EEryIB,{D"A
.,URNAL KEBUDAYAAN
KABUPATEN
SLEMAN
ISSN:2339 0123Pelindung
Penasehat
KetDa
Sekretaris
Anggota
Bupati Sleman
Wakil Bupati Sleman
Drs. Sumaryadi. M.Pd.
MH Sutrisno, A.Md
Dr. Pujiharto, M-Hum. Drs. Supriyadi HN, M.Sn.
HYAji
Wulantoro. S.H., M.M.Drs. I wayan Suardana, M.Sn. Drs. FX Suparyadi
Sancoko, S.Pd Sujarwo, S.Pd.
Laminem, S.H-HM Kurtubi Ganang Suradjijo
: Awang Eka Harmawan, B.Sc.
FL Sunaryo Sunaryo, A.M.Kg.
: Dewan Kebudayaan Sleman (DKS)
: Jl. Titibumi Barat 59 Patran Banyuraden Campins Sleman Yogyakana Tclp: 08 I 229535 I 8. 085363 I I 8777
Website: www.dewankcbudayaansLcman.com Sekretariat
Iklan dan Promosi
Penerbit
AIamat Sekretarirt
_
Redaksi menerima artikel hasil penelitian/nonpenelitian yang berhubunganSETVIBAD.A
JURNAL
KEBT,IDAYAANKABUPATEN SLEMAN
Vol.l,
No.l., Ohober 2013ISSN : 2339-0123 DAT'TAR ISI
Petrg:]ntsr Bupati
Slemao
iii - ivH. Sti Purnono/B pati Slenan
Peran Kebudayaan dalam Membatrgun Jati Diri
Bangsa
1 - 5 tnni Satia Rahayu./Wakil Bupati SlenanMeouju Ketahaun
Budaya
6 -t0
Sundryadi/Fakultas Bahssa dan Seni UNy/Ketua Dewan Kebudayaan Slenan
Budaya Lokal Pilar Keistimewaatr Yog/aknrta : S€buah
Pcngantar
11 - 17R Baroto Harrrto/Ketua
Ko
iii
C DPRD Daelah Istinerra yo*aknnaPmbl€mrtikaPelakranaan Urusan Pemerhtahan Bidmg Kebudayaan
di
18'
3$ Kabupaten SlemanIiY ,4ji tl/1llantotu/Disbudpar Slena /Litbang Keb
daya
SlenanPendidikau Krrakter Melatui Pemb€tajann S€ni
Tari
ll
- 3S Enis Nikrn Herah,ati/Fahtltas Bahasa dan Seni LtW\Ienliasati P€ryaduan Notasi Diatonis dengan Notasi
Pentatonis
40 - 47ft
Supardi /MIIt Drs. Brcb La gen Matoyo/Konite Seni Petunjuka De\ianK
bd4-an
S|enanPerkembangan Kesenisn Jawlr di Kabnpalcn S€rdang Bcdagai Sumat€ra Utara 48 -
5:
Soekinnan /Bupan Serdang Bedagai/Penasehat PUJAKESUMA dan Suka Bud,ta
Peodidihn
H.hckal
lujuao. dar ProsesItli
Secna RinilFakultas Bahasa ddn SeniLq\,T
53 - 6,tRunah Tradisional Bugis Kajian Bentuk dan Mrkna Simbolik
Jaiil,Fakuhas Seni dat Desain
Lt{M
65 - 99\fe.ajut Seni Rupa Tradisional dalam Pengembangrn Seni Rupa Kotrtemporer hdotresia
!
,lrranSta
anaFalaitas Baha:a.!an Seni UNy /Konik Seni RupaDNdn
r00 , 111i:eard@dan Slenah
T
MENUJU KETAEANAN BUDAYA
Sumaryadi
Fakultas Ba.hasa dan Sed
ftNY
Ketua Dewan Kebudayaan Sleman
Abstrak
Globalisasi
telah
membuat batas-batasduoia
makin cair
Indonesia, juga negara-negara Selatao, tidak lebih dari pasaryang
harusmau
metryerapprcduk-produk Barat.
Negara-negara Selatan
nyaris
tidak
mampumelahrkan
negosiasi, karona hampir semua modal, SDM, akses darr teknologi, dan pusat-pusatinfomasi
dikuasai oleh negara-negara Barat. Arus budaya yang datang dari luar demikian kuatnya menghantam budaya lokal, sehingga kalau tidak segera disikapi secaraaril
saogat mungkin budaya lokal akan segera mati mengelaskaUntuk
itu,
diperlukan
ketahananbudaya
yang
targguh.Ketangguhan budaya dibangun dengan prosesi pendidikan.
Tiga
pusatpendidikaa
yang
sangatberpengarul
terhadap proses pendidikan karakter, yakoi rumah (keluarga), sekolah, dan masyarakat (lingkunganpergaulan) Persoalannya adalahbagaimara
ketiga
pilar
te$ebut
selalu kondusif
terhadap prosesi pendidikan karakter uniuk anak-anak bangsaKata Kunci: ketahanalr budaya, pendidikan karakler, tiga
pilaf
pendidikan.Pendahuluan
IIIJD
1945 pasal
32:
'Pemerintahmemajukan
kebudayaannasional Indonesia'. Penjelasan: Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah kebudayaan
yang
timbul
sebagai buah usahadari budi
daya rakyatIndonesia.
Kebudayaad
lama dan
asli
sebagai
puncak-puncakkebudayaan
daerah-daerahdi
seluruh lndonesia
diakui
sebagaikebudayaan
bangsa. Usaha
kebudayaanharus ditujukan
ke
arah kemajuan adab, budaya, dan pe$atuan, dengan tidak menolaktrahan-bahan
baru dari
kebudayaan
asing yang
justru
akan
dapat m€mperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri,Ian-roat
Cri,
lln
Lah
)aI
tak
,eai
:ah
M€ruju Ketahanatr Budaya 7
Sejak isu globalisasi menggelindiog dari Benua Utara
-
Eropa Barat danAnerika
Serikat--
globalisasitelah
membuat batas-batas dunia makincair
Yarg terjadi adalal terbukanya perluasan lahan bagi produk budaya Baratke
Selatan (negara-negara berkembang). Sangatsulit
produk
budaya Selatan menembusEropa
Barat
dan Amedka
Serikat.
Kalau Michel
Jackson atauMadorna
bisa
dengan leluasa menembus Benua Selatan, temyata Tayub, Badui, kethoprak, dsb.yalg
berasal dari Jawa (Indonesia) tidak muda.h menembus Benua Utara.Dari
pandangan tersebut, negara-negara Selata&
temasuk
Indonesia,tidak
lebih dari
pasaryang harus
mau
menyerapproduk-produk
Baxat. Negaxa-n€gara Selatan nyaris tidak mampu melakukan negosiasi, karenahampir
semuamodal, SDM,
aksesdan
teknologi,
dan
pusat-pusatidormasi
dikuasai oleh nega.ra-nega.ra Barat. Pertanyaannya adalah apayarg mesti kita lakukan?
Benturan antara Kebaikatr
danKebur.uka
Harus diakui bahwa tidak semua yang berasal dari budaya luar'
itu tidak baik. Sebaliknya, tidak semua yang ada pada kita sendiii
serta-merta (selalu) baik. Kebaikan dan ketidakbaikan ada
di
maaa-maaa. Hanya saj a, ternyata aJus budaya yang datang dari lual demikiankuahya
menghantam budaya lokal, sehingga sangat mungkin budaya lokal akan mati mengelaskan.Terkait dengal itu, paling tidak ada dua hal yang mesti dilalorkan. Pertama
(tpaya
ekstemal), kita menyikapi secara arifbudaya luar yang mau masut, daa &edra (upaya intemal),kita
aagkat kembaiinilai-nilai
lokal ke permukaan.
Terhadap masuknya budaya luar,
kita
mesti melakukan seleksi atas muatan-muatao (ni1ai-nilai) di dalamnya. Muatan yang 'kurang pas'1entu tidak kita ambil, sedangkan muatan-muatan yatrg positifatau iustru
prospektif,
kita
terima dengan tangan terbuka.Kemudiat
unhrk yangke dua, yang harus kita lakukan adalah mendekatkan kemtrali masyarakat
( lokal) dengan
nilai-nilai
lokal yang temyata nilainya cukuppositif.
Yalrg kemudian
te{adi,
muatar budaya luartidak dibenftfkan
dengan muatar budaya 1okal, atau sebaliknya. Demikian juga, budaya luar tidak dibiarkan menggusw budaya lokal yang bisa berakibat budaya
lokal
menjadi
te.marginalkan. Keduaayaharus
diberi
ruang
untuk8
SEMBADA, Vol. 1 No. 1, Oldober 2013 : 6 - 10komplementer (saling melengkapi). Dengan itu, keberadaan masyarakat lokal akan semakin mantap.
Di
satu sisi, kitajelas kebanjiran muatan dari budaya luar.Di
sisilaiq
ada fenomeoa bahwa (generasi)kita mulai
meninggalkan danmelupakan
nilai-nilai
budaya
sendiri. Banyak
dari
kita
merasaketinggalan
zaman,kurang percaya
diri,
ketika
harus bersentuhan dengannilainilai
1okat. Akibat yang tedadi, yang makin tampak,torg
Jawa
\)is
ilang Jawalre' (orang Jawa sudah kehilangaa kejawaannya) Padahal, budaya Jawa sesunggulnya penuh dengan ajaran-ajararr 'budipeke
i luhur'.Budi pekerti
adalah salah satu
alat
-
di
samping
moralkeagamaan
dan
Pancasila-
yang
dapat dipakai
unnrk
menangkal pengaruh negatifperubahanduda.
Berbicara tentatrg budipekefii
akanterkait dengan tata
kama
pergaulafl seseo@ng kapan saja dan dimara
saja. -fata Lrama meliputi aturan motal, sopar' sarf.m,
u
ggah ungguh, darl etika.Tiga
Fusat PeDdidikan yangMenjanjikan
Ada
tiga ilusat pendidikanyang
sangat berpengaruh terhadapproses
pendidikan karall'er,
yakoi rumah
(keluarga), sekolah,
dan masyarakat (lin gkungan pergaulan).a.
Ruinah (KeluBrga)
Untlrk pertama
kali
anak berkenalan dengan norma dan tntanilai
adalah di rumah (sendiri). Proses pendidikatr yang pertama dan utama berlangsoog dintrah.
I)alam keluarga yang baik pasii akan terbentokkepribadian yang baik pula.
Dulu,
adaistilah
'dongerg sebelumtidur'
yalai
pa.ra orang tua selalu mendongengkan anaknya merlelang tidur' Kebiasaan irri sangat positif, karena di samping menyenangkan dan bisamembuat anaknya
tertidur,
dongeng-dongengyang diberikan
berisinilai-nilai,
tentangbaik
buruk, benar-
salah, atau indah-jelek
Tokohdalarn dongcng bisa benrpa manusia, binatang, hmbuh-tumbuhan, atau alam sekitar
Dongeng
sebelum
tidw,
dengan
demikian,
adalah
mediapendidikar
budi
pekerti yang
cuhr-rpstntegis.
Sayangnya, sekaxaig situasi ideal sepertiitu
sudah sulit terwujud. Paxaomlg
tua slrdahtidak
sempat lagi mendongeng untuk anaknya sebelum tidur. Orang tua masakini
tarnpaknyaterlalu
siblk
dengan urusannyasendiri.
Jangalkanl
:,i
r=
I
I
a :li
li
"1rl
::l ,n..ep
!a
Menuju Kerah'n'n Budaya 9
metrdongeng, ngobrcl dan makan benama pun
kini
sudal makin sulit
terjadi. @ahkan, aaak-anak sekaraag layak diberi gelar ,anak pembantu' atau 'alla]{ sapi'. Disebut 'anak pembatrtu' karena semua pe@watan dan segala kepentingan anak diserahkan kepada
pemba[tu.
Disebut ,anaksapi'
karenabanyak anal-aaak yang
pada masabayi tidak
pemah merasakan air susu ibunya, melainkan air susu sapi.)b. Sekolah
Di
sekolah, gurutidak
hanya mengajar, tetapijuga mendidit.
Dengan mengajar,guru
hanya menyampaikan pengetahuan. Denganmendidik, guru membenhrk kepribadian. Dengan dalih
jam
pelajaran yang terbatas dar kurikulum yang terlalu padat karena adanya 'pelajaran-pelajaran pesanan' berbagai
pihak,
pendidikan karakter
di
sekolah menjadi terabaikan. Dulu, budi pekerti babtan menjadi salah satu mata pelajaran yangdiberikar
di
sekola.h, namun sekarang sudahtidak
ada lagi.Upaya yang
kita
lakukar
adalah mengintegrasikan pendidikankaralder
ke
dalam setiap mata
yarg
ada
di
dalam
kurikulum.
Persoalamya yang muncul adalah pengintegrasian semacam itu bukan
m crupakan barang yang mudah bagi guru-guru di sekolah.
c,
Masyarakat (Lingkungan Pergaulan)
Masyarakat atau lingkungan pergaulan mestinya
punya
a
dil
besar dalarn pembinaan karakter anak. Namun, lingkungan pergaulan pada dewasa
ini
sudah banyak terpolusioleh
situasi kehidupaa yang serba modem dan serbabebas.Juga siaran
televisi
yang terus-menerus daripagi
hingga pagi 5eriLutnya bisa menyita waktu belajar anak dan menghapris seleta anak r]lltuk mendengarkan dongeng dari orang tuanya. Ditambah lagi, telev;si l.ang sering meoayangkan adegan-adegan kekerasan,kebrutalar,
dan..kJ
il-ut mengubah perilaku anak. Anak sekarang tidak adalagi
ya.ngr.ngidolakan
tokoh Galhotkaca yang hebat dalam dunia pewayangao,:relahkan
mengidolakan tokoh yang ada dalamfilm-film
kartun dari malcanegara, misalnya.Kesibukan anak-anak dan objek-objek seperti
itu
kalau tidak
dicennati
oleh
orang
tuanyabisa
bera.kibat negatiNmisalnya
anaknenjadi
brutal, merusak, mencwi, mengonsumsi obat-obatan terlararg,l0
SEMB"{D"A, Vol. I No. 1, Okober 2013 : 6 - 10Upaya yang kita lakukaa adalah peduli denga.n 'j am belajar anak'
(JBS) pada setiap malamnya,
juga
imbauan unhrk para ora.og tua agarpeduli
terhadap aaaknyaketika
beradadi
luar
rumah, dan imbauankepada rnasyarakat
untuk
menciptakanlingkungan
pergaulan yangkondusif bagi anak-anak.
Penutup
Era
globalisasimau
tidak mau
sampaijuga
di
rumall
kita.KehadiraDnya tentu membai{a ide-ide penting, ilmu pengetahuan,
nilai-nilai
budaya, norma hidup, dst., yangbernilai positif
maupunnegatif
Yarg
negatif tidakkita
ambil, yangpositif
kita terima, selanjubyakita
pertemukan dengan
nilai-nilai
lokal yang juga positif dalam mekanisme saling melengkapi (komplementer).Penikapar
kita
yang sepertiitu,
insyaAllah,
akan melahirkan'situasi
sadar
budaya yalrg
ujung-ujungnya
akar
menumbubl<ankeperflikan
'ketahaaan budaya'yang
tangguh.
Sebuahsikap
yang mempribadi, namun j ika mampu diaktualisasikan seoara bersama-sarna, maka kita akan metrj adi manusia global yang tetap berwawasan kearifan lokal.DaftarBacaan
Endraswaru,
Suwardi. 2003.
Budi
Pekerti dalam Budal,a
fawa.Yogyakarta: PT Hanindita Gralla
widya.
Proyek
Inventarisasidau Dokumentasi
KebudayaanDaerah.
1984. IJngkapah Tradisianal sebagai Sumber Informasi Kebudaydan Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Depdikbud.Proyek
Pengkajiandan
PembinaanNilai-nilai
Budaya.
1994/1995.Pembinaan
Budaya
dalau
Lingkungax
Keluarga
DaerahIsti
ewa Yog)akarta. Jakarta: Depdikbud.Siyamta, Yohanes. 1996.
'Budi
Pekertidi
TengahArus
Globalisasi"dalam Pendidikan Budi Pekerti dalam
Kuikulum
M
atanLokal
Mata
Pelajaran Bahasa
Jawa.
Yogyakaxta:
FPBS IKIP
Yogyakaxta.Tralggono, Indra.
2003."Yang
Lokal
Digerusyang
Global"
dalarnJurxal
K.ebudayaanSelarong
Yol.
2
Desember
2003.