MUADZ BIN JABAL, AHLI FIQH YANG HANDAL
Ahmad sangidu
Jika ditinjau dari segi panjangnya usia dengan peranannya di tengah masyarakat, akan terlihat betapa padatnya peranan sahabat Nabi Muadz bin Jabal dalam pembentukan masyarakat Islam yang pertama di Madinah. Usianya yang relatif pendek, kurang lebih 33 tahun, terlampau pendek jika dibandingkan dengan prestasi yang telah dikerjakan di tengah tengah masyarakat. Banyak peranan yan dimainkannya di tengah masyarakat dalam merintis model masayarakat islam pertama. Seperti misalnya ia tercatat dalam tinta emas sejarah dengan kehormatan gelar “As sabiqunal awwalun” di kalangan orang Anshar.Karena ia termasuk orang Anshar yang mula mula masuk Islam. Bukankah di saat saat yang sulit itu ia tergolong orang orang Anshar yang ukit ambil bagian dari Baiatul aobah kedua, dimana saat itu ia masih amat muda.Bahkan paling muda kurang lebih berusia enambelas tahun diantara tujuh puluhan orang senior,Ini menunjukkan kecerdasan akal pikiran dan kejernihan hati nuraninya yang segera menerima Islam begitu ia dikenalkan oileh sahabat Mush’ab bin Umair di Madinah.
Ia pun termasuk sahabat yang dicintai Rasulullah di mana Rasulullah menyatakan secara terus terang kecintaan kepadanya. Seperti di dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah pernha berkata kepadanya,”wahai Muadz , demi Allah, sungguh aku cinta padamu. Untuk itu saya beritahukan kepadamiu agar engkau selalu tidak melewatkan doa ini.”allahuma a’inni ‘ala dzikrika wa syukruika wa husni ibadatik”m yang artinya,”Ya allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepadamu, mampu mensyukuri nikmat
pemberianmu dan mampu memeperbaiki amak ibadahku.”
Di saat lain, ia pernah dipuji Rasulkullah sebagai orang yang ahli (handal) dalam masalah halal haram (fiqh).,sabda beliau.”Di kalangan umatku yang paling mengetahui masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”.
Pujian lain yan senada disampaikan rasulullah terhadapnya dengan menyatakan .”Umatku yang pada hari qiyamat nanti menjadi pemuka para ulama adal;ah Muadz bin Jabbal.” Mengenai kehandalannya dalan hal fiqih dan fatwa banyak dikisahkan oleh banyak sahabat., Semuanya ini membeuktikan akan kehandalannya dalam masalah agama dan kerendah hatiannya meskipun keilmuannya tergolong tinggi.
Salah satu kesaksian berasal dari seorang sahabat terkenal Abu Muslim al-Khaulani yang menceritakan tentang kehanddalannya dan kewibawaannya di tengah tokoh sahabat senior. Abu muslim berkisah ,”suatu hari saya masuk ke masjid Himsh .Di situ banyak berkelompok kaum tua sedang mengadakan kajian agama sementara terlihat seorang anak muda satu satunya yang cerdas tampan lagi berwibawa, berada diantara halaqah itu.. Anak miuda itu selalu diam penuh ketenangan. Ia tak banyakk bicara. Tetapi apabila orang orang tua itu menemukan kesulitan dalam suatu maslah., mereka berpaling dan bertanya kepadanya. Itu dilakukan berulang ulang. Tergelitik oleh keingintahuanku terhadapnya saya bertanya kepada orang di sekitarku ”siapakah gerangan anak muda yang cerdas, muda dan penuh wibawa itu?” dia menjawab.”Itulah dia, Muadz bin Jabal” Mendengar jawaban itu, langsung saja saya merasa sayang dan hormat kepada anak muda yan handal itu.
Muadz bin Jabal, mereka akan secara aklamasi meminta pendapaatnya karena kapasistas kehandalannya dalam masalah fiqh.”
Kepercayaan rasulullah terhadapnya tidak saja terfokus dalam hal keahliannya dalam masalah agama, tetapi juga menyangkut kepribadiannya secara keseluruhan sebagai seorang tokoh pemimpin yang matang dalam memecahkan berbagai masalah sosial yang kompleks. Hgal ini tercermin dari penunjukan beliau untuk menjadi hakim di Yaman. Ketika itu Rasulullah bertanya,” Pedoman apa yang akan engkau jadikan rujukan?” jawab Muadz”Kitabullah” ujarnya.”Bila engkau tidak mendapatinya disana?”tanya
Rasulullah.”Saya akan merujuk pada sunnah Rasul,” jawabnya. Tanya Rasulullah
lagi.”Jika di dalam sunnah tidak engkap dapati?” jawab Muadz,”Saya akan menggunakan akal pikiranku untuk berijtihad, dan aku tidak akan berputus asa/”
Konon mendengar jawaban itu, berseri serilah wajah Rasulullah/beliau kemudian
menepuk nepuk punggungnya seraya memuji Allah, katanya”segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sehingga diridhainya.”
Muadz berada di yaman menjadi hakim, pendidik, dan da’i untuk negeri muslim yang baru tumbuh itu. Ia mempimpin , mengarahkan dan memberi contoh terhadap
masayarakat baru itu dengan pedoman pedoman Islam. Ketika Rasulullah wafat, dia masih berada di sana. Dia mengalami masa pemerintahan Abu bakar Shidiq seluruhnya dan sebagian masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab. Khalifah Ymar sendiri amat hormat terhadapnya. Konon apabila Khalifah menemui kesulitan., beliau mencari Muadz untuk mendapatkan pemecahan dan jawabannya. Sampai sampai Umar pernah
berkata.’kalau tidak ada engkau wahai Muadz, akan celakalah Umar,” demikian
dikatakan setelah Umat memberikan jawaban terhadap persoalan sulit yang beliau sendiri kesulitan memecahkannya.
Ketika gubernur Khalifah Umar di Syam yakni Abu Ubaidah wafat. Khalifah tak ragu ragu lagi menunjuk Muadz sebagai penggantinya. Cuma sayang beribu kali sayang, usia Muadz tidaklah panjang. Ia wafat beberapa saat kemudia dalam usia relatif muda, 33 tahun
