• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY PADA SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY PADA SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN

TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY PADA

SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2 BOJONEGORO

SKRIPSI Oleh:

NIKMATUN RIZQINA ROHMATIN NIM. D37212070

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN

TATA CARA BERWUDLU PADA MATA PELAJARAN FIQIH

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MODELLING THE WAY

PADA SISWA KELAS 1 SDN TEMAYANG 2 BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah

Oleh:

NIKMATUN RIZQINA ROHMATIN NIM. D37212070

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Nikmatun Rizqina R., Peningkatan keterampilan tata cara berwudlu pada mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Modelling the way

siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Skripsi 2016.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan siswa dalam tata cara berwudlu pada mata pelajaran Fiqih, hal ini karena penyampaian materi yang hanya dilakukan dengan ceramah dan pemberian tugas sehingga siswa pasif dan kurang terampil dalam mempraktekkan tata cara berwudlu.. Di harapkan

dengan menggunakan metode Modelling the way akan dapat menyelesaikan

permasalahan tersebut. Yaitu meningkatkan keterampilan siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro dalam pembelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui tingkat keterampilan mata pelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu sebelum diterapkan

metode Modelling the way pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, (2)

mengetahui penerapan metode Modelling the way dalam peningkatan

keterampilan berwudlu siswa mata pelajaran Fiqih materi Tata cara berwudlu pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, dan (3) mengetahui peningkatan keterampilan Tata cara berwudlu siswa mata pelajaran Fiqih

menggunakan metode Modelling the way pada siswa kelas I SDN Temayang 2

Bojonegoro.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus, dengan model Kurt Lewin, di mana dalam satu siklus terdiri dari

empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan unjuk kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat keterampilan siswa

sebelum diterapkan metode Modelling the way masih rendah, diketahui dari 8

siswa yang ada di kelas I hanya 2 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM.

Dengan perolehan nilai terendah adalah 44,4dan nilai tertinggi adalah 94,4 , serta

nilai rata-rata kelas mencapai 58,5. (2) Penerapan metode Modelling the way

berjalan efektif baik pada siklus I maupun siklus II. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas guru meningkat dari 82,1 pada siklus I menjadi 96,4 pada siklus II. Sedangkan observasi aktivitas siswa meningkat dari 75 pada siklus I menjadi 92,5pada siklus II. (3) Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan

dari 25 % dengan rata-rata 58,5 sebelum diterapkan metode Modelling the way,

menjadi 37,5 % dengan rata-rata 73,96 pada siklus I dan 87,5% dengan rata-rata

83,37 pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode Modelling the way mampu meningkatkan keterampilan siswa kelas I

dalam mata pelajaran Fiqih di SDN Temayang 2 Bojonegoro.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Lingkup Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

(9)

1. Pengertian Keterampilan Motorik ... 9

2. Indikator Keterampilan Motorik ... 11

3. Faktor yang mempengaruhi keterampilan psikomotor ... 11

4. Cara mengukur keterampilan siswa ... 13

B. Pendidikan Fiqih ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ... 15

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih ... 15

3. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih ... 16

C. Wudlu ... 17

1. Pengertian Wudlu ... 17

2. Syarat Wudlu ... 18

3. Rukun Wudlu ... 18

4. Sunah Wudlu ... 19

5. Tata Cara Berwudlu ... 20

6. Yang Membatalkan Wudlu ... 23

D. Metode Modelling The Way ... 26

1. Pengertian Metode Modelling The Way ... 26

2. Langkah-Langkah Metode Modelling The Way ... 27

3. Penggunaan Metode Modelling The Way dalam Proses Belajar ... 28

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Modelling The Way ... 29

(10)

A. Metode Penelitian ... 31

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 34

C. Variabel yang Diselidiki ... 35

D. Rencana Tindakan ... 35

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 39

F. Indikator Kinerja ... 44

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Tahap Pra Siklus ... 49

2. Tahap Siklus I ... 51

3. Tahap Siklus II ... 59

C. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.

Keterampilan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi.

Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini

banyak para ahli mengartikan keterampilan secara bervariasi akan tetapi pada

dasarnya masih memiliki konteks yang sama. Salah satunya ialah Mohammad

Zain, ia berpendapat bahwa keterampilan merupakan potensi yang ada berupa

kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.

Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk

menyelesaikan tugas dengan berhasil. Rustiyah membagi keterampilan

menjadi tiga karakteristik yakni:

1. Respon motorik

Respon motorik adalah gerakan-gerakan otot melibatkan koordinasi

gerakan mata dengan tangan, dan mengoordinasikan respon menjadi pola-pola

respon yang kompleks. Keterampilan adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan

(12)

2

2. Koordinasi gerakan

Terampil merupakan koordinasi gerakan mata dengan tangan. Oleh

karena itu keterampilan menitikberatkan koordinasi persepsi dan tindakan

motorik seperti praktek dan lain-lain.

3. Pola respon

Terampil merupakan serangkaian stimulus-respon menjadi pola-pola

respon dan rangkaian respon yang kompleks. Keterampilan yang komplek

terdiri dari unit-unit stimulus-respon dan rangkaian respon yang tersusun

menjadi pola-pola respon yang luas.1

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,

pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan

kondisi dan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif

yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman,

memberikan ruang pada siswa berfikir aktif, karena kreatif dan inovatif dalam

mengeksplorasi dan mengelaborasi keterampilannya.2

Sedangkan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif harus

menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar pelajaran mudah

tersampaikan. Metode adalah cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan dalam mencapai apa yang telah di tentukan.3 Suatu metode bisa

1

Rustiyah, N.K., Stratei Belajar Mengaja,(Jakarta: Bina Aksara, 1991), 52.

2

Rusman, Model-model Pembelajaran,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 19.

3 Wahyudi Ahadiyah, “

Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R(Survey, Question, Read, Recite,

(13)

3

dikatakan efektif jika prestasi belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan

tepat dan guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat

menghasilkan prestasi nilai yang tinggi bagi siswa itu sendiri. Meskipun tidak

menutup kemungkinan untuk menggunakan kolaborasi untuk metode lain

dalam satu proses pembelajaran. Namun tentunya ada satu metode yang

diunggulkan dalam penerapannya. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa

metode sangat berfungsi dalam penyampaian materi bahan pembelajaran baik

yang berhubungan dengan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang

kesemuanya menghendaki pendekatan yang dan metode yang berbeda. Karena

metodelah yang mampu menghantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran

dan memahami materi yang diajarkan.4

Permasalahan tersebut salah satunya ditemukan pada pembelajaran

Fiqih di SDN Temayang 2 Bojonegoro. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru mata pelajaran Fiqih di SDN Temayang 2 diperoleh keterangan bahwa

keterampilan berwudlu siswa kurang, terutama pada kelas I materi tata cara

berwudlu.

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil keterampilan tata cara berwudlu

pada siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro, bahwa dari jumlah 8 siswa

kelas I, 6 siswa nilainya masih di bawah KKM, sedangkan hanya 2 siswa yang

nilainya memenuhi KKM dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 pada

mata pelajaran Fiqih. Hal tersebut di karenakan sebagian besar tidak

4

(14)

4

memahami pelajaran yang disampaikan dan ada siswa yang belum lancar

membaca, jadi pada penerapan tata cara berwudlu tidak hanya dengan teori

akan tetapi juga praktek secara langsung. Dengan menggunakan metode

Modelling The Way akan mengarahkan anak pada peroses yang benar-benar nyata dan langsung berperan, selain itu juga siswa mampu menuangkan

fikirannya dalam menulis skenario langkah-langkah berwudlu . Karna

kemampuan berwudhu dapat diartikan kemampuan suatu individu menirukan

atau memperagakan gerakan wudhu dengan benar berdasarkan urutan tata cara

wudhu. Adanya kemampuan atau keterampilan motorik anak dalam

berwudhu akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan

bagian dari perkembangan mental anak. Kemampuan fisik dan mental yang

baik merupakan dasar bagi anak untuk membangun pengetahuan yang lebih

tinggi dan lebih luas lagi dalam mengembangkan kemampuan berwudhunya.

(Semiawan, dalam Sujiono, 2009: 1.8).

Untuk menjawab permasalah tersebut diperlukan metode yang sesuai

dan tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu

berdasarkan permasalahan di atas perlu di adakan penelitian yang berjudul

Peningkatan Keterampilan Tata Cara Berwudlu pada Mata Pelajaran Fiqh dengan Menggunakan Metode Modelling The Way Siswa Kelas 1

(15)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan Tata Cara Berwudlu sebelum di terapkannya

metode Modelling The Way ?

2. Bagaimana penerapan metode Modelling The Way pada pembelajaran

Fiqih materi Tata Cara berwudlu di Kelas 1 SDN Temayang II

Bojonegoro?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan Tata Cara Berwudlu pada Mata

Pelajaran Fiqh di Kelas 1 SDN Temayang II Bojonegoro ?

C. Tindakan yang Dipilih

Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka dapat diambil

sebuah tindakan yaitu penerapan Metode Modelling The Way dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dalam Tata Cara Berwudlu pada mata

pelajaran Fiqh di SDN Temayang 2 Bojonegoro.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui keterampilan Tata Cara Berwudlu sebelum di terapkannya

(16)

6

2. Mengetahui penerapan Metode Modelling The Way pada mata pelajaran

Fiqh kelas 1 SDN Bojonegoro

3. Mengetahui peningkatan keterampilan tata cara berwudlu pada mata

pelajaran Fiqh kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, sehingga hasil

penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan di batasi pada hal-hal

tersebut di bawah ini :

1. Mata pelajaran Fiqih pada keterampilan tata cara berwudlu . KD 9.2

Mempraktekkan tata cara berwudlu.

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas I SDN

Temayang 2 Bojonegoro.

3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016 –

2017.

4. Metode yang dipakai adalah Metode Modelling The Way untuk

meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

(17)

7

1. Bagi siswa

a. Siswa dapat mengetahui sejauh mana keterampilan yang mereka

miliki dalam keterampilan tata cara berwudlu

b. Siswa dapat meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu

2. Bagi guru:

a. Penelitian dilaksanakan agar dapat mengevaluasi pembelajaran

yang dilakukan, setelah guru dapat mengetahui masalah-masalah

yang terdapat di kelas, maka guru akan berusaha untuk

memecahkan permasalahan, sehingga pembelajaran akan lebih

efektif

b. Mendapat ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian dan dapat

langsung di terapkan disekolah terutama dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan metode baru ini di harapkan

mengurangi tingkat kejenuhan siswa dalam proses belajar yang

selalu sama.

3. Bagi peneliti

a. Dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan memberikan

pengalaman yang sangat berharga buat peneliti, karena secara

langsung peneliti akan melihat keadaan kelas, dan mengetahui

problematika yang terdapat dikelas, sehingga dari penelitian itu,

peneliti dapat belajar sebagai bekal mengajar pada masa yang akan

(18)

8

b. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang

bagaimana penggunaan metode latihan (Modelling The Way)

sebagai salah satu metode pembelajaran Fiqih.

c. Menjadi motivasi bagi mahasiswa bahwa proses pembelajaran

tidak hanya selalu menggunakan buku pegangan dan papan, tetapi

masih banyak strategi ataupun metode lain yang dapat digunakan.

Serta dapat menambah perbendaharaan teknik bagi calon guru

yang sebentar lagi akan benar-benar terjun ke masyarakat untuk

(19)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Tata Cara Berwudlu

1. Pengertian Keterampilan Motorik

Istilah keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot

(muscular) untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Gerakan-gerakan otot yang terkoordinasi dikoordinasikan oleh persepsi kita terhadap

peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar kita. Pengertian persepsi

menunjukkan pada individu mengorganisasi dan menafsirkan informasi

yang datang kepada seorang melalui macam-macam alat pengindraan.

„Motor‟ menunjuk pada gerakan otot.

Berdasarkan rumusan di atas, maka tampak bahwa suatu

keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a

chain) respon motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi pola-pola respons yang

kompleks.5

Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk

menyelesaikan tugas dengan berhasil. Rustiyah membagi keterampilan

menjadi tiga karakteristik yakni:

5

(20)

10

a. Respon motorik

Respon motorik adalah gerakan-gerakan otot melibatkan

koordinasi gerakan mata dengan tangan, dan mengoordinasikan

respon menjadi pola-pola respon yang kompleks. Keterampilan

adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan unit stimulus respon

berperan sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya.

b. Koordinasi gerakan

Terampil merupakan koordinasi gerakan mata dengan tangan.

Oleh karena itu keterampilan menitikberatkan koordinasi persepsi

dan tindakan motorik seperti praktek dan lain-lain.

c. Pola respon

Terampil merupakan serangkaian stimulus-respon menjadi

pola-pola respon dan rangkaian respon yang kompleks. Keterampilan

yang komplek terdiri dari unit-unit stimulus-respon dan rangkaian

respon yang tersusun menjadi pola-pola respon yang luas.6

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah suatu kecakapan atau keahlian dalam melakukan

sesuatu kegiatan yang memerlukan gerakan-gerakan. Oleh karena itu

keterampilan sangat ada kaitannya dengan menerapkan wudlu dan dapat

diartikan kemampuan sebuah kooordinasi gerakan-gerakan dan bacaan

wudlu.

6

(21)

11

2. Indikator Keterampilan motorik

Untuk mempelajari keterampilan, tidak cukup dengan hanya

menggunakan kondisi-kondisi eksternal, tetapi di perlukan entering

behavior yang telah di miliki oleh siswa. Pengembangan suatu keterampilan yang lebih kompleks hanya mungkin jika siswa telah

memiliki keterampilan-keterampilan sebelumnya. Untuk dapat belajar

berwudlu siswa harus terampil dalam gerakan kaki, dan gerakan tangan

sebelumnya, karena keterampilan bersifat kompleks dan merupakan suatu

pola respons.

Keterampilan adalah sebuah performance dari suatu tugas khusus

dimana dalam performance tersebut harus memiliki kecakapan jasmaniah

yang terdiri atas kekuatan, kecepatan, keluwesan, keseimbangan,

koordinasi dan ketahanan.

3. Faktor yang mempengaruhi keterampilan tata cara

Beberapa yang mempengaruhi kecepatan penguasaan keterampilan

psikomotor:

Faktor Penemuan-penemuan penelitian

Kemajuan dalam keterampilan gerak dasar

Tidak semua keterampilan gerak dasar (therbligs)

berkembang, dengan kecepatan yang sama, gerak-gerak di tempat, seperti memegang dan posisi, condong berkembang lebih cepat dari gerak untuk tindakan, seperti menggapai dan beranjak, perbedaan ini

mungkin disebabkan karena gerak di tempat

melibatkan jumlah persepsi yang lebih banyak. Kecepatan

perkembangan

(22)

12

yang lemah (yang dikaitkan dengan aspek motorik dari tugas)

Plateaux atau tanpa

berkembang

plateaux”, atau waktu tanpa perkembangan/

kemajuan, pada umumnya tidak ada dalam tugas-tugas yang sederhana. Dalam waktu yang lebih kompleks, dapat terjadi pada waktu yang berbeda bagi orang yang satu dari orang yang lain. Ini disebabkan oleh faktor pribadi (seperti gangguan, kekurangan intensif, kondisi kerja, dan sebagainya), atau karena faktor-faktor inheren dalam menguasai keterampilan bersangkutan. Performance

yang terampil

Kemajuan dalam menguasai keterampilan bertambah dengan latihan, tetapi menjadi berkurang jika sudah terjadi penugasan. Jika pada permulaan terjadi garis miring ke atas, maka pada saat penugasan tercapai, garis mulai mendatar.

Mengajarkan isi keterampilan suatu pekerjaan meliputi menyuruh

murid melakukan sesuatu, dan ini berarti guru harus memiliki 5 tanggung

jawab:

a. Ia harus mendemonstrasikan keterampilan itu kepada para peserta /

murid sebagai daur operasi yang sempurna.

b. Ia harus menguraikan keterampilan tersebut menjadi bagian-bagian yang

mempunyai hubungan, tetapi juga tersendiri, dan merupakan “rutin-rutin

kecil “. Kemudian ia harus dapat mendemonstrasikan dengan suatu

penugasan yang dimiliki oleh pekerja yang terampil.

c. Ia harus mengatakan kepada murid bagaimana seseorang yang terampil

memperoleh keterampilannya itu, kemudian menunjukkan kepada

mereka bagaiman mereka sebenarnyamemperoleh hasil yang baik itu.

d. Ia harus memungkinkan para peserta untuk terus menerus meraih “rutin

(23)

13

melampaui kriteria keterampilan, yakni sampai pada taraf “ over

learning” atau keotomatisan.

e. Ia harus meyakinkan bahwa “rutin-rutin” tersebut saling berkaitan

(secara retrogresif maupun progresif), lalu menyelesaikan pekerjaan

sampai pada taraf otomatis.7

4. Cara Mengukur Keterampilan (Psikomotor) Siswa

Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan

aspek-aspek keterampilan yang melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot

(neuronmuscular system) dan berfungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari

kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),

menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).

Ketika peserta didik telah memahami dan menginternalisasikan

nilai-nilai mata pelajaran dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah

bagaimana peserta didik mampu mengaplikasikan pemahamannya dalam

kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau tindakan.

Menurut singer (1972) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati,

bahwa mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah

mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada

reaksi-reaksi fisik.

Menurut Ryan (1980) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati,

penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

7

(24)

14

a. Melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama

proses belajar mengajar.

b. Kedua, setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada

siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap.

c. Ketiga, beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam

lingkungan kerjanya.

Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau

keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.8

B. Pendidikan fiqih

1. Pengertian pembelajaran fiqih

Pembelajaran fiqih dalam kurikulum madrasah ibtidaiyah adalah

salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama islam yang

diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi

dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

8

(25)

15

Mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran

bermuatan pendidikan agama islam yang memberikan pengetahuan

tentang ajaran agama islam dalam segi syara‟ dan membimbing peserta

didik dalam hal ini anak usia madrasah ibtidaiyah agar memiliki keyakinan

dan pengetahuan hukum-hukum dalam islam dengan benar serta

membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya dalam kehidupan

sehari-hari. Kesimpulannya, pembelajaran fiqih berarti proses belajar mengajar

tentang ajaran agama islam dalam segi syara‟ yang dilaksanakan di dalam

ruangan belajar antara guru dan peserta didik dengan materi yang telah

direncanakan.

2. Tujuan pembelajaran fiqih

Mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah merupakan salah satu

mata pelajaran yang mempelajari tentang ibadah terutama menyangkut

pengenalan dan pemahaman cara-cara pelaksanaan rukun islam dan

pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang

menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan

tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta

tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial

mata pelajaran fiqih memberikan kontribusi dalam memberikan dalam

kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum islam

(26)

16

dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama

manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Kesimpulannya, fiqih di madrasah ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok

hukum islam secara terprinci dan menyeluruh, baik berupa dalil Naqli dan

Aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman

hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

3. Fungsi Mata pelajaran Fiqih

Fungsi mata pelajaran fiqih adalah digunakan untuk memberikan

pengetahuan syari‟at islam, meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan

pembiasaan yang berkaitan dengan pemanfaatan bagi kehidupan

sehari-hari.

Sesuai dengan pengertian dan fungsi fiqih, maka mata pelajaran

fiqih di Madrasah Ibtidaiyah diharapkan dapat mencapai sasaran berikut :

a. Menumbuhkembangkan pengertian syari‟at islam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

b. Menanamkan pengalaman tentang peranan syari‟at islam terhadap lingkungan sosial di sekitar siswa.

c. Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap pelaksanaan

(27)

17

d. Menumbuhkembangkan kemampuan untuk mengetahui

danmengamalkan syari‟at islam dalam kehidupan sehari-hari9

C. WUDLU

1. Pengertian wudlu

Menurut lughat, wudlu adalah perbuatan, menggunakan air pada

anggota tubuh tertentu, sedangkan wadlu ialah air yang digunakan untuk

berwudlu. Kata ini berasal dari wadha’ah yang berarti baik, dan bersih.

Dalam istilah syara‟ wudlu ialah perbuatan tertentu yang dimulai dengan

air.10

Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majh, wudlu

diwajibkan sebelum hijrah, pada malam isra‟ mi‟raj, bersamaan dengan

kewajiban sholat lima waktu. Mula-mula wudlu itu diwajibkan setiap kali

hendak melakukan shalat, tetapi kemudian kewajiban itu dikaitkan dengan

keadaan berhadats.

Dalil-dalil wajib wudlu ialah :

a. Ayat Al-qur‟an





















































9

Departemen Agama RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum

Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1994), 95-96.

10

(28)

18

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Al-Maidah : 6)

b. Hadits Rasul saw.

كدحا ةاص ها لبقي او

ءاضوتي ىتح ثدحاذا م

Allah tidak menerima shalat seorang kamu bila ia

berhadats, sampai ia berwudlu. (HR. Bayhaqi, Abu Daud dan

Tirmidzi).

c. Ijma‟ ulama, dalam hal ini tidak ada sama sekali pendapat yang mengatakan bahwa wudlu itu tidak wajib.

Untuk sahnya wudlu harus terpenuhi beberapa syarat dan fardlu.

Akan tetapi, untuk kesempurnaanya ada beberapa hal yang sunnah

dilakukan pada waktu berwudlu.

2. Syarat Wudlu

Syarat sahnya wudlu :

a. Islam, karena wudlu itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak

sah kecuali dilakukan oleh orang muslim.

b. Tamyiz

c. Air mutlak

d. Tidak ada yang mengahalangi, baik hissy maupun syar‟i

e. Masuk waktu sholat

(29)

19

Sebelum melakukan wudlu adapun rukun yang harus di penuhi

yaitu:

a. Niat

b. Membasuh muka

c. Membasuh kedua tangan sampai siku

d. Mengusap sebagian rambut

e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

f. Tertib

4. Sunnah Wudlu

Golongan Hanafiyah menetapkan lima belas macam sunnat wudlu :

a. Membasuh dua tangan sampai pergelangan sebelum berwudlu.

b. Membaca tasmiyah ketika hendak memulai wudlu

c. Menggosok gigi sebelum berwudlu

d. Berkumur-kumur tiga kali

e. Istinsyaq (memasukkan air ke hidung) kemudian

menyemburkan-nya.

f. Melebihkan berkumur-kumur

g. Menyilang-nyilangi jenggot yang tebal sebagaimana biasa

dilakukan oleh Nabi saw.

h. Menyilang-nyilangi anak jari

i. Menyapu kedua telinga

(30)

20

k. Mendahulukan bagian yang kanan, ujung jari serta kepala bagian

depan.11

5. Tata Cara berwudlu

a. Niat

Niat artinya menyengaja sesuatu serentak dengan

melakukannya. Tempat dan pelaku niat itu adalah hati, namun, sunnah

menyertainya dengan ucapan lisan untuk membantu pernyataan

sengaja yang didalam hati itu.

Niat berfungsi membedakan antara:

1) Perbuatan ibadat dengan yang bukan ibadat.

2) Tingkatan-tingkatan ibadat, yakni antara yang fardlu dengan

yang sunnah.

Niat adalah salah satu fardlu atau rukun wudlu dan merupakan

bagian dari padanya. Tanpa niat, berarti wudlu itu tidak lengkap

sehingga tidak sah.

b. Membasuh muka

Membasuh muka diwajibkan berdasarkan perintah membasuh

muka pada surat al-maidah, ayat 6 di atas.





Maka basuhlah mukamu (Al-maidah:6)

11

(31)

21

Basuhan itu mesti merata kesuluruh wajah yaitu bagian depan

kepala. Batas yang wajib dibasuh ketika berwudlu ialah, memanjang

dari tempat tumbuh rambut sampai dengan ujung dagu dan melintang

dari daun telinga ke daun telinga lainnya.

Dalam membasuh muka itu, air harus mengalir pada bagian

luar kulit maupun rambut yang terdapat pada wajah. Jadi, bagian

dalam mulut, hidung, dan mata tidak wajib terkena basuhan.

c. Membasuh tangan

Kewajiban membasuh kedua tangan pada wudlu di dasarkan

atas firman Allah :















Dan tanganmu sampai dengan siku (Al-maidah:6)

Basuhan itu meliputi keseluruhan tangan dari ujung-ujung jari

sampai dengan kedua siku. Kedua siku termasuk bagian yang wajib

dibasuh.

d. Mengusap sebagian kepala

Yang dimaksud dengan menyapu ialah sekedar menyampaikan

tanpa mengalir, dengan meletakkan tangan yang basah kepada kepala.

Kewajiban mengusap kepala di dasarkan atas:





(32)

22

Hadits Mughirah yang mengatakan bahwa ketika Nabi saw

berwudlu, beliau menyapu ubun-ubun dan sorbannya, kemudian

menyapu kedua khufnya(H.R Muslim).

Hadits ini sekaligus menunjukkan bahwa yang wajib dibasuh

itu hanyalah sebagian dari kepala, bukan seluruhnya. Disini dijelaskan

bahwa nabi menyapu ubun-ubunya. Ubun-ubun itu adalah bagian dari

kepala. Ini berarti bahwa yang wajib disapu bukan seluruh kepala

melainkan hanyalah sebagiannya saja.

e. Membasuh kedua kaki

Membasuh kaki adalah wajib. Berdasarkan :













Dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki

(Al-Maidah:6).

Hadits jabir mengatakan bahwa Nabi saw. Memerintahkan agar

membasuh kaki bila berwudlu, kewajiban ini berlaku bagi setiap orang

yang berwudlu kecuali jika ia menyapu khuf dengan ketentuan dan

syarat-syarat yang akan di terangkan kemudian.

Ada juga pendapat yang lemah dari kalangan Syi‟ah bahwa

kaki tidak wajib di basuh, tetapi cukuplah disapu saja. Mereka

beralasan dengan alasan dengan wa arjulikum yang dibaca dengan

(33)

23

adalah benar, akan tetapi, menjadikannya sebagai dalil untuk menyapu

kaki tidak tepat.

Dalam membasuh kaki ini, kedua mata kaki harus ikut

terbasuh, sebab pada ayat di atas disebutkan sampai ke mata kaki. Para

ulama‟tafsir menafsirkannya dengan „ beserta kedua mata kaki‟ .

seperti pada basuhan lainnya disini juga wajib diperhatikan bahwa air

itu mesti mencapai seluruh bagian dari kaki. Jika kaki itu terdapat

sesuatu yang menghalangi air, misalnya kotoran di bawah kuku, maka

wajib membuangnya terlebih dahulu agar air tidak benar-benar sampai

kesuluruh kaki.

f. Tertib

Yang dimaksudkan tertib ialah melakukan rukun-rukun wudlu

itu sesuai dengan urutan tersebut pada ayat wudlu di atas, di mulai

dengan muka, tangan, kepala dan kemudian kaki.12

6. Yang Membatalkan Wudlu

Semua yang membatalkan wudlu dan mandi, juga dapat

membatalkan tayamum. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan di

sebutkan secara global hal-hal yang dapat membatalkan wudlu yang

12

(34)

24

sekaligus dapat tayamum, seperti yang terdapat pada kitab Ad Dinul

khalis.

Menurut golongan Hanafi, hal-hal yang dapat membatalkan wudlu

ada tujuh yaitu :

a. Segala sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan ketika dalam

keadaan sehat.

b. Setiap najis yang keluar dari badan dan mengalir pada tempat yang

seharusnya dibersihkan(disucikan)

c. Muntah yang memenuhi mulut

d. Tidur sambil berbaring atau bersandar pada sesuatu yang kaalau

diambil, maka ia jatuh.

e. Hilang akal disebabkan pingsan,gila atau mabuk

f. Tertawa yang dapat membangunkan shalat orang yang ruku dan

sujud

g. Bersentuhan kulit yang fahisyah(yang berat atau berjimak)

Menurut golongan maliki hal-hal yang dapat membatalkan wudlu

ada enam, yaitu :

a. Ada yang biasa keluar dari salah satu dua jalan dalam keadaan

sehat, di antaranya angin (kentut), dan hadi’ air putih yang

keluarsebelum melahirkan.

(35)

25

c. Menyentuh anggota tunuh yang dapat mengundang syahwat, atau

bertujuan untuk bersenang-senang, atau menemukannya (tidak

sengaja memegangnya)

d. Menyentuh dzakar dengan syarat.

e. Ragu-ragu dalam hadas atau sebab-sebab hadas

f. Murtad.

Menurut golongan syafi‟i hal-hal yang membatalkan wudlu ada

empat, yaitu :

a. Setiap yang keluar dari salah satu dua jalan kecuali mani (sperma).

b. Hilang akal disebabkan gila, sinting, mabuk, pingsan, atau tidur

yang tidak tetap posisinya.

c. Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan dengan shaywat dan

tanpa ada penghalang.

d. Menyentuh dubur atau kubul tanpa ada penghalang.

Menurut golongan hambali, hal-hal yang dapat membatalkan

wudlu ada delapan, yaitu :

a. Setiap yang keluar dari salah satu dua jalan

b. Setiap najis yang banyak yang keluar dari seluruh tubuh

c. Hilang akal

d. Menyentuh farji sendiri, atau farji orang lain tanpa ada penghalang

e. Menyentuh kulit laki-laki atau perempuan pada kulit orang lain

(36)

26

f. Murtad

g. Memakan daging unta

h. Memandikan mayat13

D. METODE MODELLING THE WAY

1. Pengertian Modelling The Way

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk

menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode ini diharapkan

tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan

mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi efektif. Dalam

interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing. Proses

interaktif ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan

dengan guru.14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode diartikan cara kerja

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai

apa yang telah ditentukan.15 Dengan kata lain metode adalah suatu cara

yang bersistem untuk mencapai tujuan tertentu. Guru dengan sadar

merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dengan

13

Thaha Abdullah Al afify, Cara Bersuci dan Shalat Rasulullah, (Bandung: Trigenda Karya, 1994), 83-84.

14

R.Nana Subjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), 76.

15

(37)

27

memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Kegiatan

perencanaan pembelajaran ini salah satunya adalah merencanakan metode

yang akan diterapkan . Penggunaan metode mempengaruhi hasil belajar

siswa. Dengan demikian guru tidak boleh sembarangan memilih dan

menggunakannya. Bahan pengajaran yang satu mungkin cocok dengan

suatu metode tertentu tetapi untuk pelajaran lainnya lebih tepat jika

menggunakan metode lain. Maka menjadi penting mengenal bahan untuk

keperluan pemilihan metode.

Metode Modelling The Way (membuat contoh praktek)adalah

metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempraktekkan keterampilan spesifik yang di pelajari di kelas melalui

demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan skenario

sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan

dan teknik yang baru saja dijelaskan. Metode sangat baik bila digunakan

untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.16

2. Langkah-langkah Metode Modelling The Way

Langkah-langkah yang di gunakan pada metode ini adalah :

a. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang

menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan

yang baru diterangkan.

16

(38)

28

b. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan

jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan

suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.

c. Berikan kepada siswa waktu 10-15 menit untuk menciptakan

skenario kerja.

d. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih.

e. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja

masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok

lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang

dilakukan.

f. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.17

3. Penggunaan Metode Modeling The Way dalam Proses Belajar Mengajar

Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif

mengungkapkan bahwa metode Modeling The Way memberi kesempatan

kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan

kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan skenario

sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan

dan teknik yang baru saja dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika

digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan

tertentu.

17

(39)

29

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Modeling The Way

Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:

a. Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial

yang ia jumpai.

b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.

c. Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan

pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat.

d. menerima dan menghargai pendapat oranglain.

e. Memupuk perkembangan kreativitas anak.

Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:

a. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu

cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat.

b. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara

wajar kurang terpenuhi.

c. Rasa malu dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam

memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi

harapan (Sriyono dkk, 1992: 118).18

18

(40)

31

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran jika

diterapkan dengan baik dan benar. Karena hakikat dari Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas

dan dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pada

pembelajaran untuk memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta

menerapkan pembelajaran dengan cara baru guna mencapai tujuan

pembelajaran.19

Suharsimi Arikunto mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Tindakan tersebut diarahkan oleh guru dan kemudian dilakukan oleh siswa.20

Penelitian tindakan kelas dapat diartikan juga suatu kegiatan ilmiah

yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan jalan merancang,

melaksanakan, mengamati dan merefleksikan tindakan melalui beberapa

19

Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 20.

20

(41)

32

siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki

atau meningkatkan mutu proses pembelajaran dikelasnya.21

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan tiga prinsip, yakni:

1. Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan.

2. Adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau

kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut, dan

3. Adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau

kegiatan.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari teori

Kurt Lewin. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari

empat komponen, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3)

pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus yang dapat digambarkan sebagai

berikut.22

21

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2013), 46.

22

(42)

[image:42.595.114.559.110.527.2]

33

Gambar 3.1 Model Action Research Kurt Lewin

1. Menyusun Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas

dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan

instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan

hasil tindakan.

Identifikasi masalah

Perencanaan

(Planning)

Tindakan (Acting) Refleksi

(Reflecting)

Observasi

(Observing)

Perencanaan Ulang

Siklus I

Siklus II

(43)

34

2. Melaksanakan Tindakan (acting)

Pada tahap ini, melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan

pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah mengamati

perilaku guru selama proses pembelajaran serta siswa-siswi dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi/kerja

sama antar siswa-siswi dalam kelompok, mengamati pemahaman

tiap-tiap anak terhadap penugasan materi pembelajaran yang telah

dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Melakukan Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah mencatat hasil

observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil

pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan

penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat

dicapai.23

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

23

(44)

35

Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN Temayang 2

Bojonegoro. Peneliti memilih sekolah SDN Temayang 2 Bojonegoro

karena pada sekolah tersebut terdapat masalah yaitu rendahnya

keterampilan tata cara berwudlu pada siswa kelas I.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada akhir semester genap yaitu

pada bulan April sampai Mei 2016.

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Temayang 2

Bojonegoro tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah 8 siswa. Terdiri dari 4

siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel – variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah:

1. Variabel input : Siswa kelas I SDN Temayang 2 Bojonegoro

2. Variabel proses : Metode Modelling The Way

3. Variabel output : Peningkatan keterampilan tata cara berwudlu siswa

melalui metode Modelling The Way dalam mata pelajaran Fiqih.

D. Rencana Tindakan

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang

(45)

36

langkah pokok yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), refleksi (reflecting).

Siklus I

Langkah-langkah siklus 1 terdiri dari :

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

b. Menyediakan fasilitas dari sarana yang diperlukan di dalam kelas

c. Menyiapkan lembar pengamatan aktifitas guru dan siswa selama

pelaksanaan pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Merupakan gambaran terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

Kegiatan Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa.

b. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa

c. Mengecek kehadiran siswa-siswi (siapa yang hari ini tidak hadir?)

d. Memberikan ice breaking dengan memberikan tepuk wudlu 1, 2, 3

untuk memfokuskan perhatian siswa sekaligus memancing materi

yang hendak disampaikan.

e. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi hari ini

(46)

37

f. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari hari ini

g. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran, yaitu siswa mampu menuliskan skenario

langkah-langkah berwudlu dengan tepat, serta siswa mampu

mendemonstrasikan tata cara wudlu dengan benar dan tepat.

Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok dalam satu kelas.

b. Masing-masing kelompok menuliskan skenario tentang

langkah-langkah wudlu yang mereka ketahui

c. Secara bergiliran masing-masing kelompok mendemonstrasikan

skenario yang telah dibuat di depan kelas.

d. Setelah selesai, guru memberi kesempatan kepada kelompok lain

untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang

dilakukan

e. Guru meminta satu per satu dari siswa untuk mendemonstrasikan

tata cara berwudlu secara bergantian.

f. Guru melakukan klarifikasi dan memberi penguatan tentang tata

cara wudlu yang benar dan tepat.

Kegiatan Penutup

a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang

(47)

38

b. Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang belum

dipahami

c. Bersama siswa dan guru membuat kesimpulan

d. Mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran

e. Mengucapkan salam

3. Tahap Observasi

Selama kegiatan pengamatan berlangsung, beberapa hal yang

harus dilakukan peneliti adalah:

a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran

b. Memantau kegiatan siswa

c. Memahami pemahaman tiap-tiap anak terhadap penugasan materi

pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK

d. Mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah:

a. Mencatat hasil observasi

b. Mengevaluasi hasil observasi

c. Menganalisis hasil pembelajaran

d. Mencatat kelemahan dan kelebihan untuk dijadikan bahan

(48)

39

Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai

perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua sama dengan siklus

pertama yaitu dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan

pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

Pada tahap ini, dilakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan yang

terjadi pada siklus I. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan guru kolaborator

untuk mengevaluasi agar dapat dibuat kesimpulan dari pelaksanaan

pembelajaran tersebut.

E. Data dan Cara Pengumpulan

1. Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden

maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik

atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.24

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk

kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana

pembelajaran. Data ini berupa lembar pengamatan aktifitas siswa,

lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa

24

(49)

40

dan guru. Gambaran tersebut adalah apa saja yang dilakukan

selama pembelajaran antara lain, aktivitas siswa selama mengikuti

proses pembelajaran dari antusias, perhatian serta kepercayaan diri

siswa yang dapat dianalisis secara kualitatif.

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1) Analisis Persentase Aktivitas Guru dan Siswa

Data tentang aktivitas siswa dianalisis dengan

menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap indikator.

Rumus mengitung presentasi aktivitas siswa untuk tiap-tiap

indikator adalah:

Persentase aktivitas (guru/siswa) =

jumlah skor perolehan x 100%

jumlah skor maksimal

Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan

pembelajaran serta hasil belajar yang dicapai siswa dianalisis

dengan deskriptif persentase. Aktivitas siswa dan guru

dikatakan baik jika telah mencapai ≥ 75%.25

2) Analisis Ketuntasan

Untuk analisis hasil penilaian siswa dilakukan dengan

cara mengubah skor yang diperoleh siswa menjadi nilai siswa.

25

(50)

41

Siswa dikatakan telah tuntas atau berhasil apabila telah

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 70.

Nilai tersebut dapat diperoleh dengan rumus:

Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan

nilai yang diperoleh seluruh siswa selanjutnya dibagi dengan

jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Untuk menghitung rata-rata kelas digunakan rumus sebagai

berikut:26

Keterangan :

X : Nilai rata-rata

ƩX : Jumlah semua nilai siswa

N : Banyak siswa

Sedangkan tingkat ketuntasan belajar dikelompokkan

ke dalam kategori berikut27:

26

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 288.

27

(51)

[image:51.595.148.503.152.509.2]

42

Tabel 3.1

Kriteria Ketuntasan Belajar

Tingkat keberhasilan Arti

86%-100% Sangat baik

76%-85% Baik

60%-75% Cukup

55%-59% Kurang

≤54% Kurang sekali

Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai

ketuntasan klasikalnya ≥75% maksudnya jika dalam satu kelas

siswa yang berhasil ≥75% maka ketuntasannya tercapai.

Apabila hasil yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran

adalah ≥75% atau lebih maka siswa tersebut dipandang telah

menguasai bahan pelajaran yang bersangkutan dan siap untuk

mengikuti program atau satuan pembelajaran berikutnya.28

2. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan

data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penentuan teknik

pengumpulan data ini bergantung pada data yang diperoleh. Adapun

pengumpulan data yang diperoleh untuk mengumpulkan data ini, peneliti

menggunakan teknik antara lain:

28

(52)

43

a. Pengamatan atau Observasi

Observasi adalah salah satu proses pengamatan dan

pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional

mengetahui berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk

mencapai tujuan tertentu.29 Observasi ini digunakan untuk

mengetahui data aktifitas siswa dan guru yang dilaksanakan oleh

peneliti melalui lembar observasi. Kegiatan ini dilaksanakan 3 kali

yaitu : tahap pra siklus 18 mei 2016 , siklus I pada 24 mei 2016,

dan siklus II pada 28 mei 2016.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang

bertujuan untuk memperoleh informasi, seperti melakukan

percakapan30wawancara ini digunakan untuk memperoleh data

tentang masalah yang akan di teliti oleh peneliti tentang

peningkatan keterampilan berwudlu pada mata pelajaran Fiqih,

serta menemukan kesulitan yang di hadapi guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal

17 mei 2016. Terlampir

29

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 115.

30

(53)

44

c. Penilaian Non Tes

Pada penelitian ini, tehnik penilaian yang digunakan untuk

mengukur keterampilan siswa dalam praktek berwudlu adalah non

tes. Tingkat keterampilan tata cara berwudlu siswa diukur dengan

teknik non tes dengan bentuk penilaian unjuk kerja. Instrumen

yang digunakan adalah rubrik penilaian unjuk kerja, adapun rubrik

dan format penilaian produk dapat dilihat di lampiran.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.31

Dokumentasi mencakup arsip-arsip berupa tulisan, foto

atau hal-hal yang memungkinkan untuk digali sebagai data dalam

proses penelitian, seperti data siswa kelas I SDN Temayang 2

Bojonegoro, nilai siswa serta catatan lapangan dari hasil

pengamatan, dan lain sebagainya.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat

tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau

31

(54)

45

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Indikator kinerja harus realistik

dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya).32

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut:

1. Minimal 90% siswa memenuhi KKM yang telah ditentukan.

2. Rata-rata skor siswa minimal 70

3. Minimal 90% siswa mencapai prestasi belajar dan aktif dalam

pembelajaran.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru

kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Adapun rincian tugas guru dan

mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

a. Nama : Nikmatun Rizqina Rohmatin

b. NIM : D37212070

c. Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

d. Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

e. Tugas :

1) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

instrumen penelitian yang lain

32

(55)

46

3) Terlibat dalam semua jenis kegiatan

2. Guru Kelas

a. Nama : Drs. Abu Choir

b. Jabatan : Guru kelas I

c. Tugas :

1) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan

2) Sebagai observer keterampilan guru mengajar dan aktifitas

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Tata cara berwudlu Pada Mata Pelajaran Fiqih dengan

menggunakan Metode Modelling The Way siswa Kelas I SDN Temayang 2

Bojonegoro”.

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

LOKASI PENELITIAN

1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SDN Temayang 2

Status Sekolah : Negeri

Akreditasi : A

Alamat Sekolah : Ds. Temayang Kec. Temayang Kab. Bojonegoro

Kode Pos : 6218

2. Visi dan Misi MI Nurul Huda

a. Visi

a) Cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani

b) Beriman dan taqwa, serta berakhlak mulia

b. Misi

(57)

48

b) Menumbuhkan semangat olahraga untuk meraih prestasi

c) Membentuk Sdm yang berkualitas

d) Menciptakan sekolah sebagai mitra kerja

B. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui observasi, wawancara,

dokumentasi dan penilaian non tes. Observasi dilakukan untuk mengamati

aktivitas guru dan aktivitas siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran di

kelas untuk meningkatkan keterampilan tata cara berwudlu dengan

menggunakan metode Modelling The Way.

Selain observasi, data diperoleh melalui wawancara yang dilakukan

kepada beberapa informan di SDN Temayang II Bojonegoro yaitu guru yang

mengajar di kelas I dan beberapa siswa. Wawancara dilakukan di saat jam

istirahat pembelajaran atau ketika sudah selesai memberikan pembelajaran di

kelas dan para siswa sudah pulang dari sekolah.

Di samping observasi dan wawancara, data juga diperoleh dari

dokumentasi dan melalui penilaian non tes. Penilaian ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana keterampilan Tata cara berwudlu siswa. Penilaian

dilakukan dari tahap pra siklus yang digunakan untuk mengetahui kondisi

awal dari keterampilan tata cara berwudlu siswa, kemudian pada tahap siklus I

(58)

49

Penyajian data pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan tahapan

penelitian menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Tahap pra siklus

2. Tahap siklus I, dan

3. Tahap siklus II

Berikut ini penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:

1. Hasil Tahap Pra Siklus

Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan

oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran Fiqih pada kelas 1 SDN

Temayang II Bojonegoro, pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut

dilakukan pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 08.45 WIB. Wawancara ini

dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran

Fiqih terkait model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

Fiqih serta hasil ulangan kelas 1 SDN Temayang 2 pada materi tata

cara berwudlu.

Hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa model yang

digunakan adalah model pembelajaran langsung. Dalam model

tersebut guru menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan

penugasan. Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung

adalah banyak siswa yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang

(59)

50

kurang memahami materi tata cara berwudlu. Banyak siswa yang

masih mengalami kesulitan ketika guru meminta siswa

mempraktekkan cara berwudlu . Hal tersebut dapat dilihat dari

perolehan pra siklus di bawah ini. Di mana banyak siswa yang

memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 70. Sedangkan hasil belajar

siswa kelas 1 SDN Temayang 2 dikatakan tuntas jika nilai siswa

memenuhi KKM yang ditentukan. Berdasarkan data yang diperoleh

dari hasil pra siklus diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang

memuaskan, hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih

banyak dari pada jumlah siswa yang tuntas.

Dari 8 siswa, jumlah siswa yang lulus adalah 2 siswa dengan

nilai rata-rata pra siklus siswa kelas I adalah 63,0625, dengan

prosentase 25% sedangkan 6 siswa belum mencapai KKM dengan

prosentase 75%. Nilai tertinggi dari ulangan harian siswa adalah nilai

88 dan nilai terendah adalah nilai 44,4. Hal ini dikarenakan banyaknya

nilai pre tes siswa yang belum tuntas maka perlu adanya tindakan

perbaikan dalam pembelajaran Fiqih dengan menerapkan metode

pembelajaran Modelling the way yang diharapkan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan atau tercapainya nilai sesuai dengan KKM

yang telah ditentukan yaitu 70. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1

(60)

51

2. Tahap Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:

a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP yang sudah

disusun kemudian divalidasikan kepada dosen sebagai

validator. Setelah dokumen RPP divalidasi, RPP siap

ditunjukkan kepada guru mata pelajaran untuk dipelajari. RPP

kemudian dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari

tindakan yang akan dilakukan.

b) Membuat instrument penilaian tes. Peneliti membuat

instrument tes unjuk kerja terlebih dahulu sebelum

pembelajaran dilaksanakan. Instrument penilaian tes unjuk

kerja yang sudah disusun kemudian divalidasikan kepada dosen

sebagai validator.

c) Mempersiapkan instrumen panduan wawancara guru dan

siswa. Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah siklus.

Adapun daftar pertanyaan dibuat oleh peneliti sebelum

melakukana wawancara.Menyusun dan mempersiapkan

(61)

52

dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi yang disiapkan meliputi observasi aktivitas guru dan

siswa yang sudah divalidasi oleh dosen.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai dengan

pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun pada tahap

perencanaan, yaitu dimulai dengan guru mengucapkan salam

kemudian salah satu siswa memimpin doa bersama, pada saat

berdoa semua siswa mengikuti dengan tertib dan hikmat. Setelah

itu guru mengecek kehadiran siswa.

Kemudian guru menanyakan kabar dan keadaan siswa lalu

mengajak siswa untuk melakukan gerakan tepuk wudlu secara

bersama-sama sembari mengaitkan dengan materi yang akan di

pelajari.

Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan kepada siswa

yaitu “Bagaimana tata cara berwudlu ?“ masing-masing dari siswa

saling berebut menjawab, akhirnya guru menunjuk satu persatu

untuk memberikan kesempatan pada masing-masing siswa untuk

menjawa. Setelah siswa menjawab, guru menjelaskan bagaimana

melakukan tata cara berwudlu dengan baik dan benar.

Setelah itu

Gambar

Gambar 3.1 Model Action Research Kurt Lewin
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Svaki mobilni telefon se sastoji od razliĉitih dijelova (procesor, matiĉna ploĉa, baterija, zaslon, kućište itd.) koji ĉine funkcionalnu cijelinu. Mobilno trţište se

Ingat bahwa pola dari setiap subbarisan pembangkit dari kode baru adalah benar-benar sama dengan satu dari kode gray terrefleksi terkait, dengan menggunakan batas bawah yang

Bagi Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang mempengaruhi kasus

Sebagai bahan dalam pembuatan skripsi ini, penulis memilih topik penjadwalan mesin dengan judul “Perancangan Program Aplikasi Penjadwalan N Job M Mesin Dengan Menggunakan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan, media

Data yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain : Peta Rupa Bumi Indonesia Kota Surabaya, persebaran koordinat sumur bawah tanah Kota Surabaya, dan hasil analisis laboran

Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kombinasi sambiloto, temulawak dan kayu manis dengan dosis 60 mg/kgBB, 140 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB terhadap tikus putih selama

by using pictures to the fourth year students of elementary school in order to help the students master the vocabulary and to know how far the effectiveness