• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA USAHATANI DAN ANALISIS FINANSIAL KOMODITAS UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN SIKKA, NTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA USAHATANI DAN ANALISIS FINANSIAL KOMODITAS UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN SIKKA, NTT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POLA USAHATANI DAN ANALISIS FINANSIAL

KOMODITAS UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN SIKKA, NTT Bernard B. de Rosari*, Chendy Tafakresnanto**, dan I. Gunarto*

* Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ** Balai Besar Tanah dan Agroklimat, Bogor

ABSTRAK

Komoditas pertanian yang diusahakan oleh petani di Sikka terdiri atas tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, jagung, dan ubi kayu), tanaman tahunan/perkebunan (jambu mete, kemiri, kelapa, kopi, kakao, cengkeh, dan vanili), dan tanaman horikultura (pisang, jeruk, jahe, advokad, dan mangga). Tanaman pangan yang diusahakan umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, umumnya petani menjual hasil tanaman tahunan/perkebunan. Budidaya tanaman yang umum ditemukan adalah tanaman pangan terutama palawija, seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah dan ubi kayu. Tanaman pangan tersebut diusahakan pada musim hujan dengan pola tanam 1 kali setahun. Ada dua pola usahatani tanaman pangan yang dikembangkan oleh petani yaitu: pola pertanaman gabungan dengan jambu mete/kelapa dan pola pertanaman tunggal, artinya dalam satu hamparan hanya diusahakan tanaman pangan, baik secara monokultur maupun tumpangsari. Produksi tanaman pangan lahan kering sangat jauh di bawah produksi rerata regional/nasional. Produksi padi gogo rerata 1.000 kg/ha, jagung 900 kg/ha, kacang hijau 260 kg/ ha, kacang tanah 325 kg/ha dan ubi kayu sebesar 120 kg/ha. Pada wilayah dengan irigasi teknis, umumnya pola tanam dalam satu tahun adalah padi-padi-palawija. Produksi padi sawah berkisar 3-4 ton/ha. Luas kepemilikan lahan per petani rerata berkisar 1-1,5 ha.

Tanaman perkebunan khususnya jambu mete dan kelapa merupakan tanaman yang diandalkan oleh sebagian besar petani di Sikka. Namun teknik budidaya kedua tanaman tersebut masih tradisional. Umumnya setiap petani kelapa dan jambu mete memiliki 25-75 pohon kelapa dan/atau 40-75 pohon jambu mete. Tanaman hortikultura yang diusahakan terbatas pada beberapa komoditas yang relatif mudah pemeliharaannya dan mampu memberikan konstribusi pendapatan yang signifikan, seperti mangga dan pisang. Kedua komoditas tersebut dibudidayakan di pekarangan/tegalan. Upaya pemeliharaan yang dilakukan petani sebatas pada pemberian pupuk kandang pada awal pertumbuhan.

Analisis finansial secara keseluruhan menunjukkan bahwa usahatani baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan telah memberikan nilai yang positif bagi peningkatan pendapatan petani yang ditunjukkan oleh nilai finansial yang menguntungkan tetapi berada pada level positif yang rendah. Hampir semua komoditas dapat ditingkatkan produktivitasnya dengan meningkatkan penggunaan input serta mengurangi biaya tenaga kerja. Peningkatan penggunaan input dapat meningkatkan produksi komoditas dan selanjutnya memberikan peningkatan pada pendapatan petani.

Kata kunci: Pola usahatani, komoditas unggulan, analisis finansial PENDAHULUAN

Kabupaten Sikka, keadaan agroekosistemnya hampir sama dengan daerah lainnya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu dominasi praktek usahatani adalah lahan kering. Dari gambaran fisik, agronomi, klimatologi dan sosial ekonomi kemasyarakatan, maka masyarakat pertanian di Kabupaten Sikka menampakan pola usahatani berbasis tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura. Pola usaha yang dijalankan adalah menanam tanaman pangan (monokultur tanaman pangan), menanam tanaman perkebunan (monokultur perkebunan), campuran tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura. Kombinasi ini sangat tergantung pada keadaan lahan dan sistem usahatani sekeliling petani.

Pola-pola usahatani yang dinampakkan petani Sikka dewasa ini perlu dievaluasi dari berbagai segi, misalnya keragaman pola, kelayakan usaha dan keputusan menerapkan pola

(2)

tersebut. Analisa kelayakan usaha bermanfaat dalam mengevaluasi nilai manfaat biaya dari kegiatan usahatani tersebut. Informasi tentang jenis usahatani dan pola usaha yang memberikan keuntungan secara finansial membantu petani dalam mengambil keputusan jenis usaha yang digeluti. Data dari tulisan ini merupakan sebagian dari rangkaian kegiatan penelitian dan karakterisasi serta pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Sikka skala 1:50.000 di tahun 2005.

Pola Usahatani dan Analisis Finansial

Pola Usahatani

Komoditas pertanian yang diusahakan oleh petani terdiri dari tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, jagung, dan ubi kayu), tanaman tahunan/ perkebunan (jambu mete, kemiri, kelapa, kopi, kakao, cengkeh, dan vanili), dan tanaman horikultura (pisang, jeruk, jahe, dan mangga).

Tanaman pangan yang diusahakan umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, umumnya petani menjual hasil tanaman tahunan/perkebunan. Tanaman yang mempunyai pangsa pasar yang bagus dan bernilai ekonomi tinggi adalah tanaman jambu mete, kakao, kemiri, kelapa, dan pisang sehingga diandalkan oleh petani sebagai penghasil uang.

Sebagian besar petani di Kabupaten Sikka adalah petani lahan kering, sehingga pola usahatani dominan adalah usahatani lahan kering tradisional yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pemasok kebutuhan air tanaman (Parera,2005). Budidaya tanaman yang umum ditemukan adalah tanaman pangan terutama palawija, seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah dan ubi kayu. Tanaman pangan tersebut diusahakan pada musim hujan dengan pola tanam 1 kali setahun. Ada dua pola usahatani tanaman pangan yang dikembangkan oleh petani yaitu: pola pertanaman gabungan dengan jambu mete/kelapa dan pola pertanaman tunggal, artinya dalam satu hamparan hanya diusahakan tanaman pangan, baik secara monokultur maupun tumpangsari. Penggunnan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan pengendali hama dan penyakit hampir tidak ada, kecuali beberapa petani (<5%) yang mempunyai akses modal yang lebih baik. Beban biaya produksi lebih terkonsentrasi pada aspek penggunaan tenaga kerja untuk pengolahan tanah, tanam, pemeliharaan dan panen, sedangkan untuk saprodi beban biaya produksi hanya untuk membeli benih. Dengan demikian produksi tanaman pangan lahan kering sangat jauh di bawah produksi rerata regional/nasional. Sebagai contoh produksi padi gogo rerata 1.000 kg/ha, jagung 900 kg/ha, kacang hijau 260 kg/ha, kacang tanah 325 kg/ha dan ubi kayu sebesar 120 kg/ha (Gambar 1). Gambar tersebut memberikan ilustrasi bahwa potensi produksi komoditas tanaman pangan lahan kering dapat ditingkatkan dengan penambahan saprodi, terutama pupuk untuk mencapai target produksi yang diinginkan.

Pada wilayah dengan irigasi teknis, umumnya pola tanam dalam satu tahun adalah padi-padi-palawija. Sebagian besar petani sudah menerapkan panca usahatani, walaupun dalam hal dosis pemupukan dan pengendalian hama masih kurang memadai dengan alasan sulitnya mendapatkan pupuk dan insektisida dengan harga yang murah. Produksii padi sawah berkisar 3-4 ton/ha. Luas kepemilikan lahan per petani rerata berkisar 1-1,5 ha.

(3)

Gambar 1. Beban biaya produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan.

Tanaman perkebunan khususnya jambu mete dan kelapa merupakan tanaman yang diandalkan oleh sebagian besar petani di daerah Sikka. Namun teknik budidaya kedua tanaman tersebut masih tradisional, walaupun petani menyadari bahwa kedua tanaman tersebut sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Umumnya setiap petani kelapa dan jambu mete memiliki 25-75 pohon kelapa dan/atau 40-75 pohon jambu mete. Cara memanen jambu mete tersebut adalah dengan memungut buah yang sudah jatuh dari pohon. Waktu panen antara bulan November-Maret. Sedangkan tanaman perkebunan lainnya, seperti kopi, kakao, dan cengkeh umumnya relatif telah menerapkan teknik budidaya komersial, misalnya pemeliharaan tanaman (pemupukan). Tanaman vanili merupakan tanaman baru di Kabupaten Sikka yang dapat diandalkan, mengingat ada sebagian petani yang telah mengusahakan dan berhasil meningkatkan tarap hidup mereka, walaupun akhir-akhir ini harga vanili sangat rendah.

Tanaman hortikultura yang diusahakan terbatas pada beberapa komoditas yang relatif mudah pemeliharaannya dan mampu memberikan konstribusi pendapatan yang signifikan, seperti mangga, advokad dan pisang. Komoditas hortikultura tersebut dibudidayakan di pekarangan/tegalan. Upaya pemeliharaan yang dilakukan petani sebatas pada pemberian pupuk kandang pada awal pertumbuhan.

Analisis finansial

Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan lahan secara ekonomi, untuk tanaman semusim (padi sawah, padi gogo, jagung, kacang hijau, kacang tanah, bawang merah, dan ubi kayu). Indikator yang digunakan adalah rasio penerimaan dengan total biaya (R/C ratio). Suatu usahatani tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C-nya lebih besar dari satu, dimana semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan (Gray et al, 1992).

Usahatani tanaman pangan Padi sawah

Komoditas padi sawah di Kabupaten Sikka sebagian besar diusahakan petani di Kecamatan Nita, Talibura, dan Paga. Produksi padi sawah rerata 3,5-4,0 ton/ha. Pengolahan lahan sebagian sudah menggunakan traktor tangan dan ada yang menggunakan ternak sapi dan kerbau (Distan Sikka,2003). Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sebagian besar masih menggunakan benih tidak berlabel dan ada yang telah menggunakan benih varietas Memberamo. Pengolahan lahan dan pembajakan umumnya dikerjakan secara borongan dengan biaya rerata Rp. 800.000,-/ha.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Padi Sawah Padi Gogo Jagung Ubi Kayu Kacang Hijau Kacang Tanah Bawang Merah

Komoditas % o n g ko s p ro d u ks i 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 p ro d u ks i (k g /h a)

(4)

Jenis pupuk yang digunakan petani, yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Sebagian besar petani hanya menggunakan pupuk Urea, sedangkan pupuk SP-36 dan KCl umumnya digunakan oleh petani yang menggunakan bibit unggul yang berlabel (Solusi,2005). Rerata biaya untuk pembelian pupuk sebesar Rp.400.000/ha.

Penyiangan umumnya dilakukan 2 kali dengan cara tradisional. Jenis hama dan penyakit yang umumnya menyerang antara lain: penggerek batang, ulat grayak, wereng hijau/coklat, walang sangit, dan tikus. Pengendalian hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian insektisida sebesar Rp. 100.000/ha.

Produksi rerata per hektar sebesar 3,5 ton gabah kering sawah. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga gabah rerata ditingkat petani Rp 1.250,-/ kg, maka petani mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2.665.250,-/ha.

Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani padi sawah layak untuk diusahakan, karena nilai R/C rationya 2,13.

Tabel 1. Analisis kelayakan usahatani tanaman pangan dan hortikultura

Padi Padi Jagung Ubi kayu Kc Hijau Kc Tanah Bawang

Sawah Gogo Merah

I. Biaya Produksi

A. Penggunaan Tenaga Kerja 1643500 627500 617000 175000 809000 877700 865000

Pengolahan tanah 800000 200000 150000 60000 263000 266000 280000

Aplikasi pupuk dasar 10000 0 0 0 0 0 25000

Tanam 266000 110000 100000 20000 139000 199500 120000 Penyiangan 255000 150000 150000 20000 131000 39900 150000 Pemupukan 20000 7500 0 0 0 0 75000 Pemeliharaan 20000 0 40000 20000 65000 55800 20000 panen 192500 100000 100000 35000 118000 250000 125000 Pasca panen 80000 60000 77000 20000 93000 66500 70000 B. Sarana Produksi 723750 131050 51000 0 96000 133000 940000 Benih 104000 120000 51000 0 46000 133000 80000 Urea 190250 11050 0 0 0 0 260000 SP 36 150000 0 0 0 0 0 300000 KCl 142000 0 0 0 0 0 300000 Pupuk kandang 0 0 0 0 0 0 0 Obat-obatan 137500 0 0 0 50000 0 0 Total Biaya (A + B) = C 2367250 758550 668000 175000 905000 1010700 1805000

III. Hasil Usahatani

Produksi (Kg) 3355 1000 900 12000 260 325 600 Penerimaan (D) 5032500 1208333 1080000 240000 1300000 1300000 3600000 Pendapatan (D-C=E) 2665250 449783 412000 65000 395000 289300 1795000 R/C (D/C) 2,13 1,59 1,62 1,37 1,44 1,29 1,99 B/C (E/C) 1,13 0,59 0,62 0,37 0,44 0,29 0,99 Uraian Komoditas

Sumber: Analisis data primer 2005 Padi gogo

Komoditas padi gogo diusahakan di lahan kering dengan intensitas penanaman satu kali setahun. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sebagian juga tanpa olah tanah (TOT), biaya rerata pengolahan lahan sebesar Rp. 200.000,-/ha. Penggunaan benih rerata per hektar 40 kg, yang berasal dari hasil panen tahun lalu. Penanaman padi gogo umumnya dikerjakan secara borongan dengan biaya rerata Rp. 150.000,-/ha.Penyiangan umumnya dilakukan dua kali secara tradisional, tidak menggunakan obat pembasmi rumput (herbisida), upah tenaga kerja penyiangan sebesar Rp 150.000,-/ha. Pemberantasan hama dan penyakit umumnya tidak dilakukan, sehingga tidak mengeluarkan biaya.

(5)

Produksi padi gogo rerata sebesar 1,0 ton /ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga rerata padi gogo ditingkat petani sebesar Rp. 1.250,-/kg, maka petani memperoleh keuntungan sebesar Rp. 450.000,- per ha. Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani padi gogo layak untuk diusahakan, karena nilai R/C rationya 1,59.

Jagung

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Sikka yang dibudidayakan satu kali setahun dan umumnya ditanam di lahan pekarangan dan tegalan. Penanaman jagung umumnya dikerjakan secara borongan dengan biaya rerata Rp. 100.000,-/ha. Penyiangan dilakukan secara tradisional, tidak menggunakan obat pembasmi rumput (herbisida), upah tenaga kerja penyiangan per hektar sebesar Rp 150.000,-/ha. Pemberantasan hama dan penyakit umumnya tidak dilakukan.

Panen dilakukan pada waktu tongkol jagung sudah kuning, tongkol dikupas dari klobot. Panen jagung umumnya dilakukan dengan sistem borongan, dengan biaya panen rerata sebesar Rp. 75.000,-/ha. Produksi jagung rerata sebesar 900 kg/ha pipilan kering. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga rerata jagung ditingkat petani sebesar Rp. 1200,-/kg, maka petani mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 412.000,-/ha.

Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani jagung layak untuk diusahakan, karena nilai R/C rationya sebesar 1,62.

Ubi kayu

Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan masyarakat di Kabupaten Sikka. Tanaman ini umumnya diusahakan di lahan perkarangan atau tegalan dan hasilnya umumnya untuk konsumsi sendiri. Penanaman ubi kayu umumnya dikerjakan secara borongan dengan biaya rerata Rp. 60.000,-/ha. Penyiangan dilakukan secara tradisional, tidak menggunakan obat pembasmi rumput (herbisida), upah tenaga kerja penyiangan per hektar sebesar Rp 20.000,-/ha. Pemberantasan hama dan penyakit umumnya tidak dilakukan. Panen jagung umumnya dilakukan dengan sistem borongan, dengan biaya panen rerata sebesar Rp. 35.000,-/ha. Produksi ubi kayu rerata sebesar 12 ton/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga rerata ubi kayu sebesar Rp. 250,-/kg, maka petani mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 65.000,-/ha.

Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani jagung layak untuk diusahakan, karena nilai R/C rationya sebesar 1,37.

Usahatani tanaman tahunan/perkebunan

Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan lahan secara ekonomi, untuk menganalisis kelayakan ekonomi pengelolaan usahatani tanaman perkebunan (jambu mete, kemiri, kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jeruk manis, dan vanili) adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan rasio pendapatan dengan biaya (B/C). Dalam perhitungan secara ekomoni usahatani tanaman perkebunan diasumsikan pengusahaan dilakukan sampai tahun ke-20 dan tingkat suku bunga bank diasumsikan sebesar 15%. Suatu investasi untuk usahatani tanaman tahunan dikatakan layak jika nilai-nilai indikator tersebut NPV >0, Net B/C ratio >1, dan IRR >tingkat bunga bank yang berlaku (Gray et al, 1992).

Jambu mete

Asumsi yang digunakan dalam analisis usahatani jambu mete, yaitu usia produktif jambu biji sampai dengan tanaman berumur 20 tahun, tanaman mulai menghasilkan sejak tanaman berumur 4 -5 tahun.

Biaya operasional yang harus dikeluarkan adalah meliputi :

1. Sarana produksi: bibit sebanyak 125 pohon per hektar (jarak tanam 4 x 4 m) Rp. 2.000,-/pohon,-; Pupuk NPK, pupuk kandang, pupuk cair (bunga dan daun) bervariasi setiap tahunnya.

2. Peralatan dan bahan (Cangkul, Gunting stek dan handsprayer, keranjang panen, ember) kurang lebih Rp. 100.000

3. Tenaga kerja bervariasi tiap tahunnya berkisar antara Rp. 200.000,- sampai dengan Rp.300.000,-

(6)

Pada waktu tanaman berumur 4 tahun jambu mete sudah berproduksi berkisar 100 kg/ha, selanjutnya meningkat setiap tahunnya sampai mencapai 1.000 kg/ha pada waktu tanaman berumur 10-15 tahun, kemudian meningkat menjadi berkisar 1.200 kg/ha sampai tanaman berumur 20 tahun.

Gambar 1. Ilustrasi keuntungan dan BEP usahatani jambu mete

Hasil analisis usahatani jambu mete sampai tanaman berumur 20 tahun menunjukkan bahwa petani menuai hasil jambu mete mulai tahun keempat, keuntungan stabil diperoleh mulai tahun keenam sampai kesepuluh dengan keuntungan rerata pertahun sebesar Rp.1.900.000,-/ha dengan asumsi harga jambu mete Rp.4000,-/kg. Selanjutnya sampai dengan umur 20 tahun keuntungan rerata per tahun sebesar Rp3.000.000

,-Hasil analisis kelayakan usahatani jambu mete dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani jambu mete layak untuk diusahakan karena nilai Net B/C sebesar 2.24.

Kemiri

Tanaman kemiri banyak diusahakan oleh petani di Sikka dan menyebar hampir di seluruh daerah Sikka, terutama pada daerah yang terjal, dengan tujuan untuk menahan laju erosi. Pengolahan lahan umumnya dengan sistem borongan, biaya rerata Rp 375.000,-/ha, dan biaya penanaman rerata sebesar Rp 300.000,-/ha. Umumnya petani menanam kemiri dengan jarak tanam 10 x 10 m, bibit yang diperlukan per hektar sebanyak 100 bibit, dengan harga bibit Rp. 2.000,-/pohon. Pemupukan dilakukan hanya pada tahun pertama saja. Penyiangan hanya dilakukan pada saat menjelang atau sesudah panen.

Panen kemiri dilakukan dengan cara mengambil buah yang jatuh. Kemiri dapat di panen setelah berumur >5 tahun, upah tenaga kerja untuk panen dan pasca panen umumnya tergantung dari banyaknya kemiri yang dipanen, sehingga besarnya biaya panen setiap tahunnya berfluktuasi. Produksi kemiri kupas atau siap jual rerata sebanyak 700 kg/ha, dengan harga jual sebesar Rp. 6.500,-/kg.

Hasil analisis kelayakan usahatani kemiri dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kemiri layak untuk diusahakan, karena nilai Net B/C 2,38 nilai NPV sebesar Rp. 6.242.148,- (19 %), dan nilai IRR sebesar 38,49.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 -1000 -500 0 500 1000 1500 2000 K e u n t u n g a n Tahun BEP

(7)

Kelapa

Tanaman kelapa banyak diusahakan petani penyebarannya terdapat di seluruh wilayah Sikka, terutama di daerah Nita, Talibura, dan daerah pelembahan dan jalur aliran sungai. Kelapa yang diusahakan adalah varietas dalam, dengan umur >20 tahun.

Pengolahan lahan umumnya dengan sistem borongan, biaya rerata Rp 375.000,-/ha, dan biaya penanaman rerata Rp 300.000,-/ha. Umumnya petani menanam kelapa dengan jarak tanam 6 x 6 m, dan diperlukan sebanyak 275 bibit/ha, sedangkan harga bibit Rp. 2.000,-/pohon. Pemupukan dilakukan hanya pada tahun pertama saja. Penyiangan hanya dilakukan pada saat menjelang atau sesudah panen.

Panen kelapa umumnya dua sampai tiga kali setahun, upah tenaga kerja untuk panen dan pasca panen tergantung dari banyaknya kelapa yang dipanen, sehingga besarnya biaya panen setiap tahunnya berfluktuasi. Produksi kelapa per pohon berkisar antara 20–40 butir/ pohon atau rerata sebanyak 7.200 butir/ha sekali dipanen. Harga jual rerata kelapa ditingkat petani rerata sebesar Rp. 500,-/butir.

Hasil analisis kelayakan usahatani kelapa dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kelapa layak diusahakan karena nilai Net B/C sebesar 3,68, nilai NPV sebesar Rp. 13.296.769,- (13%), dan nilai IRR sebesar 33,38.

Kakao

Kakao merupakan komoditas perkebunan unggulan yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Pengolahan lahan umumnya dengan sistem borongan dengan biaya rerata Rp 450.000,-/ha. Rerata petani menanam kakao dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit per hektar sebanyak 1.110 bibit, sedangkan harga bibit Rp. 2.000,-/pohon, dengan biaya penanaman sebesar Rp 2.220.000,-/ha.

Jenis pupuk yang digunakan Urea, SP-36, dan KCl. Pemupukan baru dilakukan setelah tanam atau pada tahun pertama, biaya pembelian pupuk sebesar Rp. 388.500,-/ha/th, sedangkan pada tahun ke 6-20 biaya pembelian pupuk meningkat menjadi Rp. 676.500,-/ha/th.

Pemeliharaan rutin dilakukan setiap tahunnya, dengan upah tenaga kerja harian pemeliharaan sebesar Rp. 15.000/HOK, total biaya pemeliharaan pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-20 tetap sebesar Rp. 300.000-/ha/th.

Pemangkasan umumnya jarang dilakukan petani. Analisis pada petani yang melakukan pemangkasan rutin (2 x setahun), yang dilakukan pada tahun ke-5 dengan biaya Rp 250.000/ha/th. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada tahun ke-5 sampai dengan tahun ke-20, biaya pembelian insektisida/fungisida Rp 375.000,-/ha/thn, sedangkan biaya tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tetap sebesar Rp 300.000,-/ha/th.

Panen raya umumnya dua kali setahun, sedangkan panen antara rutin setiap 1-2 minggu sekali. Biaya tenaga kerja panen dan pasca panen umumnya tergantung dari banyaknya buah kakao yang dipetik, sehingga biaya panen dan pasca panen tiap tahunnya berfluktuasi. Produksi rerata per hektar sebanyak 4.450 ton/ha. Harga jual rerata biji kakao ditingkat petani sebesar Rp. 6.500,-/kg.

Hasil analisis kelayakan usahatani kakao dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kakao layak untuk diusahakan karena nilai B/C ratio sebesar 4,69 nilai NPV sebesar Rp. 58.902.243,- (43%), dan nilai IRR sebesar 51,79.

(8)

Gambar 2. Ilustrasi keuntungan dan BEP usahatani kakao Kopi

Kopi dapat dijadikan komoditas unggulan dari daerah yang mempunyai keringgian >700 m dpl, seperti di Sokaria, Detukopi, Papa, dan Tana Mera. Hasil wawancara petani menunjukkan bahwa pengolahan lahan umumnya sistem borongan dengan biaya rerata Rp 450.000,-/ha. Rerata petani menanam kakao dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m, bibit yang diperlukan per hektar sebanyak 1.600 bibit, sedangkan harga bibit Rp. 2.000,-/pohon, dengan biaya penanaman sebesar Rp 225.000,-/ha.

Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Pemupukan dilakukan setelah tanam tahun ke-1, biaya pembelian pupuk sebesar Rp 416.000,-/ ha/ th, dan tahun ke-6-20, biaya pemupukan meningkat menjadi Rp. 1.852.800,-/ha/th.

Pemeliharaan kebun dilakukan setiap tahun, dengan upah tenaga kerja harian pemeliharaan sebesar Rp. 15.000,-/HOK, total biaya pemeliharaan pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-20 tetap sebesar Rp. 300.000-/ha/th.Pemberantasan hama dan penyakit juga baru dilakukan tahun ke-5 sampai ke-20, biaya pembelian insektisida/fungisida Rp 375.000,-/ha/th, sedangkan biaya tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tetap sebesar Rp 150.000,-/ha/th.

Panen umumnya dilakukan rutin setiap 1-2 minggu sekali setelah tanaman berumur 5 tahun. Biaya tenaga kerja panen dan pasca panen umumnya tergantung dari banyaknya buah yang dipetik, sehingga biaya panen dan pasca panen tiap tahunnya berfluktuasi. Produksi rerata per hektar sebanyak 8,0 ton/ha. Harga jual rerata biji kopi ditingkat petani sebesar Rp 5.000,-/kg.

Hasil analisis kelayakan usahatani kopi dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kopi layak untuk diusahakan karena nilai B/C ratio sebesar 5,67 nilai NPV sebesar Rp. 87.498.645,- (39%), dan nilai IRR sebesar 53,17.

Cengkeh

Cengkeh merupakan salah satu komoditas unggulan di Sikka terutama di daerah Kecamatan Bola. Pengolahan lahan umumnya sistem borongan dengan biaya rerata Rp 300.000,-/ha. Rerata petani menanam cengkeh dengan jarak tanam 8 x 7 m, bibit yang diperlukan per hektar sebanyak 180 bibit, sedangkan harga bibit Rp 3.000,-/bibit, dengan biaya untuk pembelian bibit sebesar Rp 540.000,-/ha, sedangkan biaya penanaman sebesar Rp 300.000,-/ha. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S1 -1500 -1000 -500 0 500 1000 1500 2000 K e u n t u n g a n Tahun BEP

(9)

Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Pemupukan baru dilakukan setelah tanam tahun ke-1, biaya pembelian pupuk sebesar Rp 630.000,-/ ha/th, dan tahun ke 6-20 biaya pemupukan meningkat menjadi Rp. 945.000,-/ha/th.

Pemeliharaan rutin dilakukan setiap tahunnya, dengan upah tenaga kerja harian pemeliharaan sebesar Rp. 15.000/HOK, total biaya pemeliharaan pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-20 tetap sebesar Rp. 300.000-/ha/th.

Pemberantasan hama dan penyakit baru dilakukan tahun ke-5 sampai tahun ke-20, biaya pembelian insektisida/fungisida Rp 375.000,-/ha/th, sedangkan biaya tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tetap sebesar Rp 150.000,-/ha/th.

Panen cengkeh dilakukan sekali dalam setahun, upah tenaga kerja untuk panen dan pasca panen umumnya tergantung dari banyaknya buah cengkeh yang dipetik, sehingga biayanya setiap tahunnya berfluktuasi, rerata satu pohon dipetik selama 2 HOK, dalam per hektar sebanyak 360 HOK. Upah buruh pemetik cengkeh sebesar Rp 15.000,-/HOK. Jadi biaya pemetikan sebesar Rp 4.050.000,-/ha. Produksi cengkeh rerata sebanyak 5,0 ton cengkeh basah/ha. Penyusutan dari berat basah menjadi berat kering adalah 1:3. Harga jual cengkeh kering rerata sebesar Rp. 11.000,-/kg.

Hasil analisis kelayakan usahatani cengkeh dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani cengkeh layak untuk diusahakan karena nilai B/C ratio sebesar 1.88 nilai NPV sebesar Rp. 19.237.411,- (30%), dan nilai IRR sebesar 48,04.

Vanili

Komoditas vanili merupakan komoditas yang relatif baru di Kabupaten Sikka. Komoditas ini sekarang diunggulkan petani untuk memperbaiki tarap hidup mereka, walaupun harga vanili dewasa ini sangat rendah. Analisis finansial pada saat normal menunjukkan bahwa penggunaan bibit vanili diperlukan sebanyak 2.500 bibit/ha, dengan harga bibit Rp.3.000,-/bt, maka biaya untuk bibit sebesar Rp 7.500.000,-/ha. Pengolahan lahan umumnya dikerjakan juga secara borongan dengan biaya sebesar Rp. 300.000,-/ha dan biaya penanaman rerata Rp. 300.000,-/ha.

Jenis pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP-36, dan KCl, biaya pembelian pupuk sebesar Rp 1.750.000,-/ha dan biaya pemupukan sebesar Rp 150.000,-/ha. Pemeliharaan vanili terdiri dari penyiangan dan pengawinan bunga vanili dengan biaya tenaga kerja pemeliharaan rerata sebesar Rp 300.000,-/ha.

Panen dilakukan sesuai dengan permintaan pembeli/pedagang, biaya panen rerata sebesar Rp. 3.600.000,-/ha, sedangkan biaya pasca panen (pembersihan, pengeringan, dan lain-lain) sebesar Rp. 450.000,-/ha. Produksi vanili per pohon rerata 10 kg, dengan harga ditingkat petani menjual kepada tengkulak rerata sebesar Rp 100.000,-/kg dan dewasa ini hanya mencapai Rp 20.000/kg.

Hasil analisis kelayakan usahatani vanili dengan menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani vanili layak untuk diusahakan karena nilai B/C ratio sebesar 193,36 nilai NPV sebesar Rp. 6.606.271.344,- (153 %), dan nilai IRR sebesar 67,02.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan

1. Pola usahatani eksisting di Sikka adalah pola usahatani berbasis tanaman pangan, pola usahatani berbasis tanaman perkebunan dan hortikultura. Produktivitas usahatani baik tanaman pangan, perkebunan maupun hortikultura tergolong rendah. Hal ini dikarenakan praktek budidaya yang bersifat tradisional, penggunaan input yang terlalu rendah, dan pengeluaran untuk tenaga kerja yang cukup besar.

2. Analisis finansial menunjukkan usaha berbagai komoditas tersebut layak untuk dikembangkan mengingat nilai kriteria kelayakan usaha yang positif tetapi masih tergolong rendah.

3. Produktivitas usahatani tersebut dapat ditingkatkan dengan penggunaan teknologi dan input produksi yang lebih efisien dan menghemat penggunaan tenaga kerja yang berlebihan. Implikasi Kebijakan

(10)

1. Khusus usahatani berbasis perkebunan yang cenderung monokultur dewasa ini memberikan implikasi ekonomi dan sosial yang sangat besar terhadap keluarga tani ketika terjadi gejolak produksi dan harga, sehingga diversifikasi usaha sangat dianjurkan.

2. Produksi komoditas perkebunan petani akan bersaing harga di pasaran apabila petani dapat menjual secara bersama-sama sehingga ada posisi tawar yang lebih baik bagi petani. Untuk hal demikian maka disamping adanya kesatuan dalam pemasaran perlu juga adanya dana sebagai dana penalang ketika petani membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhannya, disamping adanya alternatif usaha ekonomis lainnya yang dapat cepat menghasilkan uang.

DAFTAR PUSTAKA

BPTP NTT, 2005. Karakterisasi dan Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan AEZ Skala 1:50.000 untuk Mendukung Pengembangan Pertanian Kabupaten Sikka. Laporan hasil Kerjasama BPTP NTT dengan Dinas Pertanian Sikka.

Dinas Pertanian Sikka,2003. Laporan Tahunan. Sub Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Gray Clive,dkk,1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

BPS Sikka,2003. Statistik Pertanian Kabupaten Sikka.

Parera Viator,2005. Cerita Kutang Butu. Solusi (beberapa edisi). Majalah Bulanan Penyuluh Pertanian Sikka.

Solusi,2005. Pertanian Organik. Buletin Agribisnis, Suara Organisasi Penyuluh Sikka. No 5/Tahun II/Januari 2005. Kerjasama Kantor Dinas Pertanian Sikka dan Kantor Kebun Percobaan Maumere.

Oldeman, Irsal Las, Mulyadi. 1980. Peta Agroklimat/Sebaran Curah Hujan Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Balitan Bogor.

Gambar

Gambar 1. Beban biaya produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan.
Tabel 1. Analisis kelayakan usahatani tanaman pangan dan hortikultura
Gambar 1. Ilustrasi keuntungan dan BEP usahatani jambu mete
Gambar 2. Ilustrasi keuntungan dan BEP usahatani kakao Kopi

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Siswa yang kurang termotivasi untuk

Gambaran Khusus RSUD Kabupaten Brebes .... Hasil

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui penerapan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media

[r]

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara dimensi layanan jasa dengan tingkat kepuasan penumpang KA Eksekutif Argo Lawu dan ketiga, untuk mengetahui

Iman pada Qodho’ dan Qodar adalah rukun Iman yang enam, maka mereka yang tidak percaya dengan. perkara ini

 Memberi bantuan yang diperlukan oleh badan usaha baik badan usaha yang berbentuk badan hukum maupun tidak berbentuk badan hukum termasuk perorangan yang berdomisili

Dari hasil penelitian keberhasilan alat dalam melakukan pencampuran cat berdasarkan volume yang diinginkan dengan komposisi cat warna dasar, rancang bangun alat pencampur cat