• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG KINERJA MANAJER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI UNIT DESA (KUD)

DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: Sugiharsono

(Staf Pengajar FISE – UNY Yogyakarta)

Abstrak

Kata Kunci: kemampuan manajer, motivasi manajer, kinerja manajer, keber-hasilan organisasi.

Manajer KUD sebagai pelaku utama manajemen organisasi KUD, memi-liki peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda organisasi KUD secara operasional. Oleh karena itu, kinerja manajer KUD menjadi penting berkaitan dengan keberhasilan organisasi KUD. Berbagai faktor yang menetukan kinerja manajer seperti kemapuan dan motivasi manajer perlu mendapatkan perhatian agar dapat membentuk kinerja manajer yang baik.

Studi tentang kinerja manajer KUD ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kemampuan dan motivasi manajer terhadap kinerja manajer serta dampaknya terhadap keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Populasi penelitian ini adalah seluruh KUD yang ada di DIY yang masih beroperasi secara wajar sampai dengan tahun 2007. Mengingat jumlahnya yang relatif sedikit (total 62 KUD, yang layak dijadikan objek studi 43 KUD), maka studi ini menggunakan metode sensus (complete enumeration). Teknik pengumpulan data mengguna-kan angket dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunamengguna-kan adalah teknik analisis jalur (path analysis).

(2)

Pendahuluan

Pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, ekonomi kerakyatan masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini kiranya cukup beralasan, karena masyarakat golongan miskin di Indonesia pada saat ini jumlahnya mencapai 40% lebih dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah harus tetap mendapat prioritas dari pemerintah. Hal ini tentunya tetap harus memperhatikan kepentingan masyarakat golongan ekonomi atas, sehingga kelompok ini tidak menjadi kurban dari pembangunan ekonomi yang ditujukan pada kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Persoalan yang tetap harus dipertimbangkan dalam pembangunan ekonomi nasional adalah bahwa pembangunan harus mampu mendukung distribusi penda-patan ke arah masyarakat bawah (miskin). Hasil pembangunan ekonomi nasional tersebut harus benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat miskin dengan meningkatnya pendapatan riil mereka. Dengan demikian sedikit demi sedikit akan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok masyarakat bawah (miskin) dan masyarakat atas (kaya), yang mana kesenjangan ini dianggap sebagai salah satu sumber masalah sosial yang sedang memanas di Indonesia akhir-akhir ini.

Pada umumnya sumber masalah sosial yang cukup dominan di negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional yang mengarah pada kelompok masyarakat menengah ke bawah tidak bisa dihindari lagi. Pembangunan ekonomi nasional harus mampu menyentuh lembaga (organisasi) ekonomi tingkat menengah ke bawah. Salah satu organisasi ekonomi yang pada umumnya menjadi wadah kegiatan ekonomi masyarakat kelompok menengah ke bawah adalah UKM dan koperasi.

(3)

dengan modal yang relatif kecil sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah (miskin). Setiap anggota masyarakat kecil pun bisa “ambil bagian” dalam koperasi sesuai dengan kemampuan ekonominya. Beberapa tokoh ekonomi-koperasi mengatakan bahwa koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang paling cocok bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Hal ini diperkuat oleh B.J. Habibie (sebagai Wakil Presiden RI) pada sambutannya dalam sebuah seminar nasional (1995) di UGM, yang menyatakan bahwa “pembinaan UKM dan koperasi harus tetap dilaksanakan untuk membangun ekonomi kerakyatan, karena UKM dan koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang sangat strategis bagi pembangunan ekonomi rakyat”. Di samping itu “koperasi juga bisa menjadi solusi masalah sosial” (Hilataha, 2003), karena dengan berkoperasi, masyarakat diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan-nya, sehingga sedikit demi sedikiit akan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang menjadi sumber masalah sosial.

Penduduk desa merupakan bagian penduduk Indonesia yang terbesar jumlahnya, dan pada umumnya mereka berada pada strata ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional harus pula diarahkan dan difokuskan pada pembangunan ekonomi pedesaan. Salah satu sarana pembangunan ekonomi pedesaan yang telah lama dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah, sejak pemerintahan orde baru hingga pemerintahan reformasi saat ini adalah KUD.

Pada awalnya KUD dicanangkan oleh pemerintah sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi pedesaan untuk membangun ekonomi masyarakat pedesaan. Berbagai undang-undang/peraturan dan kebijakan pemerintah, seperti, UU No. 25/1992, Inpres No. 4/1973, Inpres No. 2/1978, Inpres No. 4/1984, Inpres No. 4/1995, dan Inpres No. 18/1998, telah dikeluarkan untuk mendukung perkem-bangan KUD. Namun dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi, sehingga sampai saat ini peran KUD dalam pembangunan ekonomi pedesaan dapat dikatakan masih sangat kecil.

(4)

sebagian besar tidak berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Salah satu contoh dalam hal ini adalah kredit usaha tani (KUT) yang disalurkan melalui KUD, telah terjadi kemacetan angsuran (tunggakan) yang tidak sedikit. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, tunggakan KUT 1998/1999 per 31 Desember 2005 sebesar Rp 5,76 triliun. Secara rinci tunggakan KUT pada koperasi/KUD dan UKM di Indoensia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

TUNGGAKAN KUT DI INDONESIA PER 31-12-2005

SUMBER DANA NILAI ( Rp ) %

Pemerintah 3,30 triliun 57,26 Bank Indonesia (BI) 2,46 triliun 42,74 J u m l a h 5,76 triliun 100,00 Sumber: Bank Indonesia, 2005.

Besarnya tunggakan KUT yang disalurkan melalui KUD tersebut menun-jukkan bahwa KUD memang belum mampu mengelola usahanya secara profesional. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya sumber daya manusia (SDM) KUD yang kurang memahami tentang dunia bisnis dan perkoperasian, serta kecenderungan bekerja secara sambilan (tidak profesional). Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Suliati (2003) yang menyatakan bahwa pengelola KUD pada umumnya ditunjuk dari atas (pemerintah), bukan dari orang-orang yang benar-benar memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship), Mereka umumnya tidak menjiwai koperasi, dan hanya tahu kucuran dana dari pemerintah. Jadi pada intinya, KUD dipandang belum mampu menjalankan perannya sesuai dengan harapan pemerintah.

(5)

15.048.700.000,-, maka rata-rata per orang (anggota) memiliki modal sendiri Rp 51.820,- (Kantor Dinas Koperasi DIY, 2004). Jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh swasta yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu pula dalam bidang usahanya, jumlah omset usaha, laba (SHU), dan asset seluruh KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta, semuanya jauh tertinggal (sangat kecil) dibanding BUMN maupun BUMS yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sudah mencapai puluhan triliun rupiah. Badan Usaha Perbakan saja di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta telah memi-liki total asset sebesar Rp 11,85 triliun, dengan omset usaha (kredit yang disalur-kan) sebesar Rp 5,13 triliun (Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, 2004)

Berdasarkan kenyataan, jelaslah bahwa pada umumnya keadaan KUD-KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat memprihatinkan. Perannya dalam menunjang perekonomian masyarakat DIY masih sangat kecil dibanding dengan BUMN maupun swasta. Dari sini jelaslah bahwa peran KUD yang diharapkan dapat menunjang perekonomian masyarakat pedesaan belum sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini berarti bahwa keberhasilan KUD, baik dari aspek organisasi maupun usahanya masih perlu dipertanyakan.

(6)

karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada permasalahan internal KUD. Dengan kata lain, penelitian ini akan membatasi pada permasalahan internal KUD. Dengan membatasi pada masalah internal ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan praktisi koperasi.

Mengingat luasnya permasalahan internal yang dihadapi KUD-KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dalam penelitian ini masalah-masalah tersebut dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan SDM, khususnya masalah kinerja manajer KUD. Dipilihnya masalah SDM koperasi ini, karena menurut teori dan pendapat para pakar koperasi, manajer koperasi merupakan pemegang kunci keberhasilan (key success) organisasi koperasi/KUD.

Hanel (1985: 107-108) berpendapat bahwa peran manajer sebagai pengelola koperasi berkaitan dengan keberhasilan perusahaan koperasi tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya manajer memiiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk mengembangkan perusahaan koperasi sebagai lembaga ekonomi/bisnis yang efisien, serta menunjang kegiatan usaha para anggota secara efisien dengan peningkatan mutu layanan. Beberapa penelitian di luar Daerah Istimewa Yogyakarta juga menunjukkan bahwa kinerja pengurus dan manajer koperasi memiliki hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan organisasi koperasi. Tentang kinerja manajer, para pakar juga berpendapat bahwa kinerja manajer dipengaruhi oleh faktor intrinsik manajer itu sendiri, seperti kemampuannya dalam mengelola organisasi usaha, dan motivasi-nya menjadi manajer KUD. Penelitian Rully Indrawan (1998) telah membuktikan bahwa faktor motivasi dan kemampuan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan kinerja.

(7)

dalam mengelola koperasi berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi koperasi. Berdasarkan kenyataan dan pendapat para pakar itulah, maka penelitian ini membatasi pada permasalahan intrinsik manajer (faktor kemampuan dan motivasi manajer) dalam kaitannya dengan kinerja manajer KUD dan keberhasilan organisasi KUD, khususnya KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) seberapa besar pengaruh kemampuan dan motivasi manajer KUD terhadap kiner-ja manajer KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta?; (2) seberapa besar pengaruh kemampuan dan motivasi manajer KUD terhadap keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta?; serta (3) seberapa besar pengaruh kinerja manajer KUD terhadap keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta?

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat explanatory (menjelaskan), dan bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan dan motivasi manajer terhadap kinerja manajer dan keberhasilan organisasi KUD. Untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian, sekaligus menguji hipotesis, penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian survei yang dlengkapi dengan teknik angket / questionair untuk pengumpulan datanya. Metode ini dipilih dengan alasan bahwa metode survei dapat menggambarkan karakteristik kelompok populasi yang lebih luas, meski hanya menggunakan sampel dari populasi tersebut.

Penelitian ini juga merupakan penelitian populasi. Adapun yang menjadi populasi adalah Koperasi Unit Desa (KUD) di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekaligus sebagai unit analisis penelitian. Sebagai sumber data penelitian ini adalah Ketua BP (Badan Pengawas), manajer, karyawan dan anggota dari KUD yang menjadi objek penelitian, serta tokoh masyarakat desa sekitar KUD. Untuk Ketua BP dan manajer KUD, semuanya diambil sebagai sumber data, sedangkan untuk karyawan dan anggota KUD, serta tokoh masyarakat sekitar KUD diambil sampel.

(8)

Populasi peneltian ini adalah seluruh KUD yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 62 KUD yang tersebar di empat kabupaten. Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2

JUMLAH KUD DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PER KABUPATEN TAHUN 2006

No. Kabupaten Jumlah KUD

1 Sleman 17

2 Gunungkidul 16

3 Bantul 17

4 Kulonprogo 12

J u m l a h 62

Sumber: Kantor Dinas Koperasi DIY tahun 2006

Dari 62 KUD tersebut ternyata tidak semuanya dapat diambil sebagai objek penelitian. Ada beberapa KUD yang tidak bersedia memberikan data, dan kondisinya tidak layak lagi untuk dijadikan objek penelitian, misalnya:

 Tinggal memiliki satu unit usaha yang aktif, yaitu perlistrikan yang merupakan program pemerintah.

 Unit-unit usaha yang dikelola tidak berjalan sebagaimana mestinya.

 Pengurus tidak aktif, dan tidak pernah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

 Gedung rusak berat akibat gempa, dan belum mampu bangkit kembali untuk melaksanakan usaha secara rutin.

Tabel 4.2

KUD YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBJEK PENELITIAN

NO. KABUPATEN KUD

A.1 Sleman KUD Kecamatan Seyegan

2 KUD Kecamatan Godean

3 KUD Kecamatan Gamping

4 KUD Kecamatan Mlati

5 KUD Kecamatan Sleman

6 KUD Kecamatan Ngemplak

7 KUD Kecamatan Depok

8 KUD Kecamatan Pakem

(9)

10 KUD Kecamatan Moyudan

11 KUD Kecamatan Minggir

B. 12 Bantul KUD Kecamatan Bantul

13 KUD Kecamatan Srandakn

14 KUD Kecamatan Sanden

15 KUD Kecamatan Kretek

16 KUD Kecamatan Pandak

17 KUD Kecamatan Pajangan

18 KUD Kecamatan Sedayu

19 KUD Kecamatan Banguntapan

20 KUD Kecamatan Pleret

21 KUD Kecamatan Kasihan

C. 22 Kulonprogo KUD Kecamatan Nanggulan

23 KUD Kecamatan Lendah

24 KUD Kecamatan Panjatan

25 KUD Kecamatan Samigaluh

26 KUD Kecamatan Kalibawang

27 KUD Kecamatan Temon

28 KUD Kecamatan Galur

29 KUD Kecamatan Sentolo

30 KUD Kecamatan wates

31 KUD Kecamatan Pengasih

D. 32 Guningkidul KUD Kecamatan Ponjong

33 KUD Kecamatan Panggang

34 KUD Kecamatan Rongkop

35 KUD Kecamatan Saptosari

36 KUD Kecamatan Semanu

37 KUD Kecamatan Playen

38 KUD Kecamatan Karangmojo

39 KUD Kecamatan Paliyan

40 KUD Kecamatan Nglipar

41 KUD Kecamatan Wonosari

42 KUD Kecamatan Tepus

43 KUD Kecamatan Semin

Dengan mempertimbangkan keadaan KUD tersebut, maka penelitian ini hanya mengambil 43 KUD yang dipandang masih aktif melakukan kegiatan usaha secara rutin dan layak dijadikan objek penelitian. Ke 43 KUD ini dapat dilihat pada Tabel 2. Meskipun demikian penelitian ini tetap menggunakan pendekatan populasi, atau penelitian sensus.

(10)

Ketua BP, diambil seluruhnya dari 43 KUD sampel di DIY, sehingga jumlahnya ada 43 orang. Untuk responden manajer, diambil seluruh manajer KUD yang menjadi objek penelitian, yang berjumlah 43 orang. Untuk responden karyawan, setiap KUD diambil 5 orang, sehingga jumlah responden karyawan ada 215 orang. Untuk responden anggota, setiap KUD diambil 10 orang sehingga jumlah responden anggota ada 430 orang. Selanjutnya untuk tokoh masyarakat desa diambil 1 orang dari desa di mana KUD sampel berada, sehingga jumlahnya ada 43 orang. Distribusi responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

JUMLAH SAMPEL RESPONDEN KETUA BP, MANAJER, KARYAWAN DAN ANGGOTA KUD SERTA TOKOH MASYARAKAT DESA

PER KABUPATEN

Kabupaten Juml.

KUD Juml.KaBP ManajerJuml. KaryawanJuml. AnggotaJuml. Juml.TMD.

Sleman 11 11 11 55 110 11

Gunungkidul 12 12 12 60 120 12

Bantul 10 10 10 50 100 10

Kulonprogo 10 10 10 50 100 10

J u m l a h 43 43 43 215 430 43

Untuk menentukan responden Ketua BP dan manajer, digunakan teknik populasi (sensus), sedangkan untuk menentukan sampel tokoh masyarakat desa sekitar KUD digunakan teknik purposive sampling dengan memperhatikan wawasan dan pengetahuan tokoh tersebut terhadap kehidupan KUD. Untuk menentukan sampel karyawan digunakan teknik random sampling dengan undian. Hal ini mengingat jumlah karyawan dalam setiap KUD antara 6 s.d. 16 orang. Selanjutnya untuk menentukan sampel anggota digunakan teknik purposive sampling dengan memperhatikan anggota yang aktif dan mampu memahami isi angket.

4.1 Variabel Penelitian

(11)

klasifikasi variabel sebagai acuan kerangka berpikir deduktif dan eksploratif melalui kajian empirik untuk sebuah kesimpulan induktif (Sugiyono, 2005:3).

4.3.1 Klasifikasi Variabel

Berdasarkan model kerangka konseptual seperti digambarkan pada Bab 3, maka variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Kemampuan Manajer KUD sebagai variabel eksogen atau variabel bebas yang pertama (X1).

3. Motivasi Manajer KUD sebagai variabel eksogen atau variabel bebas yang ke dua (X2).

1. Gaya Kepemimpinan Konsiderasi Pengurus KUD sebagai variabel eksogen atau variabel bebas yang ke tiga (X3).

4. Budaya Organisasi KUD sebagai variabel eksogen atau variabel bebas ke empat (X4)

5. Kinerja Manajer KUD sebagai variabel endogen pertama yang juga sebagai variabel intervening (Y1).

6. Keberhasilan Organisasi KUD sebagai variabel endogen atau variabel terikat ke 2 (Y2). Variabel ini dikelompokkan ke dalam 4 (empat) indikator yaitu: partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan anggota (Y2..1), partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar KUD (Y2..2), partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian nasional (Y2..3), serta besarnya bagian SHU anggota rata-rata per orang (Y2..4).

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan klasifikasi variabel tersebut, dapat dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel sebagai berikut.

(12)

Aplikasi ke tujuh kemampuan dalam mengelola perusahaan KUD inilah yang selanjutkan dijabarkan dalam instrumen penelitian, dan digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan manajer KUD.

2. Motivasi manajer KUD (X2) adalah alasan atau faktor-faktor yang mendorong seseorang (manajer) bersedia memangku jabatan sebagai manajer KUD dengan berbagai konsekuensinya. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi ini adalah kepuasan kerja (job content) yang meliputi: prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan daya tarik pekerjaan, serta keadaan pekerjaan (job context) yang meliputi: upah, keselamatan kerja, kenyamanan kerja, status, dan mutu hubungan antar individu. Aspek-aspekitu selajutnya dijabarkan dalam instrumen penelitian, dan digunakan untuk mengukur motivasi manajer KUD.

3. Gaya Kepemimpinan Konsiderasi Pengurus (X3) yang dimaksud di sini adalah gaya kepemimpinan consideration yang diaktualisasikan oleh ketua pengurus KUD. Gaya kepemimpinan ketua pengurus ini dilhat intensitasitasnya (bobotnya) berdasarkan persepsi karyawan KUD. Intensitas gaya kepemimpinan consideration ini diukur melalui pemberian kesempatan berpartisipasi, pemberian motivasi, dan suasana hubungan kerja yang manusiawi. Ketiga aspek dari gaya kepemimpinan ini kemudian dijabarkan dalam instrumen penelitian.

4. Budaya Organisasi KUD (X4) adalah nilai-nilai dan kebiasaan yang merupakan sistem makna bersama yang disepakati dalam organisasi KUD dan menjadi pedoman perilaku seluruh SDM (pengurus, badan pengawas, dan karyawan) KUD dalam menjalankan tugasnya. Kadar Budaya organisasi yang hidup dalam KUD ini diukur menurut persepsi karyawan terhadap tujuh karakteristik budaya organisasi, yaitu inovasi dan pengambilan risiko; perhatian kepada rincian tugas; orientasi hasil; orientasi individu; orientasi tim; keagresifan, dan kemantapan/ stabilitas. Ke tujuh karakteristik ini kemudian dijabarkan dalam instrumen penelitian.

(13)

dengan tingkat produktivitas, kepuasan kerja, dan tingkat kemang-kiran manajer KUD. Ketiga aspek itu selanjutnya dijabarkan dalam instrumen penelitian.

6. Keberhasilan Organisasi KUD (Y2) adalah tingkat ketercapaian tujuan organisasi KUD seperti yang tertuang dalam UU Koperasi No. 25 Tahun 1992. Variabel ini dilihat dari empat indikator, yaitu partsipasi KUD dalam meningkatan kesejahteraan anggota KUD (Y2.1), partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar KUD (Y2..2), partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian nasional (Y2..3), bagian SHU anggota rata-rata per orang (Y2..4). Partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan anggota diukur melalui persepsi anggota terhadap kemanfaatan ekonomi yang diterima anggota dari KUD, serta tingkat kepuasan anggota terhadap layanan ekonomi KUD. Makna kemanfaatan ekonomi dan kepuasan anggota terhadap layanan KUD tersebut kemudian dijabarkan dalam instrumen. Partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar diukur berdasarkan pendapat tokoh masyarakat sekitar KUD yang bersangkutan. Partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian nasional diukur berdasarkan pendapat Ketua BP (Badan Pengawas) KUD yang bersangkutan. Selanjutnya tentang bagian SHU rata-rata per anggota dihitung melalui laporan keuangan KUD yang bersangkutan. Dalam hal ini, SHU yang digunakan adalah SHU setelah pajak dibagi dengan jumlah angota KUD yang bersangkutan.

4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner (angket) yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu angket yang ditujukan kepada Ketua BP, manajer, karyawan, anggota KUD, serta angket yang ditujukan kepada tokoh masyarakat desa sekitar KUD. Angket ini disusun dalam bentuk pernyataan dengan jawaban yang telah disediakan. Dengan kata lain, angket ini merupakan daftar pernyataan dengan pilihan jawaban yang tertutup.

(14)

tentang motivasi manajer KUD. Angket yang ditujukan kepada karyawan KUD digunakan untuk mengumpulkan data tentang gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus, kemampuan dan kinerja manajer, serta budaya organisasi KUD. Angket yang ditujukan kepada anggota KUD ditujukan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan anggota KUD. Selanjutnya angket yang ditujukan kepada tokoh masyarakat desa digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar KUD.

Instrumen yang berupa angket (kuesioner) ini, untuk setiap butir pernyataan diberikan 5 (lima) alternatif jawaban bertingkat. Tingkat yang paling rendah diberi skor 1, dan yang paling tinggi diberi skor 5. Penyekoran jawaban ini menggunakan Skala Likert dengan lima tingkatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4

PENYEKORAN JAWABAN

No. Jawaban Skor

1

2 3 4 5

Sangat setuju / Sangat baik

Setuju / Baik

Tidak tahu / Sedang Tidak setuju / Tidak baik

Sangat tidak setuju / Sangat tidak baik

5

4

3

2

1

(15)

Dengan cara penyekoran tersebut, berarti nilai terendah adalah 1,0000 dan nilai tertingi adalah 5,0000, dengan jarak interval = 4,0000. Selanjutnya untuk kepentingan analisis deskriptif, disusun kriteria pengukur-an persepsi responden terhadap variabel penelitian seperti nampak pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

KRITERIA PENGUKURAN PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP VARIABEL ENELITIAN

Skor Kriteria

> 4,2001 Sangat baik / Sangat tinggi 3,4001 – 4,2000 Baik / Tinggi

2,6001 – 3,4000 Sedang

1,8001 – 2,6000 Tidak baik / rendah

<1,8000 Sangat tidak baik/Sangat rendah

Oleh karena angket dikembangkan berdasarkan konsep teoritis yang disebut variabel, maka sebelum disebarkan kepada rsponden, angket telah diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gozali (2005:41), bahwa sebelum disebar-luaskan kepada responden, angket harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya Ghozali (2005: 41-45) menyatakan bahwa validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu alat ukur (angket) dapat dinyatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Sementara itu reliabilitas diartikan sebagai konsistensi (keajegan) hasil pengukuran. Suatu alat ukur (angket) dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten (relatih tidak berbeda) bila dilakukan pengukuran kembali kepada subjek yang sama.

(16)

cronbach’s alpha. Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2005:42), instrumen dikatakan reliabel jika nilai koefisien cronbach’s alpha ≥0,60. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Bab 5.

Di samping angket, dalam penelitian ini juga digunakan instrumen dokumentasi. Dokumen yang digunakan adalah Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus KUD Tahun Anggaran terakhir (2006), terutama yang menyangkut laporan keuangan KUD. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang SHU anggota rata-rata per orang. Data tentang SHU ini akan merupakan data rasio.

4.5 Lokasi Penelitian

Peneltian ini dilakukan terhadap KUD-KUD yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih beroperasi secara normal sampai dengan tahun 2006. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas keadaan KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta yang cenderung tidak berkembang (stagnan) Kalaupun dikatakan berkembang, perkembangannya masih sangat memprihatinkan. Sementara itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak terdapat pakar ekonomi yang sebenarnya memiliki kompetensi untuk melakukan perbaikan-perbaikan atau pembangunan di bidang perkoperasian. Hal inilah yang kemudian menarik untuk dikaji sebagai permasalahan KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.

Perlu diketahui bahwa KUD masih diperlukan oleh masyarakat pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wadah kegiatan ekonomi mereka. Hal ini wajar, karena kegiatan ekonomi mereka hampir tidak mungkin terwadahi dalam suatu bentuk badan usaha seperti Firma, CV, ataupun PT. Untuk itulah kiranya perlu dikaji secara serius permasalahan yang dihadapi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui suatu penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan adpat menjadi suatu landasan yang akurat guna mengambil kebijakan-kebijakan dalam pembinaan pembangunan KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

(17)

pernyataan dengan pilihan jawaban tertutup digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel kemampuan manajer, motivasi manajer, gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus, dan budaya organisasi KUD, kinerja manajer KUD serta variabel keberhasilan organisasi KUD yang meliputi indikator partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar KUD, dan partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian nasional. Sementara itu dokumen digunakan untuk mengumpulkan data tentang SHU rata-rata per anggota KUD.

Sumber data untuk variabel motivasi manajer adalah para manajer KUD. Sumber data untuk variabel gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus, kinerja dan kemampuan manajer, serta budaya organisasi KUD adalah karyawan KUD. Sumber data untuk variabel keberhasilan organisasi KUD dikelompokkan menjadi empat. Untuk indikator (1) partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, sumber datanya adalah anggota KUD. Untuk indikator (2) partisipasi KUD dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar KUD, sumber datanya adalah tokoh masyarakat desa di mana KUD berada. Untuk indikator (3) partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian nasional, sumber datanya adalah Ketua BP KUD. Sementara itu untuk indikator (4) besarnya SHU rata-rata per anggota, sumber datanya adalah dokumen (laporan pertanggung-jawaban pengurus KUD tahun anggaran 2006).

(18)

4.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Path Analysis (Analisis Jalur) yang memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Solimun (2002;23) path analysis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Input data: data diperoleh dari observable variable atau skor faktor dari indikator variabel, dan data tersebut merupakan data standardize.

2. Metode estimasi: model penelitian memenuhi model rekursif, sehingga dapat digunakan OLS (Ordinary Least Square) pada setiap persamaan.

3. Out put: model lintasan atau jalur-jalur pengaruh.

4. Keguanaan: untuk eksplanasi faktor determinan, yaitu untuk menentukan variabel mana yang berpengaruh secara dominan, atau jalur mana yang berpengaruh lebih kuat.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut kiranya data dan model penelitian ini sangat cocok untuk dianalisis dengan teknik path analysis (analisis jalur). Analisis jalur yang dioperasikan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis jalur menurut Solimun (2002; 48-56) adalah sebagai berikut.

Langkah ke 1: Pengembangan model berdasarkan konsep dan teori.

Langkah ini digunakan untuk mencari atau mengembangkan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Artinya pengembangan model teoritis ini didasarkan pada serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. Secara teoritis, hubungan antar variabel yang saling berpengaruh dapat dijelaskan sebagai berikut.

(19)

2. Variabel motivasi manajer berpengaruh terhadap kinerja manajer KUD (Maslow dalam Robbins, 1996:199 ; Herzberg dan Mc Gregor dalam Indrawan, R., 1998:45 ; Mc Cleland dan Vroom dalam Gitosudarmo dan Sudita., 2000:32/42) 3. Gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus berpengaruh terhadap kinerja manajer

KUD (Hersey – Blanchard, 1992:176 ; Thoha, M., 1996:265 ; Dharma, 1984:37) 4. Variabel budaya organisasi KUD berpengaruh terhadap kinerja manajer KUD

(Schein dalam Yukl, 1994:299 ; Robbins, 2003:305)

5. Variabel kemampuan manajer berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi KUD (Gibson et al., 1994:54 ; Steers- Porter, 1977:58)

6. Variabel motivasi manajer berpengaruh terhadap keberhasilan organi-sasi KUD (Mc Gregor dalam Manullang, 2001:112 ; Herzberg dalam Manullang, 2001, 120 ; Herzberg dalam Indrawan, R., 1998:45)

7. Variabel gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi KUD (Thoha, M., 1996:247 ; Davis-Newstroom, 1996:166).

8. Variabel budaya organisasi berpengaruh terhadap keberhasilan organi-sasi KUD (Robbins, 2003:319)

9. Variabel kinerja manajer berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi KUD (Tracy dalam Indrawan, R., 1998:73; Prawirosentoso, 1999:2; Gibson et al., 1994:20 ; Sterrs – Porter, 1977:9 ; Simanjuntak, P.C., 2001:1)

Berdasarkan pengaruh antar variabel secara teoritis tersebut disusunlah suatu model dalam bentuk diagram path seperti Gambar 4.1.

Ε1 E2 Pe2

P1 P5 Pe1

Kemampuan Manajer KUD

( X1 )

Motivasi Manajer KUD

(20)

P6 P2

P9

P3

P7

P4 P8

Gambar 4.1: DIAGRAM PATH PENELITIAN

Model tersebut dapat juga dinyatakan dalam bentuk persamaan dengan membentuk sistem persamaan simultan sebagai berikut.

1. Y1 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + ε1

2. Y2.1 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 Y1 + ε2 Y2.2 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 Y1 + ε2 Y2.3 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 Y1 + ε2 Y2.4 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 Y1 + ε2

KETERANGAN:

1. X1 : Kemampuan Manajer KUD. 2. X2 : Motivasi Manajer KUD.

3. X3 : Gaya Kepemimpinan Konsiderasi Pengurus KUD. 4. X4 : Budaya Organisasi KUD.

5. Y1 : Kinerja Manajer KUD.

6. Y2 : Keberhasilan Organisasi KUD. Gaya

Kepemim-pinan Pengurus KUD ( X3 )

Budaya Organisasi KUD

( X4 )

Kinerja Mana-jer KUD ( Y1 )

Keberhasila n Organis KUD ( Y2 )

SHU (Y2.4) PKMS

(Y2.2)

(21)

Y2.1 : Partisipasi KUD dalam meningkatan Kesejahteraan Anggota. Y2.2 :Partisipasi KUD dalam meningkatan Kesejahteraan kat sekitar KUD.

Y2.3 : Partisipasi KUD dalam membangun tatanan perekonomian sional yang demoratis.

Y2.4 : Bagian SHU anggota rata-rata per orang.

Apabila sudah dibakukan, persamaannya adalah sebagai berikut. 1. ZY1 = P1 ZX1 + P2 ZX2 + P3 ZX3 + P4 ZX4 + ε1

2. ZY2.1 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2 ZY2.2 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2 ZY2.3 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2 ZY2.4 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2

Model tersebut pada dasarnya merupakan model hipotetik penelitian, karena dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penetian dan berbasis pada teori.

Langkah ke 2: Pengujian asumsi yang melandasi.

Langkah ini akan menguji asumsi yang melandasi path analysis. Adapun asumsi tersebut adalah:

1. Di dalam model path analysis, pengaruh antar variabel adalah linier dan aditif. 2. Path analysis hanya dapat dilakukan untuk sistem aliran kausal satu arah (model

rekursif), sedangkan model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan path analysis.

3. Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval.

4. Pengukuran oserved variable tidak ada kesalahan (instrumen penelitian harus valid dan reliabel).

5. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan konsep dan teori yang relevan.

Berdasarkan hubungannya, model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikatakan merupakan model rekursif. Data variabel endogennya pun

(22)

Langkah ke 3: Pendugaan Parameter (Penghitungan Koefisien Path)

Penghitungan koefisien pada diagram path dapat dijelaskan melalui arah anak panah. Untuk anak panah satu arah ( ) digunakan penghi-tungan regresi variabel secara parsial pada masing-masing persamaan. Metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square, karena modelnya yang rekursif. Dari penghitungan ini diperoleh koefisien path pengaruh langsung (koefisien Pi). Di

samping pengaruh langsung, dalam analisis path juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dihitung dengan cara :

1. Pengaruh langsung X1 ke Y1 = P1 2. Pengaruh langsung X2 ke Y1 = P2 3. Pengaruh langsung X3 ke Y1 = P3 4. Pengaruh langsung X4 ke Y1 = P4 5. Pengaruh langsung X1 ke Y2 = P5 6. Pengaruh langsung X2 ke Y2 = P6 7. Pengaruh langsung X3 ke Y2 = P7 8. Pengaruh langsung X4 ke Y2 = P8 9. Pengaruh langsung Y1 ke Y2.1 = P9.1 Pengaruh langsung Y1 ke Y2.2 = P9.2 Pengaruh langsung Y1 ke Y2.3 = P9.3 Pengaruh langsung Y1 ke Y2.4 = P9.4

(23)

Pengaruh tidak langsung X3 ke Y2.3 melalui Y1 = P3 x P9.3 Pengaruh tidak langsung X3 ke Y2.4 melalui Y1 = P3 x P9.4 13. Pengaruh tidak langsung X4 ke Y2.1 melalui Y1 = P4 x P9.1 Pengaruh tidak langsung X4 ke Y2.2 melalui Y1 = P4 x P9.2 Pengaruh tidak langsung X4 ke Y2.3 melalui Y1 = P4 x P9.3 Pengaruh tidak langsung X4 ke Y2.4 melalui Y1 = P4 x P9.4

14. Pengaruh total merupakan penjumlahan dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.

Pendugaan parameter dengan metode OLS dihitung melalui analisis regresi (dengan software SPSS) yang dilakukan pada masing-masing persamaan secara parsial. Dari sini diperoleh nilai masing-masing parameter yang dapat digunakan untuk membentuk model persamaan yang dirumuskan sebagai berikut.

Pertama: regresi untuk persamaan Y1

Y1 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + ε1 atau ZY1 = P1 ZX1 + P2 ZX2 + P3 ZX3 + P4 ZX4 + ε1

Kedua: regresi untuk persamaan Y2 yang terdiri dari Y2.1 , Y2.2 , Y2.3 dan Y2.4 Untuk Y2.1 :

Y2.1 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 Y1 + ε2 atau ZY2.1 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2

Untuk Y2.2 :

Y2.2 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 Y1 + ε2 atau ZY2.2 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2

Untuk Y2.3 :

Y2.3 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 Y1 + ε2 atau ZY2.3 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2

Untuk Y2.4 :

Y2.4 = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 Y1 + ε2 atau ZY2.4 = P5 ZX1 + P6 ZX2 + P7 ZX3 + P8 ZX4 + P9 ZY1 + ε2

(24)

_____ Pei = √ 1 - Ri²

Langkah ke 4: Pengujian Validitas Model

Untuk melihat kesahihan suatu hasil analisis perlu dilihat terpenuhinya asumsi yang melandasi analisis tersebut. Adapun asumsi yang melandasi

adalah sebagai berikut.

1. Di dalam model path analysis, pengaruh antar variabel adalah linier dan aditif. 2. Path analysis hanya dapat dilakukan untuk sistem aliran kausal satu arah (model

rekursif), sedangkan model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan path analysis.

3. Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval.

4. Pengukuran oserved variable tidak ada kesalahan (instrumen penelitian harus valid dan reliabel).

5. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan konsep dan teori yang relevan.

Ada dua indikator validitas model di dalam path analysis, yaitu koefisien determinasi total dan theory trimming.

1. Koefisien Determinasi Total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan cara sebagai berikut.

Rm² = 1 – Pe1² Pe2² ... Pep²

Dalam hal ini, interpretasi terhadap Rm² sama dengan interpretasi terhadap koefisien determinasi (R²) pada analisis regresi.

2. Theory Trimming

Uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung pada dasarnya sama dengan pada regresi, yaitu menggunakan nilai p dari uji t. Dalam hal ini, pengujian koefisien regresi variabel dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory trimming, jalur-jalur yang tidak signifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empirik.

(25)

Pada langkah ini, kegiatan pertama adalah memperhatikan validitas model. Kemudian menghitung pengaruh total dari setiap variabel yang memiliki pengaruh kausal ke variabel endogen. Apabila analisis path telah dilakukan berdasarkan sampel, maka nalisis path dapat dimanfaatkan untuk:

1. menjelaskan fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.

2. memprediksi nilai variabel endogen berdasarkan nilai variabel eksogen, yang mana predikdi dengan path analysis tersebut bersifat kualitatif.

3. menentukan variabel eksogen yang berpengaruh secara dominan terhadap variabel endogennya melalui faktor determinan. Di samping itu juga dapat untuk menelusuri jalur-jalur pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel endogennya.

Gambar

Tabel 4.2KUD YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBJEK PENELITIAN
Tabel 4.4
Tabel 4.5KRITERIA PENGUKURAN PERSEPSI RESPONDEN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh data kuantitatif tentang jenis mikroorganisme indigen yang dapat

This paper elucidates some urgent reasons why critical thinking (CT) instruction is worth-integrating into EFL instruction in the context of Indonesian higher education.

[r]

Berdasarkan dengan Hasil Evaluasi Kualifikasi Pekerjaan PENGADAAN DAN PEMASANGAN LPJU (DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA) maka kami Pokja 08 Unit

Basic competence : Students can operate elementary mathematics built-in function, relation operators and logical variables in MATLAB6. Indicator

Sampel: sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sesungguhnya dalam suatu penelitian.. Pengambilan sampel dilakukan

melakukan sosialisasi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tingkatan rumah tangga guna menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian. Pencapaian Misi MDGs PHBS DI

Pemanfaatan Kembali Zeolit Alam Setelah Mengalami Proses Regenerasi Sebagai Penyerap Logam Cu (Tembaga) Dan Zn (Seng) Di Dalam Air Limbah Industri Pertambangan Emas.. Water