PENINGKATAN KETERAMPILAN
TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY PADA
SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2 BOJONEGORO
SKRIPSI Oleh:
NIKMATUN RIZQINA ROHMATIN NIM. D37212070
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN
TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY
PADA SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2 BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah
Oleh:
NIKMATUN RIZQINA ROHMATIN NIM. D37212070
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Nikmatun Rizqina R., Peningkatan keterampilan tata cara berwudlu pada mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Modelling the way
siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Skripsi 2016.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan siswa dalam tata cara berwudlu pada mata pelajaran Fiqih, hal ini karena penyampaian materi yang hanya dilakukan dengan ceramah dan pemberian tugas sehingga siswa pasif dan kurang terampil dalam mempraktekkan tata cara berwudlu.. Di harapkan
dengan menggunakan metode Modelling the way akan dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut. Yaitu meningkatkan keterampilan siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro dalam pembelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui tingkat keterampilan mata pelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu sebelum diterapkan
metode Modelling the way pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, (2)
mengetahui penerapan metode Modelling the way dalam peningkatan
keterampilan berwudlu siswa mata pelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, dan (3) mengetahui peningkatan keterampilan Tata cara berwudlu siswa mata pelajaran Fiqih
menggunakan metode Modelling the way pada siswa kelas I SDN Temayang 2
Bojonegoro.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus, dengan model Kurt Lewin, di mana dalam satu siklus terdiri dari
empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan unjuk kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat keterampilan siswa
sebelum diterapkan metode Modelling the way masih rendah, diketahui dari 8
siswa yang ada di kelas I hanya 2 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM.
Dengan perolehan nilai terendah adalah 44,4dan nilai tertinggi adalah 94,4 , serta
nilai rata-rata kelas mencapai 58,5. (2) Penerapan metode Modelling the way
berjalan efektif baik pada siklus I maupun siklus II. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas guru meningkat dari 82,1 pada siklus I menjadi 96,4 pada siklus II. Sedangkan observasi aktivitas siswa meningkat dari 75 pada siklus I menjadi 92,5pada siklus II. (3) Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan
dari 25 % dengan rata-rata 58,5 sebelum diterapkan metode Modelling the way,
menjadi 37,5 % dengan rata-rata 73,96 pada siklus I dan 87,5% dengan rata-rata
83,37 pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode Modelling the way mampu meningkatkan keterampilan siswa kelas I
dalam mata pelajaran Fiqih di SDN Temayang 2 Bojonegoro.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tindakan yang Dipilih ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Lingkup Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
1. Pengertian Keterampilan Motorik ... 9
2. Indikator Keterampilan Motorik ... 11
3. Faktor yang mempengaruhi keterampilan psikomotor ... 11
4. Cara mengukur keterampilan siswa ... 13
B. Pendidikan Fiqih ... 14
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ... 15
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih ... 15
3. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih ... 16
C. Wudlu ... 17
1. Pengertian Wudlu ... 17
2. Syarat Wudlu ... 18
3. Rukun Wudlu ... 18
4. Sunah Wudlu ... 19
5. Tata Cara Berwudlu ... 20
6. Yang Membatalkan Wudlu ... 23
D. Metode Modelling The Way ... 26
1. Pengertian Metode Modelling The Way ... 26
2. Langkah-Langkah Metode Modelling The Way ... 27
3. Penggunaan Metode Modelling The Way dalam Proses Belajar ... 28
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Modelling The Way ... 29
A. Metode Penelitian ... 31
B. Setting dan Subyek Penelitian ... 34
C. Variabel yang Diselidiki ... 35
D. Rencana Tindakan ... 35
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 39
F. Indikator Kinerja ... 44
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
B. Hasil Penelitian ... 48
1. Hasil Tahap Pra Siklus ... 49
2. Tahap Siklus I ... 51
3. Tahap Siklus II ... 59
C. Pembahasan ... 65
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Keterampilan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi.
Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini
banyak para ahli mengartikan keterampilan secara bervariasi akan tetapi pada
dasarnya masih memiliki konteks yang sama. Salah satunya ialah Mohammad
Zain, ia berpendapat bahwa keterampilan merupakan potensi yang ada berupa
kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil. Rustiyah membagi keterampilan
menjadi tiga karakteristik yakni:
1. Respon motorik
Respon motorik adalah gerakan-gerakan otot melibatkan koordinasi
gerakan mata dengan tangan, dan mengoordinasikan respon menjadi pola-pola
respon yang kompleks. Keterampilan adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan
2
2. Koordinasi gerakan
Terampil merupakan koordinasi gerakan mata dengan tangan. Oleh
karena itu keterampilan menitikberatkan koordinasi persepsi dan tindakan
motorik seperti praktek dan lain-lain.
3. Pola respon
Terampil merupakan serangkaian stimulus-respon menjadi pola-pola
respon dan rangkaian respon yang kompleks. Keterampilan yang komplek
terdiri dari unit-unit stimulus-respon dan rangkaian respon yang tersusun
menjadi pola-pola respon yang luas.1
Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan
kondisi dan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif
yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman,
memberikan ruang pada siswa berfikir aktif, karena kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi keterampilannya.2
Sedangkan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif harus
menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar pelajaran mudah
tersampaikan. Metode adalah cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan dalam mencapai apa yang telah di tentukan.3 Suatu metode bisa
1
Rustiyah, N.K., Stratei Belajar Mengaja,(Jakarta: Bina Aksara, 1991), 52.
2
Rusman, Model-model Pembelajaran,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 19.
3 Wahyudi Ahadiyah, “
Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R(Survey, Question, Read, Recite,
3
dikatakan efektif jika prestasi belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan
tepat dan guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat
menghasilkan prestasi nilai yang tinggi bagi siswa itu sendiri. Meskipun tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan kolaborasi untuk metode lain
dalam satu proses pembelajaran. Namun tentunya ada satu metode yang
diunggulkan dalam penerapannya. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa
metode sangat berfungsi dalam penyampaian materi bahan pembelajaran baik
yang berhubungan dengan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang
kesemuanya menghendaki pendekatan yang dan metode yang berbeda. Karena
metodelah yang mampu menghantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran
dan memahami materi yang diajarkan.4
Permasalahan tersebut salah satunya ditemukan pada pembelajaran
Fiqih di SDN Temayang 2 Bojonegoro. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran Fiqih di SDN Temayang 2 diperoleh keterangan bahwa
keterampilan berwudlu siswa kurang, terutama pada kelas I materi tata cara
berwudlu.
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil keterampilan tata cara berwudlu
pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, bahwa dari jumlah 8 siswa
kelas I, 6 siswa nilainya masih di bawah KKM, sedangkan hanya 2 siswa yang
nilainya memenuhi KKM dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 pada
mata pelajaran Fiqih. Hal tersebut di karenakan sebagian besar tidak
4
4
memahami pelajaran yang disampaikan dan ada siswa yang belum lancar
membaca, jadi pada penerapan tata cara berwudlu tidak hanya dengan teori
akan tetapi juga praktek secara langsung. Dengan menggunakan metode
Modelling The Way akan mengarahkan anak pada peroses yang benar-benar nyata dan langsung berperan, selain itu juga siswa mampu menuangkan
fikirannya dalam menulis skenario langkah-langkah berwudlu . Karna
kemampuan berwudhu dapat diartikan kemampuan suatu individu menirukan
atau memperagakan gerakan wudhu dengan benar berdasarkan urutan tata cara
wudhu. Adanya kemampuan atau keterampilan motorik anak dalam
berwudhu akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan
bagian dari perkembangan mental anak. Kemampuan fisik dan mental yang
baik merupakan dasar bagi anak untuk membangun pengetahuan yang lebih
tinggi dan lebih luas lagi dalam mengembangkan kemampuan berwudhunya.
(Semiawan, dalam Sujiono, 2009: 1.8).
Untuk menjawab permasalah tersebut diperlukan metode yang sesuai
dan tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu
berdasarkan permasalahan di atas perlu di adakan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Tata Cara Berwudlu pada Mata Pelajaran Fiqh dengan Menggunakan Metode Modelling The Way Siswa Kelas 1
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan Tata Cara Berwudlu sebelum di terapkannya
metode Modelling The Way ?
2. Bagaimana penerapan metode Modelling The Way pada pembelajaran
Fiqih materi Tata Cara berwudlu di Kelas 1 SDN Temayang II
Bojonegoro?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan Tata Cara Berwudlu pada Mata
Pelajaran Fiqh di Kelas 1 SDN Temayang II Bojonegoro ?
C. Tindakan yang Dipilih
Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka dapat diambil
sebuah tindakan yaitu penerapan Metode Modelling The Way dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam Tata Cara Berwudlu pada mata
pelajaran Fiqh di SDN Temayang 2 Bojonegoro.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui keterampilan Tata Cara Berwudlu sebelum di terapkannya
6
2. Mengetahui penerapan Metode Modelling The Way pada mata pelajaran
Fiqh kelas 1 SDN Bojonegoro
3. Mengetahui peningkatan keterampilan tata cara berwudlu pada mata
pelajaran Fiqh kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, sehingga hasil
penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan di batasi pada hal-hal
tersebut di bawah ini :
1. Mata pelajaran Fiqih pada keterampilan tata cara berwudlu . KD 9.2
Mempraktekkan tata cara berwudlu.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas I SDN
Temayang 2 Bojonegoro.
3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016 –
2017.
4. Metode yang dipakai adalah Metode Modelling The Way untuk
meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
7
1. Bagi siswa
a. Siswa dapat mengetahui sejauh mana keterampilan yang mereka
miliki dalam keterampilan tata cara berwudlu
b. Siswa dapat meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu
2. Bagi guru:
a. Penelitian dilaksanakan agar dapat mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, setelah guru dapat mengetahui masalah-masalah
yang terdapat di kelas, maka guru akan berusaha untuk
memecahkan permasalahan, sehingga pembelajaran akan lebih
efektif
b. Mendapat ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian dan dapat
langsung di terapkan disekolah terutama dalam proses
pembelajaran. Dengan menggunakan metode baru ini di harapkan
mengurangi tingkat kejenuhan siswa dalam proses belajar yang
selalu sama.
3. Bagi peneliti
a. Dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan memberikan
pengalaman yang sangat berharga buat peneliti, karena secara
langsung peneliti akan melihat keadaan kelas, dan mengetahui
problematika yang terdapat dikelas, sehingga dari penelitian itu,
peneliti dapat belajar sebagai bekal mengajar pada masa yang akan
8
b. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
bagaimana penggunaan metode latihan (Modelling The Way)
sebagai salah satu metode pembelajaran Fiqih.
c. Menjadi motivasi bagi mahasiswa bahwa proses pembelajaran
tidak hanya selalu menggunakan buku pegangan dan papan, tetapi
masih banyak strategi ataupun metode lain yang dapat digunakan.
Serta dapat menambah perbendaharaan teknik bagi calon guru
yang sebentar lagi akan benar-benar terjun ke masyarakat untuk
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Tata Cara Berwudlu
1. Pengertian Keterampilan Motorik
Istilah keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot
(muscular) untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Gerakan-gerakan otot yang terkoordinasi dikoordinasikan oleh persepsi kita terhadap
peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar kita. Pengertian persepsi
menunjukkan pada individu mengorganisasi dan menafsirkan informasi
yang datang kepada seorang melalui macam-macam alat pengindraan.
„Motor‟ menunjuk pada gerakan otot.
Berdasarkan rumusan di atas, maka tampak bahwa suatu
keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a
chain) respon motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi pola-pola respons yang
kompleks.5
Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil. Rustiyah membagi keterampilan
menjadi tiga karakteristik yakni:
5
10
a. Respon motorik
Respon motorik adalah gerakan-gerakan otot melibatkan
koordinasi gerakan mata dengan tangan, dan mengoordinasikan
respon menjadi pola-pola respon yang kompleks. Keterampilan
adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan unit stimulus respon
berperan sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya.
b. Koordinasi gerakan
Terampil merupakan koordinasi gerakan mata dengan tangan.
Oleh karena itu keterampilan menitikberatkan koordinasi persepsi
dan tindakan motorik seperti praktek dan lain-lain.
c. Pola respon
Terampil merupakan serangkaian stimulus-respon menjadi
pola-pola respon dan rangkaian respon yang kompleks. Keterampilan
yang komplek terdiri dari unit-unit stimulus-respon dan rangkaian
respon yang tersusun menjadi pola-pola respon yang luas.6
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah suatu kecakapan atau keahlian dalam melakukan
sesuatu kegiatan yang memerlukan gerakan-gerakan. Oleh karena itu
keterampilan sangat ada kaitannya dengan menerapkan wudlu dan dapat
diartikan kemampuan sebuah kooordinasi gerakan-gerakan dan bacaan
wudlu.
6
11
2. Indikator Keterampilan motorik
Untuk mempelajari keterampilan, tidak cukup dengan hanya
menggunakan kondisi-kondisi eksternal, tetapi di perlukan entering
behavior yang telah di miliki oleh siswa. Pengembangan suatu keterampilan yang lebih kompleks hanya mungkin jika siswa telah
memiliki keterampilan-keterampilan sebelumnya. Untuk dapat belajar
berwudlu siswa harus terampil dalam gerakan kaki, dan gerakan tangan
sebelumnya, karena keterampilan bersifat kompleks dan merupakan suatu
pola respons.
Keterampilan adalah sebuah performance dari suatu tugas khusus
dimana dalam performance tersebut harus memiliki kecakapan jasmaniah
yang terdiri atas kekuatan, kecepatan, keluwesan, keseimbangan,
koordinasi dan ketahanan.
3. Faktor yang mempengaruhi keterampilan tata cara
Beberapa yang mempengaruhi kecepatan penguasaan keterampilan
psikomotor:
Faktor Penemuan-penemuan penelitian
Kemajuan dalam keterampilan gerak dasar
Tidak semua keterampilan gerak dasar (therbligs)
berkembang, dengan kecepatan yang sama, gerak-gerak di tempat, seperti memegang dan posisi, condong berkembang lebih cepat dari gerak untuk tindakan, seperti menggapai dan beranjak, perbedaan ini
mungkin disebabkan karena gerak di tempat
melibatkan jumlah persepsi yang lebih banyak. Kecepatan
perkembangan
12
yang lemah (yang dikaitkan dengan aspek motorik dari tugas)
Plateaux atau tanpa
berkembang
“plateaux”, atau waktu tanpa perkembangan/
kemajuan, pada umumnya tidak ada dalam tugas-tugas yang sederhana. Dalam waktu yang lebih kompleks, dapat terjadi pada waktu yang berbeda bagi orang yang satu dari orang yang lain. Ini disebabkan oleh faktor pribadi (seperti gangguan, kekurangan intensif, kondisi kerja, dan sebagainya), atau karena faktor-faktor inheren dalam menguasai keterampilan bersangkutan. Performance
yang terampil
Kemajuan dalam menguasai keterampilan bertambah dengan latihan, tetapi menjadi berkurang jika sudah terjadi penugasan. Jika pada permulaan terjadi garis miring ke atas, maka pada saat penugasan tercapai, garis mulai mendatar.
Mengajarkan isi keterampilan suatu pekerjaan meliputi menyuruh
murid melakukan sesuatu, dan ini berarti guru harus memiliki 5 tanggung
jawab:
a. Ia harus mendemonstrasikan keterampilan itu kepada para peserta /
murid sebagai daur operasi yang sempurna.
b. Ia harus menguraikan keterampilan tersebut menjadi bagian-bagian yang
mempunyai hubungan, tetapi juga tersendiri, dan merupakan “rutin-rutin
kecil “. Kemudian ia harus dapat mendemonstrasikan dengan suatu
penugasan yang dimiliki oleh pekerja yang terampil.
c. Ia harus mengatakan kepada murid bagaimana seseorang yang terampil
memperoleh keterampilannya itu, kemudian menunjukkan kepada
mereka bagaiman mereka sebenarnyamemperoleh hasil yang baik itu.
d. Ia harus memungkinkan para peserta untuk terus menerus meraih “rutin
13
melampaui kriteria keterampilan, yakni sampai pada taraf “ over
learning” atau keotomatisan.
e. Ia harus meyakinkan bahwa “rutin-rutin” tersebut saling berkaitan
(secara retrogresif maupun progresif), lalu menyelesaikan pekerjaan
sampai pada taraf otomatis.7
4. Cara Mengukur Keterampilan (Psikomotor) Siswa
Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan berfungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari
kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).
Ketika peserta didik telah memahami dan menginternalisasikan
nilai-nilai mata pelajaran dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah
bagaimana peserta didik mampu mengaplikasikan pemahamannya dalam
kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau tindakan.
Menurut singer (1972) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati,
bahwa mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah
mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada
reaksi-reaksi fisik.
Menurut Ryan (1980) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati,
penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
7
14
a. Melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama
proses belajar mengajar.
b. Kedua, setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada
siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap.
c. Ketiga, beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya.
Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.8
B. Pendidikan fiqih
1. Pengertian pembelajaran fiqih
Pembelajaran fiqih dalam kurikulum madrasah ibtidaiyah adalah
salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi
dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
8
15
Mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran
bermuatan pendidikan agama islam yang memberikan pengetahuan
tentang ajaran agama islam dalam segi syara‟ dan membimbing peserta
didik dalam hal ini anak usia madrasah ibtidaiyah agar memiliki keyakinan
dan pengetahuan hukum-hukum dalam islam dengan benar serta
membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kesimpulannya, pembelajaran fiqih berarti proses belajar mengajar
tentang ajaran agama islam dalam segi syara‟ yang dilaksanakan di dalam
ruangan belajar antara guru dan peserta didik dengan materi yang telah
direncanakan.
2. Tujuan pembelajaran fiqih
Mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran yang mempelajari tentang ibadah terutama menyangkut
pengenalan dan pemahaman cara-cara pelaksanaan rukun islam dan
pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang
menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan
tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta
tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial
mata pelajaran fiqih memberikan kontribusi dalam memberikan dalam
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum islam
16
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama
manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.
Kesimpulannya, fiqih di madrasah ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok
hukum islam secara terprinci dan menyeluruh, baik berupa dalil Naqli dan
Aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
3. Fungsi Mata pelajaran Fiqih
Fungsi mata pelajaran fiqih adalah digunakan untuk memberikan
pengetahuan syari‟at islam, meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan
pembiasaan yang berkaitan dengan pemanfaatan bagi kehidupan
sehari-hari.
Sesuai dengan pengertian dan fungsi fiqih, maka mata pelajaran
fiqih di Madrasah Ibtidaiyah diharapkan dapat mencapai sasaran berikut :
a. Menumbuhkembangkan pengertian syari‟at islam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan pengalaman tentang peranan syari‟at islam terhadap lingkungan sosial di sekitar siswa.
c. Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap pelaksanaan
17
d. Menumbuhkembangkan kemampuan untuk mengetahui
danmengamalkan syari‟at islam dalam kehidupan sehari-hari9
C. WUDLU
1. Pengertian wudlu
Menurut lughat, wudlu adalah perbuatan, menggunakan air pada
anggota tubuh tertentu, sedangkan wadlu ialah air yang digunakan untuk
berwudlu. Kata ini berasal dari wadha’ah yang berarti baik, dan bersih.
Dalam istilah syara‟ wudlu ialah perbuatan tertentu yang dimulai dengan
air.10
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majh, wudlu
diwajibkan sebelum hijrah, pada malam isra‟ mi‟raj, bersamaan dengan
kewajiban sholat lima waktu. Mula-mula wudlu itu diwajibkan setiap kali
hendak melakukan shalat, tetapi kemudian kewajiban itu dikaitkan dengan
keadaan berhadats.
Dalil-dalil wajib wudlu ialah :
a. Ayat Al-qur‟an
9Departemen Agama RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum
Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1994), 95-96.
10
18
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Al-Maidah : 6)
b. Hadits Rasul saw.
كدحا ةاص ها لبقي او
ءاضوتي ىتح ثدحاذا م
Allah tidak menerima shalat seorang kamu bila ia
berhadats, sampai ia berwudlu. (HR. Bayhaqi, Abu Daud dan
Tirmidzi).
c. Ijma‟ ulama, dalam hal ini tidak ada sama sekali pendapat yang mengatakan bahwa wudlu itu tidak wajib.
Untuk sahnya wudlu harus terpenuhi beberapa syarat dan fardlu.
Akan tetapi, untuk kesempurnaanya ada beberapa hal yang sunnah
dilakukan pada waktu berwudlu.
2. Syarat Wudlu
Syarat sahnya wudlu :
a. Islam, karena wudlu itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak
sah kecuali dilakukan oleh orang muslim.
b. Tamyiz
c. Air mutlak
d. Tidak ada yang mengahalangi, baik hissy maupun syar‟i
e. Masuk waktu sholat
19
Sebelum melakukan wudlu adapun rukun yang harus di penuhi
yaitu:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian rambut
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
f. Tertib
4. Sunnah Wudlu
Golongan Hanafiyah menetapkan lima belas macam sunnat wudlu :
a. Membasuh dua tangan sampai pergelangan sebelum berwudlu.
b. Membaca tasmiyah ketika hendak memulai wudlu
c. Menggosok gigi sebelum berwudlu
d. Berkumur-kumur tiga kali
e. Istinsyaq (memasukkan air ke hidung) kemudian
menyemburkan-nya.
f. Melebihkan berkumur-kumur
g. Menyilang-nyilangi jenggot yang tebal sebagaimana biasa
dilakukan oleh Nabi saw.
h. Menyilang-nyilangi anak jari
i. Menyapu kedua telinga
20
k. Mendahulukan bagian yang kanan, ujung jari serta kepala bagian
depan.11
5. Tata Cara berwudlu
a. Niat
Niat artinya menyengaja sesuatu serentak dengan
melakukannya. Tempat dan pelaku niat itu adalah hati, namun, sunnah
menyertainya dengan ucapan lisan untuk membantu pernyataan
sengaja yang didalam hati itu.
Niat berfungsi membedakan antara:
1) Perbuatan ibadat dengan yang bukan ibadat.
2) Tingkatan-tingkatan ibadat, yakni antara yang fardlu dengan
yang sunnah.
Niat adalah salah satu fardlu atau rukun wudlu dan merupakan
bagian dari padanya. Tanpa niat, berarti wudlu itu tidak lengkap
sehingga tidak sah.
b. Membasuh muka
Membasuh muka diwajibkan berdasarkan perintah membasuh
muka pada surat al-maidah, ayat 6 di atas.
Maka basuhlah mukamu (Al-maidah:6)
11
21
Basuhan itu mesti merata kesuluruh wajah yaitu bagian depan
kepala. Batas yang wajib dibasuh ketika berwudlu ialah, memanjang
dari tempat tumbuh rambut sampai dengan ujung dagu dan melintang
dari daun telinga ke daun telinga lainnya.
Dalam membasuh muka itu, air harus mengalir pada bagian
luar kulit maupun rambut yang terdapat pada wajah. Jadi, bagian
dalam mulut, hidung, dan mata tidak wajib terkena basuhan.
c. Membasuh tangan
Kewajiban membasuh kedua tangan pada wudlu di dasarkan
atas firman Allah :
Dan tanganmu sampai dengan siku (Al-maidah:6)
Basuhan itu meliputi keseluruhan tangan dari ujung-ujung jari
sampai dengan kedua siku. Kedua siku termasuk bagian yang wajib
dibasuh.
d. Mengusap sebagian kepala
Yang dimaksud dengan menyapu ialah sekedar menyampaikan
tanpa mengalir, dengan meletakkan tangan yang basah kepada kepala.
Kewajiban mengusap kepala di dasarkan atas:
22
Hadits Mughirah yang mengatakan bahwa ketika Nabi saw
berwudlu, beliau menyapu ubun-ubun dan sorbannya, kemudian
menyapu kedua khufnya(H.R Muslim).
Hadits ini sekaligus menunjukkan bahwa yang wajib dibasuh
itu hanyalah sebagian dari kepala, bukan seluruhnya. Disini dijelaskan
bahwa nabi menyapu ubun-ubunya. Ubun-ubun itu adalah bagian dari
kepala. Ini berarti bahwa yang wajib disapu bukan seluruh kepala
melainkan hanyalah sebagiannya saja.
e. Membasuh kedua kaki
Membasuh kaki adalah wajib. Berdasarkan :
Dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki
(Al-Maidah:6).
Hadits jabir mengatakan bahwa Nabi saw. Memerintahkan agar
membasuh kaki bila berwudlu, kewajiban ini berlaku bagi setiap orang
yang berwudlu kecuali jika ia menyapu khuf dengan ketentuan dan
syarat-syarat yang akan di terangkan kemudian.
Ada juga pendapat yang lemah dari kalangan Syi‟ah bahwa
kaki tidak wajib di basuh, tetapi cukuplah disapu saja. Mereka
beralasan dengan alasan dengan wa arjulikum yang dibaca dengan
23
adalah benar, akan tetapi, menjadikannya sebagai dalil untuk menyapu
kaki tidak tepat.
Dalam membasuh kaki ini, kedua mata kaki harus ikut
terbasuh, sebab pada ayat di atas disebutkan sampai ke mata kaki. Para
ulama‟tafsir menafsirkannya dengan „ beserta kedua mata kaki‟ .
seperti pada basuhan lainnya disini juga wajib diperhatikan bahwa air
itu mesti mencapai seluruh bagian dari kaki. Jika kaki itu terdapat
sesuatu yang menghalangi air, misalnya kotoran di bawah kuku, maka
wajib membuangnya terlebih dahulu agar air tidak benar-benar sampai
kesuluruh kaki.
f. Tertib
Yang dimaksudkan tertib ialah melakukan rukun-rukun wudlu
itu sesuai dengan urutan tersebut pada ayat wudlu di atas, di mulai
dengan muka, tangan, kepala dan kemudian kaki.12
6. Yang Membatalkan Wudlu
Semua yang membatalkan wudlu dan mandi, juga dapat
membatalkan tayamum. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan di
sebutkan secara global hal-hal yang dapat membatalkan wudlu yang
12
24
sekaligus dapat tayamum, seperti yang terdapat pada kitab Ad Dinul
khalis.
Menurut golongan Hanafi, hal-hal yang dapat membatalkan wudlu
ada tujuh yaitu :
a. Segala sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan ketika dalam
keadaan sehat.
b. Setiap najis yang keluar dari badan dan mengalir pada tempat yang
seharusnya dibersihkan(disucikan)
c. Muntah yang memenuhi mulut
d. Tidur sambil berbaring atau bersandar pada sesuatu yang kaalau
diambil, maka ia jatuh.
e. Hilang akal disebabkan pingsan,gila atau mabuk
f. Tertawa yang dapat membangunkan shalat orang yang ruku dan
sujud
g. Bersentuhan kulit yang fahisyah(yang berat atau berjimak)
Menurut golongan maliki hal-hal yang dapat membatalkan wudlu
ada enam, yaitu :
a. Ada yang biasa keluar dari salah satu dua jalan dalam keadaan
sehat, di antaranya angin (kentut), dan hadi’ air putih yang
keluarsebelum melahirkan.
25
c. Menyentuh anggota tunuh yang dapat mengundang syahwat, atau
bertujuan untuk bersenang-senang, atau menemukannya (tidak
sengaja memegangnya)
d. Menyentuh dzakar dengan syarat.
e. Ragu-ragu dalam hadas atau sebab-sebab hadas
f. Murtad.
Menurut golongan syafi‟i hal-hal yang membatalkan wudlu ada
empat, yaitu :
a. Setiap yang keluar dari salah satu dua jalan kecuali mani (sperma).
b. Hilang akal disebabkan gila, sinting, mabuk, pingsan, atau tidur
yang tidak tetap posisinya.
c. Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan dengan shaywat dan
tanpa ada penghalang.
d. Menyentuh dubur atau kubul tanpa ada penghalang.
Menurut golongan hambali, hal-hal yang dapat membatalkan
wudlu ada delapan, yaitu :
a. Setiap yang keluar dari salah satu dua jalan
b. Setiap najis yang banyak yang keluar dari seluruh tubuh
c. Hilang akal
d. Menyentuh farji sendiri, atau farji orang lain tanpa ada penghalang
e. Menyentuh kulit laki-laki atau perempuan pada kulit orang lain
26
f. Murtad
g. Memakan daging unta
h. Memandikan mayat13
D. METODE MODELLING THE WAY
1. Pengertian Modelling The Way
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode ini diharapkan
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan
mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi efektif. Dalam
interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing. Proses
interaktif ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan
dengan guru.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode diartikan cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai
apa yang telah ditentukan.15 Dengan kata lain metode adalah suatu cara
yang bersistem untuk mencapai tujuan tertentu. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dengan
13
Thaha Abdullah Al afify, Cara Bersuci dan Shalat Rasulullah, (Bandung: Trigenda Karya, 1994), 83-84.
14
R.Nana Subjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), 76.
15
27
memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Kegiatan
perencanaan pembelajaran ini salah satunya adalah merencanakan metode
yang akan diterapkan . Penggunaan metode mempengaruhi hasil belajar
siswa. Dengan demikian guru tidak boleh sembarangan memilih dan
menggunakannya. Bahan pengajaran yang satu mungkin cocok dengan
suatu metode tertentu tetapi untuk pelajaran lainnya lebih tepat jika
menggunakan metode lain. Maka menjadi penting mengenal bahan untuk
keperluan pemilihan metode.
Metode Modelling The Way (membuat contoh praktek)adalah
metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempraktekkan keterampilan spesifik yang di pelajari di kelas melalui
demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan skenario
sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan
dan teknik yang baru saja dijelaskan. Metode sangat baik bila digunakan
untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.16
2. Langkah-langkah Metode Modelling The Way
Langkah-langkah yang di gunakan pada metode ini adalah :
a. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang
menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan
yang baru diterangkan.
16
28
b. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan
jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan
suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
c. Berikan kepada siswa waktu 10-15 menit untuk menciptakan
skenario kerja.
d. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih.
e. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja
masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok
lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
f. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.17
3. Penggunaan Metode Modeling The Way dalam Proses Belajar Mengajar
Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif
mengungkapkan bahwa metode Modeling The Way memberi kesempatan
kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan
kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan skenario
sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan
dan teknik yang baru saja dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika
digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan
tertentu.
17
29
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Modeling The Way
Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:
a. Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial
yang ia jumpai.
b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.
c. Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan
pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat.
d. menerima dan menghargai pendapat oranglain.
e. Memupuk perkembangan kreativitas anak.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
a. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu
cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat.
b. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara
wajar kurang terpenuhi.
c. Rasa malu dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam
memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi
harapan (Sriyono dkk, 1992: 118).18
18
31
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran jika
diterapkan dengan baik dan benar. Karena hakikat dari Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas
dan dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pada
pembelajaran untuk memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta
menerapkan pembelajaran dengan cara baru guna mencapai tujuan
pembelajaran.19
Suharsimi Arikunto mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Tindakan tersebut diarahkan oleh guru dan kemudian dilakukan oleh siswa.20
Penelitian tindakan kelas dapat diartikan juga suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati dan merefleksikan tindakan melalui beberapa
19
Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 20.
20
32
siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki
atau meningkatkan mutu proses pembelajaran dikelasnya.21
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan tiga prinsip, yakni:
1. Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan.
2. Adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau
kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut, dan
3. Adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau
kegiatan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari teori
Kurt Lewin. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3)
pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus yang dapat digambarkan sebagai
berikut.22
21
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2013), 46.
22
[image:42.595.114.559.110.527.2]
33
Gambar 3.1 Model Action Research Kurt Lewin
1. Menyusun Perencanaan (planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas
dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan
instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan.
Identifikasi masalah
Perencanaan
(Planning)
Tindakan (Acting) Refleksi
(Reflecting)
Observasi
(Observing)
Perencanaan Ulang
Siklus I
Siklus II
34
2. Melaksanakan Tindakan (acting)
Pada tahap ini, melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan
pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
3. Melaksanakan Pengamatan (observing)
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah mengamati
perilaku guru selama proses pembelajaran serta siswa-siswi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi/kerja
sama antar siswa-siswi dalam kelompok, mengamati pemahaman
tiap-tiap anak terhadap penugasan materi pembelajaran yang telah
dirancang sesuai dengan tujuan PTK.
4. Melakukan Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah mencatat hasil
observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil
pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan
penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat
dicapai.23
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
23
35
Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN Temayang 2
Bojonegoro. Peneliti memilih sekolah SDN Temayang 2 Bojonegoro
karena pada sekolah tersebut terdapat masalah yaitu rendahnya
keterampilan tata cara berwudlu pada siswa kelas I.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada akhir semester genap yaitu
pada bulan April sampai Mei 2016.
2. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Temayang 2
Bojonegoro tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah 8 siswa. Terdiri dari 4
siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.
C. Variabel yang Diselidiki
Variabel – variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1. Variabel input : Siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro
2. Variabel proses : Metode Modelling The Way
3. Variabel output : Peningkatan keterampilan tata cara berwudlu siswa
melalui metode Modelling The Way dalam mata pelajaran Fiqih.
D. Rencana Tindakan
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang
36
langkah pokok yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), refleksi (reflecting).
Siklus I
Langkah-langkah siklus 1 terdiri dari :
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Menyediakan fasilitas dari sarana yang diperlukan di dalam kelas
c. Menyiapkan lembar pengamatan aktifitas guru dan siswa selama
pelaksanaan pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Merupakan gambaran terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
Kegiatan Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa.
b. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa
c. Mengecek kehadiran siswa-siswi (siapa yang hari ini tidak hadir?)
d. Memberikan ice breaking dengan memberikan tepuk wudlu 1, 2, 3
untuk memfokuskan perhatian siswa sekaligus memancing materi
yang hendak disampaikan.
e. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi hari ini
37
f. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari hari ini
g. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran, yaitu siswa mampu menuliskan skenario
langkah-langkah berwudlu dengan tepat, serta siswa mampu
mendemonstrasikan tata cara wudlu dengan benar dan tepat.
Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok dalam satu kelas.
b. Masing-masing kelompok menuliskan skenario tentang
langkah-langkah wudlu yang mereka ketahui
c. Secara bergiliran masing-masing kelompok mendemonstrasikan
skenario yang telah dibuat di depan kelas.
d. Setelah selesai, guru memberi kesempatan kepada kelompok lain
untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang
dilakukan
e. Guru meminta satu per satu dari siswa untuk mendemonstrasikan
tata cara berwudlu secara bergantian.
f. Guru melakukan klarifikasi dan memberi penguatan tentang tata
cara wudlu yang benar dan tepat.
Kegiatan Penutup
a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang
38
b. Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami
c. Bersama siswa dan guru membuat kesimpulan
d. Mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran
e. Mengucapkan salam
3. Tahap Observasi
Selama kegiatan pengamatan berlangsung, beberapa hal yang
harus dilakukan peneliti adalah:
a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran
b. Memantau kegiatan siswa
c. Memahami pemahaman tiap-tiap anak terhadap penugasan materi
pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK
d. Mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah:
a. Mencatat hasil observasi
b. Mengevaluasi hasil observasi
c. Menganalisis hasil pembelajaran
d. Mencatat kelemahan dan kelebihan untuk dijadikan bahan
39
Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai
perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua sama dengan siklus
pertama yaitu dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Pada tahap ini, dilakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan guru kolaborator
untuk mengevaluasi agar dapat dibuat kesimpulan dari pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik
atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.24
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana
pembelajaran. Data ini berupa lembar pengamatan aktifitas siswa,
lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa
24
40
dan guru. Gambaran tersebut adalah apa saja yang dilakukan
selama pembelajaran antara lain, aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran dari antusias, perhatian serta kepercayaan diri
siswa yang dapat dianalisis secara kualitatif.
b. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
1) Analisis Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
Data tentang aktivitas siswa dianalisis dengan
menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap indikator.
Rumus mengitung presentasi aktivitas siswa untuk tiap-tiap
indikator adalah:
Persentase aktivitas (guru/siswa) =
jumlah skor perolehan x 100%
jumlah skor maksimal
Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan
pembelajaran serta hasil belajar yang dicapai siswa dianalisis
dengan deskriptif persentase. Aktivitas siswa dan guru
dikatakan baik jika telah mencapai ≥ 75%.25
2) Analisis Ketuntasan
Untuk analisis hasil penilaian siswa dilakukan dengan
cara mengubah skor yang diperoleh siswa menjadi nilai siswa.
25
41
Siswa dikatakan telah tuntas atau berhasil apabila telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 70.
Nilai tersebut dapat diperoleh dengan rumus:
Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal
Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan
nilai yang diperoleh seluruh siswa selanjutnya dibagi dengan
jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.
Untuk menghitung rata-rata kelas digunakan rumus sebagai
berikut:26
Keterangan :
X : Nilai rata-rata
ƩX : Jumlah semua nilai siswa
N : Banyak siswa
Sedangkan tingkat ketuntasan belajar dikelompokkan
ke dalam kategori berikut27:
26
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 288.
27
[image:51.595.148.503.152.509.2]
42
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan Belajar
Tingkat keberhasilan Arti
86%-100% Sangat baik
76%-85% Baik
60%-75% Cukup
55%-59% Kurang
≤54% Kurang sekali
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai
ketuntasan klasikalnya ≥75% maksudnya jika dalam satu kelas
siswa yang berhasil ≥75% maka ketuntasannya tercapai.
Apabila hasil yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran
adalah ≥75% atau lebih maka siswa tersebut dipandang telah
menguasai bahan pelajaran yang bersangkutan dan siap untuk
mengikuti program atau satuan pembelajaran berikutnya.28
2. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penentuan teknik
pengumpulan data ini bergantung pada data yang diperoleh. Adapun
pengumpulan data yang diperoleh untuk mengumpulkan data ini, peneliti
menggunakan teknik antara lain:
28
43
a. Pengamatan atau Observasi
Observasi adalah salah satu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengetahui berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.29 Observasi ini digunakan untuk
mengetahui data aktifitas siswa dan guru yang dilaksanakan oleh
peneliti melalui lembar observasi. Kegiatan ini dilaksanakan 3 kali
yaitu : tahap pra siklus 18 mei 2016 , siklus I pada 24 mei 2016,
dan siklus II pada 28 mei 2016.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang
bertujuan untuk memperoleh informasi, seperti melakukan
percakapan30wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
tentang masalah yang akan di teliti oleh peneliti tentang
peningkatan keterampilan berwudlu pada mata pelajaran Fiqih,
serta menemukan kesulitan yang di hadapi guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal
17 mei 2016. Terlampir
29
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 115.
30
44
c. Penilaian Non Tes
Pada penelitian ini, tehnik penilaian yang digunakan untuk
mengukur keterampilan siswa dalam praktek berwudlu adalah non
tes. Tingkat keterampilan tata cara berwudlu siswa diukur dengan
teknik non tes dengan bentuk penilaian unjuk kerja. Instrumen
yang digunakan adalah rubrik penilaian unjuk kerja, adapun rubrik
dan format penilaian produk dapat dilihat di lampiran.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.31
Dokumentasi mencakup arsip-arsip berupa tulisan, foto
atau hal-hal yang memungkinkan untuk digali sebagai data dalam
proses penelitian, seperti data siswa kelas I SDN Temayang 2
Bojonegoro, nilai siswa serta catatan lapangan dari hasil
pengamatan, dan lain sebagainya.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
31
45
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Indikator kinerja harus realistik
dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya).32
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
1. Minimal 90% siswa memenuhi KKM yang telah ditentukan.
2. Rata-rata skor siswa minimal 70
3. Minimal 90% siswa mencapai prestasi belajar dan aktif dalam
pembelajaran.
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru
kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Adapun rincian tugas guru dan
mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Peneliti
a. Nama : Nikmatun Rizqina Rohmatin
b. NIM : D37212070
c. Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
d. Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
e. Tugas :
1) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
instrumen penelitian yang lain
32
46
3) Terlibat dalam semua jenis kegiatan
2. Guru Kelas
a. Nama : Drs. Abu Choir
b. Jabatan : Guru kelas I
c. Tugas :
1) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2) Sebagai observer keterampilan guru mengajar dan aktifitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Tata cara berwudlu Pada Mata Pelajaran Fiqih dengan
menggunakan Metode Modelling The Way siswa Kelas I SDN Temayang 2
Bojonegoro”.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
LOKASI PENELITIAN
1. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SDN Temayang 2
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : A
Alamat Sekolah : Ds. Temayang Kec. Temayang Kab. Bojonegoro
Kode Pos : 6218
2. Visi dan Misi MI Nurul Huda
a. Visi
a) Cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani
b) Beriman dan taqwa, serta berakhlak mulia
b. Misi
48
b) Menumbuhkan semangat olahraga untuk meraih prestasi
c) Membentuk Sdm yang berkualitas
d) Menciptakan sekolah sebagai mitra kerja
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini data diperoleh melalui observasi, wawancara,
dokumentasi dan penilaian non tes. Observasi dilakukan untuk mengamati
aktivitas guru dan aktivitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran di
kelas untuk meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu dengan
menggunakan metode Modelling The Way.
Selain observasi, data diperoleh melalui wawancara yang dilakukan
kepada beberapa informan di SDN Temayang II Bojonegoro yaitu guru yang
mengajar di kelas I dan beberapa siswa. Wawancara dilakukan di saat jam
istirahat pembelajaran atau ketika sudah selesai memberikan pembelajaran di
kelas dan para siswa sudah pulang dari sekolah.
Di samping observasi dan wawancara, data juga diperoleh dari
dokumentasi dan melalui penilaian non tes. Penilaian ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana keterampilan Tata cara berwudlu siswa. Penilaian
dilakukan dari tahap pra siklus yang digunakan untuk mengetahui kondisi
awal dari keterampilan tata cara berwudlu siswa, kemudian pada tahap siklus I
49
Penyajian data pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan tahapan
penelitian menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Tahap pra siklus
2. Tahap siklus I, dan
3. Tahap siklus II
Berikut ini penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:
1. Hasil Tahap Pra Siklus
Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran Fiqih pada kelas 1 SDN
Temayang II Bojonegoro, pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut
dilakukan pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 08.45 WIB. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran
Fiqih terkait model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
Fiqih serta hasil ulangan kelas 1 SDN Temayang 2 pada materi tata
cara berwudlu.
Hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa model yang
digunakan adalah model pembelajaran langsung. Dalam model
tersebut guru menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan
penugasan. Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung
adalah banyak siswa yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang
50
kurang memahami materi tata cara berwudlu. Banyak siswa yang
masih mengalami kesulitan ketika guru meminta siswa
mempraktekkan cara berwudlu . Hal tersebut dapat dilihat dari
perolehan pra siklus di bawah ini. Di mana banyak siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 70. Sedangkan hasil belajar
siswa kelas 1 SDN Temayang 2 dikatakan tuntas jika nilai siswa
memenuhi KKM yang ditentukan. Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil pra siklus diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang
memuaskan, hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih
banyak dari pada jumlah siswa yang tuntas.
Dari 8 siswa, jumlah siswa yang lulus adalah 2 siswa dengan
nilai rata-rata pra siklus siswa kelas I adalah 63,0625, dengan
prosentase 25% sedangkan 6 siswa belum mencapai KKM dengan
prosentase 75%. Nilai tertinggi dari ulangan harian siswa adalah nilai
88 dan nilai terendah adalah nilai 44,4. Hal ini dikarenakan banyaknya
nilai pre tes siswa yang belum tuntas maka perlu adanya tindakan
perbaikan dalam pembelajaran Fiqih dengan menerapkan metode
pembelajaran Modelling the way yang diharapkan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan atau tercapainya nilai sesuai dengan KKM
yang telah ditentukan yaitu 70. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
51
2. Tahap Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP yang sudah
disusun kemudian divalidasikan kepada dosen sebagai
validator. Setelah dokumen RPP divalidasi, RPP siap
ditunjukkan kepada guru mata pelajaran untuk dipelajari. RPP
kemudian dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari
tindakan yang akan dilakukan.
b) Membuat instrument penilaian tes. Peneliti membuat
instrument tes unjuk kerja terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dilaksanakan. Instrument penilaian tes unjuk
kerja yang sudah disusun kemudian divalidasikan kepada dosen
sebagai validator.
c) Mempersiapkan instrumen panduan wawancara guru dan
siswa. Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah siklus.
Adapun daftar pertanyaan dibuat oleh peneliti sebelum
melakukana wawancara.Menyusun dan mempersiapkan
52
dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi yang disiapkan meliputi observasi aktivitas guru dan
siswa yang sudah divalidasi oleh dosen.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai dengan
pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun pada tahap
perencanaan, yaitu dimulai dengan guru mengucapkan salam
kemudian salah satu siswa memimpin doa bersama, pada saat
berdoa semua siswa mengikuti dengan tertib dan hikmat. Setelah
itu guru mengecek kehadiran siswa.
Kemudian guru menanyakan kabar dan keadaan siswa lalu
mengajak siswa untuk melakukan gerakan tepuk wudlu secara
bersama-sama sembari mengaitkan dengan materi yang akan di
pelajari.
Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan kepada siswa
yaitu “Bagaimana tata cara berwudlu ?“ masing-masing dari siswa
saling berebut menjawab, akhirnya guru menunjuk satu persatu
untuk memberikan kesempatan pada masing-masing siswa untuk
menjawa. Setelah siswa menjawab, guru menjelaskan bagaimana
melakukan tata cara berwudlu dengan baik dan benar.
Setelah itu