Boks 2
PEMBENTUKAN HARGA, STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA KENDARI
Perekonomian Sulawesi Tenggara terus dihadapkan pada inflasi yang cukup tinggi dan selalu berada diatas inflasi nasional. Inflasi yang tinggi tersebut berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian karena akan mengurangi daya beli masyarakat. Lebih lanjut, inflasi yang tinggi juga menjadi disinsentif bagi upaya percepatan kinerja perekonominan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian inflasi di Sulawesi Tenggara.
Pengendalian harga komoditas menuntut adanya pemahaman tentang jalur dan perilaku distribusi
dari komoditasnya serta struktur pasar dalam memperdagangkannya agar secara cepat dapat dilakukan
suatu bentuk pengendalian harga untuk mencegah tidak terjadi peningkatan harga yang cukup tinggi
yang mampu memperlambat laju perekonomian daerah.
Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia Kendari diketahui bahwa faktor utama yang
menyebabkan kenaikan harga komoditas pada tingkat pedagang pengecer karena terjadinya
peningkatan biaya dalam mendatangkan komoditas tersebut dan faktor cuaca/musim, serta masalah
pasokan komoditas. Pada umumnya ada tiga mekanisme pedagang pengecer dalam menentukan
harga jual, yaitu dengan memperhitungkan unit cost komoditas ditambah dengan tingkat keuntungan
yang diinginkan, dan unit cost komoditas ditambah dengan persentase keuntungan, dan dengan cara
menentukan harga berdasarkan harga tertinggi yang berlaku di pasaran. Harga pembelian komoditas
pedagang pengecer ditentukan terutama oleh kekuatan penjual yaitu oleh pedagang besar, distributor
atau sumber pembelian.
Proses pembentukan harga untuk beberapa komoditas yang diteliti adalah :
1. Komoditas hasil perikanan (ikan cakalang, kembung, dan bawal)
Pembentukan harga pada pedagang pengecer cenderung adanya interaksi antara pedagang dan
pembeli. Kekuatan interaksi tersebut tergantung pada keadaan musim. Ketika musim terang
bulan maka harga cenderung naik sehingga posisi tawar pedagang menjadi lebih kuat mengingat
pasokan ikan yang relatif lebih sedikit dan sebaliknya. Oleh karena itu, struktur pasar ikan
cakalang, kembung dan bawal cenderung perfectly competitive.
2. Komoditas ayam ras dan ayam kampung
Kekuatan pedagang ayam kampung lebih dominan dalam menentukan harga jual karena
umumnya konsumen yang membeli ayam kampung mempunyai tujuan tertentu dan peluang lebih
besar untuk tetap membeli sehingga posisi tawar pedagang menjadi lebih kuat. Pada ayam ras
dengan yang lain. Dengan demikian, struktur pasar ayam kampung cenderung quasi-competitive
dan pada ayam ras cenderung perfectly competitive.
3. Beras
Beras yang ada di Kota Kendari semuanya didatangkan dari luar Kendari, yaitu dari daerah lain di
Sultra dan Sulsel. Proses pembentukan harga beras dapat dikatakan dilakukan secara sepihak oleh
pedagang dan sulit ada transaksi tawar menawar. . Oleh karena itu, pasar beras lebih ke
kekuatan oligopoli dengan kecenderungan ke arah quasi competitive. Pada komoditas nasi harga
yang terbentuk mutlak ditentukan oleh pemilik warung atau restoran sehingga tidak ada kekuatan
konsumen dalam menentukan harga nasi. Oleh karena itu, pasar nasi cenderung menuju
kekuatan oligopoli.
4. Komoditas bawang merah
Bawang merah merupakan komoditas yang didatangkan dari luar Sultra. Pembentukan harga
komoditas ini lebih banyak ditentukan oleh pedagang dan tidak ada kekuatan konsumen dalam
mempengaruhi harga. Harga komoditas bawang merah mudah mengalami guncangan. Pasokan
komoditas yang kurang menjadi penyebab utama kenaikan harga. Sehingga pasar bawang merah
cenderung kekuatan oligopoli.
5. Komoditas tomat, kelapa dan pisang
Penetapan harga komodits tersebut merupakan interaksi antara konsumen dan pedagang, dimana
posisi tawar kedua pihak hampir dapat dikatakan berimbang sehingga proses pembentukan
harganya tergantung kekuatan antara permintaan konsumen dan penawaran pedagang. Dengan
demikian, struktur pasar tomat, kelapa dan pisang adalah perfectly competitive.
6. Tempe dan Mie basah
Pembentukan harganya merupakan interaksi antara pedagang dan konsumen dengan posisi tawar
pedagang lebih kuat sehingga strukturnya pasarnya dapat dikategorikan mengarah pada
quasi-competitive.
7. Rokok dan gula pasir
Pembentukan harga sangat tergantung pada besaran keuntungan yang diinginkan oleh pedagang,
dimana penentuan harga beli pengecer sangat didominasi oleh distributor. Gula pasir merupakan
komoditas yang secara rutin dikonsumsi oleh masyarakat maka permintaannya pun relatif stabil.
Pasar rokok dan gula pasir cenderung menuju persaingan monopolistik.
8. Komoditas semen dan seng
Komoditas semen terkadang langka dijumpai di pasaran sehingga memicu gejolak kenaikan harga
dan pada situasi ini maka konsumen tidak mempunyai pilihan dalam bertransaksi kecuali menerima
harga yang ada. Oleh karena itu, pasar semen cenderung menuju kekuatan oligopoli. Pasar
struktur pasar komoditas seng adalah perfectly competitive.
9. Gas elpiji
Komoditas ini didatangkan dari Makassar sehingga ketergantungan pada jumlah pasokan dan
kelancaran jalur distribusi menjadi penentu harga yang terbentuk di Kendari. Keterbatasan
distributor gas di Kendari sangat mungkin melemahkan posisi konsumen dalam bertransaksi. Oleh
karena itu, struktur pasar gas elpiji dapat dikatakan oligopoli, kalaupun tidak dapat dikategorikan
dalam monopoli.
Komoditas bawang, tempe, beras dan rokok menunjukkan elastisitas transmisi harga terbesar
dimana besarannya berturut-turut 2,08; 1,89; 1,77 dan 1,12, dengan demikian transmisi harganya
adalah elastis. Komoditas lainnya mempunyai transmisi harga yang inelastis, artinya besaran trasmisi
harga di bawah satu yaitu gula (0,96), mie basah (0,94), bawal (0,92) dan tomat (0,66). Komoditas
yang mempunyai transmisi harga terkecil adalah semen (0,09).
Mekanisme penetapan harga jual komoditas oleh pedagang besar/ distributor di Sultra terutama
berdasarkan pertimbangan dimana harga ditetapkan berdasarkan biaya produksi per unit ditambah
dengan persentase keuntungan, dan harga ditetapkan dengan memperhitungkan total biaya produksi
per unit ditambah dengan tingkat keuntungan. Perkembangan produk yang diperjualbelikan oleh
pedagang distributor di Sulawesi Tenggara dalam satu tahun terakhir sangat kondusif karena umumnya
mengalami peningkatan (38,89%) sedangkan yang menurun hanya sebagian kecil (6,67%).
Secara umum jalur pemasaran komoditas yang diteliti di Kota Kendari terdiri dari dua dan tiga
jalur, yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti produsen, distributor, pedagang
pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Komoditas yang menggunakan dua jalur yakni
komoditas pasir, seng, semen, gula pasir, gas elpiji, bawang merah, mie basah, ayam kampung, ayam
ras, dan pisang. Sedangkan komoditas selain yang disebut di atas mempunyai tiga jalur pemasaran.
Dari hasil analisis maka dapat diberikan beberapa saran rekomendasi yang patut menjadi bahan
pertimbangan dalam upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai, yaitu :
1. Komoditas yang jalur distribusinya panjang karena didatangkan dari luar Sultra perlu mendapat
penanganan dalam jalur distribusinya. Oleh karena itu, sarana angkutan komoditas seperti armada
truk yang mengangkut bawang merah, gas elpiji, telur ayam ras perlu mendapat prioritas dalam
jalur penyeberangan Bajoe-Kolaka, sehingga arus distribusi tidak terhambat yang dapat memicu
inflasi karena terhambatnya pasokan komoditas.
2. Infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang menghubungkan Sultra dan Sulsel merupakan urat
nadi penting dalam menunjang arus distribusi barang dari luar Sultra. Oleh karena itu, kebijakan
dalam tekanan gandar pembangunan ruas jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sultra dan
Sulsel perlu mendapat prioritas dalam penyelesaian dan pemeliharaannya.
terkait. Langkah yang dapat ditempuh adalah kiranya Pemerintah daerah bekerjasama dengan
pihak terkait (seperti PERTAMINA) merancang suatu kebijakan guna menetapkan semacara ‘harga
eceran tertinggi’ gas elpiji yang diterima oleh konsumen. Selain itu rencana pendirian stasiun
pengisian gas elpiji di Kota Kendari guna melayani konsumen di Sultra perlu mendapat perhatian
yang lebih seksama sehingga dapat terealisasi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal tersebut
didasarkan pada kenyataan bahwa gas elpiji pada saat ini termasuk komoditas yang dikonsumsi
oleh masyarakat secara meluas dan adanya anjuran penggunaan gas elpiji sebagai bahan bakar
kebutuhan rumah tangga.
4. Dengan kuantitas pembelian dan harga ayam ras yang cenderung meningkat karena meningkatnya
permintaan dan dengan wilayah yang masih sangat potensial untuk pengembangan ternak ayam
ras maka pemerintah seyogyanya memberikan peluang besar kepada peternak ayam ras melalui
skema kredit murah dan mudah, bimbingan teknis dan pendampingan peternakan, dan proses
pembelajaran melalui magang ke daerah yang telah berhasil mengembangkan ayam ras dengan
baik.
5. Pada umumnya struktur pasar komoditas yang diteliti adalah pasar persaingan (competitive market)
dan oligopoli yang mengarah ke quasi-competitive, dimana dalam proses pembentukan harga
kekuatan pedagang dan konsumen relatif seimbang. Sedangkan kekuatan pembentukan harga
pembelian pengecer masih didominasi oleh distributor/pedagang besar. Oleh karena itu,
pemerintah daerah lebih merespon keingian pedagang besar/distributor yaitu memberikan
kermudahan pedagang mengurus izin yang berkenaan dengan usaha yang dijalankannya dan
modal untuk pengembangan usaha dengan bunga rendah.
6. Komoditas bawang merah menunjukkan elastisitas transmisi harga terbesar dengan besaran 2,08;
artinya perilaku distributor/pedagang besar dalam menentukan harga komoditas akan
ditransmisikan ke pedagang pengecer dengan nilai yang lebih besar, atau dengan kata lain
kelangkaan bawang di sumber dan gangguan dalam arus distribusi akan mempunyai dampak yang
lebih besar terhadap pembentukan harga di tingkat konsumen. Oleh karena itu, pemerintah
daerah perlu membuat kajian dalam rangka merumuskan kebijakan dalam menata tataniaga
bawang merah sehingga memungkinkan komoditas ini mengalir ke Sultra tanpa disertai high cost