• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PENYUSUNA KTSP SMA KURIKULUM 2013 JAWA TENGAH 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PANDUAN PENYUSUNA KTSP SMA KURIKULUM 2013 JAWA TENGAH 2016"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 digulirkan sebagai langkah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

yang telah diberlakukan pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Berdasarkan, Surat Edaran Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013, tanggal 8 November 2013, perihal

Implementasi Kurikulum 2013 dan Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri No 420/176/SJ

dan Mendikbud No 0258/MPK.A/KR/2014 tgl 9 Januari 2014 perihal Implementasi kurikulum

2013, maka diperlukan suatu acuan yang dapat menjadi panduan sekolah pelaksanan kurikulum

2013 dalam menyusun KTSP yang sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013.

Elemen perubahan kurikulum 2013 difokuskan pada empat standar yaitu Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Dengan demikian perubahan akan

terjadi pada penyesuaian beban belajar, penguatan proses, pendalaman dan perluasan materi,

penataan pola pikir dan tata kelola, serta program peminatan maupun lintas minat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 Tentang Perubahan kedua

atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

mengamanatkan setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk

menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang berfungsi sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang mencakup

tiga domain, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus terintegrasi, serta dapat menggambarkan kesesuaian dan kekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan

pendidikan dan peserta didik. Pemberlakuan Kurikulum 2013 bagi sekolah - sekolah memerlukan

panduan dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan, dengan menyesuaikan

dengan regulasi yang terkait. Untuk keperluan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA

menyusun naskah Panduan Pengembangan KTSP SMA

B. Tujuan

Pedoman/Panduan Penyusunan dan Pengelolaan KTSP bertujuan:

1. Menjadi acuan operasional bagi kepala sekolah dan guru dalam menyusun dan

(2)

2. Menjadi acuan operasional bagi dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota di Jawa

Tengah dalam melakukan koordinasi dan supervisi penyusunan dan pengelolaan kurikulum

2013 di setiap satuan pendidikan SMA.

3. Pemangku kepentingan bidang pendidikan dalam membantu penyusunan kurikulum di

SMA.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Panduan Pengembangan KTSP SMA terdiri atas:

1. Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Landasan

Hukum.

2. Pengertian dan Acuan Pengembangan KTSP

3. Langkah Kerja Pengembangan dan Sistematika KTSP

4. Pelaksanaan dan Supervisi KTSP

D. Pengguna Panduan/Pedoman KTSP

Pedoman penyusunan KTSP ini digunakan dalam rangka penyusunan dan pengelolaan KTSP oleh:

1. Kepala sekolah; 2. Guru; dan

3. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.

E. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintan Daerah

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Wewenang antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang

(3)

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007

tentang Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

tentang Pembinaan Kesiswaan.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yang telah direvisi melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

Dasar dan Menengah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi,

yang telah direvisi dengan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi

Pendidikan dasar dan Menengah,

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar

Proses Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar

Penilaian Pendidikan.

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang

Kurikulum SMA/MA

16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP

SMA/MA

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang Ekstra kurikuler

18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang

Kepramukaan

19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang

Peminatan pada Pendidikan Menengah

20. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013;

21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan

Lokal

22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang telah direvisi melalui

(4)

23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang

Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah;

24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan

Menengah;

25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum;

26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 Tentang

Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti;

28. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015

Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah melalui Ujian Nasional, dan Penilaian Hasil

Belajar oleh Satuan Pendidikan melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan

pada SMP/M.Ts atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat. (Permen ini setiap tahun ajaran berganti).

29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

Proses

30. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian Pendidikan,

31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Menengah

32. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar dan Menengah dari BSNP Tahun 2006

33. Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/ KR/2013,

tanggal 8 November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013.

34. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri No 420/176/SJ dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 tgl 9 Januari 2014 perihal Implementasi

kurikulum 2013.

35. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan Aksara

Jawa;

36. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan

(5)

37. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 420/015552/2013 tanggal 30 Agustus 2013

tentang Pembelajaran Bahasa Jawa di Propinsi Jawa Tengah;

38. Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 424/13242 Tanggal 23 Juli

2013 Tentang Implementasi Muatan Lokal Bahasa Jawa di Jawa Tengah;

39. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 423.3/14995 tentang

Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/M.Ts, SMA/SMALB/MA dan SMK/MAK Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa

Tengah.

40. Dst…. Bila ada mulok kab./kota perlu dicantumkan dasar hukumnya, dan juga bila ada

mulok sekolah, dan regulasi lain-lain yang dikeluatkan oleh daerah kab/kota dan SK kepala

sekolah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan

(sekolah) perlu dicantumkan.

41. Kalau ada peraturan menteri yang berkaitan dengan kurikulum 2013 atau terkait dengan

KTSP yang belum dicantumkan mohon bisa dicantumkan dengan urutan sesuai ketentuan

(6)

BAB II

PENGERTIAN DAN ACUAN PENGEMBANGAN KTSP

A. Pengertian KTSP

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,

satuan pendidikan, dan peserta didik.

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang dikembangkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar Dan Struktur

kurikulum, dan pedoman-pedoman implementasi kurikulum.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bahan acuan dalam

pelaksanaan proses pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang

sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yaitu pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu

pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman

implementasi Kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan melibatkan

komite sekolah, dan kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan provinsi dan

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

B. Komponen KTSP

KTSP meliputi 3 dokumen, yaitu:

1. Dokumen I yang disebut dengan Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi,

tujuan, muatan kurikulum, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan. Dokumen

1 (Buku 1) dikembangkan oleh sekolah dibawah tanggung jawab kepala sekolah SMA yang

bersangkutan

2. Dokumen II yang disebut dengan Buku II KTSP berisi KI, KD dan silabus yang telah

dikembangkan, baik yang disusun oleh pusat, daerah maupun satuan pendidikan

3. Dokumen I I I disebut dengan Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan

Pembela-jaran (RPP) disusun oleh pendidik sesuai potensi, minat, bakat, dan kemampuan

(7)

Pendidikan Menengah, yang telah direvisi melalui Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses.

C. Konsep Pengembangan KTSP

Pengembangan KTSP SMA mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan peraturan

pendukung implementasi Kurikulum 2013, dikembangkan, ditetapkan dan dilaksanakan oleh

satuan pendidikan, sesuai potensi , kebutuhan, dan karakteristik masing masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP dilaksanakan di bawah koordinasi dan supervisi Dinas

Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, sehingga mengacu

kepada visi dan misi daerah.

D. Acuan pengembangan KTSP meliputi; 1. Acuan Operasional

1) Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian peserta didik

secara utuh, sehingga perlu dituangkan dalam KTSP, agar semua kegiatan yang

terkait pembelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.

2) Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi dan

kerukunan inter-umat dan antar-umat beragama, serta antar umat beragama

dengan pemerintah.

3) Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta

didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan

bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuh

kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk

memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI, melalui kegiatan terkait yang

diatur dan dituangkan dalam KTSP

4) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik

Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk meningkatkan

harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (sikap, pengetahuan,

dan keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun

dengan memperhatikan potensi, bakat, minat, serta tingkat perkembangan kecerdasan;

intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik, melalui berbagai kegiatan yang diatur dan dituangkan dalam KTSP.

(8)

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan warga negara

memperoleh pendidikan bermutu, yang dapat dituangkan dalam proses dan

mekanisme rekruitmen dan mutasi peserta didik.

6) Kebutuhan Kompetensi Masa Depan

Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas bidang keilmuan,

berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan berkolaborasi, meng-gunakan

pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola keuangan, kesehatan, dan

tanggung jawab warga negara. Hal tersebut dapat tertuang dalam komponen

kurikulum nasional, daerah, sekolah, maupun pengembangan diri.

7) Tuntutan Dunia Kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi

peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.

Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kecakapan

hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau memasuki dunia kerja. bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Hal tersebut antara lain dapat dikembangkan melalui pengembangan muatan lokal

maupun pengembangan diri.

8) Perkembangan IPTEKS

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis

pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.

Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian terhadap perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,

kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan

dengan perkembangan IPTEK, melalui pengaturan dalam kurikulum satuan

pendidikan.

9) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik

lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan

karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum

perlu memuat hal tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan

(9)

10)Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan

pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan

tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan

keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

11)Dinamika Perkembangan Global

Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada secara

individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara. Kemandirian sangat penting di

era globalisasi. Hubungan antar bangsa yang tidak lagi mengenal batas wilayah,

persaingan dalam pelaksanaan pasar bebas, menuntut kemandirian dan ketangguhan

daya saing, oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi yang siap menghadapi

persaingan dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain, yang mendasari

pengembangan KTSP.

12)Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya

masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkembangkan terlebih dahulu sebelum

mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

13) Karakteristik Satuan Pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan,

sehingga KTSP memiliki ke khasan satuan pendidikan.

Pada poin 1 s.d. 13 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam rangka menggunakan acuan konseptual tersebut didalam pengembangan KTSP masing-masing satuan pendidikan (sekolah)

2. Prinsip pengembangan KTSP

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi

sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta

(10)

didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini dan yang akan datang. Memiliki posisi

sentral berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.

2) Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan

kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan

keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah

pengembangan manusia seutuhnya.

3) Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan,

dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan

disajikan secara berkesinambungan antar jenjang pendidikan.

Pada poin 1 s.d. 3 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam rangka menggunakan prinsip pengembangan tersebut didalam pengembangan KTSP masing-masing satuan pendidikan (sekolah).

3. Prosedur operasional pengembangan KTSP

Prosedur operasional pengembangan KTSP sekurang-kurangnya meliputi langkah-langkah: a. Analisis yang mencakup:

1) analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;

2) analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan;

3) analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.

b. Penyusunan yang mencakup:

1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;

2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;

3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat

kelas;

4) penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;

5) penyusunan silabus muatan lokal atau mata pelajaran muatan lokal; dan

6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan

pembelajaran.

c. Penetapan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah.

(11)

BAB III

LANGKAH KERJA PENGEMBANGAN DAN SISTEMATIKA KTSP

A. Langkah Kerja Pengembangan KTSP

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan oleh Tim

Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah, dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan melibatkan

komite sekolah, dan guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan atau bimbingan

dan kerjasama dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota,dan instansi lain yang terkait.

Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah atau memperkaya

muatan kurikulum sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah, keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat.

Kurikulum Sekolah yang telah disusun harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah

setelah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

Memperhatikan prosedur operasional dan langkah kerja seperti diatas, pengembangan KTSP

jenjang SMA dapat digambarkan seperti pada bagan 1 berikut ini :

Bagan 1: Langkah Kerja Pengembangan KTSP Jenjang SMA

Pada bagan 1 di atas terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu; 1) Kegiatan Koordinasi dan Persiapan, 2) Pelaksanaan Pengembangan, 3) Supervisi, 4) Sosialisasi dan Implementasi, dan 5) Evaluasi.

Masing-masing kegiatan tersebut akan dijelaskan berikut ini. 1. Kegiatan Persiapan dan Koordinasi

Kegiatan persiapan yang dapat dilakukan antara lain;

(12)

a. Kepala SMA berkoordinasi dengan /pengawas membentuk atau melakukan revitalisasi

fungsi Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi pengarahan teknis untuk

melakukan proses pengembangan KTSP, antara lain tentang;

1. Evaluasi Kurikulum tahun sebelumnya, yang meliputi analisis keberhasilan,

kendala, dan kekurangan, baik pada dokumennya maupun dalam implementasinya.

2. Telaah regulasi yang relevan pengembangan Kurikulum Sekolah, antara lain implementasi Kurikulum 2013;

3. Analisis konteks, yaitu analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di sekolah, antara lain Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar

Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Standar Sarana dan

Prasarana, dan Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat pengembangan kurikulum sekolah,

difokuskan pada pencapaian kompetensi Kurikulum 2013 sesuai Visi dan Misi

sekolah. Manfaat pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai

acuan dalam implementasi kurikulum.

5. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum Sekolah terkait dengan pengembangan potensi peserta didik yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan,

dan keterampilan.

6. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan

pengem-bangan Kurikulum Sekolah.

b.

Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah selanjutnya menyusun rencana, jadwal,

materi, dan strategi pengembangan Kurikulum untuk tahun berjalan. Pada kegiatan ini

dapat melibatkan pengawas atau nara sumber lain yang kompeten, sehingga diperoleh

suatu pemahaman untuk diaplikasikan dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kegiatan

tersebut antara lain : Penyamaan persepsi terhadap Kurikulum 2013 berikut peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain PP No. 32 Tahun 2013, PP No. 13 Tahun 2015;

Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013

tentang Standar Isi, Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses, Permendikbud

Nomor 66 tentang Standar Penilaian, Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Permendikbud Nomor 103/2014;

Permendikbud Nomor 104/2014 yang sudah diperbaharui melalui Permendikbu No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada

Pendidikan Dasar dan Menengah;

c.

Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan keberhasilan dan kendala

(13)

kurikulum tahun sebelumnya, serta kemungkinan kendala dalam pelaksanaan Kurikulum

Sekolah yang akan disusun untuk tahun berjalan.

d.

Analisis kondisi riil sekolah terutama yang berkaitan dengan tenaga pendidik, sarana dan

prasarana yang akan dijadikan dasar dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat (lihat lampiran Mekanisme dan Prosedur Peminatan, Lintas Minat,

Pendalaman Minat). Hasil analisis tersebut merupakan gambaran kondisi riil sekolah,

terutama tentang ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta

sarana-prasarana sekolah sebagai acuan dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan

pendalaman minat.

e.

Perencanaan penambahan mata pelajaran kelompok Umum B, penambahan jam dan

mata pelajaran, sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah atau berdasarkan keputusan

kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing, misalnya penambahan Bahasa

Daerah. Penambahan ini dapat dipadukan pada mata pelajaran kelompok Umum B atau

berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Berdasarkan Peraturan

Gubernur Jawa Tengah No. 57 Tahun 2013 mata pelajaran mulok Bahasa Jawa berdiri

sendiri sebagai mata pelajaran, harus masuk dalam struktur kurikulum dengan alokasi waktu 2 jam per minggu pada setiap kelas.

f.

Penyusunan rencana program peminatan dan lintas minat untuk kelas X berdasarkan hasil

analisis tenaga pendidik, kondisi sarana- prasarana, dan hasil angket peserta didik kelas X

tentang minat dan lintas minat (lihat lampiran tentang mekanisme dan prosedur

peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat).

2. Pengembangan KTSP

Hasil analisis pada kegiatan persiapan dan koordinasi, dijadikan bahan dan materi, serta

strategi pengembangan kurikulum sekolah dengan langkah kegiatan antara lain; a. Menyusun draf KTSP

TPK mengembangkan draf KTSP untuk tahun berjalan berdasarkan hasil analisis

tersebut di atas;

b.Kegiatan Review, Revisi, dan Finalisasi.

Setelah draf KTSP jadi, maka TPK melakukan review, revisi, dan finalisasi untuk memastikan

kebenaran dan keterlaksanaannya. Kegiatan ini dapat melibatkan pengawas atau stakeholder lain, misalnya orang atau sumber yang berkaitan dengan pelaksanaan muatan

lokal.

Review dan revisi juga harus dilakukan terhadap RPP, sehingga RPP yang dikembangkan benar-benar sudah mencakup kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan

(14)

dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik

yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan mengacu kepada silabus

dan buku yang diterbitkan oleh Kementerin Pendidikan (lihat E-Katalog untuk buku). (lihat

model Pengembangan RPP, Model Pengembangan Penilaian, dan Analisis Hasil Belajar

Peserta Didik).

c. Pemantapan dan Penilaian

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan hasil finalisasi, yang dilakukan oleh TPK

sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Pengawas atau Kepala Seksi Kurikulum

Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat menggunakan

instrumen verifikasi/validasi), serta persetujuan dari Komite Sekolah.

d.Pengesahan KTSP

Kepala SMA dan ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen kurikulum hasil pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan kurikulum tersebut di sekolahnya, kemudian mengirimkannya ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dilakukan verifikasi/validasi oleh Petugas yang ditunjuk. Apabila Dokumen I, Dokumen II dan Dokumen III hasil verifikasi sudah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk mendapatkan pengesahan. Tetapi apabila belum mememuhi kriteria, maka Dokumen tersebut dikembalikan ke sekolah untuk dilakukan revisi KTSP.

Dokumen KTSP yang sudah mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan kab./kota selanjutnya dibawa ke Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah disupervisi/diverifikasi oleh petugas dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian dilakukan pengesahan.

Tim Pengembang Kurikulum menggandakan dokumen kurikulum dan Kurikulum SMA siap untuk disosialisasikan dan diimplementasikan.

(15)

NO KEGIATAN

7 Penetapan Lembar Penetapan

Dokumen

Daya dukung pengembangan dan pelaksanaan KTSP meliputi:

a. Kebijakan Satuan Pendidikan

Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan kewenangan dan tanggung jawab

penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan dan

melaksanakan KTSP diperlukan kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan dalam

rapat satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah baik langsung maupun tidak

langsung.

(16)

Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan proses perwujudan kurikulum yang

sesungguhnya. Oleh karena itu tenaga pendidik merupakan unsur yang mutlak

diperlukan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain itu tenaga kependidikan

pada masing-masing satuan pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan KTSP.

c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan

Pengembangan dan pelaksanaan KTSP memerlukan dukungan berupa ketersediaan

sarana dan prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan

adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan untuk mewujudkan

proses pendidikan pada satuan pendidikan. Selain itu unsur prasarana seperti lahan,

gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana kesenian, serta prasarana lainnya

sangat diperlukan sebagai unsur penunjang yang memberikan kemudahan pelaksanaan

KTSP.

4. Pihak yang terlibat

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP antara lain :

a. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) satuan pendidikan terdiri atas: tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.

Dalam kegiatan pengembangan KTSP, tim pengembang kurikulum (TPK) satuan pendidikan dapat mengikutsertakan komite sekolah, nara sumber, dan pihak lain yang terkait.

Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya

melakukan koordinasi dan supervisi.

Sistematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Buku

(Dokumen) 1

Jenjang SMA

minimal

memuat seperti berikut:

COVER (HALAMAN JUDUL)

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

(17)

1.

Pengertian Kurikulum

2.

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

a)

Tantangan Internal

b)

Tantangan Eksternal

c)

Penyempurnaan Pola Pikir

d)

Penguatan Tata Kelola Kurikulum

B.

Karateristik Kurikulum 2013

C.

Tujuan Kurikulum 2013

D.

Landasan Yuridis Pengembangan Kurikulum

E.

Tujuan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB II. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN

A.

Tujuan Pendidikan Menengah

B.

Visi Satuan Pendidikan (Sekolah)

1.

Misi Sekolah

2.

Tujuan Satuan Pendidikan

BAB III. STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM

A.

Standar Kompetensi Lulusan SMA

B.

Kerangka Dasar

1.

Landasan Filosofis

2.

Landasan Sosiologis

3.

Landasan Psikopedagogis

4.

Landasan Teoritis

5.

Landasan Yuridis

C.

Struktur Kurikulum

D.

Muatan Kurikulum

(18)

2.

Muatan Kurikulum Nasional

3.

Muatan Lokal (Mulok)

4.

Jumlah mata pelajaran

5.

Pengaturan Beban Belajar

a)

Sistem Paket

b)

Sistem Kredit Semester

6.

Beban Belajar Tambahan

7.

Penilaian

8.

Pembelajaran

9.

Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

10.

Kegiatan Ekstrakurikuler

11.

Kegiatan Kepramukaan

12.

Bimbingan dan Konseling

13.

Kriteria Kelulusan

14.

Kriteria tentang Kenaikan Kelas

15.

Peminatan

16.

Mutasi peserta didik

17.

Pendidikan Kewirausahaan

18.

Pendidikan Kecakapan Hidup

BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN

A.

Pengertian Kalender Pendidikan

B.

Dasar Hukum Kalender Pendidikan

C.

Rencana Kegiatan atau jadwal

D.

Alokasi waktu untuk setiap kegiatan

E.

Permulaan Tahun Ajaran

F.

Pengaturan Waktu Belajar Efektif

(19)

H.

Waktu pembelajaran efektif

I.

Pengaturan Waktu Libur

J.

Kalender Kegiatan Sekolah.

BAB. V. PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.

Surat Keputusan Tim Pengembang Kurikulum di tingkat

Sekolah

B.

Hasil verifikasi dan Validasi oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota

C.

SK Mulok Kabupaten dan/atau sekolah (bagi sekolah yang

memiliki)

D.

Rekomendasi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota.

Dari sistematika tersebut dapat dijelaskan mengenai isi masing-masing

bagian adalah sebagai berikut :

1. COVER (HALAMAN JUDUL)

Berisi judul, logo sekolah atau logo pemda (untuk SMA Negeri), Logo Sekolah (untuk

SMA Swasta), tahun pelajaran, dan alamat sekolah. 2. LEMBAR PENGESAHAN

Ditandatangani oleh kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan kepala dinas pendidikan

provinsi/pejabat yang berwenang di dinas pendidikan provinsi.

3. KATA PENGANTAR 4. DAFTAR ISI

5. DAFTAR LAMPIRAN 6. BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1) Pengertian Kurikulum

2) Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

a. Tantangan Internal

(20)

c. Penyempurnaan Pola Pikir

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

3) Karakteristik Kurikulum 2013

4) Tujuan Kurikulum 2013

5) Dasar pemikiran pengembangan KTSP serta pemberlakuan Kurikulum 2013.

6) Untuk sekolah yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS) uraikan pula tentang dasar pemikiran pengembangan/pelaksanaan SKS tersebut.

B. Landasan

Berisi landasan hukum terkait pengembangan KTSP, termasuk PP No. 13 tahun 2015

dan PP No. 32 Tahun 2013 sebagai pengganti atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan berikut Permendikbud yang mengiringinya, dan

Peraturan Daerah untuk Mulok.

C. Tujuan Penyusunan

Berisi Tujuan Pengembangan KTSP termasuk pencapaian kompetensi yang

mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan

7. BAB II. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Menengah

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dengan

memiliki keseimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu dalam

kehidupan sehari-hari

B. Visi Satuan Pendidikan (Sekolah)

Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga satuan pendidikan,

yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.

1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya.

2. Visi Satuan Pendidikan:

a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga satuan pendidikan dan segenap

pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;

b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan

pendidikan dan segenap pihak yang berkepen-tingan;

c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga satuan pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta

visi pendidikan nasional;

(21)

memperhatikan masukan komite sekolah;

e) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang

berkepentingan;

f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan

dan tantangan di masyarakat.

C. Misi Sekolah

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi

rujukan bagi penyusunan program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang,

dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.

1) memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional;

2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;

3) menjadi dasar program pokok satuan pendidikan;

4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang

diharapkan oleh satuan pendidikan;

5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program

satuan pendidikan;

6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan

unit satuan pendidikan yang terlibat;

7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan

termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin

oleh kepala sekolah;

8) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;

9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

perkembangan dan tantangan di masyarakat.

D. Tujuan Satuan Pendidikan

1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan tujuan serta

mengembangkannya.

2. Tujuan Satuan Pendidikan:

Tujuan SMA ...

a. Tujuan pendidikan adalah gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai

(22)

b. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah

(empat tahunan);

c. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan

dengan kebutuhan masyarakat;

d. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh

satuan pendidikan dan Pemerintah;

e. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan

termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang

dipimpin oleh kepala sekolah;

f. disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang

berkepentingan.

8. BAB III. STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM A. Standar Kompetensi Lulusan SMA

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA mengacu pada Permendikbud 54

tahun 2013 yang telah direvisi melalui Permendikbud nomor 20 tahun 2016

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah B. Kerangka Dasar

Dapat disalin dari;

1) Lampiran 1 Permendikbud Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Landasan Filosofis, Landasan Sosiologis, Landasan Psikopedagogis, Landasan Teoritis , Landasan Yuridis , dan ditambah dengan landasan lain yang menjadi landasan kerangka dasar yang sesuai dengan karakteristik

daerah atau sekolah, misalnya untuk penambahan muatan lokal pada mata pelajaran kelompok umum B.

2) Peraturan Daerah tentang kebijakan pelaksanaan muatan lokal.

B. Struktur Kurikulum

1) Kompetensi Inti (mengacu pada Permendikbud nomor 64 tahun 2013 tentang Standar

Isi, yang sudah direvisi melalui Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

2) Kompetensi Dasar (mengacu pada Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk kelas X tahun pelajaran 2016/2017

sedangkan Kelas XI dan XII mengacu pada Permendikbud nomor 64 tahun 2013.

3) Mata Pelajaran

4) Pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didikdalam

(23)

peminatan, lintas minat/ pengembangan minat serta pengembangan diri.

5) Disusun berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik dan sekolah terkait dengan

upaya pencapaian SKL yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan

sesuai dengan struktur kurikulum yang meliputi mata pelajaran kelompok umum dan

mata pelajaran pilihan (peminatan, lintas minat/ pendalaman minat)

6) Dikembangkan mengacu lampiran 1 Permendikbud No. 59 tahun 2014 tentang Kurikulum SMA-MA

7) Mengatur alokasi waktu pembelajaran tatap muka seluruh mata pelajaran

minimal 44 jam pelajaran per minggu untuk kelas X dan 46 jam per minggu untuk

kelas XI dan XII.

8) Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri, baik

Sistem Paket maupun yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS).

9) Beban belajar tambahan : Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar

perminggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, baik dalam jam pelajaran

maupun dalam satuan kredit semester (sks).

10)Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan yang dapat dicantumkan pada mata pelajaran kelopok umum B, baik terintegrasi pada mata pelajaran yang tersedia atau berdiri sendiri.

11)Bagi sekolah yang melaksanakan SKS uraikan tentang struktur dan jam pelajaran

dalam sks, serta jumlah sks maksimal dan minimal yang harus ditempuh oleh peserta

didik, per semester, per tahun, atau selama masa pendidikan di SMA sesuai dengan

hasil analisis dan perhitungan internal sekolah serta mengacu kepada Permendikbud

158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan

Dasar dan Menengah, dan Panduan/Model-Model Pengembangan SKS yang dikeluarkan oleh Direktorat PSMA.

C. Muatan Kurikulum 1.Muatan KTSP

Muatan KTSP terdiri atas muatan umum yang berupa muatan nasional dan muatan lokal;

muatan peminatan akademik; muatan peminatan lintas minat/pendalaman minat.

Muatan KTSP diwujudkan dalam bentuk struktur kurikulum satuan pendidikan dan

penjelasannya.

a. Muatan Kurikulum Nasional

Muatan kurikulum pada tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat, terdiri atas kelompok mata pelajaran kelompok Umum A, kelompok mata pelajaran

(24)

bimbingan konseling dan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan.

Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah

sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMA mengacu pada

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMA/MA; yang diperbaharui dengan Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014

tentang Struktur Kurikulum SMA/MA.

b. Muatan Lokal (Mulok)

Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah (Muatan lokal) yang dikembangkan oleh

pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya

dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap

keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:

1) bagian mata pelajaran kelompok B; dan/atau

2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pela-jaran

muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan.

Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah

bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan

oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal didasarkan pada keunggulan

dan kearifan serta kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun

kabupaten/kota, bahkan satuan pendidikan.

 Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan

peraturan gubernur, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

kurikulum 2013.

 Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetap-kan

dengan peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan

Silabus dengan mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013.

 Muatan lokal yang berlaku hanya untuk satuan pendidikan (mulok sekolah)

ditetapkan Yayasan (bagi sekolah swasta).

Muatan Lokal dapat berbentuk :

1) bagian mata pelajaran kelompok B (terintegrasi kedalam mata pelajaran yang sudah ada); dan/atau

2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pelajaran

(25)

tidak dapat dilakukan.

Bahasa Jawa sebagai muatan local provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa

Tengah Nomor 57 tahun 2013 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah

dan dimasukan dalam struktur kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2

jam per minggu untuk semua kelas (kelas X, XI dan XII) semester 1 dan semester 2.

2.Jumlah mata pelajaran:

a. umlah mata pelajaran di kelas X minimal 15 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran umum A sebagai muatan kurikulum nasional seluruhnya,

minimal 3 mata pelajaran kelompok umum B dan dapat ditambah dengan muatan

daerah, dan 5 mata pelajaran peminatan.

b. Untuk mata pelajaran peminatan peserta didik dapat minimal memilih 3 (tiga) dari 4

(empat) mata pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS, atau Bahasa dan Budaya),

dan maksimal 3 (tiga) mata pelajaran dari kelompok lain sebagai lintas minat, atau

dapat memilih 4 mata pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS, atau Bahasa dan Budaya), dan maksimal 2 (dua) mata pelajaran dari kelompok lain sebagai

lintas minat, kecuali untuk peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya dapat memilih 6 mata

pelajaran dalam kelompoknya. Misalnya untuk kelas X terdiri atas16 mata pelajaran

dengan 6 mata pelajaran kelompok umum A, 4 mata pelajaran Umum B, 3 mata

pelajaran dalam satu kelompok peminatan, dan 3 mata pelajaran dari kelompok yang

lain sebagai lintas minat.

c. Jumlah mata pelajaran di kelas XI dan kelas XII untuk semua peminatan Ilmu

Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial , dan peminatan Ilmu Bahasa

dan Budaya minimal 14 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran

wajib A, minimal 3 mata pelajaran Umum B, 5 mata pelajaran peminatan yang dipilih dari kelas X.

3.Pengaturan Beban Belajar

a. Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur dalam bentuk Sistem Kredit Semester

(SKS) atau Sistem Paket

b. Ketentuan tentang Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri untuk SKS dan Sistem Paket disesuaikan dengan ketentuan masing-masing

c. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang

menjadi tanggungjawab sekolah masing-masing.

d. Pengaturan pola belajar harus memperhatikan 14 prinsip pembelajaran sesuai

(26)

sikap, pengetahuan, dan keterampilan .

e. Proses pembelajaran mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

(untuk kelas X) ditambah dengan metakognitif (untuk kelas XI dan XII) dengan

menggunakan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dan penilaian autentik (authentic assessment).

f. Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 Tentang pembelajaran Pada pendidikan dasar dan Pendidikan menengah harus dijadikan salah satu acuan;

g. Perlu diperhatikan pula permendikbud Nomor 59 tahun 2014 dan Permendikbud

Nomor 61 tahun 2014 Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka

yang digunakan.

h. Beban belajar untuk SMA diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.

1) Sistem Paket

Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum

setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata

pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran.

Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. Satu jam tatap muka 45 menit.

Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% untuk

SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik

dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

a) Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.

1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pe-lajaran (nasional) sedangkan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok

Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per

minggu.

2. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran (secara nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok

Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per

minggu.

b) Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.

c) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.

(27)

2) Sistem Kredit Semester

Sistem Kredit Semester (SKS) dapat diselenggarakan pada SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK yang terakreditasi A dari BAN S/M. Beban belajar setiap mata pelajaran

pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).

Beban belajar kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagai berikut:

Pada SMA/MA/SMK/MAK 1 (satu) sks terdiri atas: 45 menit kegiatan tatap muka,

45 menit kegiatan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri. Khusus bagi siswa

yang memiliki kemampuan belajar dan prestasi yang tinggi dengan ditunjukkan

indek prestasi tertentu maka kegiatan tatap muka dapat dilakukan minimal 30

menit.

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik

dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

a. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.

1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran

(nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok

Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per

minggu.

2. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran

(nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per

minggu.

b. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.

c. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.

d. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.

Secara garis besar sistem kredit semester (SKS) dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata

pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.

2. SKS diselenggarakan dengan prinsip fleksibel, keunggulan, maju berkelanjutan,

(28)

a. Prinsip fleksibel merupakan penyelenggaraan SKS dengan fleksibilitas pilihan

mata pelajaran dan waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan

peserta didik menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.

b. Prinsip keunggulan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan

peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan mencapai tingkat

kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemam-puan/kecepatan belajar.

c. Prinsip maju berkelanjutan merupakan penyelenggaraan SKS yang

memungkinkan peserta didik dapat langsung mengikuti muatan, mata

pelajaran atau program lebih lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain.

d. Prinsip keadilan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan

peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memper-oleh perlakuan sesuai

dengan kapasitas belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang dicapainya

secara perseorangan.

3. Pengorganisasian pembelajaran bervariasi dilakukan melalui penyediaan

unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta

didik. Variasi pembelajaran normal ditempuh rata-rata enam semester dengan

beban rata-rata 44 s.d 46 jam pelajaran per minggu. Variasi pembelajaran lebih cepat dapat diselesaikan dalam waktu empat atau lima semester. Layanan seperti

ini ditempuh dengan beban belajar 54 s.d 70 jam pelajaran per minggu.

Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel dilakukan melalui pengambilan

beban belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh

peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Peserta didik

dengan kecepatan belajar dan prestasi tinggi dapat mengambil beban lebih

banyak dibanding dengan lainnya. Layanan pembelajaran dapat dilakukan dalam

bentuk individu dan/atau kelompok.

4. Ketentuan lebih lanjut tentang Sistem Kredit Semester (SKS) bagi satuan

pendidikan SMP, SMA/MA dan SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah dan Buku Panduan

Model-model Pengembangan SKS yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.

b. Beban Belajar Tambahan

(29)

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan

faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan/atau daerah, atas

beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang menetapkannya.

Beban belajar yang diatur dalam Permendikbud 59 tahun 2014 maupun pada

peraturan Menteri sebelumnya pada dasarnya adalah beban belajar minimal,

sekolah tidak diperkenankan mengurangi alokasi waktu yang telah ditetapkan setiap mata pelajaran, dan Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau

kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun

yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.

Penambahan jam selain 2 jam pelajaran/minggu yang diperhitungkan oleh pemerintah tersebut tidak dapat dipergunakan oleh guru dalam pemenuhan jam

mengajar 24 jam per minggu (pemenuhan jam mengajar untuk keperluan

sertifikasi/mendapatkan tunjangan profesi), karena penghitungan pada DAPODIK

mengacu pada jam pelajaran yang ada pada Struktur Kurikulum SMA/MA berdasar

Permendikbud 59 tahun 2014.

9. Penilaian

Penilaian pada kurikulum 2013 adalah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013, yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 dan diperbaharui lagi dengan

Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015.

10.Pembelajaran

Pembelajaran pada kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses, dan telah diperbaharui melalui Permendikbud Nomor 103 Tahun

2014 tentang Pembelajaran. Bagaimana pendidik melaksanakan desain pembelajaran

pada kurikulum 2013 dapat dicermati melalui RPP yang disusun oleh guru (pendidik).

11.Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

Penetapan KKM berpedoman pada Permendikbud 53 tahun 2015, Panduan Penilaian

oleh Dirjen Dikdasmen tahun 2015 berdasar Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA No.

5182/D4/LK/2015 tentang Panduan Penilaian untuk SMA.

KKM ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan

dengan mempertimbankan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan.

(30)

a. Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan

potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian

peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan

pendidikan nasional yang terdiri atas ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.

b. Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan satuan pendidikan, dapat

berupa: Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar

Bendera (Paskibra), dan lainnya; Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja

(KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan

lainnya; Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat

olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan

komunikasi, rekayasa, dan lainnya; Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah

keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau Bentuk kegiatan lainnya.

13.Kegiatan Kepramukaan dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu: a. Pendidikan Pramuka dilaksanakan dengan berpedoman pada Permendikbud Nomor

63 Tahun 2014.

b. Kegaitan Blok dilaksanakan melalui perkemahan (wajib untuk semua peserta didik)

dapat dilakukan pada saat MOPDB atau pada libur semester 36 jp per tahun.

c. Aktualisasi Mata Pelajaran (wajib untuk semua peserta didik); kegiatan-kegiatan sebagai aktualisasi mata pelajaran yang dirancang oleh guru mata pelajaran untuk

dilaksanakan kepada pembina pramuka dan dilaksanakan pada kegiatan

kepramukaan, wajib 120 menit perminggu.

d. Gugus Depan (untuk peserta didik yang berminat, lihat pedoman/peraturan

pelaksanaan ekstrakurikuler dan Kepramukaan)

14.Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling.

15.Kriteria Kelulusan

Berisi tentang kriteria kenaikan kelas dan kelulusan, serta strategi penanganan peserta

didik yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dengan

memperhatikan ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan melalui uji pencapain kompetensi mengacu kepada Permendikbud No. 66 Tahun 2013 (lihat juga Panduan

Pengembangan Penilaian), dan Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar

Penilaian.

(31)

selalu mengeluarkan ketika akan ujian) Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015

tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

tentang standar Nasional Pendidikan. Kriteria kelulusan pada KTSP tahun berjalan

mengacu pada Permendikbud tentang Kelulusan Tahun sebelumnya, dan apabila ada

perubahan akan mengikuti ketentuan kelulusan tahun yang terbaru.

16. Kriteria tentang Kenaikan Kelas

a. Kriteria kenaikan kelas sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 53 Tahun 2015, dan Panduan Penilaian oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah tahun 2015 melalui Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA No.

5182/D4/LK/2015 tentang Panduan Penilaian untuk SMA.

b. Uraian tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa (penilaian harian, penilaian akhir semester dan penilaian kenaikan kelas), sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 beserta Juknis yang dikeluarkan oleh

Dirjen Dikdasmen dan Direktorat PSMA, serta Permendikbud nomor 23 tahun 2016

tentang Standar Penilaian.

17. Peminatan.

Kriteria Peminatan, Lintas minat, dan Pendalaman minat dan Mutasi, berisi tentang:

a. Diawali konsep dasar rekruitmen peserta didik baru.

b. Kriteria peminatan dan lintas minat, serta tata cara pemilihan mata pelajaran lintas

minat sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah (lihat Panduan Peminatan, Lintas Minat,

dan Pendalaman Minat) untuk kelas X, antara lain waktu penentuan pemilihan minat

(sebelum atau sesudah diterima), dan penyediaan menu mata pelajaran pilihan.

c. Peserta didik dapat memilih 4 atau 3 mata pelajaran peminatan, dan 2 atau 3 mata

pelajaran lintas minat.

d. Peraturan pindah peminatan atau pindah lintas minat, diatur oleh satuan

pendidikan dengan mengacu pada Permendikbud No. 64 tahun 2014 tentang

Peminatan pada Pendidikan Menengah.

e. Tata cara dan strategi pelaksanaan pendalaman minat yang dilakukan melalui

kerjasama dengan perguruan tinggi sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

(Menunggu Panduan Pendalaman Minat di SMA oleh Direktorat PSMA)

18. Mutasi peserta didik

Pengaturan mutasi peserta didik antar satuan pendidikan diatur oleh satuan

pendidikan masing- masing dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

(32)

i. Menjelaskan bagaimana bentuk pendidikan kewirausahaan dikembangkan di

sekolah, (dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui

integrasi berbagai kegiatan sekolah, maupun kegiatan riil praktik wira usaha.

ii. Sekolah melakukan analisis internal sekolah dan dukungan lingkungan (eksternal

sekolah) untuk memperoleh jenis kewirausahaan yang sesuai untuk dilaksanakan.

iii. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dipadukan pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, dengan mengambil Kompetensi Dasar pada

Kewirausahaan yang sesuai dengan hasil analisis.

iv. Dapat diwujudkan dalam kegiatan, misalnya Pameran seni.

(lihat Panduan Pelaksanaan Kewirausahaan di SMA).

20. Pendidikan Kecakapan Hidup

Berisi tentang bagaimana penerapan pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di

sekolah. Dapat berupa implementasi dari mata pelajaran pada domain sikap,

pengetahuan, dan keterampilan, atau pembiasaan yang dilakukan di sekolah.

9. BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN a. Pengertian Kalender Pendidikan.

b. Dasar Hukum Kalender Pendidikan yang berlaku pada tahun pelajaran berjalan.

c. Berisi tentang kalender pendidikan dan rencana time schedule kegiatan yang akan

dilaksanakan, dan disusun berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik

kegiatan sekolah, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan

memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar

Isi.

d. Rencana Kegiatan atau jadwal memuat antara lain; kegiatan awal tahun, minggu efektif

(Proses Pembelajaran, Ujian, Ulangan, hari libur, PPDB, MOPDB/Pengenalan Lingkungan

Sekolah , dll)

e. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan

(Contoh kalender pendidikan terlampir).

f. Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan

mengikuti kalender pendidikan. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk

kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup

permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan

hari libur.

(33)

Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal

tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan Waktu Pelajaran yaitu dimulai

pada setiap awal tahun pelajaran, dengan kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik Baru

(MOPDB)/Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa kelas X, dan dengan mengacu

kepada Permendikbud nomor 18 tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah

Bagi Siswa Baru.

h. Pengaturan Waktu Belajar Efektif

1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,

2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk

muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh

satuan pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi

daerah.

3) Dengan berpedoman kepada Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor:

420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Tengah, maka perlu diupayakan penyelenggaraan

pendidikan dengan waktu belajar 5 hari dalam seminggu.

i. Pengaturan Waktu Libur

Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang

hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah

semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur

umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera

pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1: Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN

1. Minggu efektif

2. Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II

3. Libur akhir tahun pelajaran

Maksimum 3 minggu

Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran

4. Hari libur keagamaan

Gambar

Tabel 1: Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

32 Pada jenjang pendidikan menengah umum yaitu di SMA/MA, Guru BK atau Konselor membantu peserta didik menentukan minat terhadap kelompok mata pelajaran

Pada setiap akhir proses pembelajaran harus dilakukan penilaian hasil belajar peserta didik sesuai kalender pendidikan dan program sekolah berpedoman pada Peraturan

Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan... KERANGKA DASAR DAN

Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar

- Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 423.5/14995 tanggal 4 Juni 2014 tentang Kurikulum mata pelajaran Mulok Bahasa Jawa untuk jenjang pendidikan

Menjabarkan Standar Kompetensi Lulusan SMA seperti yang tercantum dalam Permendikbud No 54 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 tahun 2016 tentang

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan