• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA INDUSTRIALISASI : PENGORGANISASIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KASUS KERENTANAN KEHIDUPAN KOMUNITAS DUSUN SUMBERARUM KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA INDUSTRIALISASI : PENGORGANISASIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KASUS KERENTANAN KEHIDUPAN KOMUNITAS DUSUN SUMBERARUM KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA

INDUSTRIALISASI

(Pengorganisasian Untuk Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kasus

Kerentanan Kehidupan Komunitas Dusun Sumberarum

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban)

SKRIPSI

diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

dalam Bidang Pengembangan Masyarakat Islam

Oleh:

Anis Fitria

B52212029

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

(2)

TTf,nllffATAH

KEA$IIAN

"ag

d

beunnh

ini:

Nea

NIM

Psodi

Fakulm

Anis

Fiuia

Bl?Ena?g

Pengemhngro

h{syarakd Isltrl

Dakwah dan llmu

Kornunik$i

Menyoakm

ffiim

ikripsi

itri benar+cmr

korya saya

seldiri dad hasl

pcaetitim"

I(lcudi

krfipm

yang

dfuql*

srnnbernya

Suabaya, 4 Agusnn 2016

Yuglilemh$Furrlmffit

Aniq

Fiuiq

NIM B5N'2V29

(3)

PNRSETUJUAN

PEMBIMBING

: Ani$

Fitia

:852?12029

Prodi

: Pengenrkngan Masyarakat Islam

Jtdul

slffiFr :KESEIAHTIRAAN

MASYARAKAT

pAscA

INDUSTRIALISASI

(Pengorganisasian

Untuk

Penrbendayaan

Masyarakat Terhadap Kasus Kerentanan Kehidupan Komrnitas

Dusun $umberanrm Kecamatan

Ket*

Kabupateir Tuhan)

Skripst oleh

Anis Fitria

ini, telah

dipedksa

dan disetujui

oleh

dosen punbimbing untuk

diujikail,

$nabalq

4 Agushrs 2016
(4)

PEISGST$,IIEilH

Tmil

PENGILIT

tfr*

Agfu'Fieia,

fttr'effi

dtu{iikNn

tu

@d

dipertenlon

di

@u

fdleggnt

t6

Agg$t$ ?016, di

UIN

$rman

Anpst

Srrabayu

tUengu$hq

F

hesrahdenllmuKomrmikasi

Perrgtdi

IV,

sx6q

Dra Prdii

Rahrnaural lr{-Kes

NrP- t967t)325t994032902 NIP, I 959t!3 t 7t 99403

t00t

(5)

KEMENTERIAN

AGAMA

TINTYERSITAS

ISLAM

NEGERI

SUNATT

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAFI

Jl- Jend. A. yani l1T surabaya 6a?57 Telp.03t-8431972 Fax.03l_8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruAN

PUBLIKASI

KARYA ILMIAH

TINTT]K KEPENTINGAN

AKADEMIS

sebagai sivitas akademika

uIN

sunan Ampel surabay4 yang bertandatangan

di

bawah

ini,

saya:

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan E-mail address

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk

memberikan kepada perpustakaan

IJS

Sunan Ampel Surabaya" Hak Bebas

Rovulti

i.ron-ntst<tusif atas

r.u.yuir*iur, ,

rttkipsi

EI Tesis

E

Desertasi

n

Lain_lain(...:...

...)

yang berjudul :

ft.lvlsyw.

pw.t:s&.t...ts:.le.dst

..t*u:

.. fsrsn..tutgt,...tsl.ofupn....kr..t't.%...

Beserta perangkat

rng

dlperlukan

(bila

ada). Dengan

Hak

Bebas Royalti Non-Ekslusif

ini

Perpustakaan

UIN

Sunan

ampet

t*;o"t

u"trr* ni"nvi*pur,"

mengalih-media

/

format-kan,

mengelolanya

dalam

.b-..F*

puttgk;*

data (aut"b*"1,

*inairniuurikannya"

dan

menampilkan

/

mempublikasikannya

di

Internet atau-meaia

hin

secara-falltext untuk

kepentingan

tanpa perlu meminta

tj!

fu

r*

*r*r"

ff"p""ifrk**t*

nama saya sebagai penulis / pencipta dan atau

p"rr.ibit

vag

u"rrangkutao.

saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak perpustakaan

uIN

sunan

Ampel

surabay4

t"gulu

6entuk tuntutan hukum yang

timbul

afas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang sayabuat dengan sebenarnya

Stnabaya"

22

AgutLus

eotb

Penulis

(6)

ABSTRAKS

Anis Fitria, KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA INDUSTRIALISASI (Pengorganisasian Untuk Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kasus Kerentanan Kehidupan Komunitas Dusun Sumberarum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban)

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah kerentanan kehidupan komunitas Dusun Sumberarum dampak dari subuah industrialisasi. Dengan fokus masalah, kondisi kesejahteraan komunitas masyarakat ring satu PT Semen Indonesia, pola pendampingan yang dapat dilakukan untuk penanganan problem kesejahteraan masyarakat di ring satu PT Semen Indonesia, dan proses dan perubahan sosial dalam pendampingan komunitas masyarakat ring satu PT Semen Indonesia. Teori ini menggunakan teori Karl Marx tentang alienasi (keterasingan) untuk menganalisis masalah kerentanan kehidupan masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitianParticipatory Action Risearch (PAR). Dengan langkah-langkah proses pemecahan masalah antara lain : Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancang strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada masyarakat untuk berdaya dari keadaan yang mengancam dari dampak lingkungan, kesehatan, dan perekonomian yang rendah. Karena keadaan tersebut membuat masyarakat semakin rentan dari lingkungan dan kearifan sosial dan budayanya.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka dibentuk kelompok “Gemar Ngaji” sebagai wadah perubahan sekaligus motor penggerak masyarakat untuk berdaya dari kehidupannya yang mengancam. Melalui tim fasilitaor tersebut, bersama masyarakat sepakat untuk melakukan aksi perubahan. Melalui program-program pembentukan koperasi Rakyat Kecil untuk membantu masyarakat agar bisa produktif kembali. Pembentukan koperasi tersebut untuk menyelamatkan perekonomian masyarakat yang semakin rendah. Dengan demikian, masyarakat bisa tetap bertahan dalam menjani kehidupan di wilayah industri.

Aksi Perubahan selanjutnya adalah gerakan penghijauan sebagai bentuk peduli terhadap kesehatan masyarakat juga kualitas lingkungan sekitarnya. Hidup berdampingan dengan pabrik semen tentu akan mengancam kesehatan masyarakat juga lingkungannya. Jadi, aksi tersebut merupakan langkah awal untuk menyelematkan masyarakat dari gejolak industrialisasi di wilayahnya. Meskipun hidup dengan penuh keterbatasan, namun jika masih diberikan sehat. Bagi masyarakat itu sudah cukup membuat mereka sejahtera. Jika sehat, masyarakat masih bisa berusaha mencari uang untuk kebutuhan sehari-harinaya. Tanpa harus menggantungkan hidupnya pada pihak lain secara terus menerus. Aksi tersebut, juga memberikan manfaat diantaranya adalah mengembalikan budaya tolong menolong dan peduli antar sesama yang sudah mulai pudar.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

PERNYATAAN KEASLIAN...iii

MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR DIAGRAM ...xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Problem...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Strategi Pendampingan...11

F. Sistematika Pembahasan ...14

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembangunan dan Industrialisasi ...22

B. Dampak Industrialisasi Pada Kehidupan Masyarakat...26

C. Pendampingan Kaum Marginal...30

D. Islam dan Keberpihakan Pada Kaum Lemah ...35

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN

A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan ...40

B. Ruang Lingkup Penelitian...42

C. Prosedur Penelitian...42

D. Subyek Penelitian...52

E. Teknik-teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ...52

F. Teknik Analisis Data ...55

G. Teknik Validasi Data ...57

H. Stakeholder...58

I.

Jadwal Penelitian...61

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Geografis ...62

B. Kondisi Demografi...65

C. Kondisi Ekonomi ...66

D. Kondisi Pendidikan ...74

E. Kondisi Kesehatan ...76

(9)

BAB V KERENTANAN KEHIDUPAN KOMUNITAS DUSUN

SUMBERARUM

A. Marginalisasi Ekonomi Masyarakat Sumberarum ...81

B. Hilangnya Sumber Mata pencaharian Masyarakat ...81

a. Akses Pekerjaan Tertutup ...90

b. Ketidakberdayaan Kelas Bawah...99

C. Menurunnya Kualitas Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat ...101

a. Terancamnya Lingkungan untuk Generasi Masa Depan ...106

b. Menurunnya Kualitas Udara...111

D. Hilangnya Karakter Budaya Asli Masyarakat...120

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN DAN AKSI

PERUBAHAN

A. Membangun Komunikasi Melalui Kearifan Lokal Masyarakat...127

B. Menyepakati Agenda Riset ...131

C. Mendiskusikan Problem Komunitas ...133

D. Pembentukan Tim Fasilitator ...138

E. Merencanakan Tindakan Mencari Solusi ...142

F. Pembentukan Koperasi Rakyat Kecil...144

G. Gerakan Penghijauan Lingkungan ...153

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN DAN PENGORGANISASIAN

A. Masyarakat Juga Bisa Melakukan Penelitian...158

B. Berdaya Dimulai dari Berani Melakukan Aksi Perubahan ...161

(10)

D. Pembelaan Kaum Marginal dalam Persepektif Islam ...171

BAB IX PENUTUP

A. Kesimpulan ...172

B. Rekomendasi ...173

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kecamatan Kerek...48

Gambar 4.2 : Tanaman yang Terselimuti Debu PT SI...58

Gambar 4.3 : Sawah di Area PT SI dan Sawah di Area Non Industri...62

Gambar 4.4 : Lokasi Penambangan Kapur PT SI ...70

Gambar 4.5 : Data Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan...89

Gambar 5.5 : Rumah Mbah Warsimah...11

Gambar 5.6 : Proses Bangunan Kontrakaan Milik Salah Satu Warga Sumberarum

Gambar. 6.4 :

Proses Pendekatan dan Diskusi Peneliti dengan Ibu-ibu

... 13

Gambar. 6.5

: Proses Pembentukan Tim Motor Penggerak dan Diskusi

Bersama ... 13
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kriteria Pendampingan...44

Tabel.3.2 : Analisis StakeHolders ...50

Tabel.3.3 : Jadwal Penelitian dan Pendampingan ...52

Tabel.4.1 : Angka Kematian dan Kelahiran Masyarakat Desa Sumberarum ...57

Tabel.4.2 : Jumlah Bangunan Perdagangan / jasa ...58

Tabel.4.3 : Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sumberarum...58

Tabel.4.4 : Tingkat Pendidikan Masyarakat Sumberarum ...59

Tabel.5.1 : Analisa Perubahan Luas Lahan dan Produksi ...73

Tabel.5.2: Jenis Keterampilan dan Pendidikan Masyarakat Desa Sumberarum ...83

Tabel.5.3: Jenis Keluhan Kesehatan Masyarakat Desa Sumberarum ...1

Tabel.5.4 : Karakteristik Rumah Masyarakat Desa Sumberarum ...11

Tabel 6.1 : Daftar Nama Pengurus Kelompok Gemar Ngaji ...12

(13)

DAFTAR GRAFIK/BAGAN

Bagan 4.1: Transek Wilayah Desa Sumberraum...57

Bagan 5. 1 Analisis Pohon Masalah ...78

Bagan 6.1: Diagram Masalah yang Terjadi di Desa Sumberarum ...89

Bagan 6.2 Analisis Pohon Harapan ...12

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Konteks Problem

Negara modern umumnya identik dengan negara industri yang memiliki

peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara. Industrialisasi adalah

suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah sistem pencaharian

masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.1 Kemajuan di bidang

industri merupakan pengaruh dari proses globalisasi dan konsep kapitalis.

Globalisasi membawa konsekuensi yang cukup rumit bagi setiap negara,

terutama negara-negara berkembang, karena globalisasi menyebabkan dunia

menjadi tanpa batas.

Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Tuban terdapat lima

kecamatan yang diproyeksikan menjadi kawasan peruntukan industri dengan

skala besar. Lima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tambakboyo, Jenu,

Merakurak, Kerek, dan Soko.2 Di lima kecamatan inilah tempat berdiri

pabrik-pabrik yang berskala nasional maupun internasional, seperti pabrik

Semen Indonesia (Merakurak dan Kerek), Semen Holcim (Tambakboyo),

Petrochina (Soko), PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan

Pertamina (Jenu). Berdirinya pabrik-pabrik ini berakibat langsung pada dunia

pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan warga setempat.

1

Wihana Kirana,Ekonomi Industri edisi 2( Yogyakarta: BPFE,2002), Hal.40.

2

Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2012–2032, Hal.38.

(15)

2

Investasi dibidang industri secara langsung telah berdampak pada

perkembangan ekonomi dalam skala makro maupun mikro. Perkembangan

sektor industri telah memberikan kontribusi yang besar pada PDRB

Kabupaten Tuban. Tahun 2014 sebesar Rp 6,62 Trilyun atau memberikan

sumbangan sebesar 23,98% terhadap PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto).3Banyaknya sektor industri di Kabupaten Tuban tentunya diharapkan

berpengaruh positif pada ketersediaan lapangan kerja, serta meningkatnya

pendapatan asli daerah merupakan salah satu indikator positif kemampuan

pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan warganya.

Di sisi lain dengan berkembangnya wilayah industri tentu dapat

menimbulkan dampak negatif yang cukup serius, baik terhadap lingkungan

maupun sumber daya manusia itu sendiri. Dampak negatif terhadap aspek

manusia di antaranya adalah sifat konsumeristik, perubahan budaya

masyarakat, marginalisasi pekerjaan, pemudaran modal sosial seperti gorong

royong, kesenjangan sosial anatara si kaya dan si miskin, dan sifat

individualistik. Sedangkan dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya,

pencemaran udara, kelangkaan sumber daya alam, pencemaran air,

pencemaran tanah, dan lahan pertanian semakin berkurang.4

Jed Greer dan Kenny Bruno menyatakan bahwa perusahaan

transnasional yang semakin mengglobal telah mendominasi dan terus

memperluas pasarnya. Mereka pun mengklaim sebagai perusahaan ramah

3

Kabupaten Tuban dalam Angka Tahun 2015, Hal. 130.

4

Wahyu Purnomo, Dampak Industrialisasi Terhadap Masyarakat,

(16)

3

lingkungan, sahabat dan pemimpin perjuangan untuk menghapus kemiskinan.

Namun ideologi lingkungan mereka tidak lebih hanya sekedar kamuflase

(penyamaran).5

Jika ekspansi industri terus menerus dibiarkan tanpa kendali, maka

selanjutnya yang pasti terjadi adalah kerusakan lingkungan yang makin parah

dan meluas, melebarnya lobang dalam lapisan ozon, polusi udara, permukaan

air laut terus meninggi, rusaknya susunan tanah akibat pupuk berlebihan,

serta terancamnya keanekaragaman hayati dan yang paling menyesakkan jiwa

adalah tergusurnya komunitas setempat beserta kearifan sosial dan

budayanya.

Industrialisasi juga menimbulkan perubahan radikal dalam jalinan relasi

sosial kerja. Dengan mengalihkan pekerjaan dari buruh ke mesin canggih,

kelas pemilik modal berhasil meningkatkan produksi dan sekaligus

melemahkan secara langsung posisi tawar kaum pekerja. Sebagaimana yang

terjadi pada masyarakat Tuban pada area perusahaan yang merasakan

dampak adanya industrialisasi. Hal lain dari dampaknya adalah kerentanan

kehidupan dan keterasingan pada masyarakat. Ini terjadi karena kebanyakan

masyarakat tidak mampu beradaptasi dengan iklim industrialisasi, khususnya

masyarakat yang memiliki pendidikan rendah dan juga ketrampilan yang

terbatas, sehingga mereka tidak mampu bergejolak dalam dunia industri.6

Dampak industrialisasi yang demikian itu juga dirasakan oleh masyarakat

5

Jed Greer dan Kenny Bruno, Penerjemah Soediro,Kamuflase Hijau Membedah Ideologi Lingkungan Perusahaan-Perusahaan Transnasional(Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998), Hal. 25.

6

(17)

4

Dusun Sumberarum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, akibat dari

berdirinya industri PT Semen Indonesia pada tahun 1994.7 Pada tanggal 16

November 1994 merupakan awal kerjasama perjanjian antara pabrik semen

dengan Fuller International, untuk pembangunan perluasan keempat, yaitu

pabrik Semen Unit III di Kabupaten Tuban (Tuban I) yang berkapasitas 2,3

juta ton per tahun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24

September 1994.8

Salah satu alasan didirikannya Unit III di Tuban ini adalah struktur

geografis wilayah Tuban dan sekitarnya, yaitu pegunungan kapur yang

mempunyai kemungkinan dilakukan penggalian bahan baku sampai dengan

seratus tahun mendatang. Pada saat ini pabrik yang beroperasi adalah Unit III,

sedangkan untuk Unit I dan II beroperasi sebagai finishing dan analisa

(laboratorium) saja.9

Faktanya yang terjadi tanpa mereka sadari, industri pabrik tidak akan

menerima semua masyarakatnya untuk menjadi buruh di pabrik tersebut.

Sehingga tidak semua masyarakat Dusun Sumberarum dapat merasakan akses

bekerja di pabrik tersebut apalagi sampai berkembangnya perekonomian

mereka.

PT Semen Indonesia masuk dengan membawa visi menjadi perusahaan

persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. Hal itu tentu

diharapkan membawa dampak bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Karena

7

Andika, Profil PT Semen Indonesia,http://sir.stikom.edu/248/5/BAB%2011.pdf, Diakses tanggal 18 maret 2016 Pukul :12:00 WIB.

8

Ibid.

9

(18)

5

PT Semen Indonesia bukan lagi industri kecil yang ada, melainkan industri

besar milik Negara (BUMN). Bertetangga dengan ‘raksasa besar’ perusahaan

tersebut, tidak menjamin masyarakat sekitarnya dapat merasakan

kesejahteraan sosial sebagaimana yang diasumsikan masyarakat pada

umumnya. Menyusutnya lahan-lahan pertanian di sebagian besar

wilayah-wilayah Indonesia merupakan wacana yang sudah tidak asing lagi untuk

didengar. Salah satunya yang terjadi di Dusun Sumberarum, kondisi tersebut

tidak dapat terelakan lagi dalam era kapitalisme. Manusia sebagai penghuni

wilayah pedesaan tidak dapat disalahkan secara obyektif dan bukan pula

tersangka tunggal dari kemerosotan lahan yang ada. Hak dasar sebagai

mengelola, memiliki juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada tidak

sepenuhnya dapat dirasakan oleh semua masyarakat yang ada di desa karena

beberapa faktor. Salah satunya adalah keterbatasan keahlian dan pengetahuan

masyarakat desa.

Pancasila sebagai sumber nilai dan hukum di Indonesia menyatakan

dengan jelas bahwa Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah

cita-cita dan tujuan bernegara. Negara mempunyai kewajiban untuk

mewujudkan serta meningkatkan kesejahteraan umum warga negaranya10.

Kesejahteraan adalah hak semua warga negara, yang harus dipenuhi oleh

10

Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945” Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan”.

14

Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 “ Bumi dan air dan kekayaan alam yangterkandung

(19)

6

negara melalui pengelolaan sumber daya alam yang manfaatnya digunakan

sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat.11

Edi Suharto berpendapat bahwa kemiskinan struktural adalah

kemiskinan yang terjadi bukan dikarenakan ketidakmampuan si miskin untuk

bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial

dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin

dapat bekerja. Sedangkan kemiskinan jika ditinjau dari teori demokrasi-sosial

yang menekankan bahwa kemiskinan adalah masalah struktural. Kemiskinan

disebabkan oleh ketimpangan pada struktur ekonomi, ketidakadilan sosial dan

masalah-masalah politik pada suatu negara.12

Praktisi pendidikan masyarakat Paulo Freire, menjelaskan realitas ini

sebagai gambaran kehidupan nyata yang tidak manusiawi. Kaum tertindas

yang tidak dimanusiawikan, karena dibuat tidak berdaya dan dibenamkan

dalam “kebudayaan bisu”.13 Gambaran berbagai kasus yang terjadi pada

masyarakat Sumberarum merupakan bentuk dari ancaman tergusurnya

masyarakat dari lingkungan serta kearifan sosial budaya mereka sendiri.14

Kehidupan mereka menjadi rentan yang mancakup beberapa aspek seperti

budaya, ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Indikator dari permasalahan

tersebut diantaranya adalah tidak dilibatkanya masyarakat setempat dalam

penentuan atau kebijakan untuk dampak yang terjadi. Seperti melibatkan

masyarakat dalam penanganan dampak pada lingkungan.

12

Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,(Jakarta: Refika Aditama,2005), Hal. 138-139.

13

Paulo Freire,Pendidikan Kaum tertindas,(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), Hal.14.

14

(20)

7

Proses tergusurnya masyarakat dari lingkungan dan kearifan sosial

budaya sampai pada masalah kerentanan kehidupan mereka oleh pabrik

semen menjadi penting untuk diketahui karena hal tersebut mempengaruhi

tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai wilayah ring satu PT Semen

Indonesia. Bagi masyarakat pedesaan hal tersebut merupakan sesuatu yang

krusial bagi perkembangan kehidupan secara sosial, ekonomi, dan budaya

warga setempat baik untuk sekarang atau kedepannya. Untuk kepentingan

inilah penelitian ini dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti selama proses

pendampingan adalah:

1. Bagaimanakah kondisi kesejahteraan komunitas masyarakat ring satu PT

Semen Indonesia?

2. Bagaimanakah pola pendampingan yang dapat dilakukan untuk

penanganan problem kesejahteraan masyarakat di ring satu PT Semen

Indonesia?

3. Bagaimanakah proses dan perubahan sosial dalam pendampingan

komunitas masyarakat ring satu PT Semen Indonesia?.

C. Tujuan Penelitian

Dari penelitian dan pendampingan ini diharapkan dapat menemukan

pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan dapat

diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh masyarakat dan

(21)

8

dengan harapan kedepanya mampu berdaya dalam aspek yang lain. Diantara

tujuan pendampingannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dampak atau pengaruh dari pendirian industri PT

Semen Indonesia terhadap kesejahteraan masyarakat Dusun Sumberarum

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban Semen Indonesia.

2. Untuk mengetahui pola pendampingan untuk penanganan problem

kesejahteraan masyarakat ring satu industri PT Semen Indonesia di

Dusun Sumberarum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

3. Untuk mengetahui perubahan kehidupan masyarakat ring satu selama

proses atau pasca pendampingan di Dusun Sumberarum Kecamatan

Kerek Kabupaten Tuban.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan

pengalaman khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat.

b. Untuk dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat di bangku

perkuliahan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak terutama

bagi mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta UIN Sunan Ampel.

(22)

9

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada

masyarakat umum khususnya masyarakat Dusun Sumberarum

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban mengenai kerentanan kehidupan

kesejahteraan masyarakat yang terjadi di Dusun Sumberarum

Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.

b. Bagi peneliti, dapat memberikan kontribusi yaitu menambah

pengetahuan dan wawasan serta pengalaman pada saat pendampingan

di lapangan.

E. Strategi Pendampingan

Strategi pendampingan merupakan proses awal yang penting untuk

diketahui agar proses pendampingan sesuai dengan harapan bersama.

Diperlukan strategi yang tepat agar program yang diharapkan sesuai dengan

rencana dan terlaksana bersama komunitas lokal. Strategi pendampingan ini

mengacu pada konsep PAR.15 Berikut langkah strategi dalam pendampingan

pada masyarakat Dusun Sumberarum yang dilakukan oleh peneliti:

1. To Know(Mengetahui Kondisi Masyarakat)

Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah proses inkulturasi, yaitu

membaur dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan. Membaur

dalam hal ini bukan sekedar berkumpul dengan mereka, namun juga untuk

mengetahui realitas yang terjadi di Dusun Sumberarum. Dalam strategi ini,

15

(23)

10

peneliti akan membaur dengan masyarakat dengan terlibat secara langsung

dalam kehidupan kelompok masyarakat.

2. To Understand(Memahami Problem Komunitas)

Tahap memahami merupakan tahap kedua yakni menelusuri

persoalan utama masyarakat. Maka langkah yang ditempuh analisis

bersama masyarakat melalui proses Focus Group Discussion (FGD) untuk

mempermudah teknis analisis. Sekaligus membelajarkan pada masyarakat.

Pada strategi ini, peneliti akan mengamati dan mengidentifikasi realita

yang terjadi pada masyarakat, dengan melihat keluhan-keluhan yang

datang dari masyarakat. Peneliti juga akan mendiskusikan pada

masyarakat untuk menemukan fokus masalah. Dari strategi ini juga

peneliti akan mempertanyakan terus menerus mengenai masalah yang

terjadi dan memverivikasinya.

3. To Plan(Merencanakan Pemecahan Masalah Komunitas)

Tahap To Plan merupakan tahap yang dilakukan untuk

merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahap ini sangat ditentukan oleh

proses sebelumnya dalam merumuskan masalah, sebab pemecahan

masalah harus didasarkan atas rumusan masalah yang sudah disepakati

melalui FGD. Untuk merencanakan suatu permasalahan yang terjadi di

masyarakat, peneliti mendiskusikan bersama masyarakat rencana apa yang

akan dilakukan untuk tahap penyelesaian masalah yang telah terjadi.

(24)

11

Tahap ini yaitu melakukan aksi program sebagai pemecahan

problem social. Tentu saja pilihan program praktis harus sesuai dengan

hasil analisis problem sosialnya dan perencanaan strategis yang telah

disusun. Sehingga pelaksanaan program tidak memberatkan komunitas,

tetapi justru menciptakan kondisi yang terbagun dalam kesatuan yang

saling gotong royong sebagai tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat

selama ini.

5. To Reflection and To Change(Penyadaran dan Perubahan)

Setelah melewati 4 tahap, yang terakhir adalah melakukan refleksi

atas hasil proses dalam pendampingan di lapangan. Refleksi ini bukan

hanya untuk peneliti tetapi dilakukan bersam komunitas, sehingga

terbangun pembelajaran untuk mengkritisi kembali hal-hal yang pernah

dilakukan dan pelajaran apa yang bisa diambil untuk menapak kedepan.

Sekaligus perubahan apa yang terjadi setelah pendampingan. Dengan

demikian dibangunlah sebuah komitmen untuk melanjutkan program

untuk menapak perubahan sehingga tidak terjadi keterputusan.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam laporan penelitian ini, yang dibahas dalam laporan antara lain:

Pada bab pertama, yang dibahas dalam penelitian adalah pendahuluan.

Pendahuluan tersebut berisi realitas problem yang terjadi di Sumberarum,

fokus pendampingan yang akan diteliti di Dusun Sumberarum, tujuan

pendampingan di Dusun Sumberarum, manfaat penelitian bagi peneliti,

(25)

12

berisi gambaran masalah yang terjadi secara nyata yang ada di masyarakat

Dusun Sumberarum. Fokus pendampingan berisi rumusan masalah tentang

pendampingan terhadap masyarakat Dusun Sumberarum dalam mengurangi

adanya dampak pembangunan industrialisasi. Kemudian strategi

pendampingan merupakan langkah-langkah yang digunakan selama proses

penelitian yang dilakukan di Dusun Sumberarum.

Bab kedua ini berisi kajian pustaka yaitu berisi teori-teori yang

berkaitan dengan pembahasan dalam pendampingan. Teori yang digunakan

yang pertama ada teori pembangunan dari David C Corten, teoriTricle Down

Effect, Teori Karl Marx tentang alienasi atau keterasingan juga teori

keberpihakan pada kaum lemag yang dikaji dalam perspektif Islam. Dengan

adanya teori yang dikaji dalam laporan pendampingan, maka ada landasan

yang dijadikan dasar dalam proses pendampingan dalam menganalisis

permasalahan yang ada di masyarakat Sumberarrum.

Pada bab ketiga ini berisi metode dan strategi pendampingan. Metode

pendampingan berisi metode dalam cara kerja PAR, berisi teknik PAR

dengan menggunakan PRA, cara kerja PRA serta teknik-tekniknya serta

pengaplikasiannya di lapangan. Sedangkan strategi pendampingan berisi

strategi dalam melakukan pendampingan yang dilakukan di Desa

Sumberarum.

Bab keempat berisi profil lokasi pendampingan. Profil lokasi

pendampingan berisi profil lokasi mengenai letak geografi Desa

(26)

13

kesehatan, serta pembangunan di Desa Sumberarum. Letak geografi berisi

gambaran letak Desa Sumberarum. Demografi berisi keadaan masyarakat

Desa Sumberarum seperti jumlah masyarakat, jumlah KK, dan sebagainya.

Kondisi ekonomi berisi perekonomian masyarakat Desa Sumberarum yang

mencakup berbagai bidang seperti pertanian, perdagangan maupun jasa.

Pendidikan berisi infrastruktur sekolah di Desa Sumberarum serta tingkat

pendidikan yang didapatkan masyarakat Desa Sumberarum. Agama dan

budaya berisi kegiatan keagamaan dan infrastruktur yang menunjang kegiatan

keagamaan serta budaya yang ada. Kesehatan berisi tingkat kesehatan dan

fasilitas kesehatan yang ada, masalah yang terjadi selama kurun waktu

tertentu sampai bantuan yang didapatkan. Sedangkan pembangunan berisi

bangunan yang pernah dibangun baik oleh masyarakat sendiri maupun

pemerintah.

Pada bab kelima, berisi tentang analisis masalah yang ada di Dusun

Sumberarum. Antara lain masalah lingkungan, kesehatan, sosial, aspek

manusia serta masalah ekonomi masyarakat. Mengurai data yang ada dan

menjelaskan permasalahan utama masyarakat yakni Kerentanan kehidupan

komunitas Sumberarum. Pada masalah lingkungan yang diteliti yaitu kondisi

lahan pertanian maupun hasil panen masyarakat pasca industrialisasi.

Masalah kesehatan yaitu berapa banyak masyarakat yang mengalami

gangguan pernafasan akibat dari polusi debu semen. Masalah ekonomi berisi

kondisi perekonomian masyarakat pasca industrialisasi baik masyarakat

(27)

14

yang ada. Pada bab lima ini juga berisi pohon masalah yang digunakan untuk

menganalisis berbagai gambaran kasus yang terjadi di Dusun Sumberarum.

Bab keenam berisi dinamika proses pendampingan dan aksi. Dinamika

proses pendampingan berisi pendampingan yang dilakukan di lapangan. Yang

dilakukan dari awal hingga aksi yang dilakukan di lapangan, berisi data-data

lapangan yang didapatkan. Isi dari dinamika proses pendampingan meliputi

proses inkulturasi bersama masyarakat Dusun Sumberrum, penyatuan visi

dan misi dalam menentukan agenda riset, identifikasi masalah bersama

masyarakat, analisis masalah Dusun Sumberarum, perencanaan aksi dalam

bentuk pohon harapan, serta proses aksi perubahan di Dusun Sumberarum.

Bab ketujuh berisi refleksi teoritis, empiris juga kritis. Refleksi teoritis

berisi hasil pendampingan yang dikaitkan dengan teori yang digunakan serta

dianalisa terhadap kaitannya dengan masalah yang ada. Refleksi kondisi

realitas yang terjadi di lapangan, kemudian bagaimana kembali dianalisa dari

pikiran yang kritis. Serta analisis kendala-kendala dalam bentuk kesimpulan

sebagai proses pembelajaran bagi peneliti.

Pada bab ke-delapan ini berisi penutup yakni kesimpulan dari laporan

yang telah dikerjakan. Simpulan berisi jawaban dari fokus

pendampingan/penelitian serta berisi proses yang dilakukan dalam

pendampingan dan hasil dari pendampingan.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi referensi-referensi yang digunakan dalam

(28)

15

Lampiran

Lampiran berisi laporan tambahan yang tidak masuk dalam laporan

pendampingan.

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk menelaah lebih komprehensif, maka peneliti berusha untuk

melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu yang memiliki nilai

yang relevan terhadap pendampingan yang dilakukan, dan juga menggunakan

sumber yang relevan serta literatur yang dapat memperkuat proses

pendampingan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Nur Afifah pada tahun 2014

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dalam bentuk

jurnal Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014 tentang “Dampak Negatif Industri

Pt. Semen Indonesia Terhadap Masyarakat Desa Temandang”. Dalam jurnal

tersebut dijelaskan berbagai dampak yang terjadi di Desa Temandang yang

mencakup berbagai aspek seperti kesehatan, manusia dan lingkungan.

Pertama, penelitian oleh Wiwin Nur Afifah tersebut fokus pada proses

sosial industri yang terjadi di Temandang, dampak negatif yang terjadi di

Temandang dan respon masyarakat terhadap dampak negatif yang diterima.

Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk

mengeksplorasi fenomena sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat,

dan waktu. Dengan menggunakan pendekatan stuktural konflik Ralf

(29)

16

Hasil dari penelitian tersebut bahwa industrialisasi diikuti oleh proses

asosiatif dan disasiatif. Proses asosiatif ini dilakukan karena kedua belah

pihak baik aparatur desa maupun pihak perusahaan semen sama-sama

diuntungkan, sehingga aparatur desa menerima kehadiran PT. Semen

Indonesia. Sedangkan proses sosial disasosiatif berupa kontravensi yang

dilakukan oleh masyarakat yang terkena terhadap PT. Semen dampak dalam

proses pembebasan lahan. Respon masyarakat Desa Temandang terhadap

dampak negatif yang diakibatkan oleh PT. Semen Indonesia yaitu masyarakat

hanya pasarah dengan keadaanya dan juga masyarakat tidak berani menuntut

terhadap pabrik besar tersebut.

Persamaan: Sama-sama membahas perubahan sosial kehidupan

masyarakat dari adanya industri PT Semen Indonesia. Sekaligus sama-sama

mengkaji dampak negatif dan positifnya terhadap masyarakat sekitar industri.

Perbedaan: Penelitian yang dilakukan Oleh Wiwin Nur Afifah lebih

menekankan pada analisa pada teori konsepsi Dahrendorf. Sedangkan

peneliti fokus pada kasus kerentanan kehidupan masyarakat yang

mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Penelitian Wiwin juga

menggunakan metode kualitatif sedangkan peneliti menggunakan pendekatan

PAR yang tidak hanya fokus terhadap analisa masalah melainkan juga aksi

perubahan.

Kedua, penelitian tentang Analisis Konsentrasi Debu Dan Keluhan

Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Pabrik Semen Di Desa Kuala Indah

(30)

17

Taufik Ashar serta Devi Nuraini Santi, Program Sarjana Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Departemen Kesehatan Lingkungan.

Juga menjelaskan mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat dari debu pada

kesehatan masyarakat.

Penelitian tersebut fokus terhadap dampak industri pada kesehatan

masyarakat yang dikaji dalam ilmu kesehatan. Metode yang digunakan yaitu

menggunakan desain cross-sectional yang bersifat deskriptif, dengan

mengetahui konsentrasi debu yang lebih cenderung pada analisa angka-angka.

Inti dari hasil penelitian tersebut bahwa konsentrasi debu yang terjadi di

Desa Kuala Indah cukup bahaya.

Persamaan: Sama-sama membahas dampak industri pabrik semen

terhadap kesehatan masyarakat sekitar.

Perbedaan: Masalah kesehatan yang dikaji oleh peneliti hanyalah salah satu

indikator dari gambaran masalah yang ada. Bukan menjadi fokus pembahasan

utama. Metode yang dilakukan juga berbeda, yang digunakan oleh peneliti

yaitu pendekatan PAR. Sehingga analisa masalah kesehatan masyarakat

masih sederhana dengan menggunakan Survey Rumah Tangga dan berbagai

sumber yang masih jauh dari ukuran ilmu kesehatan pada umumnya.

Penelitian tentang Pemulung di Desa Sukorejo Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang Dan Partisipasinya Dalam Menciptakan Kebersihan

Lingkungan Oleh Puji Lestari Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum Dan

(31)

18

tersebut menjelaskan bagaimana kontribusi pemulung terhadap kebersihan

lingkungan.

Penelitian yang dilakukan Oleh Puji Rahmawati tersebut fokus terhadap

profil pemulung yang mencakup berbagai bidang seperti ekonomi,

pendidikan maupun agama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu metode kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut bahwa perekonomian

masyarakat masih cenderung memprihatinkan namun begitu masyarakat

memiliki status sosial yang baik dengan pemulung yang lain.

Pemulung-pemulung tersebut juga memberikan kontribusi terhadap kebersihan

lingkungan, sebab dengan adanya pemulung banyak sampah yang mereka

ambil sehingga hal tersebut berdampak pada kebersihan lingkungan.

Persamaan: sama-sama membahas tentang kehidupan pemulung yang

ditinjau dari sisi ekonomi.

Perbedaan: pemulung yang dikaji oleh Puji Rahmawati yaitu pemulung yang

mencari sampah di berbagai tempat yang merupakan pekerjaan mereka setiap

harinya. Sedangkan yang dikaji oleh peneliti yaitu pemulung limbah pabrik

semen yang tidak menjadi pekerjaan utama. Melainkan hanya dampak dari

adanya industri semen di desanya. Selain itu masalah pemulung juga bukan

(32)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembangunan dan Industrialisasi

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan

sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidup.

Begitupun dengan pembangunan secara nasional yang erat kaitannya dengan

kemampuan negara dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik

dengan menggunakan bantuan teknologi ataupun tanpa bantuan teknologi.

Pembangunan nasional pada hakikatnya bersifat multidimensi dengan

melibatkan berbagai sektor, seperti sektor pendidikan, pertanian, kesehatan,

industri dan sebagainya.19

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang

mengupayakan perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor

industri sering disebut juga sebagai sektor pemimpin (leading sector), karena

dengan pembangunan industri akan memicu dan mengangkat pembangunan

sektor-sektor lainnya seperti sektor jasa.20 Sehingga sektor industri dapat

dikatakan sebagai tulang punggung pembangunan nasional.21 Selain itu

proses industrialisasi dapat menjadi penggerak utama laju pertumbuhan

ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Di Indonesia sektor industrialisasi

diarahkan untuk mendorong peningkatan kesempatan usaha, peningkatan

✁✂

Arief Budiman,Teori Pembangunan Dunia Ketiga, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), Hal . 86.

20

Ibid.

(33)

☎✆

investasi, pengembangan teknologi, peningkatan pemanfaatan sumber daya

ekonomi secara optimal.

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang

mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris (pertanian) menjadi

masyarakat industri.22Industrialisasi di sini juga bisa diartikan sebagai suatu

keadaan dimana masyarakat lebih berfokus pada ekonomi yang meliputi

pekerjaan yang semakin beragam, gaji, dan penghasilan yang semakin

tinggi.23 Industrialisasi bagian dari proses modernisasi dimana perubahan

sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi

teknologi.

Dalam industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia

mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas

(tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan), tidak lagi

mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi.24 Hal ini

mengakibatkan tersisinya sektor-sektor pertanian menjadi terasingkan, artinya

masyarakat lebih cenderung bergelut di industrialisasi dari pada sektor

pertanian.

Pada dasarnya pembangunan industri atau industrialisasi selalu

menjanjikan penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan asli daerah

maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi sebaliknya tidak

✝✝

Mansour Faqih,Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). Hal. 134.

23

Soemitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi : DasarTeori EkonomiPertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: LP3ES, 1994), Hal. 98.

24

(34)

✞✟

jarang industrialisasi menciptakan kerusakan maupun pencemaran lingkungan

dan marginalisasi masyarakat lokal.

Pakar dari pembangunan yakni David C. Korten mengkritik model

pembangunan tersebut, karena kurang perhatian terhadap posisi umat manusia

dalam pembangunan dan telah membuat lapisan penduduk miskin tergantung

pada pelayanan dan program-program pembangunan pemerintah.

Kritikan-kritikan tadi memunculkan model pembangunan alternatif melalui rintisan

David C. Korten. Dia menyebutkan model pembangunan atau industrialisasi

sebagai model pembangunan yang berpusat pada manusia.25

Lebih lanjut David Korten mengatakan bahwa pembangunan yang

berpusat pada manusia, sungguh-sungguh ditujukan pada memberi manfaat bagi

orang, baik dalam berbuat maupun dalam hasilnya, juga memberikan mereka

kesempatan untuk mengembangkan kepandaian yang kreatif bagi masa depannya

sendiri dan masa depan masyarakat.26

Dengan mengacu pada pemikiran Korten, kemungkinan untuk

pencapaian model pembangunan yang baru, harus ditekankan pada

pendekatan pengelolaan sumber yang bertumpu pada komunitas, ciri-cirinya

adalah: Pertama, secara bertahap prakarsa dan proses pengambilan keputusan,

untuk memenuhi kebutuhan harus diletakkan pada masyarakat sendiri. Kedua,

kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasi sumber-sumber

yang ada, harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketiga,

memperhatikan variasi lokal, karena itu sifatnya amat fleksibel,

25

David. C Korten, Penerjemah Rahman Zainudin, Pembangunan yang memihak pada Rakyat: Kupasan Tentang Teori dan Metode Pembangunan.(Jakarta: LSP,1984), Hal. 90.

26

(35)

✠✡

menyesuaikan dengan kondisi lokal. Keempat, Menekankan social learning

antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai

evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar. Kelima,

membentuk jaringan (networking) antara birokrat dengan lembaga swadaya

masyarakat maupun satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri.

Melalui proses networking ini diharapkan terjadi simbiosis antara

struktur-struktur pembangunan di tingkat lokal.27

Pembangunan dengan pengaplikasian teori ”trickle down effect” (efek

ke bawah - kemakmuran) tersebut bisa terlaksana dalam kehidupan

masyarakat Indonesia tentu akan memberikan manfaat yang luar biasa.

Kegagalan pembangunan ekonomi Orde Baru, yang sering memakai

pendekatan kemakmuran rakyat, dengan teori ”trickle down effect” tidak

terjadi, bahkan menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan ekonomi, serta

kecemburuan sosial.28 Justru pesatnya perkembangan ekonomi saat ini yang

bisa mengalami ”trickle upeffect”(efek ke atas).

Hasilnya tidak dinikmati secara merata, melainkan hanyalah

segelintir orang kaya. Maksudnya pertumbuhan ekonomi hanya diuntungkan

bagi masyarakat berkempentingan atau kaum elit saja. Indikator tersebut,

setidaknya dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang melaju pesat,

sementara kemiskinan dan pengangguran tidak beranjak turun, bahkan

cenderung naik.29

☛☞

Ibid. Hal .98.

✌8

Soemitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi : DasarTeori Ekonomi Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: LP3ES, 1994), Hal. 134.

29

(36)

✍6

Tentu sangat berbeda dengan ”trickle down effect” , yakni dalam konteks

menetes ke bawah, berarti pertumbuhan ekonomi sekian persen, bisa

menciptakan lapangan kerja sekian ratus ribu yang turut mensejahterakan

masyarakat.

B. Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Masyarakat

Salah satu tujuan dari adanya pembangunan industri itu di antaranya

untuk memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan

sehingga ketimpangan antar wilayah dapat diminimalisir, dan menciptakan

daerah yang mandiri sehingga dapat membantu perekonomian negara.30

Sehingga pembangunan industri diharapkan dapat membantu perkembangan

ekonomi dan tentunya pembangunan nasional, serta dapat mempercepat

terciptanya kesejahteraan masyarakat yang makmur, adil dan merata.

Akan tetapi keberadaan industri mempunyai pengaruh yang dapat

memberikan dampak dalam masyarakat, dampak yang dirasakan oleh

masyarakat bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda, baik itu dampak positif

maupun negatif yang berujung pada perubahan. Perubahan yang terjadi

biasanya meliputi bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya yang tidak

dapat dipungkiri dan dihindari bahwa dalam dinamika kehidupan perubahan

senantiasa terjadi, baik dalam hal kecil maupun besar dan perubahan dalam

arti kemajuan atau sebuah kemunduran akan tetap ada baik disadari maupun

tidak.31

30

Hilmy Mochtar ,Politik Lokal Dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Hal.48.

31

(37)

✎✏

Perubahan yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri dapat

menghasilkan dampak yang positif dan negatif. Dampak positif yang

ditimbulkan dari adanya pembangunan industri dilihat dari bidang ekonomi di

antaranya penyerapan tenaga kerja. Keberadaan industri di suatu wilayah

tentu akan membutuhkan tenaga kerja dan biasanya masyarakat sekitar

industri akan lebih banyak kesempatan untuk terserap dan bekerja di sektor

industri tersebut.32

Selain itu dengan adanya industri di suatu wilayah akan membuka

lapangan pekerjaan lain seperti adanya warung makan dan penyewaan rumah

atau kontrakan untuk para pekerja dari luar wilayah tersebut dan harga jual

tanah di sekitar kawasan industri pun akan tinggi. Adanya pembangunan

industri di suatu wilayah akan memberikan perubahan yang amat berarti

dalam struktur perekonomian masyarakat.

Dampak positif bidang sosial dari keberadaan industri di antaranya

bertambah dan beragamnya mata pencaharian. Keberhasilan dari industri

akan menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan

mata pencahariannya pada sektor industri, dengan demikian pengangguran

akan berkurang. Selain itu dampak positif dari adanya pembangunan industri

jika dilihat dari bidang atau segi budaya masyarakat di antaranya perubahan

pola gaya hidup yang positif seperti lebih menghargai waktu, masyarakat

lebih berorientasi ke depan, dan etos kerja tinggi, sebagaimana diketahui

✑✒

(38)

✓8

sebagian besar masyarakat pinggiran mempunyai etos kerja yang rendah

karena tidak adanya saingan.33

Keberadaan industri selain membawa perubahan dan dampak yang

positif terhadap masyarakat maupun pekerja di sektor industri juga terdapat

dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif terhadap aspek manusia

diantaranya adalah sifat konsumeristik, perubahan budaya masyarakat,

marginalisasi pekerjaan, pemudaran modal sosial seperti gorong royong,

kesenjangan sosial anatara si kaya dan si miskin, dan sifat individualistik.

Sedangkan dampak negatif terhadap lingkungan di antaranya, pencemaran

udara, kelangkaan sumber daya alam, pencemaran air, pencemaran tanah, dan

lahan pertanian semakin berkurang.34

Dampak negatif dari adanya industri jika dilihat dari bidang sosial

ekonomi seperti kehilangan mata pencaharian.35 Perubahan mata pencaharian

itu biasanya dari petani, karena sebagian besar industri dibangun di suatu

daerah yang menggusur banyak ladang pertanian sehingga masyarakat yang

bekerja sebagai petani menjadi kehilangan mata pencaharian seperti

masyarakat yang sudah tidak produktif dan tidak dapat bersaing untuk bekerja

di sektor industri, dan hal tersebut akan berpengaruh pada perekonomian

masyarakat.

Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya

pembangunan industri yang banyak ditemui seperti pencemaran lingkungan,

33

Ibid. Hal.48.

34

Wahyu Purnomo,Dampak Industrialisasi Terhadap Masyarakat,

http:///D:/SKRIPSI/Sebutkan%20dampak%20positif%20dan%20negatif%20industrialisasi%20%E 2%80%93%20IlmuSosial.net.htm, Diakses tanggal 16 Maret 2016, Pukul 08:00 WIB

35

(39)

✔✕

polusi udara, air maupun tanah, meningkatnya migrasi dan bertambahnya

penduduk serta meningkatnya mobilitas penduduk yang menimbulkan

keruwetan lalu lintas dan tata kota. Banyaknya bangunan semi permanen atau

bangunan liar, dan biaya hidup meningkat terus.36

Dalam bidang budaya, keberadaan industri berdampak negatif seperti

melemah dan melunturnya budaya gotong royong diakibatkan dari kesibukan

dan banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu di tempat kerja.

Kesibukan itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang perhatian

terhadap lingkungan sekitarnya yang menyebabkan melunturnya budaya

gotong royong.37

Jadi kehadiran industri di sebuah pedesaan, tentu membawa dampak

negatif dan postif. Pada umumnya masyarakat yang merasakan dampak

positif dari adanya industri yakni masyarakat kelas menengah dan atas. Sebab

dengan segala kemampuannya baik materi maupun ketrampilan mereka bisa

beradaptasi dengan baik dengan lingkungan barunya. Sedangkan masyarakat

kelas bawah hanya bisa berdiam di zona kemiskinannya. Dilihat dari

kemampuan materinya tentu berbeda dengan kelas atas. Kemudian segi

ketrampilan atau keahlian juga berbeda dengan masyarakat atas. Karena

masyarakat kelas bawah tidak mampu mengakses apa yang bisa diakses oleh

kelas atas.

Tanpa mengesampingkan dampak positif dari adanya industri,

dampak negatif dari industri di daerah, terdapat suatu gejala kesenjangan

36

Ibid.

✖✗

(40)

✘✙

antara harapan dan kenyataan, sebagaimana telah diungkapkan bahwa tujuan

utama dari pembangunan industri tersebut untuk kemajuan khususnya dalam

perekonomian akan tetapi masih ada masyarakat sekitar kawasan industri

yang belum semuanya bisa merasakan hal positif dari keberadaan industri

tersebut.

C. Pendampingan Masyarakat Marginal

Marginalisasi adalah fenomena ketidakseimbangan dalam

pemerolehan peluang dalam aspek ekonomi, sosial dan pendidikan oleh

sekumpulan masyarakat. Akibat dari marginalisasi inilah, masyarakat tersebut

menjadi miskin dan berada dalam keadaan serba naif. Masyarakat yang

marginal ini mendapat peluang yang terbatas akibat dari pada ketidakupayaan

mereka dalam beberapa aspek yang akhirnya memberi kesan negatif kepada

hasil kemajuan negara.38

Masyarakat Marginal adalah masyarakat kelas bawah yang

terpinggirkan dari kehidupan masyarakat.39 Di dalam agama manusia

mengalami alienasi (keterasingan). Karl Mark tidak menolak kritik agama

yang dilontarkan pendahulunya yaitu Feuerbach. Namun, Karl Marx kini

telah meninggalkan kritik agama dan menawarkan gagasan yang baru dalam

kaitan keterasingan manusia dalam koridor masyarakat.40 Karl Marx melihat

✚8

Paulo Freire,Pendidikan Kaum tertindas,(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), Hal.17.

39

Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,(Jakarta: Refika Aditama,2005), Hal .65.

40

(41)

✛✜

bahwa manusia memang mengalami keterasingan yaitu dalam uang,

pekerjaaan dan dari orang lain.41

Uang adalah tanda keterasingan manusia.42 Seseorang bisa membeli

segala barang dengan uang. Nilai yang terutama hanya nilai uang dan

bukannya kekhususan barang yang telah dibeli tersebut. Barang tersebut

lantas kehilangan nilai hakekatnya dan digantikan dengan nilai uang.

Barang-barang alam kehilangan nilainya dan dengannya telah terasing dari manusia.

Manusia membeli segala sesuatu demi uang. Relasi dengan sesama manusia

pun banyak diukur dengan nilai uang. Uang mengasingkan manusia yang satu

dengan yang lainnya. Manusia tidak lagi saling menghargai tetapi hanya

saling mempergunakan. Hal demikian mengarahkan pada sikap egois, dimana

orang lain dipandang sebagai saingan atau hanya sebagai alat untuk

memenuhi kebutuhan.43

Manusia juga terasing di dalam pekerjaannya.44 Meski manusia

merealisasikan dirinya dalam pekerjaan dan pekerjaan itu bisa

menggembirakan dan membuatnya bangga karena manusia dengannya

menemukan kepuasan atas hasilnya, tetapi pada kenyataanya pekerjaan buat

manusia telah menjadi pekerjaan paksa. Manusia bekerja karena itu

satu-satunya jalan untuk menjamin nafkah hidupnya.

Keterasingan manusia dalam pekerjaaan dapat dilihat pada

keterasingan manusia akan produknya. Hasil kerja manusia yang seharusnya

41

Satrio Arismunandar, Alienasi Manusia di Bawah Sistem Kapitalisme Menurut Karl Marx (Jakarta,2009), Hal. 7.

42

Ibid, Hal.9.

43

Ibid, Hal.15

44

(42)

✢✣

menjadi kebanggaannya tidak dimilikinya. Produk itu milik orang lain yaitu

si pemilik pabrik. Baru saja manusia membuatnya, produknya itu dirampas

dari miliknya dan bahkan si pemilik pabrik menjualnya.

Di samping itu, manusia juga terasing dari tindakan pekerjaannya itu

sendiri. Manusia (si buruh) tidak mempunyai kesempatan untuk memilih

pekerjaan yang akan mampu merealisasikan dirinya sendiri dalam pekerjaaan.

Kesempatan untuk itu tidak dimungkinkan karena ia hanya bisa bekerja

dimana ada tempat kerja dan dia sendiri tidak menguasai tempat-tempat kerja.

Tempat itu dikuasai pemodal dan si buruh hanya menerima pekerjaan apa saja

yang ditawarkan oleh pemodal itu. Dengan demikian pekerjaan kehilangan

artinya. Kekhususan masing-masing pekerjaan sudah kehilangan arti baginya.

Ia hanya bekerja sebagai alat untuk mencapai tujuan lain yaitu memenuhi

kebutuhan hidupnya.45

Manusia yang menurut Karl Marx pada dasarnya bebas dan universal

itu kini semakin terasing karena manusia terjebak dalam pekerjaan. Manusia

bekerja seperti binatang yaitu demi satu tujuan supaya ia bisa hidup.46

Manusia melihat alam hanya dalam perspektif manfaatnya untuk mendapat

uang. Dengan demikian, manusia tersebut mengasingkan hakekatnya yang

bebas dan universal. Pekerjaan yang menyebabkan keterasingan ini pada

umumnya yaitu pekerjaan upahan. Pekerjaan upahan adalah pekerjaan yang

dijalankan hanya demi upah saja.

✤✥

Sugeng Harianto, Dampak Negatif Industri Pt. Semen Indonesia Terhadap Masyarakat Desa Temandang,Seputar Rakyat,(volume 02, Nomor 01, tahun 2014), Hal.8.

✤6

(43)

✦✦

Pekerjaan upahan telah mengasingkan manusia darí orang lain karena

di dalam sistem yang demikian lantas muncul kelas-kelas yang saling

berhadapan dan bertentangan dan lalu saling membenci satu dengan lainnya.

Di samping itu, pekerjaan upahan mengasingkan buruh di antara mereka

sendiri. Hal ini terjadi karena mereka harus bersaing berebut tempat kerja.

Karena keterbatasan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, sesama

lantas menjadi saingan. Hal demikian menimbulkan jarak antar manusia dan

dengannya manusia semakin terasing dari sesamanya.

Karl Marx mengatribusikan empat jenis alienasi pada buruh di bawah

kapitalisme. Pertama, manusia teralienasi dari alam. Kedua, manusia

teralienasi dari dirinya sendiri, dari aktivitasnya sendiri. Ketiga, manusia

teralienasi darispecies-being (dari dirinya). Kempat, manusia teralienasi dari

manusia lain.47 Upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan masyarakat

marginal adalah melalui program pendampingan.

Pendampingan dengan prinsip yang dapat digunakan sebagai panduan dalam

upaya pemberdayaan masyarakat melalui program pendampingan yaitu :

1. Prinsip Keswadayaan Masyarakat

Yakni dengan memberi motivasi dan mendorong untuk berusaha atas dasar

kemauan dan kemampuan mereka sendiri serta tidak selalu tergantung

pada bantuan luar.

2. Prinsip Berkelompok

✧★

(44)

✩✪

Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Melalui

kerja-kerja yang dilakukan secara berkelompok, apa yang diinginkan akan

lebih mudah untuk diwujudkan. Selain itu sebuah kelompok dapat menjadi

basis kekuatan (posisi tawar) baik untuk membangun jaringan, maupun

untuk bernegosiasi.

3. Prinsip Kerja Jaringan

Selain menjalani dengan anggota kelompok sendiri, kerja sama juga

dikembangkan antar kelompok dan mitra kerja lainnya. Kerjasama itu

diwujudkan dalam sebuah jaringan yang mempertemukan berbagai

kepentingan antar kelompok. Jaringan kerja yang besar dan solid dengan

sendirinya memberikan kekuatan pada masyarakat.

4. Prinsip Keberlanjutan

Kegiatan penumbuhan inisiatif, pengembangan diorientasikan pada

terciptanya sistem dan mekanisme yang akan mendukung dalam

pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang

dilakukan merupakan kegiatan yang berpotensi untuk berlanjut

dikemudian hari.

5. Prinsip Belajar Menemukan Sendiri

Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan

dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri, apa yang

mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan. Termasuk

untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

(45)

✫✬

Secara umum, kisah kaum mstadhafin dalam Al-Qur’an menghadirkan

tiga kutub: pertama, kekuatan penindas (mustadh’ifin), kedua, kelompok

yang tertindas dan lemah(mustadh’afin), dan ketiga, kekuatan pembebas dan

pembela kaum penindas dalam membela kaum penindas. Yang terakhir

adalah kekuatan yang dipimpin dan dipelopori oleh para nabi dan utusan

Tuhan. Ini menunjukkan, sejak semula kehadirannya agama-agama besar

dunia memang berwatak subversif terhadap kekuasan yang ada disekitarnya.

Dalam al-Qur’an, istilahmustadh’afin sendiri tidak hanya terbatas pada

golongan orang yang tertindas dan lemah secara ekonomi saja, tetapi juga

sosial maupun politik. Ajaran Islam memang dekat dengan keberpihakan

terhadap kaum lemah dan tertindas (mustadh’afin).Bahkan banyak ayat-ayat

yang berbicara tentang kaummustadh’afinsekaligus berbicara dengan ibadah

mahdhah(ibadah vertikal) semisal sholat, zakat, puasa, dan lain sebagainya.

Ini menunjukkan betapa sama pentingnya memperhatikan kaum lemah dan

tertindas dengan kewajiban melaksanankan sholat, puasa, haji dan

sebagainya.

Banyak nabi-nabi yang diutuspun berasal dari kalangan rakyat jelata

dan berkhotbah di kalangan rakyat jelata yang nota bene adalah pengikut

pertama para nabi. Pergulatan eksistensi manusia memang sangat terkait

dengan sesamanya. Dalam kontek Indonesia, implikasi dari makin buramnya

perekonomian bangsa ini jelas akan mempertajam kesenjangan sosial yang

terjadi pada masyarakat.48

48

(46)

✭6

Islam juga sangat menekankan pada keadilan di semua aspek

kehidupan. Keadilan ini tidak akan tercipta tanpa membebaskan golongan

masyarakat lemah dan marginal dari penderitaan, serta memberi kesempatan

kepada mereka untuk menjadi pemimpin. Karena sejatinya semua manusia

harus bisa memimpin dirinya sendiri untuk menciptakan sejarah dalam

hidupnya. Hal ini juga tergambar pada kehidupan masyarakat sumberarum

terutama bagi mereka yang tidak bisa bergejolak pada wilayah industri.

Semua mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam berpartisipasi

dalam kehidupan sosialnya. Setiap warga merasa menjadi bagian dari

masyarakatnya, dan itu diakui oleh sistem sosial setempat, karena masyarakat

juga memosikan dan memperlakukannya sebagai bagian dari masyarakat

tersebut.

Al-Quran juga memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk

berjuang membebaskan golongan masyarakat lemah dan tertindas.49 Dalam

surat An-Nisa’ ayat 75 telah dijelaskan sebagai berikut:

                                                                 49

(47)

✮✯

Artinya: “Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang yang tertindas, laki-laki, perempuan dan anak-anak

yang berkata ‘Tuhan kami, keluarkanlah kami dari kota ini yang

penduduknya berbuat zalim. Berilah kami perlindungan dan pertolongan dari-Mu”.50

Pemikiran “Teologi Islam Transformatif” Moeslim Abdurrahman juga

menekankan perhatian kepada masalah kemiskinan dan ketidakadilan.

Teologi ini berangkat dari paradigma bahwa arus besar modernisasi dengan

ideologi pembangunannya telah menghasilkan eksploitasi dan marjinalisasi

terhadap kaum miskin dan mustadh’afin.51 Kemiskinan tersebut pada

gilirannya mengakibatkan banyak umat manusia yang tidak mampu

mengekspresikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Arus besar

modernisasi juga telah melahirkan struktur sosial yang tidak adil yaitu

konsentrasi kekuasaan, modal dan informasi. Modernisasi melahirkan

hierariki dan kesenjangan antara yang punya akses kepada kekuasaan dan

yang tidak. Kalau orang itu bukan bagian dari yang memiliki akses maka

tidak bisa masuk ke dalam lingkaran kekuasaan. Modernisasi juga

menimbulkan problem dalam beragama.52

Sebagai konsekuensi logis dari pembebasan, ada nilai-nilai persamaan

di dalam konsep Al-Quran mengenai keadaban , yaitual-musawaadalam

Al-Quran surat al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut:

50

QS. Al-Nisa’:75. ✰✱

Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif ,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), Hal.107

52

(48)

✲8                                      

Artinya: 13. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Maksudnya adalah hamba Allah, siapapun dia, apa pun bangsa dan

rasnya, budayanya, dia mempunyai status yang sama di hadapan Allah. Oleh

karena itu, di dalam Al-Quran, tidak ada satu hak pun yang dimiliki manusia

untuk merendahkan martabat orang lain, apalagi menindas.53 Jadi dalam

Islam sudah sangat jelas bagaimana Islam melarang perilaku yang menindas

atau memarginakan orang lain, dan Islam sangat membela kaum yang lemah.

Islam sesungguhnya tidak hanya memiliki kepedulian yang inklusif

pada tingkat memperjuangkan nilai harkat martabat kemanusiaan. Bahkan

lebih dari itu, menganjurkan perlunya membangun kerja sama di bidang

peradaban sehingga muncul suatu kehidupan manusia yang bercorak

transkultural yang damai dan saling menghargai. Islam terus menekankan

bahwa tidak boleh ada pemaksaan, penindasan dan tidak boleh ada kekerasan

selama akal sehat dan hati nurani kemanusiaan itu masih bisa tumbuh secara

53

(49)

✳✴

wajar dan selama hegemoni dan eksploitasi tidak menjadi ancaman yang

serius untuk manusia.54

✵✶

(50)

✷✸

BAB III

METODE PENE

Gambar

     Gambar 4.1Peta  Administrasi Kecamatan Kerek
          Gambar 4.2
          Tabel 4.1Angka Kematian dan Kelahiran Masyarakat Desa Sumberarum
          Tabel 4.2Jumlah Bangunan Perdagangan / Jasa Dusun Sumberarum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kaidah pencacahan adalah suatu kaidah yang digunakan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu kejadian.Dalam kehidupan sehari-hari, kita

Tentunya masalah kesehatan selalu dihadapi setiap saat, tidak ada kondisi sempurna masyarakat bahwa dalam keadaan sehat secara keseluruhan tetapi kondisi dimana

Di dalam bab dua, penelitian berisi tentang sejarah konflik Aceh secara singkat dan kondisi Aceh pasca MoU Helsinki termasuk keadaan mantan kombatan dan masyarakat sipil

Mei 1998, maka saya dengan sukacitanya meluluskan penubuhan Pergerakan Pengakap Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Baru Uda (No.Pendaftaran 18/2002/SMKBBU) dengan syarat pihak

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny ”A” selama kehamilan trimester III dengan keluhan sering kencing tidak ditemukan adanya komplikasi saat kehamilan, pada

“Perilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan, Sleman: Adaptasi dan Adjustment di Seting Baru”.. Sarwono, Sarlito

data dengan menggunakan tes akurasi lemparan yang ada di dalam

bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tetang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler