walet tersebut berani melakukan pengunduhan dengan dibekali oleh alat keselamatan kerja yang minim.

(6)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui perilaku penggunaan APD oleh para pengunduh pada pengunduhan sarang burung walet.

2. Tujuan khusus

a. Menggali persepsi pengunduh sarang burung walet tentang keselamatan kerja serta APD yang digunakan

b. Menggali persepsi risiko kecelakaan kerja pada saat pengunduhan sarang burung walet

c. Mendeskripsikan pengertian dan jenis serta cara penggunaan APD tradisional yang dilakukan oleh para pengunduh sarang burung walet

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Bagi peneliti lain, sebagai rujukan penelitian dan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan tema

b. Bagi mahasiswa perilaku dan promosi kesehatan, sebagai bahan referensi, perbandingan serta masukan untuk pembelajaran Ilmu Perilaku Kesehatan 2. Manfaat praktis

Sebagai bahan informasi untuk Dinas Kesehatan dan Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kebumen sebagai bentuk promosi kesehatan dan keselamatan kerja.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Berikut ini adalah beberapa judul penelitian yang mendukung antara lain: Tabel 1. Penelitian terdahulu

Peneliti Judul penelitian Perbedaan Persamaan

Sujarno, (2008) Upacara Ngunduh Sarang Burung Walet di Karangbolong, dalam Patrawidya Vol. 9 No. 1. Maret

2008. Yogyakarta: Balai

Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta Meneliti ritual budaya Tema Paramithawati, (2010)

Upacara Tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna) – Skripsi Meneliti tradisi upacara dan simbol Tema Prayogi dan Pinasti, (2016)

Kepercayaan Masyarakat Terhadap Ritual Sebagai Syarat Pengambilan Sarang Burung Walet (Studi Kasus Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen). http://www.e- jurnal.com/2016/01/kepercayaan-masyarakat-terhadap-ritual.html Meneliti kepercayaan masyarakat terhadap ritual pengunduh sarang burung walet Lokasi dan Tema dan subjek penelitian Saengkrajang, Matan, Matan, (2013).

Nutritional composition of the farmed edible bird‟s nest (Collocalia fuciphaga) in Thailand. Journal of Food Composition and Analysis 31

(2013) 41–45. http://dx.doi.org/10.1016/j.jfca.201 3.05.001 Meneliti kandungan gizi sarang burung walet Tentang sarang burung walet

Thorburn, (2015) The Edible Birds' Nest Boom in Indonesia and

Southeast

Asia: Food, Culture & Society: An International Journal of Multidisciplinary Research Meneliti perdagangan sarang burung walet Tema tentang sarang burung walet Wong, (2013) Edible Bird‟s Nest: Food or

Medicine? Meneliti kandungan sarang burung walet Tema tentang sarang burung walet

(8)

(Lanjutan)

Goh dan Sa‟adon, (2015)

Cognitive Factors Influencing Safety Behavior at Height:

A Multimethod Exploratory Study. Journal of Construction Engineering and Management,ASCE, ISSN0733-9364/04015003(8)/$25.00 Meneliti faktor kognitif yang mempenga-ruhi perilaku pekerja pada ketinggian Tema: tentang kerja diatas ketinggian Alimina, Wiryawan, Monintja, Nurani, dan Taurusmana, (2014)

Cedera dan Praktek Keselamatan Kerja pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara. . Kementerian Kelautan dan Perikanan dan WWF

Meneliti cedera dan K3 pada bidang penangkapan ikan

Gambar

Tabel 1. Penelitian terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

c. Kegagalan pemegang rekening menerima keuntungan berupa dividen, bunga atau hak-hak ODLQ DWDV KDUWD GDODP SHQLWLSDQ ´ Kenyataannya, beberapa Perbankan milik Negara

Sebagai saran, bagi konselor atau guru BK di sekolah untuk memahami format kegiatan pendukung Home Visit dengan baik sehingga dapat memaksimalkan kegiatan Home Visit untuk

perkembangan dan pertumbuhan anak dini usia. Program penguatan pola asuh terhadap ibu-ibu anggota jama’ah masjid tentang pengetahuan dasara keagamaan yang

Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara Dari Setiap Kecamatan di Tingkat Kabupaten Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri

Model hubungan antar dimensi dalam data warehouse menggunakan model Snowflake Schema, terdiri dari empat tabel dimensi yaitu dimensi Produk, dimensi Wilayah,

jaman ia hidup) bahwa semua penelitian mengenai soal-soal kemasyarakatan dan gejala masyarakat harus memasuki tahap ilmiah. Disarankannya, bahwa agar semua penelitian dari atau

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata- rata hasil tes eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran student facilitator dalam pembelajaran menyimpulkan isi