• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dowload GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ipi267357

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dowload GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ipi267357"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESI Volume 11 / Maret

Agustus 2014

8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES

DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Anis Probowo

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 02 RW 32 Kadipiro, Banjarsari, Surakarta Email: anisprabo@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang. Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat

penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebar dalam 27 jenis, 608.000 orang mengalami stres. Studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada tanggal 15 November 2012, terhadap 10 mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10 mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen stres.

Tujuan. Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kelas 1 Program Studi D III

Keperawatan Tentang Manajemen Stres di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan studi penelitian deskriptif yaitu statistik yang berfungsi

untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pengambilan sampel

sesaat dalam waktu yang bersamaan dan pengumpulan data yang dilakukan secara bersama-sama sekaligus.

Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) responden memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup. Angka mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan sebagai dasar bahwa secara umum pengetahuan para mahasiswa kelas I ProdiD III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta berada pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).

Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian masih cukup banyak mahasiswa yang perlu meningkatkan

pengetahuannya tentang manajemen stres.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, manajemen stres

PENDAHULUAN

Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun pencegahan banyak gangguan kesehatan jiwa. Para ahli sudah banyak meneliti masalah stres, khususnya yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup. Masalah stres sering dihubungkan dengan situasi dan kondisi hidup dengan

kehidupan modern merupakan sumber

bermacam gangguan stress. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang untuk menghayati stres tidaklah sama ada yang lebih kuat dan ada yang lebih rapuh (Dalami, 2002: 27).

Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang dapat dihindari, stres bukan sesuatu hal yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan

bagian kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari stres, masalahnya adalah bagaimana hidup beradaptasi dengan stres tanpa harus mengalami distress. Tidak semua bentuk bentuk stres itu mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif (Dalami, 2002: 28).

Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat

penyandang masalah kesejahteraan sosial

tersebar dalam 27 jenis, salah satunya adalah penyandang psikotik. Di Jawa Tengah tercatat 704.000 orang mengalami ganguan kejiwaan, dan dari jumlah tersebut sekitar 96.000 diantaranya didiagnosa telah menderita kegilaan,

608.000 orang mengalami stres. Badan

(2)

PROFESI Volume 11 / Maret

Agustus 2014

9

per mil dari sekitar 32 juta penduduk di Jawa Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil lainnya menderita stres. Jumlah tersebut jika dipersentasekan, maka jumlahnya mencapai sekitar 2,2 persen dari total penduduk Jawa Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa stres

bersifat universally, yaitu semua orang dapat

merasakannyatetapi cara pengungkapannya yang

berbeda atau diversity. Stres sering terjadi pada

orang yang bekerja dan pada situasi perkuliahan Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus (Dinkes Jateng, 2006).

Pengetahuan adalah merupakan hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kongnitif mempunyai 6 tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003: 11).

Mahasiswa STIKES PKU Muhammadiyah Program Studi D III Keperawatan memiliki latar belakang yang berbeda baik dari segi usia, suku, agama, dan lain-lain. Hal ini berpengaruh terhadap cara pandang mahasiswa terhadap dirinya dan manajemen stres. Studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada tanggal 15 November 2012, terhadap 10 mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10 mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen stres. Melihat pentingnya manajemen stres dalam kehidupan mahasiswa, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 Program Studi D III Keperawatan Tentang Manajemen Stres di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Populasinya sebanyak Mahasiswa Kelas I Program Studi D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta sebanyak 117 responden. Menggunakan teknik

simple random sampling (sederhana) peneliti membuat 117 undian untuk responden, selanjutnya peneliti akan memilih secara acak

untuk mengambil 54 responden dalam

melakukan penelitian. Instrument penelitian

menggunakan kuesoner yang berupa

pernyataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Umur

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Prosentase (%)

18-19 47 87,6

20-21 6 11,1

22-23 1 1,9

Jumlah 54 100,0

Diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 18-19 tahun yaitu sebanyak 47 mahasiswa (87,6%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu ada sebanyak 48 mahasiswi (88,9%). Selebihnya yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 6 mahasiswa (11%).

3. Tingkat Pengetahuan

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

tentang Manajemen Stress

Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

Baik

Diketahui bahwa ada 8 mahasiswa (14,8%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Ada 27 mahasiswa (50,0%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup.

4. Tabulasi Silang

Tabel 4. Distribusi Tabulasi Pengetahuan Menurut Umur Responden

Umur

(3)

PROFESI Volume 11 / Maret

Agustus 2014

10

umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin baik.

Tabel 5. Distribusi Tabulasi Pengetahuan Menurut Jenis Kelamin

Jenis

Menurut data tersebut tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berjenis kelamin perempuan cenderung tingkat pengetahuan seseorang cukup dibanding berjenis kelamin laki-laki

Pembahasan

Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Angka mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan sebagai dasar bahwa secara umum pengetahuan para mahasiswa kelas I Prodi D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta berada pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).

Dengan demikian masih cukup banyak

mahasiswa yang perlu meningkatkan

pengetahuannya tentang manajemen stress. Seiring waktu diharapkan para mahasiswa tersebut semuanya akan semakin memahami pengetahuan ini yang akan sangat berguna bagi mereka sendiri dalam menjalani perkuliahan dan nanti bagi pasien yang mereka tangani setelah terjun di lapangan.

Menurut data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan semakin bertambah umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin baik. Pada responden berumur 18-19 tahun, proposi responden dengan tingkat pengetahuan kurang (89,47%) lebih besar dari pada proposi responden yang tingkat pengetahuan cukup (88,89%) maupun baik (75%). Pada responden berumur 20-21 tahun, proposi responden dengan tingkat pengetahuan baik (12,5%) lebih besar dari pada proposi responden yang tingkat pengetahuan cukup (11,11%) maupun kurang (5,26%). Pada responden berumur 22-23 tahun proposi responden dengan tingkat pengetahuan baik (12,5%) lebih besar dari pada proposi responden yang tingkat pengetahuan cukup (0%) maupun kurang (5,26%).

Menurut Notoatmodjo (2003),

pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu umur seseorang. Semakin cukup umur tingkat kemampuan seseorang , kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan menerima informasi. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

Menurut data tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berjenis kelamin perempuan cenderung tingkat pengetahuan seseorang cukup dibanding berjenis kelamin laki-laki. Pada responden berjenis kelamin perempuan, proposi tingkat pengetahuan baik (100%) lebih besar dari

pada proposi responden yang tingkat

pengetahuan cukup (92,60%) maupun kurang (21,05%). Pada responden berjenis kelamin laki-laki, proposi tingkat pengetahuan kurang (78,95%) lebih besar dari pada cukup (7,40%) maupun baik (0%).

Pengetahuan yang diukur dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan mahasiswa dalam mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan manajemen stress. Aspek-aspek tersebut meliputi pengaturan diet dan nutrisi, istirahat tidur, olahraga dan latihan teratur, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, pengaturan

berat badan, pengaturan waktu, terapi

psikofarmaka, psikoterapi, dan terapi

psikoreligius (Hidayat, 2004: 63).

Manajemen stres merupakan salah satu materi pengetahuan yang dipelajari di pendidikan tinggi keperawatan dan harus dikuasai ketika akhirnya para mahasiswa menjadi perawat agar dapat diterapkan pada dirinya sendiri dan juga terutama pada pasien. Seharusnya memang mahasiswa Program Studi D III Keperawatan dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen stres.

Manajemen stres dalam beberapa hal terkait dengan kedewasaan atau kebiasaan. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang manajemen stress pada para mahasiswa tersebut disebabkan karena faktor latar belakang budaya, pemahaman agama, lingkungan pergaulan (komunitas atau masyarakat), dan pengalaman.

(4)

PROFESI Volume 11 / Maret

Agustus 2014

11

Responden dalam penelitian ini berumur 18-19 tahun sebanyak 47 mahasiswa, jenis kelamin yang diteliti sebagian besar berjenis

kelamin perempuan sebanyak 48

mahasiswi.Menurut hasil penelitian diketahui bahwa 27 mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Menurut hasil disimpulkan bahwa ada kecenderungan semakin bertambah umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin baik.Menurut hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan

mahasiswa kelas I program studi D III keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta adalah cukup.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan

peneliti lain dapat melanjutkan atau

mengembangkan dengan meneliti lebih jauh bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan tentang manajemen stres misalnya, seperti hubungan antara manajemen stres dengan

kepribadian seseorang, atau pengaruh

manajemen stres terhadap kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

2. Dalami, E. 2010. Konsep Dasar

Kepera watan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

3. Hidayat, A.A. 2004. Konsep Dasar

Kepera watan, Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.

4. Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Referensi

Dokumen terkait

Family Gathering merupakan salah satu program kegiatan rutin yang dilakukan oleh PT Jawa Pos Media Televisi Surabaya (JTV) setiap. tahunnya yang wajib diikuti oleh

Bahan ajar aljabar linier berbasis nilai-nilai keislaman dengan pendekatan saintifik secara keseluruhan telah melalui tahapan-tahapan validasi oleh para ahli materi,

Nilai Stress yang dianjurkan maksimal 0,25 agar penyimpangan model masih dapat ditolerir/diterima (Fauzi dan Anna, 2005). b) Analisis Nilai Keberlanjutan Pengelolaan: diperoleh

Nilai indeks kuning telur pada telur puyuh 0,36 yang menandakan telur masih segar, sedangkan pada telur omega 3 adalah 0,08 yang menandakan telur sudah tidak segar

Istilah akuntansi manajemen /management control system (MCS), sistem akuntansi manajemen mengacu kepada penggunaan sistematik akuntansi manajemen untuk mencapai

“Lalu, tanpa adanya mata, wujud dan kesadaran melihat (penglihatan), tiada landasan (thana) untuk melabel (menyebutkan) sebutan ‘kontak.’ Tanpa adanya landasan untuk

Pajak penghasilan tangguhan diakui dengan menggunakan balance sheet liability method untuk semua perbedaan temporer antara dasar pengenaan pajak atas aset dan liabilitas

Dengan demikian, kedudukan level filosofis yang terlibat pada pengintergrasian nilai Islam dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDIT Adzkia Padang semula sempat