• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majalah Kiblat edisi Rajab 1437/ April 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Majalah Kiblat edisi Rajab 1437/ April 2016"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Redaktur Ahli : Abu Zahrah, Abu Abdurrahman Pimpinan Redaksi : Tony Syarqi Redaksi : Agus Abdullah, Fahruddin, Dhani el-Ashimi, Bashirudin

R, Miftahul Ihsan

MAJALAH DIGITAL KIBLAT adalah salah satu konten dari situs berita Islam

www.kiblat.net. Dapat diunduh dan sebarluaskan secara cuma-cuma.

Email : kiblatmedia@gmail.com Donasi: BCA 7735072587 BNI 0425795674 a.n. Muh Bashirudin

Rosyed.

Bismillah...

Suriah telah melewati lima

tahun dalam konlik. Sebagai

rangkaian dari Arab Spring,

Suriah mencatat waktu paling

panjang tanpa penyelesaian

yang jelas.

Sebagai akibat logis dari

perang adalah korban jiwa

dan harta. Jutaan orang

telah mengungsi dan hidup

dalam penderitaan. Namun

perhatian dunia belumlah

masih sebelah mata. Banyak

kekuatan lebih sibuh dengan

kepentingan politiknya

daripada masyarakat sipil

yang tidak berdaya.

Kiblat edisi ini menyajikan

secara khusus bagaimana

krisis Suriah selama lima tahun

ini. Peta politik di lapangan,

pertarungan kepentingan

dari luar, dan peran mereka

untuk Suriah menjadi bahasan

utama.

(3)

ISI

41

Sejarah Kebencian Syiah

terhadap Ahli Sunnah

Peta Wilayah

Kontrol Suriah

Benturan Ideologi

Lima Tahun

Dalam Luka

Geopolitik

Negara-Negara

Barat dalam Konflik

Suriah

16

9

4

22

34

P e r a n I n d o n e s i a

d a l a m K r i s i s

(4)

4 KIBLAT RAJAB 1437H

BENTURAN

IDEOLOGI

Komunitas Syiah Nushai-

riyah atau seperti

mere-ka sebut Alawiyyah hanya

10% saja dari seluruh

pen-duduk Suriah. Sekitar 70%

adalah muslim Sunni,

si-sanya adalah minoritas

Kristen, Druz dan lainnya.

Namun kekuasaan telah

didominasi oleh

keluar-ga Assad yang dibesarkan

dari basis Nusyairiyyah di

Lattakia.

(5)

M

enyebut konlik Suriah sebagai pertempuran ideologi (Baca: Sunni vs Syiah) mungkin akan dipandang lugu. Namun, ketika seorang benar-benar mengikuti perkembangan situasi di Suriah sejak awal kemunculan, akan didapati kenyataan-kenyataan terkait hal itu. Bagaimana tidak, telah jamak diketahui bahwa mayoritas (sekitar 60%) penduduk Suriah adalah Sunni, yang dipimpin oleh pemerintahan Alawiyah atau Nushairiyah yang bertindak kejam terhadap rakyatnya.

Saat Perancis berada di Suriah tahun 1963, mereka menjadikan orang-orang minoritas Kristen, Druze dan Alawi memegang tampuk pemerintahan. Di tahun 1966, kelompok Alawi-lah yang akhirnya mengambil alih kekuasaan. Mereka pun mengobarkan semangat sektarian secara totalitas di Suriah, terutama dalam jajaran tentara hingga pejabat.

Maka, muncullah Haidz Assad kala itu pada tahun 1970 memegang pucuk pimpinan di Suriah. Dengan pengaruh tangan besinya, ia mampu menekan lawan politik dan menyingkirkan para pembangkang. Rezim Haidz Assad hingga turun kepada anaknya, Bashar Assad seolah tidak mau dinilai memiliki pemerintahan

berdasarkan sektarian. N a m u n ,

fakta dukungan dari berbagai kelompok dan negara yang berpihak, secara tidak langsung menunjukkan hal itu.

Rakyat yang mayoritas Sunni pun merasakan pengaruh sektarian tersebut. Kekejaman Rezim Nushairiyah di bawah pimpinan Assad tampak jelas. Mereka menyembelih anak-anak, memperkosa wanita, membakar rumah-rumah pengikut Ahlus Sunnah, serta membombardir masjid dan perkampungan kaum Muslimin dan lain sebagainya. Demikian kesaksian Wakil Rabithah Ulama Suriah, Syaikh Musthafa Ahmad Hamid.

(6)

Usaha yang dilakukan oleh sebagian kecil rakyat terhadap penguasanya membuahkan hasil, di tengah kebengisan Rezim yang terus “mencabut” nyawa rakyatnya dan menghancurkan wilayah mereka. Maka, sorot mata dunia internasional mengarah ke Suriah. Kaum muslimin yang peduli dengan saudaranya tidak tinggal diam, berlomba-lomba untuk membantu dengan materi ataupun non-materi. Bantuan pangan dan obat-obatan mengalir ke Suriah. Tak hanya itu, aliran pejuang pun terus terjadi untuk membantu saudara-saudara Muslim yang terzalimi.

Tak ketinggalan, mereka yang membela rezim Suriah juga ikut memberikan sokongan. Justru, dari sinilah kenyataan tentang konlik Suriah semakin tampak. Negeri Iran yang menganut dasar negara Syiah Itsna Asy’ariyah muncul tak hanya sebagai supporter, begitu juga negara atau kelompok lain yang berailiasi dengannya semisal Hizbullah Lebanon. Ribuan pasukan dan relawan diterjunkan untuk menguatkan barisan Rezim yang mendapat perlawanan rakyatnya.

Bagi Khamenei dan para pendukungnya di Iraq dan Iran, Suriah adalah bagian penting dari “Bulan Sabit Syiah” yang berlaku dari Teheran ke Beirut, melalui Baghdad dan Damaskus. Ayatollah Al-Kazim Ha’eri, seorang ulama Syiah di Teheran menyatakan pertempuran di Suriah adalah kewajiban untuk membela agama.

Hakekat pertempuran sektarian antara Sunni Syiah di Suriah menjadi tampak jelas, meskipun dinaungi pihak-pihak lain dengan beragam kepentingan. Barat dan sekutunya tidak ingin penguasa Suriah saat ini, Bashar Assad terus memimpin Suriah. Konlik ini menjadi momen untuk mengganti pimpinan di Suriah sesuai dengan kehendak Barat. Sehingga segala sumber daya yang ada di Suriah dapat dikuasai dengan baik. Caranya pun bermacam-macam, dari mempersenjatai oposisi hingga terus mengupayakan perundingan damai.

Pihak lain yang sedikit berbeda kepentingan dengan Barat akhirnya juga ikut bermain. Rusia mengklaim bahwa dirinya diminta rezim Bashar Assad untuk membantu pertempuran di lapangan melawan oposisi—walau kemungkinan ada alasan lain terkait ideologi sosialis Partai Ba’ath yang dianut rezim Suriah—sehingga Rusia pun membantu dengan suka rela. Dari sinilah terjadi peningkatan serangan, bersama sekutu Rezim yang lainnya, Rusia terus membombardir wilayah-wilayah di Suriah dengan dalih memerangi teroris, meski faktanya korban terbanyak justru dari kalangan sipil.

Dalih Rezim Bashar di Tengah Blokade dan Serangan Tak Berujung

Rezim Suriah yang dipimpin oleh Bashar Assad tidak sebatas melakukan bombardir terhadap rakyatnya. Penyiksaan di penjara hingga tekanan berupa embargo pangan pun kerap dilakukan. Ratusan ribu rakyat Suriah di sejumlah daerah harus merasakan kelaparan dan kekurangan obat-obatan akibat blokade yang dilakukan Rezim.

Sebut saja di Madaya yang terletak di barat laut Damaskus, sekitar 40.000 warga Suriah harus hidup dalam kepungan tanpa makanan dan obat-obatan. Belum lagi di kota-kota lainnya, termasuk di Homs, Aleppo dan Lattakia. Ini merupakan cara baru Rezim dalam melemahkan rakyatnya.

Apa yang dilakukan Rezim Bashar Assad terhadap rakyatnya seolah bertolakbelakang dengan pernyataan yang kerap dikeluarkan pejabatnya dalam setiap perundingan. Janji manis yang keluar tampaknya telah terbantahkan oleh sikap yang selama ini diambil Rezim.

(7)

Opsi gencatan senjata yang terus digaungkan oleh Rezim dan sekutunya pun terlihat percuma. Gempuran jet-jet Rezim dibantu sekutunya masih saja terjadi. Hal ini mengingatkan dahulu kala saat beberapa ulama Suriah menasihati Bashar Assad untuk menghentikan siksaan terhadap rakyatnya. Namun tetap saja, ideologi yang dimiliki Bashar mengharuskan hal itu tetap dilakukan.

Maka, benarlah apa yang dikatakan seorang ulama yang intens meneliti Syiah, Dr. Majdi Al-Rab’i. Dia berkesimpulan bahwa perwujudan sekte Syiah Qaramithah saat ini tampak dalam Rezim Suriah yang dipimpin Bashar Assad. Diketahui, Syiah Qaramithah dikenal kebrutalannya saat membunuh lebih dari 30 ribu jamaah haji pada tahun 317 Hijriah. Tak hanya itu, mereka juga menghancurkan kubah Zam Zam, mencopot pintu Ka’bah dan membongkar kiswahnya. Mereka tetap menyembelih jamaah haji meski berlindung di balik tirai Ka’bah.

Kini setelah lima tahun berjalan sejak 2011, konlik di Suriah masih belum usai. Pertempuran

masih terus berlangsung di berbagai tempat, meskipun di tengah gencatan senjata. Setiap kali Rezim Suriah mengklaim menyerang oposisi, rakyat Suriah lah yang menjadi korbannya. Selain itu, politik dan kepentingan di dalamnya pun terus bermunculan. Baik dari pihak internasional maupun lokal setempat.

(8)

8 KIBLAT RAJAB 1437H

Selama perang Suriah, bom barel bom barel rezim Suriah telah menjadi ancaman paling besar bagi warga sipil. Bahkan lebih merusak daripada kelompok ISIS sekali pun, kata

Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch. Senjata mematikan ini telah digunakan oleh pasukan Assad terhadap lingkungan sipil yang dikendalikan oleh pa-sukan oposisi terutama di Aleppo, Idlib dan Daraa. Bom barel digunakan dengan tidak lagi menghargai kehidupan manusia. Bom Barel digunakan untuk memaksa warga sipil keluar dari kampungnya. Banyak warga menjadi pengungsi dan terpaksa meninggalkan

negara itu karena bom barel.

Penggunaan bom barel dinyatakan sebagai strategi “perang total” yang melanggar Konvensi dan hukum perang Jenewa. Menghentikan bom barel Mr Assad menjadi tugas tunggal yang paling mendesak untuk mengurangi warga sipil yang menderita sekarang.

The Mr. Barrel Bombs

(9)
(10)

B

erikut ini peta wilayah kon-trol Suriah berdasarkan laporan-laporan dari berb-agai media:

1. Damaskus dan Pedesaannya

Rezim Suriah masih men-gontrol mayoritas pusat pemer-intahan di ibukota Damaskus. Pejuang oposisi hanya mengon-trol sebagian di bagian Damaskus Selatan, Lingkungan Jobar. Prak-tis, daerah ini pun dalam kondi-si terkepung. Awal tahun, rezim meluncurkan kampanye militer besar-besaran dari darat dan uda-ra, dengan dibantu jet tempur, un-tuk merebut kota yang kini hanya ditinggali puluhan keluarga itu. Menurut Al-Jazeera Januari lalu, kekuatan oposisi masih berhasil mempertahankan kota tersebut.

Sementara di pedesaan Damaskus, wilayah kontrol masih terbagi antara rezim dan oposisi. Oposisi memiliki kekuatan besar di bagian timur dan timur laut (Ghautah Timur) dan berulang kali berhasil menggagalkan ser-buan rezim yang mencoba men-gamankan ibukota. Daerah ini membentang dari kota Duma (termasuk kota Adh-Dhamir), Ha-rasta, Irbin hingga Al-Malihah.

Kekuatan pejuang ter-besar di wilayah ini dimiliki oleh faksi Jaisyul Islam. Namun, ger-akan mujahidin lainnya, seperti Ahrar Syam, Ittihad Al-Islamy Lie Ajnadi Al-Syam, Faliq Ar-Rahman,

dan Jabhah Nusrah juga ambil ba-gian dalam pertempuran dengan rezim.

Militan ISIS juga berada di daerah ini, tepatnya di kota Adh-Dhamir yang menuju langsung ke per-batasan dengan Irak. Selain itu, mereka juga bercokol di kamp Yarmuk yang dihuni pengungsi Palestina dan kota kecil Al-Hajar Al-Aswad.

Di Ghautah Barat, pe-juang mengontrol kota Daraya dan Al-Mukdzamiyah serta ko-ta-kota kecil lainnya. Wilayah ini dianggap sebagai “sabuk hjau” bagi Damaskus, karena kekua-tan rezim dan pejuang imbang di daerah tersebut. Sejumlah barak dan sebuah bandara militer bera-da di bera-daerah ini, sehingga hal itu menyulitkan mujahidin meraih kemajuan. Di antara faksi pejuang yang aktif di daerah ini, Ahrar Al-Syam, faksi di bawah naungan Al-Jabhah Al-Janubiyah dan tidak banyak pejuang Jabhah Nusrah.

Perlu dicatat, mayoritas wilayah ini berada dalam blokade rezim. Rezim sengaja memutus jalur utama ke wilayah Ghautah Timur dan Barat sebagai strategi untuk melemahkan mujahidin. Sehingga mujahidin terpaksa me-makai jalur-jalur yang sulit dile-wati untuk memasok logistik.

Mujahidin juga mengon-trol sebagian wilayah di pegunun-gan Qalamun yang berbatasan dengan Lebanon. Daerah ini

san-gat penting bagi rezim, karena dilintasi jalur lintas provinsi yang menghubungkan Damaskus dan Homs. Mujahidin sempat memu-tus jalur tersebut, namun rezim yang dibantu milisi Syiah Hizbul-lah berhasil mematahkannya. Ak-tif di wilayah pejuang Jabhah Nus-rah, FSA dan tak banyak dari ISIS.

2. Daraa dan pedesaannya

Yayasan Media Naba’, Juni 2015 lalu, merilis peta kontrol mujahidin dan rezim Suriah di provinsi Daraa. Rezim masih men-gontrol pusat kota Daraa hing-ga wilayah utara dan timur laut pedesaan Daraa. Kota terpenting di wilayah itu, Daraa Al-Mahath-thah da sebagian besar di lingkun-gan Al-Mansyiah di pusat Daraa, Ash-Shanmin, Izrak, dan sejum-lah desa di pinggiran. Rezim juga mengontrol jalur penting yang menghubungkan Damaskus-Da-raa hingga ke perbatasan Yorda-nia dan pedesaan Damaskus.

Di sisi lain, menurut kantor berita yang memantau perkembangan di Suriah Selatan itu, mujahidin mengontrol penuh daerah-daerah yang berada di pinggiran Daraa yang berbatasan dengan provinsi tetangga, seperti Suwaida di timur, Qunaithirah di barat dan dua pintu perlintasan dengan Yordania. Dari peta yang ditunjukkan, wilayah kontrol mu-jahidil lebih luas daripada rezim. Aktivis Media Daraa,

Muham-Sejak revolusi Suriah pecah 2011 sampai hari ini, wilayah

Suriah telah terpecah-pecah dalam kontrol beberapa

kekuatan. Sebagian wilayah masih diperebutkan dan tidak

tetap akibat perubahan di lapangan yang sangat cepat.

Secara garis besar wilayah Suriah dikontrol oleh empat

kekuatan: rezim dan milisi sekutunya, oposisi Suriah

(11)

mad Al-Husain, di bulan yang sama menyebutkan bah-wa sebanyak 85% wilayah Daraa diken-dalikan oleh pejuang oposisi. Pejuang masih berupaya keras membebaskan seluruh Daraa namun operasi itu kini ter-henti seiring inter-vensi Rusia.

Di kota ini banyak faksi pejuang dari berbagai corak. Mereka saling beker-ja sama melakukan operasi bersama. Jabhah Nusrah dan faksi-faksi Islamis lainnya, seperti Harakah Al-Mutsan-na dan Brigade Mu-jahidin wa Anshar serta Ahrar Syam, kerap terlibat oper-asi bersama dengan faksi-faksi lainnya. Namun belakangan, faksi Liwa Syuhada Yarmuk yang berba-sis di barat laut Da-raa membaiat ISIS. Sejumlah faksi yang dekat dengan mere-ka, seperti Harakah

Al-Mutsanna, mengikuti jejak berbaiat ISIS. Sejumlah faksi mengumumkan perang terh-adap mereka. Perkembangan terakhir, Liwa Syuhada Yarmuk membubarkan diri dan se-bagian besar menyatakan bergabung Jabhah Nusrah.

3. Provinsi Qunaithirah

Lembaga pengawas HAM Suriah melaporkan, akhir September 2014 lalu, pe-juang Suriah mengontrol 70% wilayah yang bersebelahan dengan Provinsi Daraa, di se-belah tenggara, dan Damaskus di sese-belah timur laut. Bahkan mujahidin bisa mengga-bungkan wilayah kontrol antara Daraa dan Qunaithirah.

Tidak cukup sampai di situ, muja-hidin juga berhasil merebut perlintasan dengan Golan yang djajah Israel. Dataran Tinggi Golan masuk dalam wilayah adminis-trasi Qunaithirah sebelum diserahkan kepa-da penjajah Zionis.

Kemenangan besar ini diraih setelah pejuang Suriah menggelar operasi bersama. Dengan cepat, pejuang mengontrol wilayah luas di Qunaithirah.

Langkah mujahidin untuk memper-luas wilayah kontrol di Qunaithirah hingga menembus Ghautah Barat sedikit terham-bat setelah Rusia mengumumkan memban-tu Suriah. Mujahidin telah mencoba beber-apa kali operasi untuk menembus Ghautah

Peta wilayah Daraa

(12)

Barat namun belum berhasil.

4. Provinsi Suwaida

Wilayah Suriah yang juga berbatasan dengan Yordania ini sepenuhnya masih dikontrol rezim Bashar Assad. Mayoritas penduduk di provinsi itu pendukung Bashar Assad. Bahkan, mereka membentuk milisi bersenjata untuk membela presidennya. Tak jarang, terjadi benturan antara mereka kare-na kepentingan kelompok masing-masing.

Menurut laporan Al-Araby Al-Jadid akhir 2015 lalu, sekelompok faksi anti rezim bernama Katibah Sulthan Al-Athrusy pernah aktif di Suwaida. Mereka bekerjasama dan meminta bantuan logistik dari faksi-faksi di bawah naungan FSA di Daraa. Keberadaan mereka di front Suwaida tak berlangsung lama. Mereka mengkhianati FSA dan juga faksi pejuang lainnya, termasuk Jabhah Nus-rah, sehingga pejuang sepakat memutus logistik kepada mereka. Akhirnya mereka membubarkan diri dan lari ke Yordania.

5. Provinsi Homs

S e t i d a k n y a ada dua kekuatan uta-ma yang mengontrol provinsi Homs. Militer Suriah dan sekutunya mengontrol pusat kota Homs dan kota-kota besar lainnya, seper-ti Al-Qushair, Talklak, Al-Mukharrim dan Taldu. Kekuatan kedua adalah Daulah Islamiyah atau lebih dikenal ISIS, yang mengontrol wilayah luas

Peta wilayah Qunaithiroh

Pos Rezim

Arah Serangan Oposisi Wilayah Oposisi

di wilayah gurun Homs dan kota bersejarah Palmyra. Namun kini, rezim dan Rusia ten-gah membombardir Palmyra dan dikabarkan ISIS mundur dari kota tersebut.

Sementara itu, posisi pejuang Su-riah berada wilayah di pedesaan Homs Utara, yang meliputi kota Izzudin, Dier Foul, Az-Zakfaranah Timur, Rustun, Talbisah, Ki-sin, Thalaf dan Teldzahab. Hingga akhir 2015 lalu, pertempuran masih memanas di ban-yak titik, khususnya front yang menuju ke pusat kota Homs.

Belum lama ini, mujahidin pejuang terpaksa mengevakuasi diri dan warga dari lingkun-gan Al-Wa’ar, yang termasuk dalam admin-istrasi Homs kota. Rezim memblokade kota tersebut selama berbulan-bulan sehingga banyak warga meninggal kelaparan.

Peta Wilayah Homs

(13)

6. Hama

Rezim masih mengontrol mayoritas provinsi yang berdampingan dengan Homs, di sisi selatan, dan Idlib, di sisi utara, serta Latakia, di sisi barat, ini. Mujahidin Suriah hanya mengontrol sebagian wilayah di ping-giran Hama, seperti Morek, dan kota-kota lainnya yang berbatasan dengan Idlib. Di antara faksi yang aktif di wilayah ini, koalisi Jaishun Nasr (FSA), Jabhah Nusrah, Jundul Aqsha, dan faksi lainnya.

7. Latakia

Kampung halaman Bashar Assad ini masih sepenuhnya dikontrol rezim. Bahkan, provinsi yang berada di pesisir itu menjadi markas utama militer Rusia. Sebagaimana terungkap, Rusia setidaknya memiliki dua pangkalan di kota tersebut, pangkalan ang-katan laut di kota Turtuz dan pangkalan uda-ra Humaimim. Kota ini juga menyumbang banyak milisi non pemerintah untuk mem-bela Bashar Assad memerangi mujahidin.

Di sisi lain, mujahidin mengontrol wilayah pinggiran Latakia yang merupakan daerah pegunungan. Di antara kota yang dikontrol mujahidin adalah Salma, Rabi’ah dan Ghamam. Namun beberapa pekan lalu, serangan rezim yang didukung jet tem-pur Rusia dikabarkan membuat mujahidin meninggalkan pusat kota tersebut. Sampai saat ini, pertempuran di wilayah ini masih berlangsung.

8. Idlib

Provinsi Idlib adalah provinsi satu-sa-tunya yang dikontrol penuh oleh mujahidin Suriah. Kesuksesan mujahidin merebut kota di tengah Suriah ini hasil dari operasi ber-sama di bawah sandi Jaisyul Fath. Koalisi ini menggabungkan seluruh faksi oposisi dari berbagai latar belakang. Namun, faksi-faksi Islamis lebih mendominasi kekuatan.

Yang tersisa di Idlib hanya dua kota, Nubul dan Zahra. Kota yang dihuni mayori-tas Syiah ini sempat di bawah blokade dan pengepungan mujahidin Suriah selama ber-bulan-bulan. Sehingga situasi itu berhasil memaksa rezim menurut sejumlah tuntutan mujahidin dengan syarat dibolehkan mema-sukkan bantuan ke kota tersebut. Akan teta-pi, blokade itu terlepas beberapa pekan lalu seiring operasi besar-besaran militer Suriah

yang didukung jet tempur Rusia.

9. Aleppo

Provinsi Aleppo termasuk provinsi penting karena berbatasan langsung dengan Turki. Banyak kekuatan yang berupaya men-gambil bagian wilayah di provinsi ini. Milisi Kurdi mengontrol wilayah luas di barat laut Aleppo, tepatnya di perbatasan dengan Tur-ki.

Sementara itu, pejuang oposisi Su-riah mengontrol wilayah yang luas pedes-aan Aleppo Utara, termasuk kota Azaz yang menjadi perlintasan ke Turki. Koalisi pejuang Al-Jabhah Al-Syamiyah menjadi kekuatan oposisi paling kuat mengontrol wilayah

Peta Wilayah Hama

wilayah Baru Oposisi wilayah Oposisi wilayah Rezim

Peta Wilayah Latakia

(14)

tersebut. Ke sebelah barat, Gerakan Nuru-din Az-Zanky mengatur roda pemerintahan di wilayah tersebut. Di pedesaan Aleppo Utara, ada mujahidin Jaisyul Fath.

Daulah Islamiyah juga mengontrol sejumlah wilayah luas di pedesaan Aleppo. Mereka menduduki antara sekitar separoh kota Marik, mayoritas kota Manbaj, Al-Bab, Jarabis, Dier Hair, Makmal Al-Ghas, Ummu Husy dan Dabiq. Saat ini, mereka mengha-dapi pejuang oposisi Suriah untuk merebut wilayah-wilayah sekitarnya.

Milisi Kurdi juga tak ketinggalan merebut banyak wilayah di Aleppo. Mereka menduduki wilayah yang luas di barat laut pusat Aleppo, Ifrin, yang berbatasan dengan Turki. Sementara itu, di sebelah timur laut, wilayah kontrol mereka lebih luas setelah berhasil memukul mundur ISIS. Bahkan, mereka bisa menggabungkan kontrol di wilayah Aleppo dan provinsi Hasakah.

Di sisi lain, wilayah rezim Suriah di-apit oleh pejuang oposisi di sebelah barat dan ISIS di sebelah timur. Namun jalur logis-tik mereka dari wilayah Homs masih aman oleh gangguan pejuang oposisi maupun ISIS.

10. Hasakah

Wilayah di timur laut Suriah ini menjadi wilayah kontrol penuh milisi Kurid YPD. Sebelumnya, mereka hanya bercokol di pinggiran timur laut Suriah dan beber-apa titik lainnya. Kini, Kurdi diperkirakan hampir mengontrol mayoritas Suriah utara mulai dari provinsi Hasakah hingga pinggi-ran Aleppo Timur, ditambah daerah Ifrin di timur laut Suriah. Beberapa waktu terakh-ir, mereka merencanakan mendeklarasikan negara Kurdi Raya di wilayah kontrolnya itu.

11. Raqqah dan Dier Zour

Dua provinsi Suriah yang mayoritas wilayahnya gurun pasir ini menjadi mar-kas utama ISIS di Suriah. Mereka mengon-trol pusat kota Raqqah dan Dier Zour dan wilayah pedesaannya. Oleh karenanya pada 2014, mereka mendeklarasikan Daulah Is-lamiyah Iraq dan Syam. Mereka membong-kar border yang memisahkan Suriah dan Irak. Diperkirakan, ISIS mengontrol 40% wilayah Suriah. Namun, mayoritas wilayah yang mereka duduki adalah gurun pasir. Meski demikian, dua kota tersebut menjadi ladang minyak bagi Suriah.

Data-data di atas memperlihatkan

Peta Wilayah Aleppo

(15)

bahwa oposisi secara keseluruhan telah menguasai wilayah yang sangat luas dari total wilayah Suriah. Namun penyebaran mereka masih berada di wilayah-wilayah pedesaan dan pinggiran kota. Pusat kota dan wilayah strategis yang merupakan jalur penting masih berada dalam kontrol rezim. Rezim Suriah dibantu oleh sekutu-sekutun-ya berupasekutu-sekutun-ya keras untuk membendung laju oposisi ke wilayah-wilayah penting terse-but.

Di sisi lain, oposisi memperlihatkan prestasi yang baik ketika membentuk koalisi dengan sandi Jaisy Fath. Idlib dapat direbut secara keseluruhan dalam waktu singkat. Di wilayah-wilayah lain secara umum oposisi

masih terjebak dalam kepentingan kelom-pok masing-masing sehingga sulit menem-bus kekuatan musuh. Hal ini diperburuk oleh perselisihan internal terutama dengan ISIS. Secara tidak langsung, rezim mendapa-tkan keuntungan dari perselisihan ini. Selain itu, Kurdi yang sejak lama memperjuang-kan tanah milik juga memiliki kepentingan sendiri. Semua masalah ini menjadi peker-jaan rumah oposisi secara keseluruhan. Ti-dak adanya satu pemimpin yang ditaati oleh semua pihak akan memperlambat up-aya penyatuan. Upup-aya lainnya adalah ne-goisasi antar kelompok yang memiliki nilai tawar sama. Ini sudah sering dilakukan dan dalam beberapa kasus tidak mencapai kese-pakatan. [Hanif]

Peta Wilayah Raqqah

(16)

Permusuhan Syiah terhadap Suni adalah permusuhan yang sudah

terjadi sejak lama dan mengakar. Sejarah telah mencatatnya.

Kebencian itu dilampiaskan dalam tindakan keji, pembunuhan

dan pengkhianatan. Hal ini dilakukan oleh Syiah terhadap Ahli

Sunnah ketika mereka memiliki negara, menjadi

kelompok separatis, atau merusak dari dalam dengan

memanfaatkan jabatan dalam sebuah sistem pemerintahan.

Syiah dengan Daulah Fathimiyah di Afrika Utara, kelompok

separatis Syiah Qaramithah di Bahrain dan Ibnu Al-Qami yang

(17)

D

aulah Fathimiyah didirikan oleh Ubaidullah Al-Mahdi di Qairawan, Tunisia. Daulah ini menjadi mudah diterima di kawasan Maghrib Al Islami 1 karena sebelumnya di daerah tersebut berdiri Daulah Adarisah. Yaitu daulah yang dinisbatkan kepada Idris bin Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang berdiri pada tahun 172 Hjriah.

Dalam menjalankan pemerintahan, daulah Fatimiyyah menampakkan permusuhannya terha-dap Sunni secara umum. Syaikh Ali Ash-Shalabi menyebutkan beberapa kejahatan daulah Fathimiyyah semasa mereka memerintah di Afrika bagian utara:

1 Sebutan untuk wilayah Tunisia, Aljazair, Maroko dan sekitarnya. 1. Mereka memaksa masyarakat untuk

memeluk agama mereka. Bahkan disebutkan oleh Al-Qasibiy dalam kitab Madrasatul Hadits bil Qairawan bahwa yang meninggal di Darul Bahr (penjara Fathimiyah) hingga saat ini (saat Al-Qasibi berkata) adalah sekitar 40 ribu orang, termasuk di antaranya para alim ulama, ahli iba-dah dan orang-orang saleh. Syaikh Ali Ash-Shal-abi menambahkan bahwa jumlah tersebut tidak termasuk orang-orang yang dibunuh dan dicin-cang di jalan-jalan Qairawan.

2. Bentuk permusuhan daulah Fathimi-yah lainnya adalah dengan melarang para ula-ma berfatwa dengan ula-mazhab Maliki. Syaikh Ali Ash-Shalabi mengutip dari kitab Riyadun Nufus bahwa mereka melarang para ahli ikih berfat-wa dengan mazhab Imam Malik. Bahkan mer-eka menganggap fatwa dengan mazhab Maliki merupakan sebuah tindakan melanggar hukum yang akan mendapatkan sanksi dipukul, dipen-jara bahkan dibunuh. Syiah bahkan berkelil-ing di pasar Qairawan dengan membawa mayat korban hukuman mati karena berfatwa dengan menggunakan mazhab Maliki sembari berkata, “Inilah balasan bagi orang yang berfatwa dengan mazhab Maliki”. Mereka hanya memperbolehkan fatwa dengan mazhab mereka saja.

3. Mengeliminasi praktik sunnah-sunnah yang mutawatir. Seperti menambahkan kalimat “Hayya ala khairil amal” (Mari menuju amalan yang baik- ini adalah azan versi Syiah) pada azan dan meniadakan shalat tarawih. Diriwayatkan di kitab Al-Bayan Al-Maghrib 1/182 -183, bahwa suatu ketika ada seorang muazin melakukan azan

tanpa mengucapkan kalimat “Hayya ala khairil amal”. Hal ini didengar oleh beberapa orang Sy-iah. Kemudian muazin tadi dipotong lidahnya kemudian diletakkan di antara kedua matanya sembari di arak keliling Qairawan hingga akhirn-ya ia dibunuh.

4. Mereka menghilangkan buku-buku ulama Sunni dan melarang masyarakat untuk memilikinya. Seperti yang mereka lakukan terh-adap buku-buku Abu Muhammad bin Abi Hasy-im At-Tujaibi. Saat meninggal, beliau mening-galkan tujuh tumpukan buku, kemudian perihal keberadaan buku itu disampaikan kepada Sultan Bani Fatimiyyah saat itu dan dia memerintahkan agar buku itu dilarang sebagai bentuk permusu-hannya terhadap Islam.

5. Melarang ulama Sunni untuk menga-jar, memaksa rakyat untuk melakukan shalat Idul Fitri padahal hilal belum terbit, memasuki mas-jid dengan kuda-kuda mereka dan masih banyak lagi kejahatan mereka terhadap Sunni di Afrika utara.

Itulah beberapa bentuk kebencian Syiah Fathimiyyah terhadap Ahli Sunah di Qairawan yang kemudian membuat para ulama dan tokoh Ahli Sunah melawan dengan berbagai bentuk cara yang bisa dilakukan. Ini hanyalah sekelumit dari perseteruan yang terjadi antara Ahli Sunah dan Bani Fathimiyyah. Pada Akhirnya Dau-lah Fathimiyyah runtuh di tangan ShaDau-lahuddin Al-Ayyubi dengan Al-Adhidh sebagai penguasa Bani Fathimiyyah yang terakhir.

(18)

Kelompok Separatis Syiah Qaramitah

Mencuri Hajar Aswad

D

r. Muhammad Amhazun di dalam makalah beliau yang dimuat di situs Islam Story yang berjudul “Pengkhiana-tan Syiah Terhadap Ahli Sunah Sepanjang Sejarah” menjelaskan tentang kejahatan dan permusu-han Qaramithah terhadap Ahlu Sunnah.

Beliau menyebutkan bah-wa Qaramitah adalah salah satu gerakan politik dan militer yang berailiasi kepada aliran Bathini-yah IsmailiBathini-yah (Syiah). Mereka tidak memiliki negara dalam arti yang sebenarnya. Mereka ha-nyalah sebuah entitas yang ter-struktur yang hidup di pedala-man. Mereka adalah biang keladi dari setiap serangan yang terjadi terhadap negara-negara yang berada di sekitar mereka, kemu-dian kembali ke markas mereka di Ahsa’ dan Bahrain. Qaramitah merupakan musuh bagi Daulah Abbasiyah. Hal ini dikarenakan Daulah Abbasiyah senantiasa

memantau dan mengawasi para penganut Syiah ekstrim dari ka-langan Bathiniyah.

Pergerakan aliran Qa-ramithah pada awalnya ber-langsung secara sembunyi-sem-bunyi, hingga kemudian datanglah Abu Sa’id Al-Jinabiy atau Al-Husain bin Bahram dari Persia. Dia bermukim di Bahrain sebagai pedagang dan kemudian mengajak manusia untuk ber-gabung dengan sektenya yang sesat. Pergerakannya di Bahrain berkembang pesat hingga akh-irnya dia membuka perwakilan di Ahsa’ dan ini dikuti oleh banyak orang.

Tatkala kekuatan Abu Sa’id sudah membesar, ia mulai memerangi orang-orang yang tidak mau mengikuti ajarannya. Dia kemudian menduduki Ahsa’, mengepung Qathif dan mengem-bargo ibu kota Bahrain saat itu dan memerangi penduduknya. Hingga akhirnya dia

mengua-sai tempat-tempat tersebut. Dia membunuh banyak orang Suni, menghancurkan masjid, mem-bakar mushaf, menyerang dan membunuh kailah-kailah haji.

Pasca meninggalnya Abu Sa’id, ia digantikan oleh anakn-ya anakn-yang bernama Sa’id. Kemudi-an Sa’id menyerahkKemudi-an kepemi-mpinan kepada saudaranya Abu Thahir. Abu Thahir menyerang Bahrain dan menghancurkan tempat-tempat singgah jamaah haji. Dia juga menyerang Mekah, melakukan pembunuhan, pen-curian dan perampokan di sana. Disebutkan bahwa korban yang jatuh dari serangan itu melebihi korban perang Babak Al Khur-ramiy (disebutkan bahwa jum-lahnya melebihi sejuta lima ratus orang).

Pada Zaman Khalifah Abbasiyah Al-Muqtadir, salah seorang penganut Bathiniyah mengirim surat kepada Abu Tha-hir dan memberitahukan bah-wa raja saat itu sedang lemah. Dia meminta kepada Abu Thahir untuk ke Baghdad dan mengua-sainya. Kemudian berjalanlah Qaramithah menuju Baghdad mereka melakukan pembunuhan dan perampokan. Bahkan ada di antara mereka yang berkata, “Tidak ada lagi yang ditunggu, kami datang ke sini bukan untuk mendirikan negara akan tetapi untuk menghilangkan syariat Is-lam”.

(19)

Ibnu Alqami Biang Kerok Keruntuhan

Daulah Abbasiyah

N

amanya adalah Abu Thal-ib Muhammad bin Ahmad bin Ali Muayyaduddin Al-Asadi. Dia adalah seorang Sy-iah Raidhah. Dia lahir tahun 593 Hjriah. Sebelum menjabat se-bagai menteri pada masa Khalifah Al-Musta’shim, ia adalah seorang Ustadzud Dar (sebuah jabatan untuk seseorang yang bertang-gung jawab atas urusan internal istana).

Setelah wafatnya khalifah Al-Mustanshir, Musta’shim men-jadi khalifah sebagai pengganti. Al-Musta’shim adalah seorang yang kurang tegas, mudah ter-pengaruh, tidak pandai memi-mpin. Imam Adz Dzahabi berka-ta, “Al-Musta’shim memiliki sifat pelit, sedikit pengetahuannya,

tidak piawai dalam mengurus negara, cinta harta, meremehkan banyak perkara, dia sering ber-gantung kepada orang lain dan melakukan hal-hal yang dipan-dang kurang baik, suka bermain merpati dan meremehkan uru-san-urusan keislaman”. (Tarikhul Islam Adz Dzahabi 11/177)

Khalifah Al-Musta’shim mengangkat Ibnul Alqami se-bagai menteri dan itu terjadi pada tahun 642 H. Posisinya sebagai menteri betul-betul di-manfaat oleh Ibnul Alqami untuk mempengaruhi Al-Musta’shim yang lemah. Terkait hal ini Ibnu Katsir berkata, “Khalifah Al-Mus-ta’shim mengangkat Muayyadud din Abu Thalib Muhammad bin Ahmad Al-Alqami sebagai

men-teri. Kehadirannya mendatang-kan keburumendatang-kan kepada khalifah dan penduduk Baghdad. Jabatan menteri yang dipegangnya tidak digunakan untuk menjaga khali-fah. Dia bukanlah seorang ment-eri yang jujur dan disukai. Dialah yang ikut membantu Hulago Khan dalam mengalahkan kaum muslimin.” (Al Bidayah wan Niha-yah 13/235).

Ibnul Alqami mencurah-kan hidupnya untuk memberan-gus Daulah Abbasiyah dan un-tuk memerangi Ahli Sunah. Memanfaatkan posisinya sebagai menteri pada masa Khalifah Al-Musta’shim, ia melakukan tiga langkah dalam upaya melemah-kan dan meruntuhmelemah-kan Daulah Abbasiyah, Yaitu:

1. Melemahkan pasukan Islam

Dia melemahkan militer umat Islam den-gan cara memangkas anggaran yang dibelanja-kan untuk pasudibelanja-kan umat Islam. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi jatah belanja negara untuk keperluan jihad. Ibnu Kat-sir menegaskan hal ini, “Menteri Ibnul Alqami berusaha semaksimal mungkin untuk mema-lingkan para tentara dan menghapus nama mereka dari daftar tentara (yang wajib disan-tuni negara). Di masa khalifah Al-Mustanshir (khalifah sebelumnya) jumlah pasukan Daulah Abbasiyah sekitar 100 ribu pasukan, sementa-ra Ibnul Alqami terus berusaha memperkecil jumlah tersebut hingga jumlah pasukan kaum muslimin hanya 10 ribu orang”. (Al Bidayah wan Nihayah 13/235).

2. Berkirim surat kepada Tartar

Inilah langkah kedua yang dilakukan oleh Ibnul Alqami dari rangkaian pengkhianatan. Dia menulis surat kepada Tartar menawarkan ban-tuannya dalam rangka menyerang Baghdad dan meruntuhkan Daulah Abbasiyah. Ibnu Katsir berkata, “Kemudian dia berkirim surat dengan

Tartar dan memberikan harapan kepada Tar-tar untuk merebut Baghdad, dia memudahkan langkah Tartar, menceritakan kondisi di dalam kerajaan dan menyampaikan tentang kondisi lemah yang ada pada para pejabatnya”. ((Al Bi-dayah wan Nihayah 13/235).

3. Melarang dan menghalang-halangi khal-ifah dan kaum muslimin untuk memerangi Tartar.

(20)

Di antara tipu daya yang dia lakukan adalah sebagaimana yang diceritakan Ibnu Katsir, “Dan dia (Ibnul Alqami) mengelabui khalifah dan para peja-batnya bahwa raja Tartar hanya ingin berdamai. Dia menyarankan kepada khalifah untuk menemui raja Tartar agar tercapainya kesepakatan damai dengan memberikan setengah penghasilan Irak kepada

(21)

Perlawanan Ahli Sunah terhadap

Kezaliman Syiah

Kejahatan demi kejahatan yang dilakukan oleh Bani Fathimiyah terhadap Sunni bukannya tanpa perla-wanan. Sebagai contoh, Syaikh Ali Ash-Shalabi menyebutkan ada tiga bentuk perlawanan yang dilakukan

oleh Ahli Sunah di Afrika Utara (Maroko dan sekitarnya).

1. Perlawanan Negatif (Al-Muqawamah As-Salbiyah)

Muqawamah Salbiyah adalah dengan melakukan pemboikotan terhadap siapa saja yang memiliki hubungan dengan Syiah dan rezim yang berkuasa (Fathimiyyah), memutus hubungan dengan para hakim dan antek Bani Fathimiyyah dan menolak membayar pajak semampu mereka.

Di antara bentuk pemboikotan yang mereka lakukan adalah dengan memboikot pelaksanaan shalat Jumat yang menjadi ajang penghinaan terhadap para sahabat yang dilakukan oleh orang-orang Syiah. Bahkan dise-butkan bahwa selama satu tahun di Qairawan tidak ada shalat Jumat. (Al-Bayan Al-Maghrib 1/277).

Di antara bentuk Muqawamah Salbiyah lainnya adalah dengan mendoakan keburukan terhadap Bani Fathimiyyah. Diceritakan dalam kitab Ma’alimul Iman 3/71 bahwa Abu Ishaq As-Siba’i apabila beliau merukyah seseorang, setelah membaca Al-Fatihah dan Al-Muaw-widzatain (surat An-Nas dan Al-Falaq) beliau membaca doa “Ya Allah dengan kebencianku terhadap Ubaidillah (pendiri Bani Fathimiyyah) dan anak cucu mereka, dan dengan kecinta-anku terhadap Nabi-Mu, para sahabat dan kel-uarga beliau sembuhkanlah setiap orang yang saya ruqyah”.

2. Perlawanan Debat dan Diskusi (Muqa-wamah Jadaliyah).

Ada kisah menarik yang diceritakan di dalam kitab Juhud ulama Maghrib id Difa’ ‘an Ahlis Sunnah, hal 327. Diceritakan bahwa pen-guasa Qairawan saat itu sangat gencar

men-cari para ulama Suni. Para ulama saat itu ber-kumpul di rumah Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani, kemudian Ibnu Tabban berkata, “Biar saya mendatanginya, saya korbankan diri untuk me-lindungi kalian”. Kemudian beliau pergi meng-hadap penguasa Qairawan dan mendebatnya, sehingga mereka (Bani Fathimiyyah) kalah de-bat. Walaupun mereka kalah dalam berdebat mereka tidak malu untuk menawarkan kepa-da Ibnu Tabban untuk masuk ke kepa-dalam agama mereka. Mendengar hal itu Ibnu Tabban berka-ta, “Orang tua berumur 60 tahun, mengetahui yang halal dan haram, dan mendebat 72 golon-gan, dan kalian tawarkan dia untuk berpindah agama (menjadi Syiah)? Demi Allah, Walaupun kalian menggergajiku sampai badanku terbe-lah dua, saya tidak akan meninggalkan jalan ini.”

3. Perlawanan Senjata (Muqawamah Musal-lahah)

(22)

Konflik Suriah telah mencapai usia lima tahun dan belum bisa

dipredik-si kapan berakhir. Sebagai rangkaian dari Arab Spring di negara-negara

Arab lainnya, konflik yang tidak kunjung usai ini menyisakan banyak

pertanyaan. Tak seperti konflik di Mesir, Libya, dan Tunisia, kasus Suriah

hampir mirip dengan Yaman yang terus berlanjut. Dilihat dari faktor

ide-ologi, keduanya memiliki ciri yang mirip. Ya, konflik Sunni-Syiah. Seperti

efek bola salju, yang terjadi di lapangan merupakan proksi dari

kepent-ingan yang lebih besar antara Saudi dan Iran. Keduanya tidak lepas dari

kepentingan politik negara-negara kuat. Di Barat diwakili oleh Amerika

Serikat dan di Timur diwakili oleh Rusia. Tulisan ini akan menganalisis

kepentingan Rusia dan Amerika dalam konflik Suriah, termasuk peran

(23)

P

utin memulai serangan udara terhadap ISIS dan kelompok oposisi lain-nya pada September 2015. Visinya adalah membantu Assad me- ngusir ancaman dan memperlambat keruntuhan Damaskus. Rusia juga takut jatuhnya Assad akan menyebabkan jihadis Chechnya di Suriah leluasa membangun kekuatan untuk kembali ke Rusia. Kremlin memiliki Pangkalan Militer di Tharthus, Provinsi Lattakia. Inilah satu-satunya pangkalan militer Rusia di kawasan Timur Tengah. Bantuan Rusia untuk Suriah menunjukkan keinginannya untuk melestarikan tumpuannya di Mediterania.

Rusia memiliki hubungan aliansi dengan Suriah sejak lama. Hubungan dengan Rusia pasca-Soviet terjalin karena fakta bahwa Suriah diperlukan Rusia dan Assad tidak percaya Amerika Serikat. Hari ini, kepentingan material Rusia di

Suriah adalah nyata, meskipun terbatas. Damaskus terus membeli berbagai senjata Rusia, dari tangki ke pesawat udara dan pertahanan. Dalam rangka untuk menjual persenjataannya, Rusia telah menyalurkan kredit ke Suriah dan mengampuni utang Damaskus bernilai miliaran dolar untuk Uni Soviet. Ketika Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengunjungi Damaskus pada tahun 2010, ia menawarkan untuk membangun reaktor nuklir di Suriah, namun pekerjaan ini belum dimulai. Kepentingan-kepentingan bilateral berlangsung didukung oleh hubungan pribadi antara petugas militer Rusia, pedagang senjata, diplomat dan anggota senior rezim Assad.

Sebenarnya, Rusia bukan mengkhawatirkan perubahan rezim tetapi ingin mengembalikan pengaruh. Rusia yang muncul dari runtuhnya Soviet hampir tidak ada ambisi geopolitik di Timur Tengah. Pada tahun 1972, Sadat memulangkan 20.000 penasihat militer Soviet dan tanggungan mereka. Empat dekade kemudian, pada bulan Februari 2011, sebagai penggantinya Sadat, Husni Mubarak, digulingkan. Sepanjang itu, sekitar 40.000 pelancong Rusia terdampar di kota-kota Mesir Hurghada dan Sharm el-Sheikh. Ini, secara singkat, mengungkapkan perbedaan antara keterlibatan

Obama saat bertemu Putin. Gedung Putih menyatakan Rusia tak lagi negara adidaya. | (Reuters)

(24)

Soviet dan Rusia di Timur Tengah. Bila sebelumnya memamerkan otot, setelahnya Rusia lebih suka memamerkan uang untuk berlibur dan berjemur.

Suriah mampu mengubah sikap Rusia itu, meskipun sejatinya sikap Rusia terhadap konlik Suriah sudah ditentukan di tahun pertama revolusi. Yakni selama perdebatan Dewan Keamanan antara blok Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat di satu sisi, dan China serta Rusia di sisi lain. Perdebatan muncul karena satu pihak menginginkan tekanan pada pemerintah Suriah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perubahan rezim. Namun Rusia tidak menghendaki solusi yang akan membuat Assad tetap berkuasa atau setidaknya tidak memberikan kontribusi untuk menggulingkan langsung. Intervensi militer langsung tidak pernah diusulkan dalam tiga draft resolusi Dewan Keamanan PBB yang akhirnya gagal. Rusia dan Cina menggunakan hak vetonya. China, kemudian, menekankan prinsip non-interferensi.

Akhir Arab Spring Libya juga mempengaruhi Rusia untuk mengambil sikap itu. Rusia tidak ingin Suriah menjadi milik Amerika seperti Libya. Federasi Rusia dan China berulang kali menyuarakan keprihatinan bahwa Suriah akhirnya bisa mengarah pada hasil yang sama. Dalam Rapat Dewan Keamanan 4 Oktober 2011, misalnya, delegasi Rusia menyatakan bahwa Rusia dan Cina tetap akan mengandalkan logika menghormati kedaulatan nasional dan integritas wilayah Suriah, serta prinsip non-intervensi, termasuk militer. Rusia berbicara dalam konteks mengkritik rancangan yang diajukan oleh Perancis, Jerman, Portugal, dan Inggris terhadap Damaskus.

Rusia, di sisi lain, tidak akan mendapatkan apa-apa bila melompat di antara negara-negara Sunni atau masuk ke kereta irama yang telah diduduki oleh AS selama beberapa dekade. Oleh karena itu, berdiri dengan “tidak dicintai” sisi Syiah, termasuk Alawi Suriah, masih merupakan satu-satunya pilihan yang layak untuk mempertahankan setidaknya beberapa

kekuatan di Mediterania.

Upaya Amerika untuk menggulingkan rezim Assad jelas akan membuat marah Moskow, yang melihat AS telah membuat plot di mana-mana untuk melemahkan Rusia. Kremlin harus menemukan cara untuk menjawab tantangan AS atau kehilangan muka. Maka pilihan Rusia adalah intervensi militer, kemudian membuat kecemburuan bagi Amerika seperti yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Pendorong lainnya untuk intervensi militer, bagi Putin, Suriah terlalu mengingatkan pada Chechnya. Konlik terjadi antara negara dan kekuatan oposisi yang berbeda dan tanpa pemimpin. Situasi ini berpeluang untuk memasukkan kelompok-kelompok jihadis Sunni Islam dari waktu ke waktu. Dalam pandangan Putin, salah satu yang ia tekankan berulang kali dalam pertemuan dengan US dan negara-negara Eropa, Suriah adalah medan pertempuran terbaru dalam skala global, sejak multi-dekade pertempuran antara negara-negara sekuler dan Islamis Sunni. Yang pertama dimulai di Afghanistan dengan Taliban, lalu pindah ke Chechnya. Sejak dia menjabat (pertama sebagai perdana menteri pada tahun 1999 dan kemudian sebagai presiden pada tahun 2000) dan dihadapkan pada perang Chechnya, Putin telah menyatakan rasa takutnya terhadap Islam Sunni dan kelompok jihad yang kemungkinan masuk ke Rusia. Sebab penduduk Muslim Sunni terkonsentrasi di Kaukasus Utara, wilayah Volga, dan di kota-kota besar seperti Moskow.

(25)

D

ibandingkan dengan lainn-ya, Iran telah menunjukkan intervensi paling lama di lapangan Suriah. Suriah memang san-gat penting untuk kepentingan strate-gis Iran di Timur Tengah. Suriah sendi-ri telah lama menjadi sekutu terdekat Iran. Rezim Assad telah memberikan akses penting untuk proxy Iran, ter-utama Hizbullah Lebanon, yang me-mungkinkan Iran untuk memindahkan orang, senjata, dan uang untuk kelom-pok-kelompok yang menjadi proksin-ya melalui wilaproksin-yah Suriah.

Iran memberikan pelatihan militer dan dukungan kepada aparat keamanan negara Suriah. Tujuannya untuk memperpanjang cengkeraman Assad pada kekuasaan. Upaya ini terdiri dari sebuah misi penasihat dan bantuan untuk mendukung pasukan keamanan rezim Assad. Iran melakukan misi ini menggunakan pasukan Garda Revolusi Islam bersama Pasukan Quds dan milisi klandestin lainnya. Dukungan bahkan pada top

level militer Iran, memimpin upaya ini.

Keterlibatan elit militer Iran secara langsung itu menandai jenis baru strategi ekspedisi militer Iran. Misi ini berusaha untuk mengembalikan kontrol negara di seluruh Suriah. Ketika Assad mulai kehilangan kendali atas timur dan utara Suriah pada musim panas 2012, misi nasihat dan bantuan Iran terus memperkuat cengkeraman geograis konsolidasi Assad di Suriah tengah dan selatan.

Iran juga melengkapi dukungan untuk membangun milisi pro-pemerintah untuk mengembangkan proxy yang akan tetap bertahan bila Assad jatuh. Aspek pendekatan Iran ini kongruen dengan upaya lama Teheran di Lebanon dan Irak, yang juga membangun milisi Syiah untuk memastikan bahwa kepentingannya dilindungi, bahkan tanpa adanya negara tuan diharapkan mereka tetap efektif. Pasukan paramiliter telah menjadi semakin penting untuk Iran dan rezim Assad. Saat kemampuan militer negara Suriah terus memburuk, milisi ini dapat membentuk kerangka kerja untuk pengaruh lanjutan Iran dan aktivitas di Suriah.

Iran menggunakan bagian dari Suriah sebagai basis. Suriah akan menjadi milik Iran selama oposisi Suriah gagal untuk menetapkan kontrol penuh atas semua wilayah Suriah. Strategi ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa sisa-sisa sebagian besar Syiah Alawi di Suriah terus memberikan dukungan untuk

Tentara pemerintah Suriah yang dibantu oleh tentara Iran dan Hizbullah [sindonews.com]

(26)

kegiatan Iran di sana, bahkan jika pemerintah oposisi mengambil kekuasaan di Damaskus. Dengan mendorong konvergensi antara milisi pro-rezim dan sisa-sisa loyalis rezim Assad, Iran telah bekerja untuk melestarikan kepentingan jangka pendek sembari membangun pondasi untuk pengaruh dan akses jangka panjang di Suriah.

Organisasi-organisasi militan Syiah di Suriah memiliki kekuatan operasional yang berbeda namun saling melengkapi dalam mendukung Assad. Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasim Sulaimani serta Komandan Operasi dan Pelatihan Muhsin Chizari pada Mei 2011 telah memulai peran mereka di Suriah. Pasukan Quds bertanggung jawab untuk operasi eksternal Iran, dan Komandan Sulaimani memainkan peran penting mengelola aktivitas Iran di Irak, sehingga tidak mengherankan bahwa ia telah mengambil peran kepemimpinan dalam kebijakan militer Iran di Suriah. Mantan Perdana Menteri Suriah Riad Hijab mengatakan dalam sebuah konferensi pers setelah membelot, “Suriah ditempati oleh rezim Iran. Orang yang menjalankan negara ini bukan Basyar Assad, melainkan Qasim S u l a i m a n i ,

kepala rezim Iran Pasukan Quds”.

T i n g k a t keterlib at an Pasukan Quds di Suriah m e n j a d i lebih jelas di Februari 2013 ketika Brigadir J e n d e r a l

Hassan Shateri dibunuh di pedesaan Damaskus saat bepergian ke Beirut, setelah perjalanan ke Aleppo.

Shateri adalah seorang komandan senior Pasukan Quds yang telah beroperasi diam-diam di Lebanon sejak tahun 2006 sebagai kepala Komite Iran untuk Rekonstruksi Lebanon Selatan di bawah alias Hessam Khoshnevis. Sebelum memimpin misi di Lebanon, Shateri telah beroperasi di Afghanistan dan Irak. Kehadiran seorang komandan berpangkat tinggi di dalam wilayah Suriah ini menunjukkan komitmen Teheran untuk mencapai tujuan dalam negerinya, serta kerentanan potensinya bila Assad jatuh.

Strategi Iran untuk mempertahankan Assad adalah mencegah oposisi dari mendapatkan wilayah di pusat-pusat perkotaan Suriah. Memang, Assad telah memusatkan pasukannya di kota, sedangkan oposisi telah berkembang di daerah pedesaan. Meskipun pasukan Assad telah kehilangan kontrol dari banyak lingkungan bahkan di kota-kota utama, Assad telah mencegah oposisi dari mengambil kendali dari setiap ibukota provinsi sampai pemberontak merebut Raqqah, Maret 2013. Raqqah

Sekelompok petempur asing Syiah di Brigade Abu al-Fadhel al-Abbas, unit militer dari Iraq. Baju putih adalah Qa-sim al-Ta’i, ulama Syiah Iraq terkemuka yang merekrut milisi asing Syiah untuk terjun di Suriah | Hidayatullah.com

“Suriah ditempati oleh rezim Iran. Orang yang menjalankan negara ini bukan Basyar Assad, me-lainkan Qasim

Sulaim-ani, kepala rezim Iran Pasukan Quds”

(27)

dibebaskan oleh Jabhah Nusrah, yang kemudian komandannya dibunuh oleh ISIS. Setelah itu Raqqah dikuasai oleh ISIS hingga hari ini.

Rezim Assad yang dibantu oleh militer khusus Iran melancarkan serangkaian serangan besar pada kuartal pertama 2012, dimulai dengan Zabadani pinggiran Damaskus, meskipun oposisi memiliki kehadiran yang lebih besar di Homs. Rezim memilih untuk memulai di Zabadani karena dua alasan, pertama, karena lebih dekat ke ibukota, sekitar empat puluh kilometer barat laut dari Damaskus, dan kedua, karena fungsi Zabadani sebagai garis kritis pasokan untuk Hizbullah di Lebanon.

Zabadani adalah daerah pementasan untuk penyebaran Garda Revolusi Iran ke Lebanon pada tahun 1982. Zabadani juga diidentiikasi sebagai fasilitas pendukung utama Garda Revolusi Iran untuk Hizbullah. Qasim Sulaimani hanya diketahui telah mengunjungi Assad di Damaskus dua kali sejak awal konlik, dan salah satu kunjungan terjadi hanya beberapa hari sebelum Operasi Zabadani. Ada kemungkinan bahwa Januari 2012 kunjungan Sulaimani ini terkait dengan keharusan merebut kembali Zabadani. Keputusan Assad untuk

memprioritaskan Zabadani disinyalir mencerminkan saran Iran.

Beberapa praktik kontra perkotaan rezim Suriah juga mencerminkan saran Iran yang berasal dari pelajaran di Irak. Setelah membersihkan Zabadani, rezim mengepung Homs, memaksa pemberontak mundur pada awal Maret 2012. Assad mementingkan kota-kota provinsi dengan kontingen besar pasukannya dan mulai membangun dinding beton di sekitar bekas benteng oposisi.

Laporan wartawan yang mengunjungi tembok itu menggambarkan tingginya mencapai sepuluh kaki. Tentara dan

(28)

A

merika Serikat memiliki kepentingan kuat dalam menggulingkan Assad, per-tama dan teruper-tama karena hubungan dekat Suriah dengan Iran dan Hizbullah. Selain itu, AS adalah dukungan berbagai negara Sunni (Arab Saudi, negara-negara Teluk, Mesir, dan Turki), dan juga tertarik bila Iran melemah, yang dipandang telah menjadi kuat sebagai akibat dari perang di Irak 2003. Belitan ini juga menjelaskan standar ganda Barat dalam berurusan dengan berbagai negara di Timur Tengah.

Amerika jelas memiliki kepentingan dari eksistensi oposisi. Maka wajar bila Amerika cemburu ketika Rusia tidak hanya menyerang ISIS, tetapi juga oposisi lainnya. Serangan Rusia terhadap jihadis terutama di Lattakia dan Aleppo membangkitkan kemarahan Amerika. Penembakan jatuh pesawat Rusia oleh Turki bagaimana pun masih berada di bawah kepentingan Amerika.

Amerika sejak lama telah mengupayakan solusi politik untuk Suriah, namun tidak ingin jatuh ke tangan Islamis. Politik ini tidak jauh berbeda dengan perang Afghanistan-Uni Soviet lalu. Setelah Soviet dikalahkan, Amerika menggempur Imarah Islam Taliban habis-habisan. Kemudian membentuk pemerintahan Kabul.

Tetapi bagaimana pun Amerika belum secara tegas melakukan intervensi militer secara langsung di lapangan. Tahun 2013, ketika senjata kimia digunakan untuk membunuh sipil, otoritas Amerika diminta untuk intervensi. Namun Kongres mundur tanpa suara. Serangan udara tak beralasan terhadap pasukan pemerintah Suriah akan mewakili perang Amerika yang tidak sah dan inkonstitusional.

Ketika Rusia masuk, Hillary Clinton mengi-nginkan AS untuk menciptakan zona larangan terbang. Wall Street Journal mendukung ide itu dan

membangun alasan untuk menciptakan tempat yang aman bagi para pengungsi. Tetapi tentu saja itu tidak mudah sebab membangun zona larangan terbang di atas Suriah berarti menembak jatuh pesawat tempur dan helikopter Suriah merupakan tindakan perang. Padahal Kongres belum mengotorisasi Obama untuk berperang dengan Suriah.

Ya, Amerika belum berani intervensi militer secara langsung ke Suriah. Karena itu akan berarti bahwa Amerika berkomitmen untuk menjatuhkan Damaskus. Ini tidak sederhana. Suriah akan melawan dan tentu saja tidak hanya tentara Suriah. Rusia, milisi Hizbullah Lebanon dan Iran semuanya bersekutu dengan rezim Damaskus.

Bila Amerika mulai menyerang tentara Suriah, mereka akan berada dalam perang baru yang melibatkan seluruh Syiah Iran, Baghdad, Damaskus dan Hizbullah, yang didukung oleh Rusia. Pada akhirnya, Amerika tidak melakukan intervensi militer di lapangan dan hanya mengandalkan sekutu-sekutunya di Timur Tengah, terutama Arab Saudi.

Sementara itu di lapangan, dalam lanskap oposisi bersenjata yang selalu berubah, pejabat Barat telah menganggap Salim Indris, Kepala Staf Militer Dewan Agung (SMC) dari Free Syrian Army (FSA) lebih moderat daripada Islamis lainya, meskipun SMC itu sendiri meliputi unit Islam juga. Salim Idris pada awalnya berhati-hati dan tidak secara terbuka menjauhkan SMC dari faksi yang lebih ekstrim dari oposisi, seperti Jabhah Nusrah. Namun ia pernah menyatakan tegas bahwa “Kami tidak bekerja dengan Nusrah. Kami tidak berbagi apa-apa dengan mereka.” Namun, SMC telah memasukkan beberapa anggota Jabhah Islamiyah, sebuah koalisi Islam yang mewadahi beberapa faksi termasuk Ahrar Syam, ke dalam struktur. Anggota SMC juga dilaporkan

(29)

berkoordinasi di medan perang dengan Ahrar Syam, yang dianggap ekstrimis juga.

Jenderal Idris pernah meminta Amerika Serikat melatih unit elit pemberontak untuk operasi khusus dan menyediakan persenjataan canggih, seperti rudal anti-pesawat. Sehubungan dengan permintaan tersebut, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren, menganjurkan agar setiap pemberontak Suriah diperiksa secara teliti dahulu sebelum diberi bantuan senjata mematikan. Ia mengatakan “Jika harus memutuskan untuk memberikan bantuan mematikan, kami meminta kelompok-kelompok itu secara hati-hati diperiksa.” Israel takut peralatan anti-pesawat bisa jatuh ke tangan teroris dan digunakan untuk menargetkan pesawat sipil dan militer Israel.

Upaya Amerika untuk memastikan oposisi mana yang dipilih untuk menjadi proksinya di Suriah adalah satu pekerjaan yang sulit. Dan kenyataan di lapangan menunjukkan Amerika hanya mendapatkan pepesan kosong. Faksi yang digalang oleh Amerika tidak memiliki pengaruh di lapangan. Kelompok-kelompok bersenjata lebih percaya kepada kelompok yang disebut Amerika sebagai ekstrimis itu. Faktor lainnya secara alamiah, semangat keagamaan dipadu dengan suasana perang dan dekatnya jiwa kepada kematian membuat banyak orang berubah menjadi saleh. Mereka bahkan telah membedakan manakah nasyid islami dan manakah nasyid revolusi. Nyanyian Saqith saqith ya Bashar, misalnya dianggap sebagai nyanyian revolusi biasa yang menuntut kebebasan, mereka enggan menyimpannya di ponsel.

Masyarakat yang awalnya mengangkat senjata karena menuntut kebebasan telah mendapatkan celupan dari jihadis, sehingga tidak melihat ada yang buruk dari kelompok ekstrimis seperti Jabhah Nusrah sekalipun. Masyarakat luas menolak tuduhan Amerika Serikat ketika memasukkan Jabhah Nusrah

ke daftar jaringan teroris internasional. Di medan perang, hal ini terlihat dalam kekompakan mereka dalam koalisi Jaisy Fath yang didominasi oleh Jabhah Nusrah ketika merebut kota Idlib.

Selain upaya militer di lapangan, Amerika juga melakukan pendekatan politis untuk membentuk pemerintahan alternatif. November 2012, Amerika Serikat membantu penciptaan Koalisi Nasional Revolusi Suriah (SNC). SNC menekan koalisi oposisi yang akan lebih inklusif dan sah. Amerika Serikat, Liga Arab, dan aktor-aktor internasional lainnya memberikan pengakuan kepada SNC sebagai “wakil sah rakyat Suriah.”

Dari akhir 2012 hingga April 2013, Ahmad Muaz Al-Khatib, seorang aktivis oposisi Islamis Sunni, menjabat sebagai Presiden SNC. Namun kemudian mengajukan pengunduran dirinya pada bulan April, karena frustrasi disebabkan Amerika Serikat dan lain menolak untuk campur tangan secara militer atau terang-terangan menyediakan persenjataan.

Anggota SNC bertemu di Istanbul pada pertengahan Maret tahun 2013 dan memilih Ghassan Hitto sebagai Perdana Menteri Interim bagi pemerintah oposisi untuk mengelola pemberontakan. George Sabra telah menggantikan Khatib sebagai presiden SNC. Beberapa sumber oposisi melihat Hitto yang telah didukung oleh Qatar, yang telah dituduh terlalu mendukung Islamis Suriah dengan mengorbankan tokoh Suriah lainnya.

Perdebatan kebjakan saat itu fokus pada apakah SNC adalah mitra yang kredibel. Amerika bermaksud menggunakan SNC untuk membangun pengaruh di lapangan dengan cara lain, yakni fokus pada bantuan kemanusiaan dan pengiriman layanan lokal.

(30)

Namun para pejabat AS dan pelaksana bantuan internasional melaporkan bahwa SNC belum memiliki kapasitas untuk memberikan bantuan dalam wilayah Suriah.

Pada Mei 2013, tokoh oposisi Suriah bertemu di Istanbul Turki dalam upaya untuk memperluas keanggotaan SNC untuk menyertakan lebih banyak anggota non-Islam dan memperkuat hubungan antara tokoh-tokoh politik dan oposisi bersenjata. Di akhir pertemuan enam hari, George Sabra mengumumkan bahwa 51 anggota baru akan diterima di SNC, 15 di antaranya berasal dari oposisi bersenjata. Konferensi ini secara luas dipandang sebagai kemenangan diplomatik untuk

Arab Saudi, yang telah berusaha membatasi dukungan Qatar untuk Islamis Suriah dan Ikhwanul Muslimin. Dari 51 anggota baru, setidaknya 10 dari mereka adalah sekutu politik Michel Kilo, seorang pembangkang Suriah lama yang dimasukkan dalam SNC dan didukung oleh Arab Saudi.

Namun, lagi-lagi bahwa kondisi di lapangan mengubah impian orang-orang yang disebut hanya bekerja di hotel-hotel itu. Meskipun SNC berhasil memperluas keanggotaannya, hari-hari dari pertikaian di tengah kemunduran militer simultan di tanah untuk oposisi telah merusak legitimasi SNC di mata orang-orang di lapangan.

(31)

Perang di Suriah sangat terkait dalam konlik Sunni-Syiah yang lebih luas antara Arab Saudi dan Iran, pemain kunci di setiap sisi yang sangat terlibat. Sampai akhir Maret 2013, laporan menunjukkan bahwa Iran dan Hizbullah telah berhasil membantu pemerintah Assad dengan menempatkan pasukan yang terdiri dari 5000 militan.

Bagi negara-negara Arab, terutama Saudi, menggulingkan Assad dari kekuasaan dan mendirikan pemerintah Sunni akan memecah sumbu Syiah berjalan dari Iran di atas wilayah yang didominasi Syiah di Irak sampai Hizbullah Lebanon. Jatuhnya Suriah ke pangkuan Suni juga akan memotong Iran dari akses ke Laut Tengah.

Permasalahan negara-negara Arab adalah tidak berbeda dengan masalah Amerika dan Rusia. Mereka tidak ingin Suriah jatuh ke tangan jihadis. Negara-negara Arab ingin menggandeng kelompok yang lebih moderat untuk Suriah. Sikap yang agak berbeda dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut adalah Qatar. Qatar lebih dekat kepada Islamis dan Ikhwanul Muslimin Suriah daripada negara-negara Arab lainnya.

(32)

Seperti disebutkan sebelumnya, upaya politik beberapa kalangan di Turki tidaklah berpengaruh di lapangan. Artinya, mereka yang berada di lapangan yang akan menentukan nasib politik mereka kelak.

Meskipun beberapa wilayah masih diperebutkan, kelompok-kelompok oposisi telah menguasai sebagian besar wilayah Suriah. Kekuatan oposisi masih menguasai daerah besar barat laut, timur, dan selatan Suriah. Pengelompokan luas kekuatan yang berlawanan rezim Asad mencakup banyak milisi lokal; tentara pembelot; brigade-brigade yang berjuang di bawah bendera FSA, berbagai koalisi Islamis, dan ISIS. Termasuk pejuang asing. Kelompok milisi Islam, FSA, dan pejuang lokal di berbagai kota terus beroperasi secara independen. Beberapa kelompok oposisi terkemuka mengusung visi yang berbeda dan berpotensi bertentangan untuk masa depan politik negara. Kelompok dengan prioritas yang berbeda kini menguasai daerah yang berbeda. Pejuang Islam, termasuk Jabhah Nusrah yang berailiasi ke Al-Qaidah berkuasa di wilayah utara Suriah, Idlib dan Aleppo. ISIS mengontrol Raqqah. Kurdi memegang kontrol kekuatan daerah timur laut Suriah.

Sifat desentralisasi dan perbedaan pandangan kelompok-kelompok oposisi, ditambah dengan perselisihan di antara mereka telah menghambat upaya untuk menciptakan sebuah front bersatu melawan rezim Asad. Selain itu, kurangnya persatuan oposisi telah mengecewakan dukungan asing bagi perjuangan mereka dan memperlambat upaya untuk membuat pemerintah alternatif yang bisa mendapatkan pengakuan internasional yang luas. Sejak kerusuhan dimulai pada bulan Maret 2011, tidak ada pemimpin tunggal atau kelompok yang mampu sepenuhnya membangun dirinya

sebagai wakil yang didukung secara universal untuk menggulingkan rezim Asad.

Persaingan telah berkembang antara pemimpin lokal dan pendatang; antara komandan milisi di lapangan; dan antara orang-orang yang hanya menghendaki perubahan sistem saja dan pihak lain yang menghendaki penggulingan sistem secara menyeluruh. Perbedaan pendapat tentang masa depan Suriah mengintai di bawah permukaan. Aktivis Islam dan aktivis sekuler bertentangan. Kurdi mencari otonomi. Kelompok-kelompok jihadis memberdayakan diri di lapangan.

Kelemahan utama kelompok-kelompok bersenjata dan jihadis secara keseluruhana adalah kurangnya koordinasi menyeluruh atau kepemimpinan bersama. Pembentukan ruang operasi bersama atau penyatuan beberapa faksi untuk perebutan suatu wilayah telah dilakukan beberapa kali. Namun ketika perang usai, dalam ranah politik, masalah bisa lebih kompleks. Retorika pro-syariah dan orientasi transnasional dari beberapa kelompok jihadis mungkin berakhir dalam konlik dengan kelompok sekuler, nasionalis, atau elemen oposisi Islam lainnya yang juga eksis di lapangan. Ini adalah faktor ideologi dan agama yang sulit ditawar dan lebih prominen. Apa dan bagaimana penyelesaian masalah ini mudah-mudahan ada penelitian lanjutan yang lebih sempurna.

(33)

Perang saudara di Suriah terlalu rumit untuk memungkinkan penjelasan

sederha-na dari perilaku aktor yang terlibat. Namun kenyataan di lapangan telah

menyu-litkan upaya Amerika Serikat dan Rusia untuk mendaratkan pengaruhnya,

terma-suk Iran dan Saudi. Jihadis masih memegang bendera di lapangan. [Salem]

(34)

5

TAHUN DALAM

LUKA

S

ejak perang Suriah dimulai, 320.000 orang telah tewas, termasuk hampir 12.000 anak-anak. Sekitar 1,5 juta orang telah terluka atau cacat permanen. Konflik Suriah, sekarang telah menutup tahun kelima, namun belum terlihat ada penyelesaian dalam

waktu dekat.

Pada tahun 2015 saja, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan telah mendokumentasikan 55.219 kematian di Suriah, menandai tahun paling mematikan di negara

itu sejak konflik meletus pada tahun 2011.

Perang menjadi lebih mematikan sejak kekuatan asing bergabung dalam konflik. Selain kor-ban jiwa masalah besar lainnya adalah pengungsi. Salah satu laporan menyebutkan, 4,6 juta warga Suriah telah mengungsi ke luar dan 6,6 juta lainnya meninggalkan rumah namun lebih

memilih tetap di dalam Suriah; setengah dari mereka adalah anak-anak.

(35)

TIMELINE PENYEBARAN PENGUNGSI

April 2011

Arus pengungsi Suriah ke negara-nega-ra tetangga mulai signiikan pada bulan April 2011. Pengungsi Suriah mencapai 5000 orang masuk ke Lebanon.

Pada bulan Mei, pengungsi Suriah melarikan diri dari pertempuran yang keras di kota Talkalakh. Banyak warga menyeberang ke Lebanon melalui per-batasan resmi. Mereka yang melarikan diri sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Lebanon

Juni 2011 Turki

6 Juni 2011 aliran pengungsi Suriah ke Turki mulai intensif. Pengepungan militer Jisr al-Shughur di bagian barat laut dari Suriah memicu aliran utama pengungsi ke negara ini. Pertempuran menyebab-kan ribuan untuk menyeberangi per-batasan.

Turki memainkan peran besar dalam menyambut pengungsi. Pada akhir 2011, Turki telah menghabiskan sampai 15 juta Dolar AS untuk mendirikan enam kamp bagi ribuan pengungsi. Para pejabat Tur-ki bersikeras untuk media bahwa warga Suriah yang masuk ke negaranya adalah “tamu” dan bukan “pengungsi.”

April 2012 arus pengungsi ke Turki mem-bengkak. Lebih dari 2500 orang men-gantre di perbatasan Turki-Suriah dalam satu hari. Ketika pertempuran memanas di Aleppo, Juni 2012, banyak warga Suriah melarikan diri ke perbatasan Turki. Alep-po hanya 50 kilometer dari perbatasan Turki. Perang intens telah menyebabkan hingga 200 000 orang melarikan diri dan menyeberang ke Turki.

Juli 2011 Yordania

12 Juli 2011 pengungsi Suriah mencari perlindungan ke Yordania. Jordan me-lihat peningkatan pengungsi, dengan mayoritas berasal dari kota perbatasan Suriah dari Dar’aa. Pada akhir tahun, hampir 2000 pengungsi Suriah telah masuk ke Yordania.

April 2012 Irak

Maret 2012 Lebanon

1 Maret 2012, Bekaa menjadi tujuan uta-ma pengungsi Suriah. Mulai sekitar bu-lan Maret 2012, lembah Bekaa Timur Lebanon menjadi tujuan utama di Leba-non untuk pengungsi Suriah, banyak dari mereka melarikan diri dari pertempuran sengit di Homs, Quseir, Zabadani dan Hema. Pada tahun 2011, pengungsi me-netap terutama di Lebanon kota utara Wadi Khaled dan Tripoli. Lembah Bekaa merupakan wilayah miskin dan sebagian besar hidup dari pertanian. Sebagian be-sar pengungsi menetap di kota-kota den-gan teman-teman dan kerabat atau mas-yarakat kumuh di bukit.

Sebagian besar pengungsi Suriah yang masuk ke Irak adalah etnis Kurdi. Kurd-istan, Irak Utara adalah tujuan mereka. Sejumlah besar pengungsi Suriah mulai tiba di Kurdistan awal tahun 2012 dan umumnya diterima dengan baik oleh masyarakat Kurdi, tuan rumah mereka. Kamp terbesar yang menampung pen-gungsi Suriah adalah Domiz Kamp, un-tuk pengungsi resmi yang dibuka pada tanggal 4 April 2012, di dekat kota Da-huk di wilayah Kurdistan.

PBB menyebut perang Suriah telah mengakibatlah arus pengungsi terbesar sejak genosida Rwanda. Dengan ra-ta-rata 6.000 orang per hari melarikan diri dari konlik di Suriah pada musim panas 2013, Komisaris Tinggi PBB un-tuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan tingkat seperti itu belum pernah terlihat sejak pertengahan 1990-an. Selain ke negara-negara tersebut, tahun 2015 lalu gelombang pengungsi Suriah masuk ke Eropa, terutama

ke Jerman.

(36)

MENGAPA RAKYAT SURIAH

MENINGGALKAN RUMAH MEREKA?

Infrastruktur runtuh. Fasilitas kesehatan hancur. Sistem pendidikan luluh lebur. Mata pencarian dan ekonomi telah hancur. Anak-anak Suriah telah kehilangan orang yang dicintai, menderita luka, putus seko-lah, dan menyaksikan kekerasan dan kebrutalan yang tak terkatakan.

Anak-anak yang terkena dampak konlik Suriah berisiko menjadi sakit, kurang gizi, disalahgunakan, atau dieksploitasi. Jutaan telah dipaksa untuk berhenti sekolah. Mereka rentan terhadap kekurangan gizi dan penyakit yang dibawa oleh sanitasi yang buruk, termasuk penyakit diare seperti kolera. Cuaca dingin meningkatkan risiko pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya.

Banyak anak-anak pengungsi harus bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. Sering kali mereka menjadi tenaga kerja dalam keadaan berbahaya atau direndahkan dengan bayaran sedikit. Mereka juga rentan terhadap pelecehan seksual dan eksploitasi. Tanpa penghasilan yang memadai dan ketakutan ter-hadap gangguan, orang tua —terutama janda— kadang memilih untuk menjodohkan putrinya walaupun masih berusia 13 tahun.

Antara 2 dan 3 juta anak-anak Suriah tidak bersekolah. Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) men-gatakan perang telah membalikkan 10 tahun dari kemajuan dalam pendidikan untuk anak-anak Suriah.

Bagaimana Dunia membantu pengungsi dan orang lain yang terkena dampak krisis Suriah? Bagaima-na pula peran pemerintah dan Muslim Indonesia?

KEBUTUHAN TERBESAR PARA PENGUNGSI

Para pengungsi, baik di luar maupun di dalam Suriah memerlukan semua kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup mereka: makanan, pakaian, bantuan kesehatan, tempat tinggal, serta sarana ru-mah tangga dan kebersihan. Bantuan makanan, pe-layanan kesehatan, air dan sanitasi, baby kit, kom-por dan perlengkapan musim dingin lainnya sangat dibutuhkan oleh orang dewasa dan ibu-ibu. Untuk anak-anak mereka membutuhkan pendidikan dan rekreasi, pemrograman untuk keterampilan hidup, pembangunan ketahanan, juga dukungan psikoso-sial bagi anak-anak.

Mereka secara keseluruhan membutuhkan pasokan air bersih, serta fasilitas sanitasi. Orang dewasa membutuhkan pekerjaan dalam kasus per-pindahan jangka panjang seperti sekarang. Anak-anak secara khusus membutuhkan lingkungan yang aman, kesempatan untuk bermain dan pergi ke se-kolah.

BANTUAN YANG BELUM MEMADAI

Lembaga Internasional seperti PBB, nega-ra-negara Eropa dan Asia, neganega-ra-negara Arab dan lainnya telah menunjukkan kepeduliannya terha-dap masalah Suriah. Namun masih banyak masalah yang belum teratasi dan banyak kebutuhan mereka yang belum terpenuhi.

PBB setiap tahunnya telah menyusun kebu-tuhan pengungsi yang ditanganinya dan belum bisa memenuhi target bantuan. Hal ini belum termasuk pengungsi yang tidak terdaftar di luar dan di dalam Suriah.

UNICEF meluncurkan Kampanye Anak Suri-ah untuk meningkatkan kesadaran tentang pender-itaan anak-anak pengungsi Suriah di media sosial. Pada akhir 2013, setengah 2 juta pengungsi yang melarikan diri dari negara itu adalah anak-anak.

(37)

ting-gal selama dua tahun. Swedia menawarkan tempat tinggal permanen bagi pengungsi Suriah. Dewan Migrasi Swedia mengumum-kan bahwa semua pencari suaka dari Suriah yang telah diberi izin tinggal sementara di Swedia dapat menerima izin permanen. Dan berlaku untuk anggota keluarga juga. Swed-ia adalah satu-satunya negara Uni Eropa untuk menawarkan suaka penuh untuk pe-ngungsi Suriah.

PENGUNGSI DI DALAM SURIAH

Permasalahan yang lebih darurat adalah para pengungsi di dalam wilayah Su-riah sendiri. Sekitar 6,5 juta nyawa memilih tetap berada di antara puing-puing masjid dan rumah-rumah mereka yang hancur oleh kebrutalan serangan rezim. Mereka memilih tetap tinggal

kare-na tidak ada jami-nan dan kepastian di luar Suriah. Mereka memilih hidup di ar-ea-area yang sulit di-jangkau, dan hampir 400 000 orang di 15 lokasi yang diblo-kade tak punya akses ke bantuan dan per-lengkapan yang bisa menyelamatkan hid-up mereka.

Masalah utama bagi kegiatan kema-nusiaan secara umum dalam kasus ini ada-lah sulit untuk mencapai area pengungsi. Mereka hidup di wilayah perang yang tidak ada aturan, yang mengecilkan kemungkinan pelaksanaan program kemanusiaan berke-lanjutan. Negosiasi sulit dilakukan. Bantuan

kebanyakan disalurkan melalui akses secara ad hoc, tidak bisa dipastikan apakah akses yang telah dilalui bisa dilalui lagi esok hari. Konlik yang masih berlangsung dan adanya pos-pos pemeriksaan keamanan oleh otor-itas-otoritas yang bermacam-macam juga ambil bagian dalam merumitkan misi kema-nusiaan.

Kasus terbaru yang menyesakkan dada adalah kelaparan di Madaya. Sejak awal Juli 2016, kota yang dekat perbatasan Lebanon ini yang berada di bawah blokade rezim Bashar dan sekutunya dari gerakan Hizbullah di Lebanon. Warga Madaya dil-aporkan mengalami kelaparan parah.

Blokade adalah proses yang sudah dianggap biasa dalam perang sipil di Suri-ah namun kasus Madaya menarik perhatian

internasional, karena beredarnya foto-foto dari penduduk yang mengalami kekuran-gan gizi.

Konvoi bantuan PBB direncanakan akan mendatangi Madaya, yang harusnya su-dah mencapai kota yang dikuasai pemer-intah hari Minggu (10/01) tertunda kare-na hambatan pada menit-menit terakhir. Sebelumnya, Program Pangan Dunia (WFP) berharap untuk bisa melakukan pengiriman pertama makanan dan obat-obatan ke Madaya.

Sekitar 40.000 orang berada di Ma-daya. Dilaporkan bahwa penduduk memakan hewan peliharaan dan rumput untuk

ber-Sekitar 40.000 orang berada di

Madaya. Dilaporkan bahwa

pen-duduk memakan hewan peliharaan

dan rumput untuk bertahan hidup.

Brice de la Vigne dari badan amal

Dokter Lintas Batas (Medecins Sans

(38)

tahan hidup. Brice de la Vigne dari badan amal Dokter Lintas Batas (Medecins Sans Frontieres - MSF) menggambarkan situasi di kota itu sangat mengerikan. Lebih dari 250 orang di sana mengalami kekurangan gizi akut.

Untuk membantu rakyat Suri-ah yang harus meninggalkan rumSuri-ah tapi tetap berada di dalam wilayah Suriah, PBB pada tahun 2015 menganggarkan US$2,9 miliar. PBB mengumpulkan dana dari neg-ara-negara dunia dalam konferensi-konfe-rensinya.

Sementara itu, lembaga-lemba-ga kemanusiaan nonpemerintah harus menghadapi permasalahan tambahan se-bagai dampak permasalahan keamanan di negaranya dan ketakutan internasional terhadap ancaman terorisme.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 2178 tentang Counter Terrorisme disin-yalir akan berdampak buruk terhadap aktivitas kemanusiaan. Negara-negara yang menginduk kepada kebjakan terse-but akan mengawasi penggalangan dana oleh warga

neg-ara mereka atau di wilayah mere-ka dengan mak-sud atau peng-etahuan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk membiayai perjalanan kom-batan ke Suriah. Resolusi yang bertujuan untuk mencegah tinda-kan terorisme bisa menyasar kepa-da penggalangan dana yang be-nar-benar untuk tujuan kemanu-siaan.

R e s o l u s i tersebut justru merupakan ke-munduran besar dalam usaha kon-traterorisme yang dilakukan PBB

dalam hal perlindungan hak asasi manu-sia dan aturan hukum. Dewan Keamanan mengambil peran sebagai kekuatan “leg-islatif” dan “yudikatif”. Resolusi tersebut memberi kewenangan legal yang sangat luas kepada negara anggota PBB tan-pa ada usaha untuk mendeinisikan atau membatasi kategori orang yang dikatakan sebagai teroris oleh masing-masing nega-ra. Pendekatan ini berpotensi menghasil-kan pelanggaran yang sangat berat.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang diceritakan Kyai Badrudin, ia menyatakan bahwa setelah lulus dari pesantren, ia mengisi pengajian-pengajian di

Beberapa waktu yang lalu bermacam – macam jenis pengawet dipakai misalnya asam benzoat, asam sorbat, K sorbat, Na propionat, yang hanya efektif pada media asam,

Hal ini juga dipersetujui oleh ibu kepada suspek yang tidak berpuas hati dengan SOP tangkapan yang dilaksanakan terhadap anaknya dan berharap polis mempunyai SOP

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan keragaman pada keragaan mutan- mutan ubi kayu generasi M1V2 yaitu pada peubah tinggi tanaman, tinggi ke cabang, jumlah cabang,

Berdasarkan definisi ini, mas}lah}at mursalah yang dimaksudkan dalam al-Istidla>l al-Mursal adalah mas}lah}at yang tidak ada pengakuan dari suatu dalil sebagai

Terakhir adalah kombinasi pengungkapan modal intelektual dan variabel kontrol yang tergolong dalam variabel dummy (reputasi pengacara, reputasi auditor, reputasi

Hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara komposisi nutrisi hidroponik dengan varietas pakchoy, tetapi terdapat pengaruh pertumbuhan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza meningkatkan bobot kering tajuk, derajat infeksi akar, serapan P tanaman serta Kadar P- tersedia tanah.. Pupuk fosfat