(Studi Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)
SKRIPSI
OLEH
:
WAHYUDI RAKHMAN SUSILO NIM: C01209068
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang “Tinjauan Hukum Islam Pengenaan Denda Terhadap Nikah Sirri Yang Melewati 3 Bulan (Studi Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana deskripsi terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan? bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap (aturan) nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ?.
Data penelitian ini diperoleh dari Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan Madura yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah STUDI dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan, menjelaskan data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan pola pikir deduktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu tentang deskripsi terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat khusus kaitannya dengan hukum Islam serta ditarik kesimpulan.
Nikah sirri yang dilakukan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dilaksanakan hanya melewati penghulu saja dan dikenakan sanksi jika melewati 3 bulan. Adapun sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan nikah sirri melewati 3 bulan yaitu berupa uang Rp 1.500.00,00 atau pasir, tujuan diberlakukan sanksi tersebut supaya masyarakat tidak melakukan nikah sirri terlebih dahulu akan tetapi langsug melakukan nikah melewati Kantor Urusan Agama. Sedangkan nikah sirri secara agama diperbolehkan jika memenuhi syarat dan rukun pernikahan tetapi secara hukum negara nikah sirri dilarang karena dapat merugikan istri dengan demikian aparatur desa khususnya kepala Desa Ragang mempunyai kebijakan membuat peraturan mengenai sanksi nikah sirri. Dimana sanksi bagi yang melakukannya merupakan peraturan yang tepat bagi masyarakat Desa Ragang dengan tujuan untuk meminimalisir angka perceraian.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSRAKSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
BIODATA PENULIS ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 12
I. Sistimatika Pembahasan ... 18
BAB II: NIKAH SIRRI DALAM HUKUM ISLAM ... 20
B. Dasar Hukum Pernikahan ... 23
C. Hukum Pernikahan ... 27
D. Syarat-Syarat Pernikahan ... 28
E. Hikmah Pernikahan ... 30
BAB III:DESKRIPSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN ... 32
A. Gambaran Umum Desa Ragang ... 32
1. Letak Lokasi ... 32
2. Kependudukan Menurut Agama dan Penghayat ... 33
3. Keadaan Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan .... 34
4. Keadaan Sosial Ekonomi ... 34
5. Struktur Organisasi ... 36
6. Visi dan Misi ... 37
B. Deskripsi Terhadap Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 Bulan Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ... 37
B. Analisis Tentang Tinjaun Hukum Islam terhadap aturan Terhadap Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 Bulan Di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan……….. 52
BAB V: PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang universal, mengatur segala kehidupan manusia baik dari segi ibadah maupun dari segi muamalah. Salah satu contohnya masalah perkawinan. Perkawinan tidak hanya didasarkan kepada kebutuhan biologis antara pria dan wanita yang diakui sah, melainkan sebagai pelaksana proses kodrat hidup manusia. Dalam Islam perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia. Perkawinan itu adalah suatu akad (perjanjian) yang suci untuk hidup sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
harus mengikatkan diri dengan pasangannya melalui suatu ikatan yaitu perkawinan.1 Sebagai firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum Ayat 21:
ْ ِ َ
ِ ِا َ َ
ْ َ
َ َ َ
ْ ُ َ
ْ ِ
ْ ُ ِ ُ ْْ َ
ًج َ ْزَ
ْوُْنُ ْ َتِ
َهْْيَ ِ
َ َ َجَ
ْ ُ َنْْيَْ
ً َ َوَ
ً َْ َ َ
َ ِ
ِ
َ ِ
ِي
ٍ ْوَ ِ
ْ ُرَ َ َْتَْ
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”(Qs. Ar-Rum: 21).2
Dalam Islam, perkawinan atau pernikahan bertujuan untuk menyatukan laki-laki dengan perempuan dalam satu ikatan dan diharapkan dapat menimbulkan rasa cinta satu sama lain3 serta dapat menghasilkan keturunan4 demi keberlangsungan kehidupan di dunia ini. Namun demikian, dalam prakteknya pernikahan tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi terkait dengan syarat dan rukunnya sebagaimana telah banyak dirumuskan oleh para ulama fiqih.
Dalam konteks fiqih, perkawinan yang sah yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat nikah. Maksudnya bahwa perkawinan dikatakan sah apabila telah terpenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta dapat diakui sah
1 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta , Liberty,
1982, Edisi Pertama), 2.
2 Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 406.
secara hokum jika sudah di daftarkan di KUA (Kantor Urusan Agama). Apabila syarat-syaratnya tidak lengkap dan tidak di daftarkan di KUA maka perkawinan tersebut menjadi tidak dapat dilangsungkan, dan apabila salah satu dari rukunnya tidak ada maka perkawinan tersebut menjadi tidak sah atau menjadi batal. Dalm Agama Islam jika seseorang sudah memenuhi syarat dan rukun pernikahan bisa melangsungkan pernikahan sebab ada hadits yang isinya tidak dapat menunda masalah nikah ini manakala sudah wajar.
Adapun pernikahan yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan merupakan sebuah adat istiadat dimana biasanya sebelum melakukan pernikahan yang sah menurut Undang-undang biasanya melakukan akad nikah sirri, yaitu dengan cara hanya melewati penghulu saja yaitu Kyai. Pernikahan tersebut diperbolehkan oleh Kepala Desa dengan jangka waktu tidak boleh lebih dari 3 bulan jika melewati lebih dari 3 bulan maka dari Kepala Desa tersebut memberikan sanksi berupa denda Rp 1,500,000 atau berupa pasir 1 truk dimana pasir tersebut dipergunakan untuk pembangunan desa seperti jalan atau kepentingan lainnya. Denda tersebut merupakan efek jera dari masyarakat yang melakukan nikah sirri dengan tujuan supaya tidak sering terjadi perceraian.
yang dilakukan di Kyai biasanya masyarakat yang melakukan pernikahan mengundang masyarakat yang lain untuk selametan seperti, pembacaan yasin, menghatamkan Al-Qur’an sepuya pernikahan tersebut menjadi langgeng,
menjadi keluarga yang saki<nah mawad{ah, warahmah sedangkan pernikahan untuk resminya secara tambahan yaitu dilakukan di KUA atau di depan pegawai pencatat nikah.
Dengan demikian, perkawinan yang dilakukan di luar Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah merupakan perkawinan yang ilegal menurut hukum perundang-undangan. Maksud dari perkawinan di luar Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah adalah perkawinan yang dilakukan oleh pasangan suami-istri tanpa melibatkan Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah namun dilakukan secara langsung dan bersifat lisan antara suami dan istri serta penghulu dimana biasanya penghulu yang menikahkan adalah Kyai. Meskipun telah diatur dalam hukum perundang-undangan, perkawinan di luar Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah masih juga dilakukan oleh beberapa masyarakat. Hal ini seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan karena ketika melakukan proses pernikahan melewati Kyai yaitu bukan Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah.
dampak-dampak yang ditimbulkannya. Menurut mereka, keabsahan secara agama lebih penting dari yang lainnya. Oleh karena itu masyarakat Desa Ragang berani menikah sirri meskipun pernikahan yang mereka lakukan tidak sah menurut hukum Negara.5 Peristiwa yang terjadi pada masyarakat Desa Ragang merupakan salah satu masalah hukum yang unik antara hukum agama dan hukum positif negara. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan sebuah penelusuran secara ilmiah terkait dengan fenomena yang terjadi tersebut.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis skripsi akan memperluas secara mendalam dan jelas untuk mengetahui deskripsi dan praktik pernikahan dengan menggunakan. Apakah telah sesuai dengan syarat dan aturan dalam persepektif hukum Islam. Hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan mempelajari mengenai “Tinjauan Hukum Islam Pengenaan Denda Terhadap Nikah Sirri Yang Melewati 3 Bulan (Studi Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang yang telah peniliti paparkan tersebut di atas, terdapat beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti identifikasi, yaitu:
1. Praktik pernikahan dengan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
2. Akad yang digunakan dalam pernikahan dengan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
3. Alasan menggunakan nikah sirri di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
4. Kebijakan penghulu/ Kyai sehingga menggunakan nikah sirri di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
5. Sebab dan akibat terjadinya praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
6. Tanggapan masyarakat sekitar dan keluarga terhadap praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
7. Prosedur dan mekanisme terhadap praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
1. Sanksi terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
C. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sanksi terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ?
D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang berjudul: “Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri dan
menujukkan bahwa dalam garis besarnya menurut pandangan masyarakat di Desa Karang Laok Sampang Madura dalam melakukan pernikahan tidak tercatat dalam pegawai akta nikah dalam artian yang terjadi di desa tersebut menggunakan pernikahan sirri sebagai pernikahan yang sah menurut pandangan masyarakat sekitar, berdasarkan pandangan tersebut peneliti memaparkan akibat hukumnya terhadap pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat desa .6
2. Penelitian yang berjudul: ” Fenomena Nikah Sirri Masyarakat Kuta Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”. Oleh Ni’matuz Zahroh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor penyebab terjadinya nikah sirri adalah sutu perbuatan hokum karena tidak tercatat langsung di kantor urusan agama dimana pernikahan tersebut dianalisis menurut hukum Islam dan hukum positif.7
Antara penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, mempunyai sedikit kesamaan, yaitu sama-sama mengkaji tentang nikah sirri. Sedangkan yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam pembahasan penelitian ini peneliti lebih fokus pada praktik nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati batas 3 bulan dengan di
6 Miftahurrohman, 2011, “ Analisis Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri dan Akibat Hukumnya (Studi
Pendapat Masyarakat Desa Karang Laok Sampang Madura)” Skripsi, Fakultas Syari’ah , Universitas IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan menurut hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sanksi terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan. 2. Untuk mengetahui analisis tinjauan hukum Islam terhadap sanksi nikah sirri
yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
F. Kegunanan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna dalam dua aspek berikut :
1. Teoritis
a. Menambah informasi dan khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang Ahwal al-Syahsiyah, khususnya terhadap sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dalam hukum Islam.
c. Mengembangkan disiplin ilmu hukum berkaitan dengan sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
2. Praktis
a. Dapat dijadikan pertimbangan bagi umat lslam khususnya masyarakat yang melakukan praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan yang tidak sesuai dengan prinsip hukum Islam.
b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran hukum berkaitan dengan praktik pernikahan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
G. Definisi Operasional
(Studi Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)”.
Penulis perlu memaparkan pengertian beberapa istilah sebagai berikut:
1. Hukum Islam adalah: Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasulnya tentang tingkah laku manusia yang diakui berlaku dan mengikat untuk semua orang yang terbebani hukum.8 Orang yang terbebani hukum adalah seorang wanita dan laki-laki yang menikah sirri dan diajtuhi denda jika melewati 3 bulan.
2. Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 adalah: Dalam praktiknya yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dimana mayoritas masyarakat Desa Ragang pernikahan dengan cara selalu dilakukan di luar KUA atau di depan pegawai pencatat nikah dimana biasanya untuk melakukan pernikahan di depan pegawai pencatat nikah melewati 3 bulan sehingga dari kelurahan memberikan denda jika melewati 3 bulan maka diberi denda yaitu unag Rp 1.500.000 atau berupa pasir 1 truk untuk memberikan efek jera terhadap si pelaku pernikahan tersebut.
3. Desa Ragang adalah: Salah satu desa yang berada di Kabupaten pamekasan yang sangat terpencil dan sangat jauh dari keramaian kota dan mayoritas penduduknya adalah petani dan semua masyarakat berpendidikan rendah
8 Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Supel 2007),
tetapi untuk pengetahuan agama sangat kental karena rata-rata dari masyarakat adalah alumni pondok.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research), yaitu penelitian terhadap deskripsi dan praktik nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan.
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang dikemukakan di atas, maka data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang sanksi dan praktik nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan, yaitu berupa pasir atau uang Rp 1.500.000,00 yang dijadikan denda bagi masyarakat desa, selain itu pasangan suami istri yang tinggal satu rumah tetapi tidak mempunyai buku nikah.
b. Dampak positif dan negatif nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
d. Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
e. Tinjauan hukum Islam terhadap sanksi nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan sumber data, harus diketahui dari mana sumber datanya. Sedangkan pengertian sumber data itu sendiri adalah subyek dimana data itu diperoleh.9
a. Sumber Primer, yaitu sumber yang dibutuhkan dalam memperoleh data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Sumber data ini meliputi para pihak yang terlibat dalam praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan, yaitu pelaku praktik Siti Nur Hasanah dan Samsulah, tokoh masyarakat H. Maimun, dan tokoh agama Ghazali.
b. Sumber Sekunder. Sumber yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:
1) Al-Qur’an dan Al-Hadis.
2) Undang-Undang No 01 tahun 1974, Tentang Pernikahan
3) Kompilasi Hukum Islam
4) Buku-buku yang berhubungan dengan penelitian antara lain:
a. Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
b. Anwar Harjono, Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. c. Alhamdi HSA, Risalah Amani, Jakarta, 1989.
d. Kamal Mukhtar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Bulan Bintang, 1974.
e. Toha Nasruddin, Pedoman Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
f. Mr Wirjono Prodjodikcro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Sumur, 1994.
g. H Sulaiman Rasyd, Fiqih Islam, Bandung, PT Pustaka Amani, 1998.
h. Watjik Saleh K, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
i. Soemiyarti, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty 1982.
k. Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: Yayasan Penerbit j UI, 1974.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang benar dan tepat di tempat penelitian, penulis mengunakan dua metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.10 Peneliti menggunakan observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data, yaitu untuk mengamati secara langsung yang melakukan praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan.
b. Interview (Wawancara)
Metode wawancara ini yaitu metode ilmiah yang dalam pengumpulan datanya dengan jalan berbicara atau berdialog langsung dengan sumber obyek penelitian sebagaimana pendapat Sutrisno Hadi, Wawancara sebagai alat pengumpul data yang berlandaskan pada tujuan penelitian.11
Adapun wawancara dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah: Pihak-pihak yang terlihat dalam praktik pernikahan sirri yang
10 Ibid.,145.
dikenakan denda jika melewati 3 bulan, baik orang yang melakukan pernikahan, tokoh agama, dan semua masyarakat yang terlibat.
c. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata dokumen,
yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.12
Adapun dokumentasi dalam penelitian ini yaitu berupa sanksi terhadap nikah
sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan, Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan analisis, data yang sudah diperoleh perlu diolah. Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolahan data antara lain: 13
1. Editing, yaitu: memeriksa kelengkapan, dan kesesuaian data. Teknik ini digunakan untuk memeriksa kelengkapan data yang sudah penulis dapatkan.
2. Coding, yaitu: usaha untuk mengkatagorikan data dan memeriksa data untuk relevansi dengan tema riset.
3. Organizing, yaitu: menyusun dan mensistematiskan data yang diperoleh dalam karangan paparan yang telah direncanakan sebelumnya untuk
12
Ibid., 125.
memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara jelas tentang praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
5. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan dan mengumpulkan data tentang praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dan menganalisisnya berdasarkan analisis hukum Islam terhadap praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan Penulis menggunakan metode ini karena ingin memaparkan,menjelaskan dan menguraikan data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisa untuk diambil kesimpulan.
jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dan kemudian dianalisis secara umum menurut hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan peneliti dalam menulis penelitian ini, dan memudahkan pembaca dalam membaca hasil penelitian ini, maka diperlukan kerangka pembahasan yang sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini, yaitu sebagaimana berikut:
Bab pertama merupakan pengantar kepada pembahasan berikutnya, yang mana isi dari bab ini merupakan uraian yang harus diketahui terlebih dahulu agar senantiasa dipahami lebih tepat dan benar tentang pembahasan berikutnya. Bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab ketiga merupakan hasil penelitian tentang a. Gambaran Umum Desa Ragang, antara lain: Letak Lokasi, Struktur atau Organisasi, Keadaan dan Adat Istiadat Masyarakat Desa Ragang, Deskripsi dan praktik pernikahan dengan menggunakan nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
Bab keempat ini berisi tentang Analisis Terhadap sanksii nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
20 BAB II
NIKAH SIRRI DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian Nikah Sirri
Kata nikah berarti "berkumpul", sedangkan dalam arti kiasan berarti aqd{ atau "mengadakan perkawinan" dalam penggunaan sehari-hari kata nikah lebih banyak dipakai dalam pengertian yang terakhir, yaitu dalam arti yang kiasan. Para ahli fiqh sendiri, dalam mengartikan kata nikah masih berbeda pendapat tentang arti kias tersebut, apakah dalam pengertian Watha’ atau dalam pengertian aqad. Imam Syafi'i, misalnya, memberikan pengertian nikah itu dengan "mengadakan perjanjian perikatan", sedangkan Imam Abu Hanifah
mengartikan watha’’atau setubuh.1 Nikah menurut bahasa artinya, berkumpul
menjadi satu, sedangkan menurut istilah syara' (Undang-undang Agama Islam) ialah akad yang yang mengandung unsur diperbolehkannya melakukan persetubuhan dengan menggunakan lafadz nikah atau tazwi>j (ijab qobul).2
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan juga menjelaskan tentang definisi pernikahan yaitu: "Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang priadengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
1
Lily Rasjidi, Hukum Perkawinan Dan Perceraian Di Malaysia Dan Indonesia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), 2.
2
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." Sedangkan definisi perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) merumuskan sebagai berikut: "Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan
untuk menta’ati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.3
Dalam landasan filosofis itu dirangkum secara terpadu antara Akidah, Ibadah, dan Muamallah Pernikahan merupakan sebuah ritual sakral yang menjadi tempat bertemunya dua insan yang saling mencintai, tanpa ada lagi batasan yang menghalangi. Meskipun demikian, banyak pula orang- orang atau pihak-pihak yang saat ini berusaha untuk memanfaatkan ritual tersebut hanya untuk memperoleh keuntungan, baik berupa materi maupun sekedar untuk mendapatkan kepuasaan seks saja, atau juga karena alasan-alasan lain. Berbagai permasalahan punakhirnya timbul.4
Perkawinan menurut hukum Islam yang sesuai dengan landasan filosofis Perkawinan berdasarkan Pancasila yang diatur dalam pasal 1 UU No.1 Tahun.1 1974 dengan mengkaitkan Perkawinan berdasarkan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Landasan filosofis itu dipertegas dalam Pasal 2 KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang berisi:
1. Perkawinan semata-mata mentaati perintah Allah.
3
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), 46.
4
2. Melaksanakan Perkawinan adalah Ibadah.
3. lkatan Perkawinan bersifat miitsaaqan gholiidhan (ikatan yang kokoh).
Nikah sirri adalah salah satu bentuk permasalahan yang saat ini masih banyak terjadi di negara Indonesia. Memang, masalah nikah sirri ini sangat sulit untuk dipantau oleh pihak yang berwenang, karena mereka menikah tanpa sepengatahuan pihak berwenang tersebut. Biasanya, nikah siri dilakukan hanya dihadapan seorang ustadz atau tokoh masyarakat saja sebagai penghulu, atau dilakukan berdasarkan adat-istiadat saja. Pernikahan ini kemudian tidak dilaporkan kepada pihak yang berwenang, yaitu KUA.
Allah menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya suatu aturan. Sehingga Allah SWT mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan secara terhormat dengan jalan pernikahan. Pernikahan merupakan sunatullah yang berlaku pada semua makhluk-Nya, Allah SWT berfirman yang berbunyi:5
Artinya: “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (Adz-Dzaariyaat: 49)
Dengan adanya pernikahan ini pula manusia dapat memenuhi hasrat dan kebutuhan biologisnya yang merupakan fitrah dari setiap manusia. Selanjutnya terwujudlah kelestarian dan kehidupan manusia berlangsung di
5
muka bumi ini sampaiwaktu yang di tentukan oleh Allah.6 Dari sudut ilmu
bahasa perkataan perkawinan berasal kata “kawin” yang merupakan terjemahan
dari bahasa Arab nikah. Disamping kata nikah, dalam bahasa Arab lazim juga
dipergunakan kata ”Ziwaaj”. Kata nikah mengadung dua pengertian, yaitu:
dalam arti yang sebenarnya (haqiqat) dan dalam arti kiasan (majaaz).
Nikah sirri ialah nikah yang masih di rahasiakan, artinya belum diberitahukan kepada umum. Biasanya dilakukan ijab dalam kalangan terbatas, di muka Pak Kiai atau tokoh agama, tanpa kehadiran petugas KUA, dan tentu saja tidak memiliki surat nikah yang resmi. Dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perkawinan yang tidak tercatat tidak sah. Dengan demikian karena nikah sirri tidak tercatat maka nikah sirri dalam hukum positif dianggap tidak sah karena tidak diakui negara.
Nikah siri dilakukan tentu ada sebab, mungkin jangan sampai diketahui istri. Menurut "hukum Islam", kalau perkawinan itu sudah memenuhi rukun perkawinan, seperti wali, ijab kabul, dan tidak ada halangan menurut agama, seperti bukan muhrim atau lainnya, maka perkawinan tersebut sudah sah. Akan tetapi, karena dilakukan tidak disaksikan oleh petugas pemerintah (pegawai KUA), maka perkawinan itu melanggar Undang-Undang Perkawinan.
6
Baik yang mengawinkan ataupun yang menikah dapat dituntut ke muka Pengadilan atas pelanggarannya, dan diancam hukuman denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (Pasal 45 Ayat (1) a, Peraturan Pemerintah No. 9/1975).7
Seperti diketahui, menurut Undang-Undang Perkawinan dijelaskan: "Perkawinan hanya sah bila dilakukan menurut agama dan kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan pencatatan yang berlaku." (Pasal 2 Ayat 1 dan 2). Untuk yang beragama Islam pada KUA, dan yang lainnya pada kantor Catatan Sipil. (PP No. 9/1975, Pasal 2 Ayat (1) dan (2). Mengenai anaknya, merupakan anak sah menurut hukum agama. Akan tetapi, karena perkawinannya belum sah menurut Undang-Undang Perkawinan, yang berarti belum punya surat nikah resmi, maka anak itu tidak mempunyai bukti sah menurut hukum umum. Kesulitannya, kalau dalam urusan waris-mewaris, sulit dibuktikan atau tidak mempunyai pembuktian sah.8
Nikah sirri yaitu suatu bentuk pernikahan yang telah menjadi mode masa kini, timbul dan berkembang diam-diam pada sebagian masyarakat Islam Indonesia. Merekaberusaha menghindari diri dari sistem dan cara pengaturan pelaksanaan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang birokratis dan berbelit-belit serta lama pengurusannya. Untuk itu mereka
7
Iqbal, Mashuri S, Li Sufyana M. Bakri. Mencari Cahaya Dari Ilmu Ulama. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), 128
8
menempuh cara sendiri yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam ilmu hukum cara seperti itu dikenal dengan istilah "Penyelundupan Hukum", yaitu suatu cara menghindari diri dari persyaratan hukum yang ditentukan oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku dengan tujuan perbuatan bersangkutan dapat menghindarkan suatu akibat hukum yang tidak dikehendaki atau untuk mewujudkan suatu akibat hukum yang dikehendaki.9
B. Dasar Hukum Pernikahan
Dasar hukum pernikahan sebagai firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum
Ayat 21 yang berbunyi:
ْ ِ َ
ِ ِا َ َ
ْ َ
َ َ َ
ْ ُ َ
ْ ِ
ْ ُ ِ ُ ْْ َ
ًج َ ْزَ
ْوُْنُ ْ َتِ
َهْْيَ ِ
َ َ َجَ
ْ ُ َنْْيَْ
ً َ َوَ
ً َْ َ َ
َ ِ
ِ
َ ِ
ِي
ٍ ْوَ ِ
ْ ُرَ َ َْتَْ
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”(Qs. Ar-Rum: 21).10
9
Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002), 240
10
Ada hadits yang isinya tidak dapat menunda masalah nikah ini manakala sudah wajar. Sabda nabi SAW yang berbunyi:11
ث دج إ م ت رضح إ اص ر ؤ ا ت اث
(
ي هيب ه
)
Artinya; “Ada tiga perkara yang tidak boleh di tunda –tunda yaitu; sholat bila
telah waktunya, jenasah bila telah siap untuk di kebumikan dan perempuan bila ia telah di temukan dengan pasangannya yang
sepadan”.
Dalam hukum Islam tujuan perkawianan adalah menjalankan perintah Allah SWT agar memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dan membentuk keluarga yang bahagia. Artinya ketika seseorang memutuskan untuk menikah, maka lembaga perkawinan tersebut pastilah bertujuan untuk menciptakan ketenangan. Dan kedamaian bagi manusia yang telah mampu untuk melaksanakannya. Sebagai firman Allah:12
رشع اي
ﺍ
ابشل
ﺝﻮ ﻴ ﺓﺀابلﺍ ﻛ ﻉا
ﺍ ﺐ
Artinya: “hai sekalian pemuda . siapa yang sanggup bersetubuh (Karena ada
belanja nikah), hendaklah berkawin”
ﺣﻛ ا
وﺍ
ﺀﺂ ﺍ ﻛ ﺐا ا
ى
ﻉاب ﻮ ﻮ
ﺍو
ﺍﻮ ﺪع ﻻﺍ ﺨ
ﻮ
ﺓدﺣ ﺍ
Artinya: “ Maka kawinilah perempuan yang kamu sukai, satu, dua, tiga dan
empat, tetapi kalau kamu kautir tidak berlaku adil (diantara perempuan-perempuan Itu), hendaklah satu saja” (QS.Anisa.ayat 3).13
11
Jalal Al-Din Al-Suyuti, Al-As}ba>h} wa Al-Naz}a>ir, (Beirut: Da>r Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2005), 131 12
Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 96 13
C. Hukum Pernikahan
Menikah telah disyariatkan, sementara hukum asalnya adalah sunnah. Hukum menikah akan berbeda, tergantung situasi dan kondisi masing-masing individu. Artinyamasing-masing individu harus menimbang hukum menikah
untuk dirinya, sesuai dengan kelima hukum yang ada dalam syari’at, yaitu:
a. Wajib Menikah menjadi wajib bagi orang yang takut akan jatuh dalam jurang perzinahan, dan ia sudah sanggup secara materiil maupun moril. Selain itu tidak ada niat untuk menyakiti wanita yang nantinya menjadi istrinya, atau melalaikan kewajibansebagai suami. Yang lebih penting lagi adalah ia sudah tidak sanggup lagi menahan hasrat seksnya, meskipun dengan berpuasa.14 b. Sunnah Menikah menjadi sunnah jika seorang tidak dikhawatirkan akan jatuh
ke jurang kemaksiatan bila tidak segera menikah. Juga tidak punya niat menzhalimi istrinya.15
c. Mubah Hukum menikah menjadi mubah bagi orang yang tidak mempunyai syahwat atau keinginan untuk menikah dan tidak punya niat untuk menzhalimi istrinya atau meninggalkan kewajiban sebagai suami bila menikah.
14
Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indahnya Nikah Sambil Kuliah, (Jakarta, Cendekia Sentra Muslim, 2005), 33.
15
d. Makruh Hukum menikah menjadi makruh bagi orang yang mempunyai niat ingin berbuat zhalim kepada istrinyaatau ia yakin tidak akan mampu melaksanakan kewajiban sebagai suami, seperti tidak sanggup memberi nafkah, memberi kepuasan seks.16
e. Haram Menikah menjadi haram bila dilakukan oleh orang yang mempunyai niat menzhalimi istrinya.17
D. Syarat-Syarat Pernikahan
Perkawinan dalam Islam tidak semata-mata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka, amatlah tepat jika Kompilsi Hukum Islam menegaskannya sebagai akad yang sangat kuat (miitsaqan gholiidhan) untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya sebagai ibadah (pasal 2 KHI ). Pernikahan yang penuh nilai dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu, agar tujuan disyariatkannya pernikahan tercapai. Syarat-Syarat Pernikahan:18
1. Calon mempelai pria, syarat-syaratnya: a. Beragama Islam
16
Ibid.,
17
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), Cet 40, 382.
18
b. Laki-laki c. Jelas orangnya
d. Dapat memberikan persetujuan e. Tidak terdapat halangan perkawinan 2. Calon mempelai wanita syarat-syaratnya:
1) Beragama Islam 2) Perempuan 3) Jelas orangnya
4) Dapat dimintai persetujuannya 5) Tidak terdapat halangan perkawinan 3. Wali nikah syarat-syaratnya
1) Laki-laki 2) Dewasa
3) Mempunyai hak perwalian
4) Tidak terdapat halangan perwaliannya
5) Saksi nikah syarat-syaratnya: Minimal dua orang laki-laki 6) Hadir dalam ijab qabul
7) Dapat mengerti maksud akad 8) Islam Dewasa
4. Ijab qabul syarat-syaratnya:
2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria
3) Memakai kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata dari kata nikah atau tazwij
4) Antara ijab dan qabul bersambungan 5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6) Orang yang berkait dengan ijab qabul tidak sedang dalam ihram haji/ umrah
7) Majelis ijab dan qabul dihadiri sedikitnya empat orang, yaitu: Calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya dan dua orang saksi.
E. Hikmah Pernikahan
Pernikahan memiliki banyak hikmah, diantara hikmah-hikmah tersebut adalah:19
a. Menjaga orang yang melaksanakannya dari perbuatan haram. Itu karena pernikahan adalah solusi terbaik yang paling sesuai dengan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan seksual.
b. Melestarikan nasab dan membangun keluarga besar yang dapat menciptakan masyarakat makmur sentosa. Di dalamnya juga akan tercipta sikap saling menolong dan bahu membahu antar anggotanya.
19
c. Untuk menjaga keturunan dan memperjelas tanggung jawab, siapa yang merawat, membesarkan, dan mendidik mereka, itulah tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu, dibantu saudara dan seluruh anggota keluarga, dalam hal ini semuanya punya peran dan tanggung jawab masing-masing.
d. Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa yang akan membuat bahagia semua pihak. Rasa itu tercermin dalam kehidupan saling mencintai, menyayangi, dan melindungi antar anggota keluarga.
Masih dalam kaitan hikmah perkawinan atau pernikahan yaitu untuk melangsungkan hidup dan membentuk keturunan, serta menjaga kehormatan diri, dan bisa terhindar dari perbuatan yang diharamkan dan sebagai penyalur nafsu birahi. Sebagai jalan untuk mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas saling tolong menolong.20
Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan cinta serta penghormatan. Wanita muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas di dalam rumah tangganya, seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan suasana menyenangkan, supaya suaminya dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi.
20
32
BAB III
SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN
A. Letak Geografis
1. Letak Lokasi
Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan Propinsi Jawa Timur, Adapun jarak Desa Ragang ini
dari Kecamatan 19 Km dan dari kota kabupaten kira-kira 34 Km dengan luas
wilayah 419. 909 H2. Adapun batas-batas wilayah Desa Ragang, yaitu sebagai
berikut :1
a. Sebelah Utara : Desa Sana Laok
b. Sebelah Selatan : Desa Bajur
c. Sebelah Barat : Desa Tampojing
d. Sebelah Timur : Desa Montornah
Desa Ragang merupakan daratan rendah dengan suhu 30oC yang sebagian
besar tanahnya terdiri dari tanah pemukiman dan pertanian. Sebagian wilayah
Indonesia beriklim tropis, begitu juga dengan Desa Ragang yang terdiri dari dua
musim, yaitu musim hujan yang biasa terjadi pada bulan Oktober sampai bulan
Maret dan musim kemarau yang biasa terjadi pada bulan April sampai bulan
September.2
Adapun luas wilayah Desa Ragang menurut kegunaan tanah atau lahan
adalah sebagai berikut:3 pertanian sawah 98 luas (ha), ladang 73,4, pertokoan/
perdagangan 0, 125, tanah wakaf 0, 10, irigasi tanah hujan 65,85, pemukiman dan
perumahan, 182,96
2. Kependudukan Menurut Agama atau Penghayat
Penduduk Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan seluruhnya
beragama Islam dan tidak terdapat penduduk yang menganut agama lain atau
kepercayaan tertentu yaitu: mayoritas dari masyarakat Desa Ragang Kecamatan waru
Kabupaten Pamekasan yaitu beragama |Islam dengan jumlah 3034 jiwa. Selain itu di
Desa Ragang ini nilai keagamaannya sangat kental selain terdapat beberapa pondok
poesantren juga terdapat beberapa sarana pendidikan masyarakat, antara lain adalah:
Taman Kanak-kanak sebanyak 15, SD/MI sebanyak 18, SLTP/MTS sebanyak 6,
SMA/MA sebanyak 5, Madrasah sebanyak 10, dan perguruan tinggi sebanyak 1 unit.
3. Keadaan Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan
Adapun umlah penduduk desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten yang
menganut antara lain: umur 00 – 03 Tahun sebanyak 34, 04 – 06 Tahun sebanyak
65, 07 – 12 Tahun sebanyak 102, 13 – 15 Tahun sebanyak 99, 16 – 18 Tahun
sebanyak 115, 19 – Keatas Tahun sebanyak 71.
2 Ibid.,
4. Keadaan Sosial Ekonomi dan Adat Istiadat Kehidupan Beragama di Desa Ragang
Sebagian besar masyarakat Desa Ragang penduduknya beragama Islam.
Sedangkan mata pencaharian masyarakat Desa Ragang terdiri dari beberapa
macam mata pencaharian antara lain: Petani75 %, karyawan swasta10 %, pegawai
negeri2 %, pekerjaan lainnya10 %. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan dan
kondisi Desa Ragang yang banyak terdapat sawah dan ladang, keadaan tersebut
dimanfaatkan untuk usaha pertanian dan cocok tanam khususnya tanaman pangan,
namun pada musim kemarau sebagian besar para petani lebih senang menanam
tembakau.
Selain mata pencaharian yang berbeda-beda di Desa Ragang terdapat
beberapa adat istiadat yang sering dilakukan oleh masyarakat desa, antara lain:4
1. Upacara Kematian, diadakan untuk mendoakan orang yang meninggal dunia
dengan dihadiri banyak orang, biasanya dilaksanakan pada hari pertama
sampai hari ke tujuh, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari.
2. Upacara Perkawinan, diadakan untuk memeriahkan perkawinan setelah akad
nikah berlangsung.
3. Upacara Tingkepan, bertujuan untuk mendoakan keselamatan ibu serta bayi
yang dikandung, dan merupakan ungkapan kegembiraan akan hadirnya
seorang anak, pada saat kandungan berusia tujuh bulan.
4. Maulid Nabi, diadakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad
SAW, biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perkampungan, masjid atau
musolla.
Sebagaimana telah penulis paparkan di atas bahwa keseluruhan
masyarakat Desa Ragang beragama Islam dan mayoritas banyak yang memiliki
pemikiran-pemikiran baik tentang agama Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh kelompok remaja, bapak-bapak,
dan ibu-ibu. Seperti:
1. Diskusi atau kajian keagamaan yang diadakan oleh remaja masjid pada setiap
bulan.
2. Kelompok yasinan bapak-bapak pada malam jum’at.
5. Struktur Organisasi
Struktur Pengurus Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
Sumber: Struktur Organisasi: 20145
5 Strukutur Organisasi Desa Ragang Tahun 2015.
Kepala Desa
M. Muyar
Sekretaris
Abd. Hamid
Bendahara
Nasiruddin
Dusun Masaran
Ust Sya’ei Dusun Janten
Ach. Baihaqi
Dusun Tulat
Hafidz Dusun Tanjung
Abd. Rahman
Dusun Batas T
Moh. Baidi Dusun Karang
Moh. Jamin
6. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi managemen desa yang terpercaya, sebagai wadah bagi para
masyarakat untuk memberdayakan dan mensejahterakan kaum masyarakat
dalam meningkatkan pembangunan sosial, ekonomi masyarakat.
2. Misi:
1) Menjadikan desa sebagai tempat yang profesional, amanah, transparan
dalam mengangkat perekonomian masyarakat dan menjadi masyarakat
mandiri.
2) Menjadikan desa sebagai wadah bagi para masyarakat dalam beribadah
kepada Allah SWT untuk lebih takwa lagi.
3) Sebagai tempat perlindungan yang nyaman, aman, dan terlindungi dalam
mara bahaya.
B. Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 Bulan Di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan
Perkawinan yang sah yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat
nikah. Maksudnya bahwa perkawinan dikatakan sah apabila telah terpenuhi
syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta dapat diakui sah secara hokum jika sudah di daftarkan
di KUA (Kantor Urusan Agama). Apabila syarat-syaratnya tidak lengkap dan tidak di
daftarkan di KUA maka perkawinan tersebut menjadi tidak dapat dilangsungkan, dan
atau menjadi batal. Dalm Agama Islam jika seseorang sudah memenuhi syarat dan rukun
pernikahan bisa melangsungkan pernikahan sebab ada hadits yang isinya tidak dapat
menunda masalah nikah ini manakala sudah wajar.
Adapun pernikahan yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan merupakan sebuah adat istiadat biasanya sebelum melakukan pernikahan
yang sah menurut Undang-undang biasanya melakukan akad nikah sirri, yaitu dengan
cara hanya melewati penghulu saja yaitu Kyai. Pernikahan tersebut diperbolehkan oleh
Kepala Desa dengan jangka waktu tidak boleh lebih dari 3 bulan jika melewati lebih dari
3 bulan maka dari Kepala Desa tersebut memberikan sanksi berupa denda Rp 1,500,000
atau berupa pasir 1 truk pasir tersebut dipergunakan untuk pembangunan desa seperti
jalan atau kepentingan lainnya. Denda tersebut merupakan efek jera dari masyarakat
yang melakukan nikah sirri dengan tujuan supaya tidak sering terjadi perceraian.
Sementara kenyataan yang ada di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan menunjukkan bahwa pernikahan sirri dilaksanakan karena adanya
kekhawatiran terhadap perbuatan haram yang akan dilakukan oleh pasangan suami istri
(sebelum menikah), mengindikasikan bahwa pernikahan tersebut harus dilaksanakan,
meskipun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan jalan tanpa pencatatan oleh petugas
yang berwenang. Pernikahan tersebut dilaksanakan berdasarkan atas kesadaran
masing-masing pihak, baik yang melaksanakan pernikahan ataupun pegawai panti yang memang
menyadari dan memahami kondisi dan kesulitan akan kebutuhan pasangan.
Nikah sirri di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
pernikahan yang lebih utama yaitu kepada Kyai yang lebih mengetahui seluk-beluk
pengetahuan Agama Islam yang sangat mendalam, selain itu pernikahan yang dilakukan
di Kyai biasanya masyarakat yang melakukan pernikahan mengundang masyarakat yang
lain untuk selametan seperti, pembacaan yasin, menghatamkan Al-Qur’an sepuya
pernikahan tersebut menjadi langgeng, menjadi keluarga yang saki<nah mawad{ah,
warahmah sedangkan pernikahan untuk resminya secara tambahan yaitu dilakukan di
KUA atau di depan pegawai pencatat nikah.
Menurut H. Maimun selaku kepala sekolah madrasah mengatakan bahwa
pernikahan yang terjadi di Desa Ragang merupakan sebuah fenomena atau kejadian
yang sudah terbiasa, dimana setiap melakukan pernikahan maka harus melalui nikah
sirri setelah itu baru melewati proses ke KUA, ada sebagian yang sadar akan pentingnya
pernikahan yang resmi dan mayoritas semua melakukan pernikahan sirri sehingga dari
peraturan kepala desa melarang nikah sirri tetapi tidak diperdulikan oleh masyarakat
setempat sehingga dari kepala desa membuat musyawarah dengan aparatur desa dan
tokoh agama. Dari hasil musyawarah tersebut kepala desa mengumumkan boleh nikah
sirri tetapi tidak boleh lebih dari 3 bulan jika melewati 3 bulan maka akan dikenakan
sanksi.
Dengan demikian, perkawinan yang dilakukan di luar Kantor Urusan Agama
atau di depan pegawai pencatat nikah merupakan perkawinan yang ilegal menurut
hukum perundang-undangan. Maksud dari perkawinan di luar Kantor Urusan Agama
atau di depan pegawai pencatat nikah adalah perkawinan yang dilakukan oleh pasangan
suami-istri tanpa melibatkan Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat
penghulu biasanya penghulu yang menikahkan adalah Kyai. Meskipun telah diatur
dalam hukum perundang-undangan, perkawinan di luar Kantor Urusan Agama atau di
depan pegawai pencatat nikah masih juga dilakukan oleh beberapa masyarakat. Hal ini
seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan karena ketika melakukan proses pernikahan melewati Kyai yaitu
bukan Kantor Urusan Agama atau di depan pegawai pencatat nikah.
Pada dasarnya, masyarakat Desa Ragang rata-rata menganggap bahwa
pernikahan cukup dilakukan secara lisan dan dianggap sah serta dengan dampak-dampak
yang ditimbulkannya. Menurut mereka, keabsahan secara agama lebih penting dari yang
lainnya. Oleh karena itu masyarakat Desa Ragang berani menikah sirri meskipun
pernikahan yang mereka lakukan tidak sah menurut hukum Negara.6
Mereka yang menikah untuk yang kedua, dan seterusnya sebagian besar
menikah dengan alasan hawa nafsunya". Dimana yang terjadi di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kbaupaten Pamekasan, ada sebagian yang menikah sirri adalah seorang
suami yang pergi ke luar negeri, untuk menafkahi istrinya tetapi ketika sudah pergi ke
luar negeri maka ia akan menikah sirri juga di Negara lain.
Seorang suami yang menikah sirri yang di tinggalkan ke Negara lain seperti di
Malaysia maka pernikahan tersebut susah selaki untuk memberikan sanksi atau denda
karena dari suami tersebut sudah tidak peduli akan pernikahannya pasti ketika sudah di
Negara lain sudah mempunyai wanita idaman lain, sehingga dengan kejadian seperti ini
maka yang banyak di rugikan adalah istri atau wanita yang di tinggalkan di Desa
Ragang. Dengan kejadian seperti ini masayrakat desa tidak sadar akan pentingnya
menikah yang di catat secara Negara.
Bila timbul perselisihan di nikah sirri yang terjadi di Desa ragang Kecamatan
waru Kabupaten Pamekasan, Pengadilan Agama akan angkat tangan. Karena hitam di
atas putih, tak ada secuilpun bukti bahwa mereka pasangansuami-istri yang sah menurut
hukum. Menurut Bapak Iwan selaku keluarga yang berpendidikan atau yang
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi juga menyebut perempuan berada di posisi
paling dirugikan dalam setiap pernikahan sirri. Ini karena perempuan menanggung
tanggung jawab terberat dari konsekuensi pernikahan yang tidak dicatat oleh negara. Di
sisi lain, "menyembunyikan" pernikahan bukanlah hal yang gampang. "Ketika
umumnya pernikahan itu diketahui masyarakat dan jelas siapa suaminya, pernikahan
yang disembunyikan ini menjadi beban tersendiri bagi kaum perempuan karena ia harus
berbohong".7
Dengan alasan di atas maka sudah sewajarnya bagi kepla Desa Ragang
membuatkan peraturan berupa denda bagi pihak yang melakukan nikah sirri, karena
Desa Ragang Merupakan sebuah desa yang di mana mayoritas pernikahannya yaitu
tidak tercatat di Pengadilan Agama, dimana ketika ingin hendak melaksanakn haji maka
masyarakat desa miminta akte nikah di Pengadilan Agama. Kesadaran masyarakat Desa
ragang Kecamatan waru Kabupaten Pamekasan mengenai Buku nikah, akte kelahiran,
kartu keluarga, maupun KTP masih banyak dari masyarakat desa yang belum
menilikinya.
7
42
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG
KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN
A. Sanksi Terhadap Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 Bulan Di
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
Menurut Dadang Hawari perlu diketahui bahwa nikah sirri (di bawah tangan)
selain berpotensi menimbulkan fitnah, juga secara hukum sangat merugikan kaum
wanita. Dadang Hawari menyebutkan sebagai "akal-akalan" pernikahan. Meski "sah"
menurut agama, namun pernikahan sembunyi-sembunyi tidak barokah (berkah) dan
luput dari perlindungan hukum perkawinan. Dengan buku nikah menjadi bukti
pernikahan yang dilakukan telah dicatat oleh negara. Suami dan isteri mempunyai hak
yang sama dalam hukum perkawinan.1 Sedangkan yang terjadi di Desa ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dimana pernikahan sirri di perbolehkan tetapi
jika melebihi 3 bulan maka dikenakan sanksi yaitu harus memberikan pasir 1 truk jika
melebihi kembali maka per 3 bulan harus melakukan seperti itu lagi.
Fenomena yang terjadi di Desa Ragang ditandai dengan maraknya prosesi nikah
sirri atau nikah di bawah tangan. Ada berbagai pendapat di kalangan ulama mengenai
halal tidaknya nikah sirri ini. Sebagian ulama menilai pernikahan sirri dihalalkan asal
memenuhi syarat dan rukun nikah oleh negara. Namun Dadang Hawari menggeleng
untuk alasan ini. Menurut psikiater yang juga ulama dan konsultan pernikahan ini,
hukum pernikahan siri ini tidak sah. "Telah terjadi upaya mengakali pernikahan dari
sebuah prosesi agung menjadi sekadar ajang untuk memuaskan hawa nafsu manusia". la
menilai, pernikahan siri saat ini banyak dilakukan sebagai upaya legalisasi
perselingkuhan atau menikah lagi untuk yang kedua kali atau lebih.
Menurut H. Maimun selaku kepala sekolah madrasah mengatakan bahwa
pernikahan yang terjadi di Desa Ragang merupakan sebuah fenomena atau kejadian
yang sudah terbiasa, dimana setiap melakukan pernikahan maka harus melalui nikah
sirri setelah itu baru melewati proses ke KUA, ada sebagian yang sadar akan pentingnya
pernikahan yang resmi dan mayoritas semua melakukan pernikahan sirri sehingga dari
peraturan kepala desa melarang nikah sirri tetapi tidak diperdulikan oleh masyarakat
setempat sehingga dari kepala desa membuat musyawarah dengan aparatur desa dan
tokoh agama. Dari hasil musyawarah tersebut kepala desa mengumumkan boleh nikah
sirri tetapi tidak boleh lebih dari 3 bulan jika melewati 3 bulan maka akan dikenakan
sanksi.
Menurut Dadang, perkawinan orang Indonesia yang beragama Islam sudah
diatur dalam UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 yang di dalamnya bukan hanya
mengacu aturan negara tetapi jugamencakup syariat Islam. Dalam UU tersebut
dinyatakan bahwa perkawinan tersebut harus tercatat sesuai perundang-undangan yang
berlaku, atau bagi umat Islam tercatat kantor urusan agama (KUA) sehingga resmi
tercatat dan mendapatkan surat nikah. Karena itu dengan tegas, Dadang menyatakan
bahwa pernikahan apapun selain yang tercatat secara resmi di negara hukumnya tidak
sah. "Itu (nikah sirri) tidak sah karena tidak tercatat secara resmi" ujarnya. Menurut
Dadang, riwayat pernikahan sirrizaman dahulu berbeda dengan sekarang. Dulu belum
termasuk pernikahan sudah diatur dan harus tercatat secara resmi. "Bukan hanya untuk
kepentingan negara melainkan juga demi menjaga kehormatan wanita" tegasnya.2
Dalam UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 3 juga dinyatakan bahwa
seorang pria hanya boleh memiliki satu isteri dan demikian sebaliknya. Kalaupun pria
tersebut hendak menikah lagi untuk yang kesekian kalinya, dalam Pasal 4 diatur bahwa
ada syarat bagi si pria untuk melakukannya. Syarat tersebut antara lain harus
mendapatkan izin pengadilan setempat, kemudian si isteri tidak dapat melahirkan
keturunan, tidak bisa melakukan kewajiban sebagai seorang isteri, serta memiliki cacat
badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Kalaupun kemudian semua syarat
itu terpenuhi, dalam pasal 5 juga diatur bahwa pernikahan tersebut juga harus mendapat
izin dan sang istri.
Mereka yang menikah untuk yang kedua, dan seterusnya sebagian besar
menikah dengan alasan hawa nafsunya". Dimana yang terjadi di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kbaupaten Pamekasan, ada sebagian yang menikah sirri adalah
seorang suami yang pergi ke luar negeri, untuk menafkahi istrinya tetapi ketika sudah
pergi ke luar negeri maka ia akan menikah sirri juga di Negara lain. Sementara zaman
Rasul dulu, pernikahan kedua dan kesekian dilakukan untuk mengangkat derajat wanita.
Berbeda dengan pendapat Dadang Hawari yang mengharamkan pernikahan siri, KH.
Tochri Tohir berpendapat lain lagi. Ia menilai pernikahan sirri halal karena Islam tidak
mewajibkan sebuah pernikahan harus dicatatkan secara negara. "Nikah sirri itu sah-sah
saja dan halal", ujarnya.
Seorang suami yang menikah sirri yang di tinggalkan ke Negara lain seperti di
Malaysia maka pernikahan tersebut susah selaki untuk memberikan sanksi atau denda
karena dari suami tersebut sudah tidak peduli akan pernikahannya pasti ketika sudah di
Negara lain sudah mempunyai wanita idaman lain, sehingga dengan kejadian seperti ini
maka yang banyak di rugikan adalah istri atau wanita yang di tinggalkan di Desa
Ragang. Dengan kejadian seperti ini masayrakat desa tidak sadar akan pentingnya
menikah yang di catat secara Negara.
Menurut Tohir, pernikahan sirri harus dilihat dari sisi positifnya, yaitu upaya
untuk menghindari zina. "Dari pada selingkuh atau berzina, lebih baik dinikahkan secara
sah". Namun, ia juga setuju dengan pernyataan Dadang Hawari bahwa saat ini nikah
sirri hanya demi memuaskan hawa nafsu. Menurutnya, pernikahan sirri yang semacam
itu, tetap sah secara agama, namun pernikahannya menjadi tidak berkah. "Sah dan halal
secara agama namun pernikahannya tidak membawa keberkahan kepada yang
melakukannya", tegasnya.
Karena itu, resiko pernikahan seperti itu juga besar. Masyarakat biasa, kata
Tohir, resikonya adalah terguncangnya mahligai rumah tangga dengan demikian dengan
adanya denda bagi yang menikah sirri yang melebihi 3 bulan sudah sangat tepat dimana
bisa memberikan efek jera baik bagi yang melakukannya maupun bagi masyarakat.
Sementara bagi public figur, nikah semacam itu bukan hanya merusak rumah tangga,
namun juga mereka beresiko dipermalukan dan mendapat aib di masyarakat. "Kalau
hanya mengejar demi sah secara agama, maka nikah sirri sah selama memenuhi syarat
dan rukun nikah, antara lain ada ijab qabul, wali nikah, mahar dan calon mempelai",
disebut sah dan mempunyai perlindungan hukum apabila ada akte nikah. "Ini prinsip
yang pertama. Bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai rencana, maka pihak wanita yang
dikorbankan. Wanita hanya jadi obyek dalam pernikahan model ini".
Bila timbul perselisihan di nikah sirri yang terjadi di Desa ragang Kecamatan
waru Kabupaten Pamekasan, Pengadilan Agama akan angkat tangan. Karena hitam di
atas putih, tak ada secuilpun bukti bahwa mereka pasangansuami-istri yang sah menurut
hukum. Karena itu, baik Dadang, Rosyid maupun Tochri Tohir berpendapat bahwa lebih
baik pernikahan dilakukan dengan terbuka untuk menghindari fitnah yang mungkin
timbul di masyarakat. Ia tidak mendapatkan harta gono-gini ketika bercerai atau harta
warisan jika sang suami meninggal. Perkawinan adalah ikatan sakral berdasarkan syariat
agama untuk mengesahkan sebuah hubungan. Laki-laki dan perempuan merupakan
subyek dalam perkawinan, tidak ada salah satu dari keduanya yang lebih rendah dari
yang lain.
Nur syahbani Kantjasungkana, yang paling dirugikan dari pernikahan sirri
memang perempuan. Seperti diatur dalam UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, bahwa
pernikahan yang tidak tercatat secara agama tidak sah dan itu membawa akibat hukum
bagi yang melakukannya. Akibat hukum yang harus ditanggung perempuan dari
pernikahan tidak tercatat ini, kata Nursyahbani adalah tidak bisa mendapatkan harta
gono-gini ketika bercerai atau harta warisan jika sang suami meninggal. Belum lagi si
anak yang tidak diakui negara karena tidak ada dokumen pernikahan yang sah antara
ayah dan ibunya. Belum sanksi sosial yang harus ditanggung.
Menurut Bapak Iwan selaku keluarga yang berpendidikan atau yang
paling dirugikan dalam setiap pernikahan sirri. Ini karena perempuan menanggung
tanggung jawab terberat dari konsekuensi pernikahan yang tidak dicatat oleh negara. Di
sisi lain, "menyembunyikan" pernikahan bukanlah hal yang gampang. "Ketika
umumnya pernikahan itu diketahui masyarakat dan jelas siapa suaminya, pernikahan
yang disembunyikan ini menjadi beban tersendiri bagi kaum perempuan karena ia harus
berbohong".3
Dengan alasan di atas maka sudah sewajarnya bagi kepla Desa Ragang
membuatkan peraturan berupa denda bagi pihak yang melakukan nikah sirri, karena
Desa Ragang Merupakan sebuah desa yang di mana mayoritas pernikahannya yaitu
tidak tercatat di Pengadilan Agama, dimana ketika ingin hendak melaksanakn haji maka
masyarakat desa miminta akte nikah di Pengadilan Agama. Kesadaran masyarakat Desa
ragang Kecamatan waru Kabupaten Pamekasan mengenai Buku nikah, akte kelahiran,
kartu keluarga, maupun KTP masih banyak dari masyarakat desa yang belum
menilikinya.
Pernikahan sirri sekarang sekarang ini, kata Badriah banyak dijadikan solusi
oleh kaum pria untuk mengambil enaknya saja, terutama secara seksual. Sementara sisi
lain kebutuhan wanita diabaikan begitu saja. "Padahal perempuan itu kan tidak hanya
ingin kebutuhan biologis saja, namun juga banyak kebutuhan lainnya. Dan ini yang
tidak bisa terpenuhi dari pernikahan yang hanya berorientasi pada seks saja", ujarnya
Badriah juga menyebut pernikahan sirri tidak bisa menjerat kaum pria dengan aturan
hukum apapun jika ia melalaikan kewajibannya. "Secara agama ia pasti akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya di akhirat, tapi di dunia, jika tidak diatur
secara negara ia tidak bisa dikenakan pasal apapun", jelasnya. Karena itu ia menyatakan
seharusnya tidak perlu dipertentangkan status hukum menikah secara agama atau
tidaknya. "Jangan dipertentangkan, namun dilihat bahwa apa yang dilakukan negara
merupakan upaya memperkuat dan melindungi ikatan yang sudah dibuat oleh agama",
jelasnya.
Aturan negara ini juga memiliki konsekuensi hokum yang akan mengikat para
pelakunya. "Sehingga ketika mereka tidak bertanggung jawab secara agama, maka ada
aturan hukum yang mengaturnya", ujarnya. Menurut Ketua Umum PP Aisyiyah, Prof.
Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno, sirridalam bahasa Arab berarti rahasia. Kalau nikah
sirriberarti nikah yang dirahasiakan, padahal menurut Islam orang yang menikah itu
harus diumumkan dan diketahuipublik, misalnya si A istri si B. "Kenapa nikah mesti
sembunyi-sembunyi?", ujarnya.4
Pencatatan nikah, kata dia, menolong perempuan dan anak-anak, karena
perkawinan itu dianggap legal. Karena itu menurut kepala desa Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan menyarankan agar perempuan jangan mau
dinikahi secara sirri. menekankan hal yang sama. Dalam sebuah acara pernikahan bagi
pasangan yang menikah sirri, ia menyarankan untuk menjauhi model pernikahan ini.
"Menurut saya, ini salah satu bentuk kekerasan yang dialami perempuan, jadi budaya
nikah sirri harus dihindari meskipun nikah sirri di Desa Ragang merupakan adat istiadat
yang tidak bisa di hentikan sehingga kepala desa memberikan sanksi bagi yang menikah
sirri", tegasnya.
Kalau terjadi sesuatu dalam perkawinan, kata dia, yang menjadi korban selalu
pihak perempuan yang dikawin sirri. Korban lain tentu anak hasil perkawinan itu
dimana anak yang di lahirkan tidak mempunyai akte kelahiran meskipun menurut
masyarakat setempat tetap di akui anaknya karena sudah menikah secara agam dengan
alasannya untuk menghindarkan zina.
Menurut penghulu yang ada di Desa ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan sebenarnya pernikahan sirri bisa di hentikan bila belum siap, agama sudah
memberikan istiqomah, menahan diri dan berpuasa. Nikah sirri dilarang, kata dia,
disebabkan oleh kekhawatiran akan adanya kezaliman disitu jelas sudah haram. "Islam
menginginkan lewat akad nikah, akan tercipta sakinah, mawadah, warahmah, yaitu
ketentraman, cinta dan kasih sayang". Kini, makin banyak saja ditemui kasus
pernikahan diam-diam atau nikah sirri di kalangan masyarakat.
Pelakunya, dari mereka yang masih tinggal menumpang di rumah orang tuanya,
hingga figur publik. Padahal Rasulullah saw. telah mengingatkan dalam sabdanya agar
nikah disosialisasikan kepada khalayak banyak. Hendaklah kamu sekalian
mengumumkan pernikahan ini dan hendaklah engkau rayakan dengan menabuh duhuf
(sejenis rebana).
Meneurut K. Semar selaku pengasuh pondok pesantren yang ada di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kbaupaten Pamekasan Begitulah Islam menginginkan
pasangan suami isteri mempunyai nilai yang suci, terpuji dan istimewa di tengah-tengah
lingkungan masyarakatnya. Jika memperhatikan konsep perkawinan dalam Islam. Allah
prosedur yang legal, yaitu melalui proses adkun nikah(upacar