• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menata Kembali Ideologi Pergerakan Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menata Kembali Ideologi Pergerakan Mahasiswa"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah

Export date: Sun Sep 3 7:16:04 2017 / +0000 GMT

Menata Kembali Ideologi Pergerakan Mahasiswa

LINK DOWNLOAD [26.63 KB]

MENATA KEMBALI IDEOLOGI PERGERAKAN MAHASISWA

Mengembalikan Titah Mahasiswa Sebagai Agent of Change oleh:

M. NELZA MULKI IQBAL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Dunia pergerakan pemuda di Indonesia memang sebuah kenyataan yang menarik untuk dikaji. Berbagai macam ideologi, bahasa, agama, budaya, keyakinan, bahkan keinginan yang memang sudah menjadi representasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang bhinneka menjadi sebuah factor yang sulit terelakkan dalam menghadang berbagai pola pikir manusia Indonesia. Dan dalam setiap era perubahan besar bangsa ini, semuanya sepakat bahwasanya peran serta mahasiswa sebagai agen pembaharu yang senantiasa memberikan kontribusi besarnya dalam menentukan arah pembaharuan dan pergerakan bangsa dan Negara.

Tokoh-tokoh besar yang menjadi catatan sejarah bangsa ini lahir dari generasi-generasi ini, catat saja Soekarno, Hatta, Syahrir, Natsir dan lainnya menjadi motifator dan penggerak kemerdekaan indonesia. Dengan pemikiran yang progresif dan ideologis mereka mempunyai idealisme besar dalam mengawali pendirian negara ini. Begitu pula pergerakan mahasiswa angkatan'66 dan malari yang terkenal dengan reformasinya untuk menurunkan rezim otoriter Orde lama ataupun mahasiswa angkatan'98 yang terkenal sebagai pahlawan reformasi.

Terserah bagaimana cara memandang idealisme mereka sehingga mereka mampu memiliki semangat dan kekuatan untuk melakukan revolusi ataupun reformasi sosial, tapi yang jelas patut diacungi jempol adalah semangat mereka dalam mengusung perubahan dan pemikiran besar mereka menatap masa depan.

Sebutan sebagai mahasiswa sebenarnya mengacu pada sekelompok kaum muda terpelajar yang memang prosentasenya hanya sekian persen dari total keseluruhan warga Indonesia. Mahasiswa ibarat sebuah komunitas minoritas terdidik negeri ini. Disebut minoritas karena prosentasinya yang sangat sedikit diantara 200 juta lebih rakyat Indonesia., Namun sejarah telah mencatat banyak goresan tentang peran mahasiswa dalam berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai proses perubahan besar yang terjadi di negeri ini pun hampir sebahagian besar di pelopori oleh kalangan ma-hasiswa. Peran sebagai Agent of change (agen perubah) dan iron stock (cadangan masa depan) adalah sebuah harapan berat yang tertumpu di pundak kita dan hal tersebut membutuhkan kerja ? kerja riil kita sebagai mahasiswa. Peran inilah yang semestinya diyakini agar kita sebagai mahasiswa terus melakukan refleksi atas kontribusi kita bagi negeri ini.

Tapi bagaimana sekarang,??.? Kemarin mungkin kita saksikan berita tawuran mahasiswa, ada yang pakai batu, sajam, bahkan ada juga yang pakai senjata rakitan. Hari ini mungkin kita akan melihat berita unit kegiatan mahasiswa dikampus dijadikan tempat pesta Narkoba. Atau mungkin lusa kita akan mendengar mahasiswa melakukan pesta seks dan hura-hura yang jamak kita saksikan disekitar kita. Belum lagi setelah lulus bingung mencari kerja menjadi pengangguran intelektual yang semakin menjadi beban bagi negara. Dan nanti mungkin kita saksikan mereka menjadi tersangka korupsi, kolusi dan sebangsanya, ketika sudah duduk

disinggasana pemerintah.

Ya, seiring waktu peran sosial-politik mahasiswa ?tidak lagi diminati?. Gambaran mahasiswa hari ini adalah agen-agen budaya populer-massa di mana kapitalisme global bersenyawa dalam membentuk budayanya. Mahasiswa hanya sibuk mengurusi

pernak-pernik gaya hidup yang ditimba dari televisi dan majalah-majalah gaya hidup. Hari-hari mereka disibukkan dengan aktivitas berburu pakaian, handphone, sepatu, tas, serta aksesoris-aksesoris gaya hidup seri terbaru. Mereka lebih betah berada di mall-mall dan tempat-tempat belanja lainnya. Mereka lebih kerap membicarakan gosip seputar selebritis, pacar baru, produk-produk gaya hidup paling trend yang mengarah pada sikap hedonisme tinimbang bercakapmata kuliah atau fenomena sosial-politik yang perlu dikritik, dianalisa, dan diperjuangkan melalui sebuah wujud pergerakan pasti.

Mahasiswa sebagai agent of change saat ini seolah hanya menjadi buah mitos masa lalu. Mahasiswa hari ini disibukkan dengan aktivitas konsumtivisme. Mall telah jadi kampus. Majalah gaya hidup menjadi diktat dan anjuran ideologi. Ada apa dengan mahasiswa hari ini? Sedihnya, belakangan, semakin muda usia mereka, biasanya mahasiswa makin egois. hanya memikirkan diri sendiri. ngakunya aktivis BEM, himpunan, tapi setiap ada rapat, tidak pernah hadir dan selalu hadir dengan satu alasan klise besok/lusa ada tugas?ah, mengapresiasikan suara yang dipercayakan teman-teman jurusan/fakultas aja belum bisa dipertanggung jawabkan, bagaimana mau merubah dunia?Yang lebih membuat hati miris? sekarang sepertinya virus ini sedang marak di kalangan

(2)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah

Export date: Sun Sep 3 7:16:04 2017 / +0000 GMT

mahasiswa : kuliah cepet, nilai bagus, cari kerja, hidup nyaman, kaya raya?!!!

Karena itu sudah selayaknya mahasiswa melakukan revitalisasi internal dalam diri mereka, mereka perlu mengingat bahwasanya sampai kapanpun perubahan dan perbaikan bangsa dan negara ini memerlukan pemikiran dan tenaga mereka. Para mahasiswa hendaknya melakukan gerakan moral dengan menata kehidupan mereka yang mencerminkan akhlak dan intelektual sebagai generasi terdidik, memperkuat keyakinan mereka adalah sebagai ideolog dan pemikir, menghidupkan idealisme mereka mampu menghindari kebobrokan moral dan mental bagaikan karang menatap masa depan di front terdepan.

Saat ini barangkali sudah banyak tulisan-tulisan dari berbagai tokoh yang berusaha membangkitkan kembali apa itu arti pergerakan mahasiswa dan sebesar apa pengaruhnya. Namun yang menjadi masalah adalah minimnya contoh kongkrit, terbatasnya bukti nyata mengenai pergerakan mahasiswa dewasa ini . Oleh karena itu, mengutip bahasa iklan talk less do more,.. marilah kita benahi ideology dan cara pandang kita sebagai mahasiswa yang tercap besar di jidat masing-masing sebagai agen perubahan untuk lebih baik kedepan. Perjuangan masih belum berhenti, bangsa Indonesia masih butuh penyambung lidah rakyat baru yang mengerti, bijak, dan peduli terhadap nasibnya. Demo memang tidak selalu membawa solusi, tapi diam saja juga bukan solusi. Kita hidup sekali, buatlah berarti. Bergeraklah mahasiswa, setiap peluh dan keringat mu mengalir doa rakyat Indonesia yang haus akan perubahan. Bangkit dan bersatulah Mahasiswa Indonesia! Bukalah matamu! Bukalah Telingamu! Teriakkanlah Mulutmu! Tunjukkan bahwa Mahasiswa pantas dikatakan sebagai Agent of Change!! Bangunlah Mahasiswa, Majulah Bangsaku!!!

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan tepung temulawak dengan level 1% - 3% dalam ransum sangat nyata menurunkan konsumsi, pertambahan bobot badan, IOFC, dan menaikkan konversi ransum itik peking umur 1–

1) Permainan ini dibuat menggunakan Construct 2 dan dapat berjalan baik pada sistem operasi Android, serta hasil dari pengujian permainan dengan menggunakan metode black- box

[r]

 mengamati gambar dan teks di buku siswa tentang benda hidup yang dapat berpindah sendiri  bermain melempar dan. menangkap

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada praktek patoho dari barang ke uang yang di lakukan oleh masyarakat Desa Sangga Kecamatan Lambu Kabupaten Bima telah

Kegiatan PPL 2 tahun 2012 di SMA Negeri 5 Magelang dilaksanakan selama kurang lebih 12 minggu. Dalam pelaksanaannya praktikan menjalankan kegiatan praktik mengajar kurang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata- rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VB (kelas

Secara keseluruhannya, kepelbagaian definisi sastera Islami yang dikemukakan oleh para sarjana dunia Arab mahupun alam Melayu tidak menghalang kepada satu