• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara Jepang merupakan negara yang hampir semua masyarakatnya memiliki kemauan keras yang secara tidak sadar kemauan keras yang mereka miliki telah membawa mereka menjadi negara yang maju dalam teknologi dan kuat dalam perekonomian. Hal ini disebabkan karena masyarakat Jepang menjunjung tinggi budayanya.

Fathoni (2006:79-84) mengatakan bahwa budaya Jepang memiliki beberapa sifat yang jarang dimiliki negara-negara lain sebagai berikut;

1. Keseragaman kebudayaan Jepang; keseragamannya memudahkan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang seragam serta memudahkan komunikasi.

2. Pendorong psikologis; para ahli psikolog menjelaskan bahwa manusia pada saat merasa terancam dapat mengeluarkan kekuatan yang besar. Contohnya seperti pada pertengahan abad ke-19 ancaman penjajahan mendekati wilayah Jepang sehingga para pemimpin Jepang dengan cepat membangun suatu kesatuan politik untuk melawan kolonial Barat dengan ekonomi yang kuat dan teknologi yang maju.

3. Agama Shinto dan adat lama; sebagai alat untuk mempertebal motivasi untuk berbakti, loyalitas terhadap negara, dan disiplin terhadap para pemimpin Meiji yang berhasil menimbulkan suasana membangun yang penuh semangat.

Menurut Fathoni (2006:88) paham orang Jepang mengenai “moral” memiliki unsur-unsur seperti bertanggung jawab sampai akhir terhadap tugas yang sudah diambil walau harus mengorbankan diri sendiri, dan loyalitas terhadap kesatuan sosial yang telah dipilih oleh diri sendiri.

Perusahaan pada umumnya terbentuk dari sebuah organisasi yang didalamnya memiliki anggota-anggota yang banyak yang semakin berjalannya organisasi tersebut semakin bertambah pula anggota-anggotanya. Dari dulu kita mengetahui bahwa manusia dalam menjalani kehidupan tidak dapat sendiri. Setidaknya ada satu atau dua orang bahkan lebih untuk diajak berinteraksi karena

(2)

manusia hidup saling membutuhkan. Baik keluarga, teman maupun orang lain yang tidak dikenal yang berada di sekitar kita.

Dalam sebuah perusahaan, seorang pemimpin membutuhkan anggota-anggota yang dapat diajak bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan sehingga dalam sebuah perusahaan biasanya terdapat berbagai budaya manajemen Jepang dan konsep yang diterapkan kepada seluruh anggotanya, guna untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Budaya manajemen Jepang diantaranya lifetime employment, seniority, enterprise union, paternalism dan groupism. Konsep-konsep yang diterapkan pun bermacam-macam seperti kaizen, 5S, TQM (Time Quality Management), 3M, serta salah satunya yaitu konsep prosocial behavior, seperti konsep Altruisme atau ritashin dimana anggota perusahaan diwajibkan agar mementingkan terlebih dahulu kepentingan konsumen (customer) agar kepuasan mereka tetap terjaga. Bukan hanya terhadap customer saja, namun terhadap sesama rekan kerja juga guna untuk menciptakan keakraban antar anggotanya yang sering disebut harmony atau konsep wa sehingga dapat bekerjasama tanpa adanya rasa keterpaksaan melainkan saling membantu murni dari hati. Perusahaan dapat dikatakan maju jika anggota-anggotanya tidak mengalami konflik melainkan meningkatnya semangat kerjasama atau kyōchōsei sehingga kinerja karyawan maksimal, customer terpuaskan, terjadi promosi mulut ke mulut oleh customer, dan nama sebuah perusahaan tersebut diakui.

Menurut seorang sosiolog, Liliweri (2014:1) mengatakan bahwa manusia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai organisasi. Manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan harus memiliki interaksi dengan orang lain di sekitarnya, karena manusia saling membutuhkan pertolongan, baik sebagai penerima maupun pemberi. Oleh karena itu, manusia mau tidak mau harus bergabung dengan organisasi karena sumber informasi diperoleh dari adanya interaksi antar sesama manusia dalam suatu kelompok atau organisasi. Dalam suatu organisasi, kerjasama merupakan komponen penting untuk meningkatkan performa suatu organisasi. Dengan adanya keserasian atau saling menyukai antar anggota juga mempengaruhi performa suatu organisasi.

Altruisme merupakan perilaku yang dilakukan untuk kepentingan orang lain tanpa mengantisipasi imbalan dari sumber eksternal. Konsep Altruisme diciptakan oleh filsuf Perancis dan sosiolog bernama Auguste Comte (1798-1857). Altruisme

(3)

berasal dari kata Italia altrui yang artinya "untuk orang lain". Batson dalam Aronson et al (2005:360) menjelaskan bawha manusia jarang membantu orang murni dari hatinya, terkadang manusia membantu hanya untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk menenangkan diri mereka sendiri dari melihat kesusahan hidup seseorang. Namun ia juga berkata bahwa terdapat juga orang yang motifnya purely altruistic, yaitu tujuan mereka hanya untuk menolong orang lain walaupun terkadang terkena biaya bagi diriniya sendiri.

Pure Altruism berkaitan dengan rasa empati dengan orang yang membutuhkan pertolongan, menaruh diri sendiri ke dalam hidup seseorang, ikut serta mengalami kejadian hidup seseorang dan memainkan emosinya di dalam kehidupan orang tersebut. Baston menyebutkannya Empathy-altruism hypothesis yaitu saat kita merasa empati terhadap orang lain, maka kita akan membantu tanpa melihat apa yang akan kita dapatkan. Dapat dikatakan bawha altruistik memiliki kaitan erat dengan rasa empati, karena manusia saling membantu karena adanya rasa empati. Jika rasa empati kita tinggi, maka kita membantu orang lain tanpa melihat apa yang akan kita dapatkan,sedangkan jika rasa empati kita rendah, maka kita cenderung membantu orang lain dengan mengharapkan imbalan baik berupa nilai dari mata orang di sekitarnya maupun penghargaan dari orang yang dibantunya.

Akhir-akhir ini negara Jepang terutama Tokyo menduduki peringkat pertama dalam bidang properti se-Asia Pasifik pada tahun 2015 (Kompas, 2015) dan mulai investasi di Indonesia yang dikatakan berkontribusi positif dan mendorong pertumbuhan perekonomian Nasional salah satunya adalah Marimo Co., Ltd. (Kompas, 2014). Marimo Co., Ltd. pada tahun 2008 menerbitkan filosofi perusahaan yang disebut “Marimo Way” yang didalamnya terdapat konsep Altruisme yang selalu diterapkan pada karyawan-karyawannya baik di Jepang maupun Indonesia dalam dua versi yaitu yang satu versi Bahasa Jepang dan satunya lagi dalam Bahasa Inggris yang diterapkan melalui upacara pagi atau chōrei dengan adanya giliran memimpin upacara serta giliran membaca yang dilaksanakan setiap jam setengah sembilan pagi. Marimo Property merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti sejak tahun 1970 yang pada awal mulanya hanya berasal dari studio desain arsitektur. Namun pada tahun 1971 terdaftarkan sebagai arsitek kelas pertama dan terlisensi secara legal sebagai pengembang properti. Pada tahun 1988 memulai proyek pertama pengembang properti dan tahun 1990 meluncurkan proyek pertama

(4)

kondominium “Grandeur Tosu” di prefektur Saga. Pada tahun 1994 seluruh nama yang dikenal sebelumnya disatukan menjadi Marimo Co., Ltd. Pada tahun 2000 meluncurkan kondonium yang bermerek “Polestar” dan tahun 2004 membuka cabang di Nagoya. Pada tahun 2007, Makoto Fukagawa ditunjuk sebagai presiden baru dan tahun 2008 diterbitkan filosofi perusahaan Marimo yang disebut “Marimo Way” serta tahun 2009 meluncurkan merek baru yaitu “Beautiful Basic” dan membuka cabang di Tokyo. Pada bulan Desember 2011 memulai proyek pertama di China dan kantornya terletak di Shanghai. Pada Agustus 2012 mendirikan PT. Marimo Property di Indonesia dan Oktober 2012 mendirikan Marimo Land di Malaysia sekaligus membuka cabang di Yokohama serta Desember 2012 resmi meluncurkan bisnis pengembang properti di Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2013 membuka kantor penjualan di Kyushu. PT. Marimo Property yang berlokasi di Indonesia, beralamat di Setiabudi Atrium 2nd Floor Suite 209 Jl.H.R.Rasuna Said kav. 62, Kuningan Jakarta. PT. Marimo Property telah membangun 2 (dua) apartemen yang berlokasi di Bekasi yaitu Sancrest dan M Gold Tower.

Perusahaan-perusahaan pada Negara Jepang cenderung maju karena setiap individu dalam perusahaan tersebut memang dari lahir sudah teratur sehingga pada saat penerapan konsep pun sangat mudah untuk diterapkan. Namun tidak pada orang-orang di Indonesia. Akibat perbedaan budaya, perusahaan Jepang yang ada di Indonesia seringkali terjadi masalah pada karyawan-karyawannya karena tuntutan yang diberlakukan oleh orang Jepang tidak sesuai dengan budaya yang di Indonesia, sehingga susah ditangkap oleh karyawan-karyawannya, bahkan terkadang dapat terjadi miss-communication. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas mengenai penerapan ritashugi pada perusahaan Jepang di Indonesia yaitu PT. Marimo Property agar terbukti bahwa konsep ini dapat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dan tidak kalah saing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

1.2 Masalah / Isu Pokok

Masalah yang dibahas oleh penulis adalah menganalisa penerapan ritashugi dari korpus penelitian berupa data filosofi perusahaan Jepang

1.3 Formulasi Masalah

Berlandaskan latar belakang di atas, maka peneliti akan menganalisis mengenai penerapan ritashugi pada perusahaan Jepang di Indonesia.

(5)

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis penerapan ritashugi pada PT. Marimo Property yang berlokasi di Indonesia.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti lebih dalam lagi mengenai penerapan salah satu konsep prosocial behaviour yaitu ritashugi pada PT. Marimo Property. Manfaat dari penelitian ini dapat berupa manfaat akademis dan manfaat praktis. Manfaat akademis tersebut adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk kedepannya dan juga dapat digunakan untuk bahan penelitian lebih lanjut. Sedangkan manfaat praktis adalah peneliti mengharapkan para pembaca serta pembelajar budaya Jepang lainnya memahami bahwa konsep prosocial behavior seperti konsep Altruisme memiliki peran penting dalam perusahaan yang suatu saat mungkin dapat diterapkan juga dalam perusahaan-perusahaan Indonesia.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil tinjauan pustaka untuk kemudian bisa dikembangkan menjadi skripsi berdasarkan buku-buku cetak milik pribadi maupun yang berasal dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara serta Japan Foundation. Selain itu penulis juga mengambil data-data yang berasal dari artikel jurnal ilmiah atau penelitian terdahulu yang diperoleh dari internet, dan situs-situs yang terpercaya seperti ci.nii.ac.jp. Salah satu artikel jurnal berjudul Ritashin to Keizaigaku yang ditulis oleh Miyamoto Kunio, berisikan tentang hubungan konsep Altruisme dengan Ilmu Ekonomi. Miyamoto Kunio merupakan seorang profesor di Sakushin Gakuin University dalam divisi Ekonomi di Jepang. Dalam jurnal tersebut Miyamoto (2003) menuliskan dalam Altruisme terdapat tiga konsep yang saling berhubungan yaitu sebagai berikut; Konsep Altruisme, Konsep Kerjasama, dan Konsep Kepercayaan.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun