• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG CILACAP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG CILACAP."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG CILACAP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh Mufti Prakosa NIM 07201244104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah Swt yang telah melimpahkan segala kebaikan dalam hidup ini.

Saya persembahkankarya sederhana ini untuk:

Kedua orang tua tercinta, kedua adik tercinta, dan teman serta sahabat. Terima kasih untuk perhatian, kesabaran,ketulusan, dan semangat dalam

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Keefektifan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis

Naskah Drama pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Cilacap”

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Saya menyampaikan terima kasih kepada Dekan FBS UNY, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan. Terimakasih juga kepada semua dosen yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya.

Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing, yaitu Bapak Dr. Anwar Efendi M.Si. yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya. Terima kasih saya ucapkan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Karangpucung yang telah memberikan izin dan waktunya untuk melaksanakan penelitian, khususnya kepada Ibu Ana, S.Pd. sebagai guru Bahasa Indonesia dan telah memberikan waktu dan tenaganya dalam penelitian ini.

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... ... iii

B. Identifikasi Masalah ... 4

(10)

x

C. Kerangka Pikir... 28

D. Hipotesis Tindakan... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Desain Penelitian……... 32

B. Variabel Penelitian... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 34

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

1. Tempat Penelitian... 34

2. Waktu Penelitian... 34

E. Populasi dan Sampel Penelitian... 35

1. Populasi Penelitian... 35

2. Sampel Penelitian... 36

F. Teknik Pengumpulan Data... 37

G. Instrumen Penelitian... 38

1. Uji Validitas Instrumen... 39

2. Uji Reliabilitas Instrumen... 39

H. Teknik Analisis Data... 40

1. Penerapan Teknik Analisis Data... 40

2. Uji Persyaratan Analisis Data... 41

I. Hipotesis Statistik ... 43

J. Prosedur Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Data Penelitian ... 47

2. Uji Persyaratan Analisis Data ... 58

3. Hasil Analisis Data untuk Pengajuan Hipotesis... 60

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

(11)

xi

2. Penerapan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung

di kelas Eksperimen... 66

3. Perbedaan Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung yang Menggunakan Teknik Storyboard dan Tanpa Menggunakan Teknik Storyboard... 68

4. Tingkat Keefektifan Penggunaan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Cilacap... 71

C. Keterbatasan Penelitian... 73

BAB V PENUTUP ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

xii

Pedoman Penilaian Menulis Naskah Drama... Desain Penelitian Pretest-Posttest dengan Kelompok Kontrol... Populasi Penelitian... Sampel Penelitiaan... Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen... Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran

Menulis Naskah Drama Eksperimen... Distribusi Frekuensi Skor Postest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Kategori Kecenderungan Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Distribusi Frekuensi Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama... Kategori Kecenderungan Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen ... Perbandingan Data Statistik Pretest dan Posttest

Pembelajaran Menulis Naskah Drama... Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Pretest dan Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen dan Kontrol... Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Variant Menulis Naskah Drama...

(13)

xiii Tabel 16:

Tabel 17:

Tabel 18:

Rangkuman Hasil Uji-t Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol dan Eksperimen... Rangkuman Hasil Uji-t Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol dan Eksperimen... Rangkuman Hasil Uji-t Data Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Drama Kelompok Kontrol dan Eksperimen...

62

62

(14)

xiv Gambar : 1

Gambar : 2 Gambar : 3 Gambar : 4 Gambar : 5 Gambar : 6

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Pikir... Alur Teknik Pengambilan Sampel... Praktek Pretest Kelompok Eksperimen ... Praktek Pretest Kelompok Kontrol... Praktek Posttest Kelompok Eksperimen... Praktek Posttest Kelompok Kontrol...

(15)

xv Grafik 1 :

Grafik 2 :

Grafik 3 :

Grafik 4 :

DAFTAR GRAFIK

Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen ... Distribusi Frekuensi Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Distribusi Frekuensi Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen ...

Halaman

48

51

53

(16)

xvi Diagram 1:

Diagram 2:

Diagram 3:

Diagram 4:

DAFTAR DIAGRAM

Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen... Kategori Kecenderungan Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol... Kategori Kecenderungan Skor Posttest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen...

Halaman

49

52

54

(17)

xvii

Data Skor Pretest dan Posttest Pembelajaran Drama Kelompok Kontrol... Data Skor Pretest dan Posttest Pembelajaran Drama Kelompok Eksperimen... Instrumen Tes... Teknik Storyboard... Instrumen Penelitian... Distribusi Sebaran Data ... Uji Reliabilitas Instrumen... Hasil Uji Normalitas ... Hasil Uji Homogenitas Varians ... Hasil Uji-t Sampel Bebas ... Hasil Uji-t Sampel Berhubungan... Hasil Perhitungan Kategori Kecenderungan Data ... Tabel Nilai-nilai Kritis T ... Dokumentasi... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... Hasil Siswa ... Surat Izin Penelitian ...

(18)

xviii

KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD

DALAM PEMBELAJARANMENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG

CILACAP oleh Mufti Prakosa NIM 07201244104

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Keefektifan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung Cilacap” bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan menulis naskah drama pada siswa yang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik storyboarddan pembelajaran menulis naskah drama tanpamenggunakan teknik storyboard pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung Cilacap.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan pretestt-posttest control group design. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik storyboard dan keterampilan menulis naskah drama siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung Cilacap. Sampel penelitian adalah kelas VIIB dan VIIIC. Teknik pengumpulan data menggunakan tes menulis naskah drama. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan expert judgement. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus koefisien alpha cronbach. Hasil perhitungan menunjukkan nilai reliabilitas 0,880 yang lebih besar dari koefisien 0,6. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik uji-t dengan memperhatikan syarat normalitas dan homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada skor posttest menulis naskah drama siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol terdapat 5 siswa yang mendapat skor rendah, 26 siswa mendapat skor sedang, dan 1 siswa mendapat skor tinggi. Pada kelompok eksperimen tidak ada siswa yang mendapat skor rendah, 18 siswa mendapat skor sedang, dan 14 siswa mendapat skor tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis naskah dramakelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil uji-t skor pretest dan posttest kelompok eksperimen menghasilkan thitung sebesar -7,965 dengan df 31 dan ttabel 2,042 pada taraf signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik storyboard efektif digunakan pada pembelajaran menulis naskah drama karena nilai thitung< -ttabel (-7,965 < -2,042). Berdasarkan hasil tersebut, maka teknik storyboard efektif digunakan pada pembelajaran menulis naskah drama di kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung Cilacap.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa Indonesia meliputi empat jenis keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas penggunanya, keterampilan membaca dan menyimak tergolong keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keempatnya saling berhubungan dan saling bertautan satu sama lain.

Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis naskah drama merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMP. Kompetensi menulis naskah drama dipelajari di kelas VIII SMP semester genap, dengan standar kompetensi menulis naskah drama dan dengan kompetensi dasar mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, terutama menulis naskah drama dalam pembelajaran bahasa Indonesia masih mengalami berbagai macam kendala. Kendala-kendala tersebut berasal dari komponen-komponen pembelajaran seperti siswa, guru, metode dan teknik pembelajaran.

(20)

ini disebabkan karena menghayati naskah drama yang berupa dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa atau naskah drama (Waluyo, 2002: 2)

Kendala lain yang menghambat pembelajaran menulis naskah drama adalah kurangnya praktik dalam menulis naskah drama di sekolah. Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik akan menghambat pembelajaran siswa dalam menulis. Keterampilan menulis harus diimbangi dengan adanya praktik menulis yang intensif agar keterampilan tersebut terasah secara kontinyu.

Kendala berikutnya yang dihadapi adalah pembelajaran di kelas yang masih menggunakan teknik storyboard. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya bekisar materi dengan ceramah dan mencatat. Dengan demikian, siswa kurang mendapatkan praktik secara langsung. Hal tersebut mengakibatkan siswa cepat jenuh dan bosan dengan pembelajaran menulis naskah drama. Kondisi semacam itu akan berpengaruh pada kemampuan dan cara pikir siswa untuk lebih kreatif menemukan ide-ide dalam menulis naskah drama. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam cara guru mengajarkan pembelajaran menulis naskah drama. Adanya pembelajaran sastra di sekolah khususnya pembelajaran naskah drama diharapkan para siswa semakin tertarik terhadap pembelajaran naskah drama dan semakin memiliki minat dan kemauan untuk menulis naskah drama. Akan tetapi, pada kenyataan yang ada di sekolah, pembelajaran naskah drama kurang mendapatkan respons dari para siswa.

(21)

tinggi terhadap pembelajaran menulis naskah drama. Sebagian besar siswa hanya memandang pembelajaran menulis naskah drama sebagai pelajaran yang sepele. Berdasarkan observasi tersebut juga diperoleh informasi bahwa dari seluruh kelas VIII yang terdiri dari enam kelas, permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis naskah drama disebabkan oleh kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis khususnya dalam menulis naskah drama.

Selain adanya hal yang telah diungkap sebelumnya, kendala lain yang muncul adalah tidak ada teknik pembelajaran baru yang menarik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis naskah drama. Padahal penggunaan teknik pembelajaran akan dapat membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, ada banyak teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama, salah satunya adalah teknik storyboard. Teknik storyboard merupakan teknik prapenulisan yang menekankan pada pengerjaan secara teliti, prediksi atau perkiraan, penumbuhan gagasan, dan pengurutan.

Teknik storyboard ini cocok digunakan untuk membantu siswa dalam menulis naskah drama, karena dengan storyboard siswa menjadi lebih mudah dalam mengembangkan cerita atau ide cerita secara runtut berdasarkan urutan waktu dan tempat yang terekam dalam pengalamannya. Guru dapat menggunakan teknik ini sebagai sarana untuk memudahkan mengajar terutama pada pokok bahasan mencari ide atau sumber cerita ketika menulis naskah drama.

(22)

menambahkan kata-kata. Teknik storyboard ini digunakan untuk memotivasi munculnya banyak ide atau keanekaragaman ide untuk menghasilkan satu kesatuan makna yang dapat dipahami yaitu dalam bentuk tulisan naskah drama. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa senang dan lebih tertarik dengan adanya teknik storyboard. Teknik storyboard diharapkan efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas SMP Negeri 1 Karangpucung.

Faktor inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian tentang Keefektifan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung. Dengan demikian, penelitian ini

bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Naskah drama atau drama masih dianggap sebagai karya sastra yang sulit untuk dibuat.

2. Pembelajaran menulis naskah drama kurang disukai oleh siswa.

3. Banyak siswa yang menyepelekan kegiatan menulis naskah drama dan tidak serius ketika mengikuti pembelajaran menulis naskah drama.

(23)

6. Pembelajaran menulis naskah drama di kelas masih menggunakan metode ceramah.

7. Tidak ada teknik pembelajaran baru yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis naskah drama.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu, penelitian ini hanya difokuskan pada dua hal, yaitu sebagai berikut.

1. Adanya perbedaan antara kemampuan menulis naskah drama pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunaan teknik storyboard dengan kemampuan menulis naskah drama pada siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penggunaan teknik storyboard.

2. Keefektifan penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Cilacap.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

(24)

2. Apakah penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung lebih efektif dibandingkan tanpa penggunaan teknik storyboard?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Cilacap dengan penggunaan teknik storyboard dan tanpa penggunaan teknik storyboard.

2. Untuk mengetahui penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung lebih efektif dibandingkan tanpa penggunaan teknik storyboard.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoretis

(25)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dalam belajar menulis naskah drama dengan menggunakan teknik storyboard sebagai alternatif teknik pembelajaran menulis naskah drama.

b. Bagi Guru

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia tentang inovasi baru dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik storyboard sebagai salah satu tekniknya.

G. Batasan Istilah

Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penyusun dan pembaca tentang istilah pada judul skripsi ini, maka perlu adanya pembatasan istilah.

1. Menulis merupakan kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui teknik pembelajaran bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.

2. Naskah drama adalah naskah yang berbentuk dialog, yang menggambarkan alur dan konflik tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

(26)
(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis atau juga disebut mengarang adalah sebuah metode yang terbaik untuk mengembangkan keterampilan di dalam menggunakan suatu bahasa (Hastuti, 1982: 1). Dengan menulis dapat menghasilkan karya sastra yang dapat dinikmati oleh semua orang. Selain itu, menulis juga dapat memperluas daya intelektual, kreativitas, dan daya imajinasi seseorang. Melalui tulisan seseorang dapat mencurahkan pandangan, pemikirannya tentang suatu masalah dari sudut pandang penulis sendiri dan pembaca dapat mengetahui pandangannya dan menikmati tulisan yang telah dihasilkannya.

Tarigan (1986: 3) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Definisi menulis yang lain ialah suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

(28)

menjadikan hasil penulisan naskah drama berbobot intelektual, tidak sekedar bait-bait kenes, cengeng, dan sentimental.

Menurut Hastuti (1982), keterampilan menulis adalah keterampilan yang sangat kompleks. Menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan pikiran gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tertulis. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan sebagianya.

(29)

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang yang diajak berkomunikasi.Bagi seorang siswa, kegiatan menulis mempunyai fungsi utama sebagai sarana untuk berpikir dan belajar. Melalui tugas menulis yang diberikan di sekolah, siswa telah belajar mengungkapkan ide dan mendemonstrasikan bahwa mereka telah menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Selain fungsi, menulis juga mempunyai tujuan, di antaranya tulisan dapat digunakan untuk meyakinkan, melaporkan, mencatat, dan mempengaruhi orang lain. Akhadiah dkk. (1995: 1) mengatakan beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari pelaksanaan kegiatan menulis yaitu (1) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri, (2) mengembangkan beberapa gagasan, (3) memperluas wawasan, (4) mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkan secara tersurat, (5) dapat meninjau dan menilai gagasan sendiri secara lebih objektif, (6) lebih mudah memecahkan permasalahan, (7) mendorong diri belajar secara aktif, dan (8) membiasakan diri berpikir serta berbahasa secara tertib. Kemampuan menulis didapatkan bukan melalui warisan, tetapi didapatkan melalui proses belajar. Semakin sering menulis, semakin besar pula kemampuan seseorang dalam membuat tulisan. Hal senada juga diungkapkan Tarigan (1986: 3-4) bahwa menulis merupakan alat komunikasi secara tidak langsung. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan cara praktik yang teratur.

(30)

menulis dan berlatih menulis secara terus-menerus. Hal ini bertujuan menjadikan seseorang lancar dan baik dalam membuat tulisan. Apalagi mengingat kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling sukar, maka tentu saja pengembangan dan latihan menulis dapat dijadikan pengalaman produktif yang berharga bagi siswa.

2. Menulis Naskah Drama

a. Pengertian Drama

Drama berasal dari bahasa Yunani “dromai” yang berarti: berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi (Harymawan, 1993: 1). Drama dapat diartikan juga sebagai cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik dan emosi yang disusun untuk pertunjukan teater. Drama juga banyak dikenal sebagai teater. Sebenarnya perkataan “teater” mempunyai makna lebih luas karena dapat berarti drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama, dan dapat pula berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak (Waluyo, 2002: 3).

Menurut Luxemburg (via Wiyatmi, 2006: 43) yang dimaksudkan dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur. Dengan demikian, naskah drama ialah segala macam teks yang memuat dialog dan memiliki alur sebagai bentuk tertulis dari suatu cerita drama.

(31)

yang didasarkan pada naskah, dengan media (dialog, gerak, laku, gesture, mimik), dengan musik atau tanpa alat musik pengiring (Harymawan, 1993: 2). Drama naskah merupakan merupakan salah satu genre sastra yang dapat disejajarkan dengan fiksi (cerpen atau novel) dan naskah drama atau dapat dapat disebut juga bentuk/rencana tertulis dari cerita drama (Harymawan, 1993: 22). Drama pentas merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, seni rupa (berhubungan dengan seting panggung), seni rias, kostum, dan lain-lain (Waluyo, 2003: 2). Dengan mencermati beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa drama merupakan imitasi dari kehidupan atau perilaku manusia yang dipentaskan dengan suatu penampilan gerak, dialog, mimik, dan gestur yang dapat dinikmati dalam pementasan.

b. Menulis Naskah Drama

(32)

Dalam pengajaran drama, selain siswa diberikan pengetahuan terhadap drama, melakukan produksi pementasan drama sendiri atau diajak langsung menyaksikan sebuah pementasan drama, siswa juga dituntut dapat mencipta atau menyusun sebuah naskah drama. Kegiatan ini tidak semudah menyusun sebuah cerita naskah drama. Siswa dituntut mengembangkan unsur lain yang menjadi kekuatan naskah sehingga menjadi lebih mantap dan hidup, baik dari segi aktualitas tema, alur, penggambaran tokoh maupun seting dan penyusunan dialog. c. Unsur-unsur Naskah Drama

Dalam penulisan naskah drama, perlu diperhatikan hal-hal yang menjadi karakteristik drama. Pengungkapan tokoh, penyampaian gagasan dengan alur yang logis, dan penggambaran seting yang jelas akan menciptakan naskah benar-benar hidup. Penulis harus bisa mengolah suatu konflik menjadi permainan yang menarik, dengan mengekspresikannya melalui jalinan peristiwa dan susunan kata yang mewakili gerak.

1) Plot atau Alur

Alur menurut Luxemburg pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Wiyatmi, 2006: 49).Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo, 2001: 8).

(33)

(Stanton melalui Nurgiyantoro, 2009: 113). Pada dasarnya, alur dalam drama sama dengan alur dalam bentuk cerita lainnya. Ada cerita yang berjalan dari satu kejadian ke kejadian lainnya secara berurutan, ada cerita yang hanya mengisahkan satu kejadian saja secara terus-menerus, dan ada pula cerita dalam drama yang setiap babak menampilkan kejadian lain yang mungkin tidak berkaitan.

2) Tokoh dan Perwatakan

Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku,

sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara dalam

hubungannya dengan alur peristiwa (Wiyatmi, 2006: 50). Susunan tokoh adalah daftar

tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh itu, yang terlebih

dulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan

kejiwaannya itu. Jenis dan warna dialog akan menggambarkan watak tokoh itu.

Cara mengemukakan watak dalam di drama lebih banyak bersifat tidak

langsung, tetapi melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui

dari perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap suatu

situasi tertentu terutama situasi-situasi yang kritis dari sikap mereka menghadapi suatu

situasi atau peristiwa atau watak tokoh lain (Brahim melalui Wiyatmi, 2006: 50).

Altenbernd dan Lewis (via Nurgiyantoro, 2009: 178) menyatakan bahwa tokoh

protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular

disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang

ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan

dan harapan pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya

konflik . Tokoh antagonis dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis secara fisik

(34)

3) Dialog

Ciri khas drama adalah naskah tersebut berupa dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh. Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-action dari plot yang ada. Dialog harus bersifat estetis, artinya harus memiliki keindahan bahasa, bersifat filosofi dan mampu mempengaruhi keindahan (Waluyo, 2002: 20-21).

Dialog berhubungan dengan latar dan perbuatan. Sebuah latar dapat dilihat dari munculnya dialog-dialog para tokoh serta segala gerak-gerik diperlihatkan secara langsung maupun tidak langsung yang biasanya berupa teks samping. Dalam dialog tidak hanya terjadi pembicaraan mengenai suatu kejadian, melainkan suatu kejadian itu sendiri dan berarti telah menggerakkan roda-roda peristiwa atau disebut dengan alur.

4) Latar atau Setting

Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Latar

dalam naskah drama, yang meliputi latar tempat, waktu, dan suasana akanditunjukkan dalam teks sampan (Wiyatmi, 2006: 51). Seting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Seting tempat tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan waktu dan ruang.

(35)

tempat. Waktu merupakan jaman atau masa terjadinya lakon (Waluyo, 2002: 23-224).

5) Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang dikandung dalam drama dan berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui struktur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog (Waluyo, 2002: 24).

6) Lakuan

Lakuan merupakan kerangka sebuah drama. Lakuan harus berhubungan dengan plot dan watak tokoh. Lakuan yang seperti itu disebut lakuan yang dramatik (Brahim via Wiyatmi, 2006: 52).

Dalam sebuah drama, laku tidak selamanya badaniah, dengan gerak-gerik tubuh, tetapi dapat juga bersifat batiniah, atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku. Dalam hal ini gerakan itu hanya dihasilkan melalui dialog. Dialog akan menggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagian dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatik action yang terbaik (Brahim via Wiyatmi, 2006: 53).

7) Teks Samping

(36)

waktu suasana pentas, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Teks sampingan ini biasanya ditulis dengan tulisan berbeda dari dialog (misalnya dengan huruf miring)(Waluyo, 2002: 29).

d. Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama

Penilaian adalah suatu proses memperoleh dan mempergunakan informasi untuk membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pada hakikatnya, penilaian dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri (Nurgiyantoro, 2001: 4). Dalam penilaian pengajaran sastra, kegiatan penilaian memiliki fungsi ganda, yaitu (1) mengungkapkan kemampuan apresiasi sastra siswa, dan (2) menunjang tercapainya tujuan pengajaran apresiasi sastra (Nurgiyantoro, 2009: 322).

Guna mengukur kemampuan siswa dalam menulis naskah drama perlu dilakukan pengetesan terhadap siswa. Mengingat menulis naskah drama merupakan suatu aktivitas yang pada akhirnya menghasilkan suatu bentuk karya berupa naskah drama, maka tes yang dipakai adalah tes esai menulis naskah drama. Menurut Nurgiyantoro (2009: 95), tes esai adalah tes proses berfikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, menuntut kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan konsep-konsep, menilai, dan memecahkan masalah.

(37)

drama pada siswa adalah unsur pembangun naskah drama yang terdiri dari dialog, tokoh, latar, alur, amanat atau pesan, serta petunjuk teknik. Mengingat instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah soal-soal esai dalam menulis naskah drama, maka penilaian yang dipakai menggunakan penilaian dengan memberikan skor secara berskala. Nurgiyantoro (2009: 349) mengatakan bahwa pertanyaan atau soal-soal esai memiliki skor secara berskala karena pada prinsipnya semua jawaban yang telah diberikan oleh subjek penelitian mempunyai nilai atau selayaknya diberi skor. Penilaian tes esai menulis naskah drama juga termasuk dalam penilaian ranah kognitif. Dikatakan Nurgiyantoro (2009: 327) bahwa hasil belajar sastra yang bersifat kognitif lebih banyak berhubungan dengan kemampuan dan proses berpikir. Adapun kriteria penilaian penulisan naskah drama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman Penilaian Menulis Naskah Drama

No Aspek yang

Dinilai

Indikator Skor

1. Dialog Kriteria: kreativitas dalam

Baik sekali: dialog yang dibuat mampu mewakili karakter tokoh dan alur cerita, dialog dikembangkan dengan kreatif, dan sesuai dengan tema.

Baik: dialog dikembangkan dengan baik dan kreatif , tidak keluar dari tema. Sedang: pengembangan dialog kurang kreatif, dialog kurang sesuai dengan tema.

5

(38)

menyusun dan mengembangka n dialog

Kurang: pengembangan dialog tidak kreatif, kurang sesuai dengan tema.

Kurang sekali: dialog monoton dan tidak sesuai dengan tema. 2

1

Baik sekali: ekspresi penokohan dibuat dengan jelas, tidak ambigu, dan kesesuaian karakter tokoh dibuat sesuai dengan dialog yang dikembangkan.

Baik: ekspresi penokohan baik dan kesesuaian karakter tokoh dibuat sesuai dengan dialog yang dikembangkan.

Sedang: ekspresi penokohan cukup baik dan kesesuaian karakter tokoh yang dibuat cukup sesuai dengan dialog yang dikembangkan.

Kurang: ekspresi penokohan kurang baik dan kesesuaian karakter tokoh yang dibuat kurang sesuai dengan dialog yang dikembangkan.

Kurang sekali: tidak ada kejelasan tokoh utama yang memiliki karakter secara logis dan tidak ada ekspresi tokoh yang ditonjolkan.

5

Baik sekali: latar yang dibuat dapat menggambarkan waktu, tempat, dan suasana dengan jelas, tidak membingungkan, kreatif, dan sesuai dengan tema.

Baik: latar yang dibuat dapat menggambarkan waktu, tempat, dan suasana dengan jelas, kreatif, dantidak keluar dari tema.

Sedang: latar yang dibuat dapat menggambarkan waktu, tempat, dan suasana dengan cukup jelas, namun kurang sesuai dengan tema.

Kurang: latar yang dibuat kurang dapat menggambarkan waktu, tempat, dan suasana, kurang sesuai dengan tema.

Kurang sekali: latar yang dibuat tidakdapat menggambarkan waktu, tempat, dan suasana dan tidak sesuai dengan tema.

5

Baik sekali: alur yang dibuat mengandung konflik yang logis dan kompleks permasalahannya, cerita dikembangkan dengan baik mengikuti tema, dan peristiwa digambarkan dengan jelas.

Baik: alur yang dibuat mengandung konflik yang logis, cerita dikembangkan mengikuti tema, dan peristiwa digambarkan dengan jelas.

Sedang: konflik cukup logis, cerita dikembangkan dengan cukup baik, dan peristiwa juga cukup jelas.

Kurang: konflik kurang logis, cerita kurang dikembangkan, dan peristiwa juga kurang jelas.

Kurang sekali: konflik tidak logis, cerita monoton, peristiwa tidak jelas.

5

Baik sekali: naskah drama yang dibuat ada amanat dan pesan moralnya, disampaikan baik secara tersurat ataupun tersirat, dan sesuai denga tema. Baik: amanat disampaikan dengan baik, tersurat maupun tersirat, sesuai dengan tema.

Sedang: amanat disampaikan dengan baik, namun kurang sesuai dengan tema. Kurang: amanat kurang disampaikan dengan baik dan kurang sesuai dengan tema. Kurang sekali: tidak ada amanat yang disampaikan dengan baik, tersurat maupun tersirat.

Baik sekali: teks samping yang disusun dapat membantu pembaca dalam menafsirkan naskah dan petunjuknya dibuat jelas, tidak membingungkan. Baik: teks samping disusun dengan baik dan petunjuknya juga jelas Sedang: teks samping disusun cukup baik dan petunjuknya juga cukup jelas Kurang: teks samping disusun kurang baik dan petunjuknya juga kurang jelas Kurang sekali: tidak ada teks samping

(39)

Storyboard adalah area berseri dari sebuah gambar sketsa yang digunakan

sebagai alat perencanaan untuk menunjukkan secara visual bagaimana aksi dari sebuah cerita berlangsung. Storyboard merupakan naskah yang dituangkan dalam bentuk gambar atau sketsa. Jika pada gambar seri satu lembar kertas memuat satu gambar yang kemudian dirangkai dengan gambar dari kertas yang lain, maka pada Storyboard gambar seri tersebut dibuat hanya pada satu lembar kertas saja.

Storyboard secara harfiah berarti dasar cerita, dengan kata lain Storyboard

adalah penjelasan bagaimana cara seseorang akan membuat suatu proyek atau bagaimana cerita itu berlangsung mengikuti alurnya mulai dari adegan per adegan atau peristiwa per peristiwa. Jika diumpamakan sebagai pembuatan film, maka Storyboard adalah skenario film tersebut. Storyboard pada dasarnya sama dengan

storyline tapi dalam bentuk gambar. Biasanya orang yang awam akan lebih mengerti jika diberi Storyboard karena berbentuk panel-panel gambar dibanding dengan storyline yang berupa cerita. Karena cerita, perlu berimajinasi dan membayangkan jalan cerita yang ada. Berikut contoh gambar Storyboard beserta penjelasannya.

Gambar di atas adalah contoh dari Storyboard yang mengisahkan seorang anak beserta ayahnya yang akan pergi menangkap ikan di sungai.

(40)

a. Bagi selembar kertas menjadi enam atau delapan bagian sama rata.

b. Catat poin-poin penting, peristiwa, dan kejadian yang menarik dari cerita yang

akan dibuat Storyboardnya.

c. Urutkan poin-poin penting, peristiwa, dan kejadian yang menarik dari cerita

sesuai dengan alur ceritanya.

d. Pilihlah poin-poin penting, peristiwa, dan kejadian yang menarik dari cerita yang

benar-benar dapat mewakili alur cerita.

e. Buatlah sketsa terlebih dahulu. Kemudian dicek apakah sketsa yang dibuat dapat

menampilkan urutan cerita dengan baik dan apakah pembaca dapat memahami

cerita dari sketsa tersebut.

f. Apabila sudah yakin gambarlah sketsa Storyboard tersebut menjadi gambar

yang utuh dan lengkap.

2. Fungsi Storyboard

a. Menjelaskan tentang alur narasi dari sebuah cerita.

b. Berperan dalam pewaktuan (timing) pada sequence, percobaan-percobaan

dengan sudut pandang kamera, perpindahan dan kesinambungan (countinuity)

antara elemen – elemen dalam sebuah frame.

3. Manfaat Storyboard

a. Membantu sutradara dalam memperjelas emosi dan dialog yang ingin

dimunculkan /dituangkan kedalam film.

b. Dalam dunia advertising dapat digunkan untuk menjual produk ke klien.

c. Dalam dunia videogames, dapat membantu brainstorming konsep dari game

dan interaksi pemakai Serial TV.

d. Dipakai hanya pada sequence yang kompleks seperti mulitimedia, CD-Rom untuk

edukasi, pelatihan atau program-program tutorial Web Design,

e. Bermanfaat untuk mengembangkan team dalam pembuatan web design.

f. Mendifinisikan dan mengelompokkan elemen-elemen seperti gambar, animasi,

video dan ilustrasi industri dan video-video pemerintahan.

g. Untuk menampilkan ide-ide pada saat pembuatan sebuah proyek video-video

(41)

4. Tujuan Storyboard

a. Didalam dunia animasi dan film, storyboard berperan sebagai panduan bagi

orang-orang yang terlibat didalamnya, mulai dari sutradara, penulis cerita,

lighting, kameramen, dan lain-lain sebagainya.

b. Memungkinkan seorang pembuat film untuk mem-previsualisasikan ide-idenya.

c. Sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide keseluruhan film.

4. Teknik Storyboard

Menurut Harington (melalui Wiesendanger,2001: 161), teknik storyboard merupakan teknik prapenulisan yang menekankan pada elaborasi

(penjelasan yang detail) prediksi atau perkiraan, penumbuhan gagasan, dan pengurutan. Teknik ini dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menulis. Teknik ini diawali dengan membuat kerangka karangan yang berupa gambar dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf atau tulisan.

Teknik storyboard ini melibatkan kegiatan membaca, menulis, dan mengilustrasikan. Hal ini efektif karena memotivasi penulis dan pembaca pemula. Langkah yang digunakan dalam teknik storyboard adalah sebagai berikut.

1) Siswa diminta untuk membagi kertas menjadi banyak (enam sampai delapan)

bagian.

2) Siswa mencari gagasan tentang ide-ide cerita dan menggambar peristiwa awal dan

akhir pada bagian pertama dan terakhir dari kertas tersebut.

3) Siswa mengisi bagian-bagian yang tersisa dalam urutan yang sesuai ketika mereka

mengembangkan ide-ide cerita mereka.

(42)

5) Siswa diminta untuk mengembangkan gambar yang telah mereka buat menjadi

sebuah paragraf dan membuat draf akhir.

6) Hasil karya siswa dapat dipajang di dalam kelas (dipublikasikan).

7) Siswa dapat berbagi cerita dengan siswa lain.

Pengembangan dari teknik storyboard antara lainadalah mintalah siswa untuk memotong setiap bagian cerita mereka dan tempelkan setiap bagiannya pada selembar kertas baru. Kemudian, mereka menyusun sampul untuk bagian depan buku-buku mereka dan menyusunnya berdasarkan urutan-urutan yang mereka maksudkan. Buku yang telah dibuat dapat mereka banggakan dan bisa untuk dibaca semua orang. Teknik storyboard ini bekerja secara efektif untuk penulis pemula, dan juga telah sangat sukses digunakan oleh siswa-siswa yang melakukan perbaikan nilai yang juga mengalami kesulitan dalam menulis.

5. Penggunaan Teknik Storyboard dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama

Proses pembelajaran menulis naskah drama membutuhkan ruang bagi siswa untuk melatih keterampilannya dalam menulis. Keterampilan menulis naskah drama dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan begitu saja. Namun, perlu adanya kesadaran dari seorang guru untuk membimbing siswa secara terus menerus danteratur. Guru tidak bisa lepas tangan begitu saja setelah memberikan tugas kepada siswa untuk membuat sebuah naskah drama.

(43)

membuat kerangka awal yang berupa gambar dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah alur dalam penulisan naskah drama.

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menulis naskah drama dengan teknik storyboard adalah sebagai berikut.

a) Siswa diminta menyediakan selembar kertas kemudian kertas tersebut dibagi

menjadi banyak (enam sampai delapan) bagian.

b) Selanjutnya, siswa mencari gagasan tentang ide-ide cerita dan menggambar

peristiwa awal dan akhir pada bagian pertama dan terakhir dari kertas tersebut.

c) Setelah itu, siswa mengisi bagian-bagian yang tersisa dalam urutan alur yang sesuai.

d) Setelah semua bagian diberi gambar yang sesuai dengan alur dan konflik dari sebuah

cerita, siswa kemudian melakukan koreksi atas draf pertama mereka.

e) Setelah itu siswa diminta untuk mengembangkan gambar yang telah mereka buat

menjadi sebuah naskah drama yang memiliki alur dan konflik yang baik.

f) Setelah siswa selesai membuat naskah drama, hasil tulisan siswa dapat dipajang di

dalam kelas (dipublikasikan).

Dengan demikian, penggunaan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama pada dasarnya ialah memberi ruang atau tempat bagi siswa untuk mengembangkan ide awal melalui gambar yang mereka buat secara berurutan sesuai dengan alur serta konfliknya dan memindahkannya ke dalam bentuk naskah drama yang utuh. Guru dapat membantu siswa dengan memberi berbagai macam alternatif pengembangan alur cerita dari gambar awal yang dibuat oleh siswa.

(44)

Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Mulyani

(2009) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Dramatisasi

Cerpen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

menulis teks drama dengan dramatisasi cerpen pada siswa kelas VIII SMP Negeri I

Karangpucung agar siswa terampil membuat teks drama dengan dramatisasi cerpen.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIISMP Negeri I Karangpucung. Data diperoleh

dari pedoman pengamatan, catatan lapangan, pedoman wawancara, angket, dan

dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini ialah pada siklus I penelitian belum

terlalu berhasil. Pada siklus I siswa menulis teks drama dengan cerpen bertema religius

sebagai sumber inspirasi. Skor rata-rata pada pratindakan adalah 13,61 sedangkan pada

siklus I adalah 13,97 sehingga ada peningkatan tetapi belum signifikan. Pada siklus II

siswa menulis teks drama dengan cerpen bertema remaja sebagai sumber inspirasi. Skor

rata-ratanya adalah 18,74 sehingga ada peningkatan yang signifikan. Kesimpulannya

adalah dramatisasi cerpen dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks

drama.

Penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rojaki

(2008) dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama melalui

Pendekatan Proses pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama melalui pendekatan

proses pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung agar siswa terampil membuat

(45)

SMP Negeri I Karangpucung. Data diperoleh dari pedoman pengamatan, catatan

lapangan, pedoman wawancara, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis yang

digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rojaki

(2008) di atas, yaitu dalam hal pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Jika penelitian yang dilakukan oleh Rojaki menggunakan pendekatan proses, maka

penelitian ini lebih menitikberatkan kepada penggunaan teknik storyboard. Sementara

itu, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Mulyani

(2009) dalam hal penggunaan strategi yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan

menulis teks drama. Jika penelitian ini menggunakan teknik storyboard yaitu gambar

tanpa teks, maka penelitian yang dilakukan oleh Tri Mulyani menggunakan dramatisasi

cerpen yaitu cerpen yang didramakan.

C. Kerangka Pikir

(46)

berimajinasi dan mengasah kemampuan berpikirnya mengolah ide-ide menjadi dialog-dialog atau percakapan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk bahasa tulis berupa naskah drama.

Proses pembelajaran menulis naskah drama tidak hanya menuntut siswanya aktif dan pandai dalam menulis naskah drama. Faktor keahlian siswa memang sangat penting, tetapi kemahiran dan kemampuan guru pun juga sangat mendukung. Dalam pembelajaran menulis naskah drama seorang guru harus pandai dalam memilih teknik pengajarannya agar siswa merasa senang dengan pembelajaran itu dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran di kelas. Kadangkala seorang guru kurang tanggap terhadap kesulitan yang dialami siswa. Hal tersebut dapat membuat siswa menjadi semakin enggan dalam belajar menulis naskah drama karena merasa gurunya tidak pernah memberikan contoh pada mereka. Seperti yang telah diketahui bahwa yang terpenting dalam pembelajaran menulis naskah drama bukanlah naskah dramanya yang terpenting, akan tetapi proses dalam belajar hingga menghasilkan sebuah naskah drama itulah yang jauh lebih penting untuk dievaluasi oleh seorang guru. Ketepatan guru dalam memilih strategi dan teknik pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan juga keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dapat dikatakan jika peran guru dalam proses pembelajaran dan pengguna teknik pembelajarannya menarik, maka siswa tidak akan merasa bosan dan tertekan dalam proses pembelajaran itu.

(47)

digunakan dalam pembelajaran menulis, khususnya keterampilan menulis naskah drama. Teknik storyboard merupakan suatu teknik pengajaran dengan melibatkan siswa berkreasi secara aktif. Aktivitas pembelajaran menulis naskah drama diperkaya dengan meminta peserta didik menggambarkan ide cerita yang mereka peroleh. Setelah mereka menggambar ide cerita yang mereka peroleh, peserta didik diminta untuk mengembangkan gambar yang telah mereka buat menjadi sebuahdraf akhir.

Penggunaan teknik storyboard sebagai sebuah strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu jalan untuk merangsang siswa dan mempermudah dalam menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran siswa yang mungkin ada awalnya merasa kesulitan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Teknik storyboard diharapkan efektif untuk memudahkan siswa dalam menyusun

pengalaman dengan gambaran yang runtut serta merangkai kata-kata atau dialog untuk ditulis menjadi sebuahnaskah drama.

(48)

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis yang dapat diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis Nol

1) Tidak ada perbedaan menulis naskah drama yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan teknik storyboard dan kelompok kontrol yang diajarkan tanpa menggunakan

teknik storyboard.

Inovasi pembelajaran menulis naskah drama

(49)

2) Teknik storyboard tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama.

b. Hipotesis Kerja

1) Ada perbedaan yang signifikan pembelajaran menulis naskah drama antara kelompok yang diajar menggunakan teknik storyboard dengan kelompok yang diajar tanpa menggunakan teknik storyboard.

(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kuasi eksperimen. Penggunaan desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini dengan alasan bahwa penelitian ini merupakan penelitian pendidikan yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitiannya. Manusia merupakan makhluk yang dapat berubah segala pikiran, kemauan, kemampuan, dan tingkahlakunya sewaktu-waktu karena semua manusia tidak ada yang sama.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, maksudnya penelitian ini diarahkan untuk mencari data-data kuantitatif melalui hasil uji coba eksperimen. Penggunaan pendekatan kuantitatif dengan alasan semua gejala yang diamati dapat diukur dan diubah dalam bentuk angka serta dapat dianalisis dengan analisis statistik. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan Control Group Posttest Design, seperti tampak dalam tabel berikut.

Tabel 2: Desain Penelitian Pretest-Posttest dengan Kelompok Kontrol

Kelompok Pretest Variabel Bebas Posttest

E O1 X O2

K O3 - O4

(51)

Keterangan :

E : kelas eksperimen K : kelas kontrol OI,O3 : pretest O2,O4 : posttest

X : variabel bebas (penggunaan storyboard dalam menulis naskah drama).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah fenomena yang bervariasi atau fenomena yang berubah-ubah dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Istilah variabel dapat juga diartikan sebagai objek penelitian yang bervariasi. Menurut Arikunto ( 2006: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel pertama adalah variabel bebas, yaitu variabel yang menentukan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa penggunaan teknik storyboard untuk menulis naskah drama. Teknik ini akan digunakan dalam

perlakuan kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol pembelajarannya dilakukan tanpa menggunakan teknik storyboard.

(52)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Teknik storybord merupakan sebuah teknik pembelajaran menulis yang akan membantu siswa untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan kemampuan diri dalam menulis naskah drama yang diawali dengan membuat kerangka karangan yang berupa gambar sehingga dapat memicu siswa berpikir kreatif dan kemudian mengembangkannya menjadi sebuah naskah.

Kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung setelah diberi perlakuan berupa penggunaan teknik storyboard adalah suatu kecakapan siswa dalam menuangkan pikiran dan perasaannya ke dalam sebuah tulisan naskah drama setalah merefleksikan pengalaman terlebih dahulu dalam bentuk gambar pada sebuah kertas yang berisi urutan kejadian dari pengalaman yang sudah dialami.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Karangpucung Kabupaten Cilacap provinsi Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

(53)

eksperimen dan pembelajaran kelompok kontrol, dan 4) tahap pelaksanaan tes akhir (posttest) menulis naskah drama.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dilihat dari jumlahnya populasi dibagai menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Jumlah terhingga (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu).

(54)

Tabel 3: Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah siswa

1. VIIIA 32

2. VIIIB 32

3. VIIIC 30

4. VIIID 34

5. VIIIE 34

6. VIIIF 34

Total 204

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 175). Sampel penelitian adalah sebagian dari unit-unit yang ada dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki. Bugin (2008: 102) menyatakan apabila suatu penelitian menggunakan sampel penelitian, maka penelitian tersebut menganalisis data penelitiannya, data statistik inferensial, dan berati data penelitian tersebut adalah generalisasi. Generalisasi yang baik perlu dicapai dengan memperhatikan tata cara penarikan sampel.

Tata cara penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling (pengambilan sampel secara acak berdasarkan

(55)

Gambar 2. Alur Teknik Pengambilan Sampel

Dari hasil pengundian diperoleh siswa kelas VIIIB sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIIIC sebagai kelompok kontrol.Pembelajaran menulis naskah drama pada kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan teknik storyboard sebagai teknik pembelajarannya, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran menulis naskah drama dilakukan tanpa menggunakan teknik storyboard.

Tabel 4: Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Keterangan

1. VIIIA 32 Kelompok Eksperimen

2. VIIIB 32 Kelompok Kontrol

Jumlah 64

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik tes yaitu pretest dan posttest. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam menulis naskah drama tanpa diberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur kemampuan akhir siswa dalam menulis

(56)

naskah drama setelah diberi perlakuan berupa penggunaan teknik storyboard. Pretest dan posttest ini dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen.

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data-data siswa baik yang diperoleh dari tes awal sebelum tindakan (pretest) maupun setelah diberi tindakan (posttest) yaitu berupa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama setelah kegiatan membuat storyboard. Data dalam penelitian ini diambil pada saat proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas dan materi yang diambil adalah menulis naskah drama.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah soal tes yang berupa soal esai dalam menulis naskah drama. Tes menulis naskah drama ini berisi penugasan terhadap siswa untuk membuat sebuah naskah drama. Skor didapat dari hasil pekerjaan siswa yang diukur menggunakan instrumen yang telah dibuat.

Sebelum instrumen tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.

(57)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas (Arikunto, 2006: 168).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2004: 337).

Materi soal esai tentang menulis naskah drama tersebut sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum yang dipakai di SMP Negeri 1 Karangpucung yaitu KTSP. Hal ini bertujuan agar apa yang menjadi tujuan dalam kurikulum tersebut yaitu siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui kegiatan menulis naskah drama. Untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian ini, instrumen tersebut dikonsultasikan pada ahli (expert judgment) dalam hal ini yaitu Warsono, S.Pd. selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(58)

hasil yang tetap walaupun diujikan kapan saja dan di mana saja. Dengan kata lain, instrumen tes ini dikatakan reliabel apabila suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Rumus koefisien Alpha Cronbach dapat digunakan baik untuk instrumen yang jawabannya berskala maupun jika dikehendaki yang bersifat dikhotomis. Oleh karena itu, rumus Alpha cronbach ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas soal-soal esai. Pertanyaan esai juga memberikan skor secara berskala karena pada prinsipnya semua jawaban yang telah diberikan oleh subjek penelitian mempunyai nilai atau selayaknya diberi skor (Nurgiyantoro, 2004:349). Menurut Nurgiyantoro (2004:352), indeks reliabilitas untuk jenis reliabilitas Alpha Cronbach dinyatakan reliabel apabila harga r yang diperoleh paling tidak

mencapai 0,60.

H. Teknik Analisis Data

1. Penerapan Teknik Analisis Data

(59)

Teknik analisis uji-t digunakan untuk menguji apakah kedua skor rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan. Apabila thitunglebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5%, maka ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adanya peningkatan skor antara kedua kelompok tersebut dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Seluruh perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Dalam teknik analisis data yang menggunakan teknik uji-t haruslah memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas.

2. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan membuktikan kenormalan data yakni mengetahui apakah data-data yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, uji normalitas sebaran dilakukan terhadap skor pretest dan posttest baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.

Pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan teknik uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Kriteria penilaiannya yaitu apabila P< signifikansi 5% (α=

0,05) menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal, tetapi apabila P>signifikansi 5% (α=0,05) menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi

(60)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi memiliki varians yang sama dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Untuk melakukan pengujian homogenitas varians ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0. Jika signifikansinya lebih besar dari 5% (α=0,05) berarti

skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen, tetapi jika signifikansinya kurang dari 5% (α=0,05) berarti kedua varian tidak homogen. 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik Uji-t. Uji-t digunakan untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak.

(61)

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik sering disebut sebagai hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y. Hipotesis ini dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.

1. Ho: µ1≤ µ2 Ha: µ1> µ2 Keterangan:

Ho : Tidak ada perbedaan keterampilan menulis naskah drama yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan teknik storyboard dan kelompok kontrol yang diajarkan tanpa menggunakan teknik storyboard pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangpucung.

Ha : Ada perbedaan keterampilan menulis naskah drama yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik storyboard dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik storyboard kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung.

2. Ho: µ1≤ µ2 Ha: µ1> µ2 Keterangan:

(62)

Ha: Teknik storyboard lebih efektif digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung.

J. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra-eksperimen

Tahap ini dimulai dengan penentuan kelompok yang tidak diberi perlakuan dan kelompok yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dengan teknik simple random sampling atau pengambilan sampel dengan cara acak sederhana.Pada tahap ini dilakukan dengan tes awal berupa tes menulis naskah drama (pretest) baik untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.Tujuan dari dilakukannya tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama awal siswa sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan yang sama sehingga apabila ada perbedaan yang terjadi di antara keduanya sewaktu-waktu dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan pada salah satu kelompok yaitu kelompok eksperimen.

2. Tahap Eksperimen

(63)

dipilih untuk pembelajaran menulis naskah drama disesuaikan dengan kurikulum KTSP SMP. Adapun tahap pelaksanaan eksperimen ini adalah sebagai berikut. a. Kelompok Eksperimen

Kelompok ini dikenai perlakuan dengan pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teknik storyboard. Pelaksanaan eksperimen diawali dengan pretest untuk mengetahui kemampuan awal, kemudian dilanjutkan dengan

pemberian perlakuan. Waktu pelaksanaan eksperimen untuk satu kali pertemuan selam 2x45 menit atau sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri I Karangpucung. Adapun prosedur atau skenario pembelajaran pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut.

g) Siswa diminta menyediakan selembar kertas kemudian kertas tersebut dibagi menjadi banyak (enam sampai delapan) bagian.

h) Selanjutnya, siswa mencari gagasan tentang ide-ide cerita dan menggambar peristiwa awal dan akhir pada bagian pertama dan terakhir dari kertas tersebut. i) Setelah itu, siswa mengisi bagian-bagian yang tersisa dalam urutan alur yang

sesuai.

j) Setelah semua bagian diberi gambar yang sesuai dengan alur dan konflik dari sebuah cerita, siswa kemudian melakukan koreksi atas draf pertama mereka. k) Setelah itu siswa diminta untuk mengembangkan gambar yang telah mereka

buat menjadi sebuah naskah drama yang memiliki alur dan konflik yang baik. l) Setelah siswa selesai membuat naskah drama, hasil tulisan siswa dapat

(64)

b. Kelompok Kontrol

Pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol), pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama dilakukan dengan tanpa menggunakan teknik storyboard atau dengan cara-cara konvensional yang selama ini digunakan oleh guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri I Karangpucung yaitu materi pembelajaran diajarkan dengan ceramah kemudian siswa disuruh menulis sebuah naskah drama dengan tema bebas sesuai kreativitas dan ide mereka.

3. Tahap Pasca Eksperimen

Tahap ini merupakan tahap pengukuran terhadap perlakuan yang diberikan. Pada tahap ini, siswa kelompok kontrol maupun siswa kelompok eksperimen diberikan tes akhir (posttest) dengan materi yang sama pada saat pretest. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan kemampuan

siswa dalam menulis naskah drama setelah diberi perlakuan dengan menggunakan teknik storyboard dan yang tidak diberi perlakuan dengan menggunakan teknik storyboard. Kegiatan posttest juga digunakan untuk membandingkan nilai yang

(65)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran menulis naskah drama antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik storyboard dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik storyboard. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik storyboard dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Negeri I Karangpucung Cilacap. Data dalam penelitian ini meliputi data skor awal (pretest) dan data skor akhir (posttets). Hasil penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Data Penelitian

a. Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan storyboard. Pretest dilakukan untuk mengetahui hasil awal pembelajaran menulis naskah drama. Subjek pada pretest kelompok kontrol sebanyak 32 siswa. Dari hasil pretest pembelajaran menulis naskah drama, diperoleh data skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 26 dan skor terendah adalah 17 dengan total maksimal skor 27.

(66)

48

simpangan bakunya sebesar 2,89. Distribusi frekuensi skor pretest pembelajaran menulis naskah drama kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 5: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah

Drama Kelompok Kontrol

No Interval F %

1 24 - 26 10 31%

2 21 - 23 14 43%

3 18 - 20 5 15%

4 15 - 17 3 9%

JUMLAH 32 100%

Tabel 5 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Grafik 1: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol

(67)

Dari data statistik yang dihasilkan, kategori kecenderungan perolehan skor pretest pembelajaran menulis naskah drama kelompok kontrol dibagi menjadi lima kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. Kategori kecenderungan perolehan skor pretest pembelajaran menulis naskah drama kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 5 dan Diagram 1 berikut. Tabel 6: Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran Menulis

Naskah Drama Kelompok Kontrol

NO INTERVAL KRITERIA F %

1 X ≥ 23 Tinggi 10 31%

2 19 ≤ X < 23 Sedang 19 59%

3 >23 Rendah 3 9%

JUMLAH 32 100%

Tabel 6 di atas dapat disajikan dalam bentuk pie sebagai berikut.

Diagram 1: Kategori Kecenderungan Skor Pretest Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol

Dari Tabel 4 dan Diagram pie kecenderungan perolehan skor pretest pembelajaran menulis naskah drama kelompok kontrol di atas, perolehan skor pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol di atas, diperoleh

Gambar

Tabel 1. Pedoman Penilaian Menulis Naskah Drama Indikator
Gambar di atas adalah contoh dari Storyboard yang mengisahkan seorang
Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 3: Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian penggunaan video Opera Van Java untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis naskah drama siswa adalah pembelajaran menulis naskah drama yaitu

Simpulan yang diperoleh adalah bahwa kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tergolong dalam kategori baik.. Hal ini dapat

Simpulan yang diperoleh adalah bahwa kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tergolong dalam kategori baik.. Hal ini dapat

Kontribusi Penguasaan Unsur- unsur Intrinsik Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Salapian Tahun Pembelajaran 2016/2017,

terjadi peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak dengan teknik quantum writing pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 3 Sewon. Peningkatan dapat terjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama menggunakan media film indie

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama menggunakan media film indie

Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian, yaitu menghasilkan bahan ajar membaca dan menulis naskah drama terintegrasi siswa SMP/MTs kelas VIII yang dilihat