BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 digulirkan sebagai langkah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
yang telah diberlakukan pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Berdasarkan, Surat Edaran Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013, tanggal 8 November 2013, perihal
Implementasi Kurikulum 2013 dan Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri No 420/176/SJ
dan Mendikbud No 0258/MPK.A/KR/2014 tgl 9 Januari 2014 perihal Implementasi kurikulum
2013, maka diperlukan suatu acuan yang dapat menjadi panduan sekolah pelaksanan kurikulum
2013 dalam menyusun KTSP yang sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013.
Elemen perubahan kurikulum 2013 difokuskan pada empat standar yaitu Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Dengan demikian perubahan akan
terjadi pada penyesuaian beban belajar, penguatan proses, pendalaman dan perluasan materi,
penataan pola pikir dan tata kelola, serta program peminatan maupun lintas minat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 Tentang Perubahan kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
mengamanatkan setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk
menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang mencakup
tiga domain, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus terintegrasi, serta dapat menggambarkan kesesuaian dan kekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Pemberlakuan Kurikulum 2013 bagi sekolah - sekolah memerlukan
panduan dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan, dengan menyesuaikan
dengan regulasi yang terkait. Untuk keperluan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA
menyusun naskah Panduan Pengembangan KTSP SMA
B. Tujuan
Pedoman/Panduan Penyusunan dan Pengelolaan KTSP bertujuan:
1. Menjadi acuan operasional bagi kepala sekolah dan guru dalam menyusun dan
2. Menjadi acuan operasional bagi dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota di Jawa
Tengah dalam melakukan koordinasi dan supervisi penyusunan dan pengelolaan kurikulum
2013 di setiap satuan pendidikan SMA.
3. Pemangku kepentingan bidang pendidikan dalam membantu penyusunan kurikulum di
SMA.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Pengembangan KTSP SMA terdiri atas:
1. Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Landasan
Hukum.
2. Pengertian dan Acuan Pengembangan KTSP
3. Langkah Kerja Pengembangan dan Sistematika KTSP
4. Pelaksanaan dan Supervisi KTSP
D. Pengguna Panduan/Pedoman KTSP
Pedoman penyusunan KTSP ini digunakan dalam rangka penyusunan dan pengelolaan KTSP oleh:
1. Kepala sekolah; 2. Guru; dan
3. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Wewenang antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yang telah direvisi melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi,
yang telah direvisi dengan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan dasar dan Menengah,
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum SMA/MA
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
SMA/MA
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang Ekstra kurikuler
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Kepramukaan
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Peminatan pada Pendidikan Menengah
20. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan
Lokal
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang telah direvisi melalui
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah;
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah;
25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum;
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 Tentang
Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti;
28. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015
Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah melalui Ujian Nasional, dan Penilaian Hasil
Belajar oleh Satuan Pendidikan melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan
pada SMP/M.Ts atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat. (Permen ini setiap tahun ajaran berganti).
29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses
30. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan,
31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Menengah
32. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar dan Menengah dari BSNP Tahun 2006
33. Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/ KR/2013,
tanggal 8 November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013.
34. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri No 420/176/SJ dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 tgl 9 Januari 2014 perihal Implementasi
kurikulum 2013.
35. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan Aksara
Jawa;
36. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan
37. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 420/015552/2013 tanggal 30 Agustus 2013
tentang Pembelajaran Bahasa Jawa di Propinsi Jawa Tengah;
38. Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 424/13242 Tanggal 23 Juli
2013 Tentang Implementasi Muatan Lokal Bahasa Jawa di Jawa Tengah;
39. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 423.3/14995 tentang
Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/M.Ts, SMA/SMALB/MA dan SMK/MAK Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa
Tengah.
40. Dst…. Bila ada mulok kab./kota perlu dicantumkan dasar hukumnya, dan juga bila ada
mulok sekolah, dan regulasi lain-lain yang dikeluatkan oleh daerah kab/kota dan SK kepala
sekolah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
(sekolah) perlu dicantumkan.
41. Kalau ada peraturan menteri yang berkaitan dengan kurikulum 2013 atau terkait dengan
KTSP yang belum dicantumkan mohon bisa dicantumkan dengan urutan sesuai ketentuan
BAB II
PENGERTIAN DAN ACUAN PENGEMBANGAN KTSP
A. Pengertian KTSP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan, dan peserta didik.
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang dikembangkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar Dan Struktur
kurikulum, dan pedoman-pedoman implementasi kurikulum.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bahan acuan dalam
pelaksanaan proses pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yaitu pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman
implementasi Kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan melibatkan
komite sekolah, dan kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
B. Komponen KTSP
KTSP meliputi 3 dokumen, yaitu:
1. Dokumen I yang disebut dengan Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi,
tujuan, muatan kurikulum, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan. Dokumen
1 (Buku 1) dikembangkan oleh sekolah dibawah tanggung jawab kepala sekolah SMA yang
bersangkutan
2. Dokumen II yang disebut dengan Buku II KTSP berisi KI, KD dan silabus yang telah
dikembangkan, baik yang disusun oleh pusat, daerah maupun satuan pendidikan
3. Dokumen I I I disebut dengan Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan
Pembela-jaran (RPP) disusun oleh pendidik sesuai potensi, minat, bakat, dan kemampuan
Pendidikan Menengah, yang telah direvisi melalui Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses.
C. Konsep Pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP SMA mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan peraturan
pendukung implementasi Kurikulum 2013, dikembangkan, ditetapkan dan dilaksanakan oleh
satuan pendidikan, sesuai potensi , kebutuhan, dan karakteristik masing masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP dilaksanakan di bawah koordinasi dan supervisi Dinas
Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, sehingga mengacu
kepada visi dan misi daerah.
D. Acuan pengembangan KTSP meliputi; 1. Acuan Operasional
1) Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian peserta didik
secara utuh, sehingga perlu dituangkan dalam KTSP, agar semua kegiatan yang
terkait pembelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2) Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama
Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi dan
kerukunan inter-umat dan antar-umat beragama, serta antar umat beragama
dengan pemerintah.
3) Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta
didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuh
kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI, melalui kegiatan terkait yang
diatur dan dituangkan dalam KTSP
4) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (sikap, pengetahuan,
dan keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun
dengan memperhatikan potensi, bakat, minat, serta tingkat perkembangan kecerdasan;
intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik, melalui berbagai kegiatan yang diatur dan dituangkan dalam KTSP.
Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan warga negara
memperoleh pendidikan bermutu, yang dapat dituangkan dalam proses dan
mekanisme rekruitmen dan mutasi peserta didik.
6) Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas bidang keilmuan,
berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan berkolaborasi, meng-gunakan
pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola keuangan, kesehatan, dan
tanggung jawab warga negara. Hal tersebut dapat tertuang dalam komponen
kurikulum nasional, daerah, sekolah, maupun pengembangan diri.
7) Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.
Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau memasuki dunia kerja. bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal tersebut antara lain dapat dikembangkan melalui pengembangan muatan lokal
maupun pengembangan diri.
8) Perkembangan IPTEKS
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian terhadap perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan
dengan perkembangan IPTEK, melalui pengaturan dalam kurikulum satuan
pendidikan.
9) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum
perlu memuat hal tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan
10)Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan
pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan
tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.
11)Dinamika Perkembangan Global
Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada secara
individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara. Kemandirian sangat penting di
era globalisasi. Hubungan antar bangsa yang tidak lagi mengenal batas wilayah,
persaingan dalam pelaksanaan pasar bebas, menuntut kemandirian dan ketangguhan
daya saing, oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi yang siap menghadapi
persaingan dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain, yang mendasari
pengembangan KTSP.
12)Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkembangkan terlebih dahulu sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
13) Karakteristik Satuan Pendidikan
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan,
sehingga KTSP memiliki ke khasan satuan pendidikan.
Pada poin 1 s.d. 13 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam rangka menggunakan acuan konseptual tersebut didalam pengembangan KTSP masing-masing satuan pendidikan (sekolah)
2. Prinsip pengembangan KTSP
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini dan yang akan datang. Memiliki posisi
sentral berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.
2) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
3) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan,
dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar jenjang pendidikan.
Pada poin 1 s.d. 3 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam rangka menggunakan prinsip pengembangan tersebut didalam pengembangan KTSP masing-masing satuan pendidikan (sekolah).
3. Prosedur operasional pengembangan KTSP
Prosedur operasional pengembangan KTSP sekurang-kurangnya meliputi langkah-langkah: a. Analisis yang mencakup:
1) analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;
2) analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan;
3) analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.
b. Penyusunan yang mencakup:
1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;
2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat
kelas;
4) penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;
5) penyusunan silabus muatan lokal atau mata pelajaran muatan lokal; dan
6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
c. Penetapan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah.
BAB III
LANGKAH KERJA PENGEMBANGAN DAN SISTEMATIKA KTSP
A. Langkah Kerja Pengembangan KTSP
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan oleh Tim
Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah, dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan melibatkan
komite sekolah, dan guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan atau bimbingan
dan kerjasama dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota,dan instansi lain yang terkait.
Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah atau memperkaya
muatan kurikulum sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah, keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat.
Kurikulum Sekolah yang telah disusun harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah
setelah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
Memperhatikan prosedur operasional dan langkah kerja seperti diatas, pengembangan KTSP
jenjang SMA dapat digambarkan seperti pada bagan 1 berikut ini :
Bagan 1: Langkah Kerja Pengembangan KTSP Jenjang SMA
Pada bagan 1 di atas terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu; 1) Kegiatan Koordinasi dan Persiapan, 2) Pelaksanaan Pengembangan, 3) Supervisi, 4) Sosialisasi dan Implementasi, dan 5) Evaluasi.
Masing-masing kegiatan tersebut akan dijelaskan berikut ini. 1. Kegiatan Persiapan dan Koordinasi
Kegiatan persiapan yang dapat dilakukan antara lain;
a. Kepala SMA berkoordinasi dengan /pengawas membentuk atau melakukan revitalisasi
fungsi Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi pengarahan teknis untuk
melakukan proses pengembangan KTSP, antara lain tentang;
1. Evaluasi Kurikulum tahun sebelumnya, yang meliputi analisis keberhasilan,
kendala, dan kekurangan, baik pada dokumennya maupun dalam implementasinya.
2. Telaah regulasi yang relevan pengembangan Kurikulum Sekolah, antara lain implementasi Kurikulum 2013;
3. Analisis konteks, yaitu analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di sekolah, antara lain Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Standar Sarana dan
Prasarana, dan Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat pengembangan kurikulum sekolah,
difokuskan pada pencapaian kompetensi Kurikulum 2013 sesuai Visi dan Misi
sekolah. Manfaat pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
acuan dalam implementasi kurikulum.
5. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum Sekolah terkait dengan pengembangan potensi peserta didik yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
6. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan
pengem-bangan Kurikulum Sekolah.
b.
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah selanjutnya menyusun rencana, jadwal,materi, dan strategi pengembangan Kurikulum untuk tahun berjalan. Pada kegiatan ini
dapat melibatkan pengawas atau nara sumber lain yang kompeten, sehingga diperoleh
suatu pemahaman untuk diaplikasikan dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kegiatan
tersebut antara lain : Penyamaan persepsi terhadap Kurikulum 2013 berikut peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain PP No. 32 Tahun 2013, PP No. 13 Tahun 2015;
Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi, Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses, Permendikbud
Nomor 66 tentang Standar Penilaian, Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Permendikbud Nomor 103/2014;
Permendikbud Nomor 104/2014 yang sudah diperbaharui melalui Permendikbu No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada
Pendidikan Dasar dan Menengah;
c.
Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan keberhasilan dan kendalakurikulum tahun sebelumnya, serta kemungkinan kendala dalam pelaksanaan Kurikulum
Sekolah yang akan disusun untuk tahun berjalan.
d.
Analisis kondisi riil sekolah terutama yang berkaitan dengan tenaga pendidik, sarana danprasarana yang akan dijadikan dasar dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat (lihat lampiran Mekanisme dan Prosedur Peminatan, Lintas Minat,
Pendalaman Minat). Hasil analisis tersebut merupakan gambaran kondisi riil sekolah,
terutama tentang ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta
sarana-prasarana sekolah sebagai acuan dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan
pendalaman minat.
e.
Perencanaan penambahan mata pelajaran kelompok Umum B, penambahan jam danmata pelajaran, sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah atau berdasarkan keputusan
kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing, misalnya penambahan Bahasa
Daerah. Penambahan ini dapat dipadukan pada mata pelajaran kelompok Umum B atau
berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Tengah No. 57 Tahun 2013 mata pelajaran mulok Bahasa Jawa berdiri
sendiri sebagai mata pelajaran, harus masuk dalam struktur kurikulum dengan alokasi waktu 2 jam per minggu pada setiap kelas.
f.
Penyusunan rencana program peminatan dan lintas minat untuk kelas X berdasarkan hasilanalisis tenaga pendidik, kondisi sarana- prasarana, dan hasil angket peserta didik kelas X
tentang minat dan lintas minat (lihat lampiran tentang mekanisme dan prosedur
peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat).
2. Pengembangan KTSP
Hasil analisis pada kegiatan persiapan dan koordinasi, dijadikan bahan dan materi, serta
strategi pengembangan kurikulum sekolah dengan langkah kegiatan antara lain; a. Menyusun draf KTSP
TPK mengembangkan draf KTSP untuk tahun berjalan berdasarkan hasil analisis
tersebut di atas;
b.Kegiatan Review, Revisi, dan Finalisasi.
Setelah draf KTSP jadi, maka TPK melakukan review, revisi, dan finalisasi untuk memastikan
kebenaran dan keterlaksanaannya. Kegiatan ini dapat melibatkan pengawas atau stakeholder lain, misalnya orang atau sumber yang berkaitan dengan pelaksanaan muatan
lokal.
Review dan revisi juga harus dilakukan terhadap RPP, sehingga RPP yang dikembangkan benar-benar sudah mencakup kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan mengacu kepada silabus
dan buku yang diterbitkan oleh Kementerin Pendidikan (lihat E-Katalog untuk buku). (lihat
model Pengembangan RPP, Model Pengembangan Penilaian, dan Analisis Hasil Belajar
Peserta Didik).
c. Pemantapan dan Penilaian
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan hasil finalisasi, yang dilakukan oleh TPK
sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Pengawas atau Kepala Seksi Kurikulum
Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat menggunakan
instrumen verifikasi/validasi), serta persetujuan dari Komite Sekolah.
d.Pengesahan KTSP
Kepala SMA dan ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen kurikulum hasil pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan kurikulum tersebut di sekolahnya, kemudian mengirimkannya ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dilakukan verifikasi/validasi oleh Petugas yang ditunjuk. Apabila Dokumen I, Dokumen II dan Dokumen III hasil verifikasi sudah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk mendapatkan pengesahan. Tetapi apabila belum mememuhi kriteria, maka Dokumen tersebut dikembalikan ke sekolah untuk dilakukan revisi KTSP.
Dokumen KTSP yang sudah mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan kab./kota selanjutnya dibawa ke Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah disupervisi/diverifikasi oleh petugas dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian dilakukan pengesahan.
Tim Pengembang Kurikulum menggandakan dokumen kurikulum dan Kurikulum SMA siap untuk disosialisasikan dan diimplementasikan.
NO KEGIATAN
7 Penetapan Lembar Penetapan
Dokumen
Daya dukung pengembangan dan pelaksanaan KTSP meliputi:
a. Kebijakan Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan kewenangan dan tanggung jawab
penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan dan
melaksanakan KTSP diperlukan kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan dalam
rapat satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah baik langsung maupun tidak
langsung.
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan proses perwujudan kurikulum yang
sesungguhnya. Oleh karena itu tenaga pendidik merupakan unsur yang mutlak
diperlukan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain itu tenaga kependidikan
pada masing-masing satuan pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan KTSP.
c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP memerlukan dukungan berupa ketersediaan
sarana dan prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan
adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan untuk mewujudkan
proses pendidikan pada satuan pendidikan. Selain itu unsur prasarana seperti lahan,
gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana kesenian, serta prasarana lainnya
sangat diperlukan sebagai unsur penunjang yang memberikan kemudahan pelaksanaan
KTSP.
4. Pihak yang terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP antara lain :
a. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) satuan pendidikan terdiri atas: tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
Dalam kegiatan pengembangan KTSP, tim pengembang kurikulum (TPK) satuan pendidikan dapat mengikutsertakan komite sekolah, nara sumber, dan pihak lain yang terkait.
Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan koordinasi dan supervisi.
Sistematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Buku
(Dokumen) 1
Jenjang SMA
minimal
memuat seperti berikut:
COVER (HALAMAN JUDUL)
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.
Pengertian Kurikulum
2.
Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
a)
Tantangan Internal
b)
Tantangan Eksternal
c)
Penyempurnaan Pola Pikir
d)
Penguatan Tata Kelola Kurikulum
B.
Karateristik Kurikulum 2013
C.
Tujuan Kurikulum 2013
D.
Landasan Yuridis Pengembangan Kurikulum
E.
Tujuan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
BAB II. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN
A.
Tujuan Pendidikan Menengah
B.
Visi Satuan Pendidikan (Sekolah)
1.
Misi Sekolah
2.
Tujuan Satuan Pendidikan
BAB III. STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM
A.
Standar Kompetensi Lulusan SMA
B.
Kerangka Dasar
1.
Landasan Filosofis
2.
Landasan Sosiologis
3.
Landasan Psikopedagogis
4.
Landasan Teoritis
5.
Landasan Yuridis
C.
Struktur Kurikulum
D.
Muatan Kurikulum
2.
Muatan Kurikulum Nasional
3.
Muatan Lokal (Mulok)
4.
Jumlah mata pelajaran
5.
Pengaturan Beban Belajar
a)
Sistem Paket
b)
Sistem Kredit Semester
6.
Beban Belajar Tambahan
7.
Penilaian
8.
Pembelajaran
9.
Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
10.
Kegiatan Ekstrakurikuler
11.
Kegiatan Kepramukaan
12.
Bimbingan dan Konseling
13.
Kriteria Kelulusan
14.
Kriteria tentang Kenaikan Kelas
15.
Peminatan
16.
Mutasi peserta didik
17.
Pendidikan Kewirausahaan
18.
Pendidikan Kecakapan Hidup
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN
A.
Pengertian Kalender Pendidikan
B.
Dasar Hukum Kalender Pendidikan
C.
Rencana Kegiatan atau jadwal
D.
Alokasi waktu untuk setiap kegiatan
E.
Permulaan Tahun Ajaran
F.
Pengaturan Waktu Belajar Efektif
H.
Waktu pembelajaran efektif
I.
Pengaturan Waktu Libur
J.
Kalender Kegiatan Sekolah.
BAB. V. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
Surat Keputusan Tim Pengembang Kurikulum di tingkat
Sekolah
B.
Hasil verifikasi dan Validasi oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
C.
SK Mulok Kabupaten dan/atau sekolah (bagi sekolah yang
memiliki)
D.
Rekomendasi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
Dari sistematika tersebut dapat dijelaskan mengenai isi masing-masing
bagian adalah sebagai berikut :
1. COVER (HALAMAN JUDUL)
Berisi judul, logo sekolah atau logo pemda (untuk SMA Negeri), Logo Sekolah (untuk
SMA Swasta), tahun pelajaran, dan alamat sekolah. 2. LEMBAR PENGESAHAN
Ditandatangani oleh kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan kepala dinas pendidikan
provinsi/pejabat yang berwenang di dinas pendidikan provinsi.
3. KATA PENGANTAR 4. DAFTAR ISI
5. DAFTAR LAMPIRAN 6. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1) Pengertian Kurikulum
2) Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
a. Tantangan Internal
c. Penyempurnaan Pola Pikir
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
3) Karakteristik Kurikulum 2013
4) Tujuan Kurikulum 2013
5) Dasar pemikiran pengembangan KTSP serta pemberlakuan Kurikulum 2013.
6) Untuk sekolah yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS) uraikan pula tentang dasar pemikiran pengembangan/pelaksanaan SKS tersebut.
B. Landasan
Berisi landasan hukum terkait pengembangan KTSP, termasuk PP No. 13 tahun 2015
dan PP No. 32 Tahun 2013 sebagai pengganti atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan berikut Permendikbud yang mengiringinya, dan
Peraturan Daerah untuk Mulok.
C. Tujuan Penyusunan
Berisi Tujuan Pengembangan KTSP termasuk pencapaian kompetensi yang
mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan
7. BAB II. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Menengah
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dengan
memiliki keseimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu dalam
kehidupan sehari-hari
B. Visi Satuan Pendidikan (Sekolah)
Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga satuan pendidikan,
yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.
1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya.
2. Visi Satuan Pendidikan:
a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga satuan pendidikan dan segenap
pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan
pendidikan dan segenap pihak yang berkepen-tingan;
c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga satuan pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta
visi pendidikan nasional;
memperhatikan masukan komite sekolah;
e) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan;
f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
dan tantangan di masyarakat.
C. Misi Sekolah
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi
rujukan bagi penyusunan program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang,
dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok satuan pendidikan;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh satuan pendidikan;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
satuan pendidikan;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan
unit satuan pendidikan yang terlibat;
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin
oleh kepala sekolah;
8) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
D. Tujuan Satuan Pendidikan
1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
2. Tujuan Satuan Pendidikan:
Tujuan SMA ...
a. Tujuan pendidikan adalah gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai
b. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
c. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat;
d. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
satuan pendidikan dan Pemerintah;
e. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang
dipimpin oleh kepala sekolah;
f. disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang
berkepentingan.
8. BAB III. STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM A. Standar Kompetensi Lulusan SMA
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA mengacu pada Permendikbud 54
tahun 2013 yang telah direvisi melalui Permendikbud nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah B. Kerangka Dasar
Dapat disalin dari;
1) Lampiran 1 Permendikbud Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Landasan Filosofis, Landasan Sosiologis, Landasan Psikopedagogis, Landasan Teoritis , Landasan Yuridis , dan ditambah dengan landasan lain yang menjadi landasan kerangka dasar yang sesuai dengan karakteristik
daerah atau sekolah, misalnya untuk penambahan muatan lokal pada mata pelajaran kelompok umum B.
2) Peraturan Daerah tentang kebijakan pelaksanaan muatan lokal.
B. Struktur Kurikulum
1) Kompetensi Inti (mengacu pada Permendikbud nomor 64 tahun 2013 tentang Standar
Isi, yang sudah direvisi melalui Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
2) Kompetensi Dasar (mengacu pada Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk kelas X tahun pelajaran 2016/2017
sedangkan Kelas XI dan XII mengacu pada Permendikbud nomor 64 tahun 2013.
3) Mata Pelajaran
4) Pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didikdalam
peminatan, lintas minat/ pengembangan minat serta pengembangan diri.
5) Disusun berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik dan sekolah terkait dengan
upaya pencapaian SKL yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sesuai dengan struktur kurikulum yang meliputi mata pelajaran kelompok umum dan
mata pelajaran pilihan (peminatan, lintas minat/ pendalaman minat)
6) Dikembangkan mengacu lampiran 1 Permendikbud No. 59 tahun 2014 tentang Kurikulum SMA-MA
7) Mengatur alokasi waktu pembelajaran tatap muka seluruh mata pelajaran
minimal 44 jam pelajaran per minggu untuk kelas X dan 46 jam per minggu untuk
kelas XI dan XII.
8) Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri, baik
Sistem Paket maupun yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS).
9) Beban belajar tambahan : Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar
perminggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, baik dalam jam pelajaran
maupun dalam satuan kredit semester (sks).
10)Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan yang dapat dicantumkan pada mata pelajaran kelopok umum B, baik terintegrasi pada mata pelajaran yang tersedia atau berdiri sendiri.
11)Bagi sekolah yang melaksanakan SKS uraikan tentang struktur dan jam pelajaran
dalam sks, serta jumlah sks maksimal dan minimal yang harus ditempuh oleh peserta
didik, per semester, per tahun, atau selama masa pendidikan di SMA sesuai dengan
hasil analisis dan perhitungan internal sekolah serta mengacu kepada Permendikbud
158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan
Dasar dan Menengah, dan Panduan/Model-Model Pengembangan SKS yang dikeluarkan oleh Direktorat PSMA.
C. Muatan Kurikulum 1.Muatan KTSP
Muatan KTSP terdiri atas muatan umum yang berupa muatan nasional dan muatan lokal;
muatan peminatan akademik; muatan peminatan lintas minat/pendalaman minat.
Muatan KTSP diwujudkan dalam bentuk struktur kurikulum satuan pendidikan dan
penjelasannya.
a. Muatan Kurikulum Nasional
Muatan kurikulum pada tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat, terdiri atas kelompok mata pelajaran kelompok Umum A, kelompok mata pelajaran
bimbingan konseling dan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan.
Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMA mengacu pada
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMA/MA; yang diperbaharui dengan Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014
tentang Struktur Kurikulum SMA/MA.
b. Muatan Lokal (Mulok)
Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah (Muatan lokal) yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap
keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran kelompok B; dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pela-jaran
muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan.
Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah
bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan
oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal didasarkan pada keunggulan
dan kearifan serta kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun
kabupaten/kota, bahkan satuan pendidikan.
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan
peraturan gubernur, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
kurikulum 2013.
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetap-kan
dengan peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan
Silabus dengan mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013.
Muatan lokal yang berlaku hanya untuk satuan pendidikan (mulok sekolah)
ditetapkan Yayasan (bagi sekolah swasta).
Muatan Lokal dapat berbentuk :
1) bagian mata pelajaran kelompok B (terintegrasi kedalam mata pelajaran yang sudah ada); dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata pelajaran
tidak dapat dilakukan.
Bahasa Jawa sebagai muatan local provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 57 tahun 2013 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah
dan dimasukan dalam struktur kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2
jam per minggu untuk semua kelas (kelas X, XI dan XII) semester 1 dan semester 2.
2.Jumlah mata pelajaran:
a. umlah mata pelajaran di kelas X minimal 15 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran umum A sebagai muatan kurikulum nasional seluruhnya,
minimal 3 mata pelajaran kelompok umum B dan dapat ditambah dengan muatan
daerah, dan 5 mata pelajaran peminatan.
b. Untuk mata pelajaran peminatan peserta didik dapat minimal memilih 3 (tiga) dari 4
(empat) mata pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS, atau Bahasa dan Budaya),
dan maksimal 3 (tiga) mata pelajaran dari kelompok lain sebagai lintas minat, atau
dapat memilih 4 mata pelajaran dalam satu kelompok (MIPA, IPS, atau Bahasa dan Budaya), dan maksimal 2 (dua) mata pelajaran dari kelompok lain sebagai
lintas minat, kecuali untuk peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya dapat memilih 6 mata
pelajaran dalam kelompoknya. Misalnya untuk kelas X terdiri atas16 mata pelajaran
dengan 6 mata pelajaran kelompok umum A, 4 mata pelajaran Umum B, 3 mata
pelajaran dalam satu kelompok peminatan, dan 3 mata pelajaran dari kelompok yang
lain sebagai lintas minat.
c. Jumlah mata pelajaran di kelas XI dan kelas XII untuk semua peminatan Ilmu
Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial , dan peminatan Ilmu Bahasa
dan Budaya minimal 14 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran
wajib A, minimal 3 mata pelajaran Umum B, 5 mata pelajaran peminatan yang dipilih dari kelas X.
3.Pengaturan Beban Belajar
a. Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur dalam bentuk Sistem Kredit Semester
(SKS) atau Sistem Paket
b. Ketentuan tentang Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri untuk SKS dan Sistem Paket disesuaikan dengan ketentuan masing-masing
c. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang
menjadi tanggungjawab sekolah masing-masing.
d. Pengaturan pola belajar harus memperhatikan 14 prinsip pembelajaran sesuai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan .
e. Proses pembelajaran mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
(untuk kelas X) ditambah dengan metakognitif (untuk kelas XI dan XII) dengan
menggunakan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dan penilaian autentik (authentic assessment).
f. Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 Tentang pembelajaran Pada pendidikan dasar dan Pendidikan menengah harus dijadikan salah satu acuan;
g. Perlu diperhatikan pula permendikbud Nomor 59 tahun 2014 dan Permendikbud
Nomor 61 tahun 2014 Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka
yang digunakan.
h. Beban belajar untuk SMA diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.
1) Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum
setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran.
Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. Satu jam tatap muka 45 menit.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% untuk
SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a) Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pe-lajaran (nasional) sedangkan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok
Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per
minggu.
2. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran (secara nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok
Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per
minggu.
b) Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
c) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
2) Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester (SKS) dapat diselenggarakan pada SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK yang terakreditasi A dari BAN S/M. Beban belajar setiap mata pelajaran
pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
Beban belajar kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagai berikut:
Pada SMA/MA/SMK/MAK 1 (satu) sks terdiri atas: 45 menit kegiatan tatap muka,
45 menit kegiatan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri. Khusus bagi siswa
yang memiliki kemampuan belajar dan prestasi yang tinggi dengan ditunjukkan
indek prestasi tertentu maka kegiatan tatap muka dapat dilakukan minimal 30
menit.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran
(nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok
Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 44 jam per
minggu.
2. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran
(nasional) dan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa, sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 46 jam per
minggu.
b. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
c. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
d. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Secara garis besar sistem kredit semester (SKS) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata
pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.
2. SKS diselenggarakan dengan prinsip fleksibel, keunggulan, maju berkelanjutan,
a. Prinsip fleksibel merupakan penyelenggaraan SKS dengan fleksibilitas pilihan
mata pelajaran dan waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan
peserta didik menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.
b. Prinsip keunggulan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan
peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan mencapai tingkat
kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemam-puan/kecepatan belajar.
c. Prinsip maju berkelanjutan merupakan penyelenggaraan SKS yang
memungkinkan peserta didik dapat langsung mengikuti muatan, mata
pelajaran atau program lebih lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain.
d. Prinsip keadilan merupakan penyelenggaraan SKS yang memung-kinkan
peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memper-oleh perlakuan sesuai
dengan kapasitas belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang dicapainya
secara perseorangan.
3. Pengorganisasian pembelajaran bervariasi dilakukan melalui penyediaan
unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta
didik. Variasi pembelajaran normal ditempuh rata-rata enam semester dengan
beban rata-rata 44 s.d 46 jam pelajaran per minggu. Variasi pembelajaran lebih cepat dapat diselesaikan dalam waktu empat atau lima semester. Layanan seperti
ini ditempuh dengan beban belajar 54 s.d 70 jam pelajaran per minggu.
Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel dilakukan melalui pengambilan
beban belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh
peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Peserta didik
dengan kecepatan belajar dan prestasi tinggi dapat mengambil beban lebih
banyak dibanding dengan lainnya. Layanan pembelajaran dapat dilakukan dalam
bentuk individu dan/atau kelompok.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang Sistem Kredit Semester (SKS) bagi satuan
pendidikan SMP, SMA/MA dan SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah dan Buku Panduan
Model-model Pengembangan SKS yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.
b. Beban Belajar Tambahan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan/atau daerah, atas
beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang menetapkannya.
Beban belajar yang diatur dalam Permendikbud 59 tahun 2014 maupun pada
peraturan Menteri sebelumnya pada dasarnya adalah beban belajar minimal,
sekolah tidak diperkenankan mengurangi alokasi waktu yang telah ditetapkan setiap mata pelajaran, dan Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau
kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun
yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
Penambahan jam selain 2 jam pelajaran/minggu yang diperhitungkan oleh pemerintah tersebut tidak dapat dipergunakan oleh guru dalam pemenuhan jam
mengajar 24 jam per minggu (pemenuhan jam mengajar untuk keperluan
sertifikasi/mendapatkan tunjangan profesi), karena penghitungan pada DAPODIK
mengacu pada jam pelajaran yang ada pada Struktur Kurikulum SMA/MA berdasar
Permendikbud 59 tahun 2014.
9. Penilaian
Penilaian pada kurikulum 2013 adalah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013, yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 dan diperbaharui lagi dengan
Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015.
10.Pembelajaran
Pembelajaran pada kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses, dan telah diperbaharui melalui Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran. Bagaimana pendidik melaksanakan desain pembelajaran
pada kurikulum 2013 dapat dicermati melalui RPP yang disusun oleh guru (pendidik).
11.Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
Penetapan KKM berpedoman pada Permendikbud 53 tahun 2015, Panduan Penilaian
oleh Dirjen Dikdasmen tahun 2015 berdasar Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA No.
5182/D4/LK/2015 tentang Panduan Penilaian untuk SMA.
KKM ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan
dengan mempertimbankan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan.
a. Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian
peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang terdiri atas ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.
b. Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan satuan pendidikan, dapat
berupa: Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra), dan lainnya; Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja
(KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan
lainnya; Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan
komunikasi, rekayasa, dan lainnya; Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah
keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau Bentuk kegiatan lainnya.
13.Kegiatan Kepramukaan dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu: a. Pendidikan Pramuka dilaksanakan dengan berpedoman pada Permendikbud Nomor
63 Tahun 2014.
b. Kegaitan Blok dilaksanakan melalui perkemahan (wajib untuk semua peserta didik)
dapat dilakukan pada saat MOPDB atau pada libur semester 36 jp per tahun.
c. Aktualisasi Mata Pelajaran (wajib untuk semua peserta didik); kegiatan-kegiatan sebagai aktualisasi mata pelajaran yang dirancang oleh guru mata pelajaran untuk
dilaksanakan kepada pembina pramuka dan dilaksanakan pada kegiatan
kepramukaan, wajib 120 menit perminggu.
d. Gugus Depan (untuk peserta didik yang berminat, lihat pedoman/peraturan
pelaksanaan ekstrakurikuler dan Kepramukaan)
14.Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling.
15.Kriteria Kelulusan
Berisi tentang kriteria kenaikan kelas dan kelulusan, serta strategi penanganan peserta
didik yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dengan
memperhatikan ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan melalui uji pencapain kompetensi mengacu kepada Permendikbud No. 66 Tahun 2013 (lihat juga Panduan
Pengembangan Penilaian), dan Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar
Penilaian.
selalu mengeluarkan ketika akan ujian) Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015
tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan. Kriteria kelulusan pada KTSP tahun berjalan
mengacu pada Permendikbud tentang Kelulusan Tahun sebelumnya, dan apabila ada
perubahan akan mengikuti ketentuan kelulusan tahun yang terbaru.
16. Kriteria tentang Kenaikan Kelas
a. Kriteria kenaikan kelas sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 53 Tahun 2015, dan Panduan Penilaian oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah tahun 2015 melalui Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA No.
5182/D4/LK/2015 tentang Panduan Penilaian untuk SMA.
b. Uraian tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa (penilaian harian, penilaian akhir semester dan penilaian kenaikan kelas), sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 beserta Juknis yang dikeluarkan oleh
Dirjen Dikdasmen dan Direktorat PSMA, serta Permendikbud nomor 23 tahun 2016
tentang Standar Penilaian.
17. Peminatan.
Kriteria Peminatan, Lintas minat, dan Pendalaman minat dan Mutasi, berisi tentang:
a. Diawali konsep dasar rekruitmen peserta didik baru.
b. Kriteria peminatan dan lintas minat, serta tata cara pemilihan mata pelajaran lintas
minat sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah (lihat Panduan Peminatan, Lintas Minat,
dan Pendalaman Minat) untuk kelas X, antara lain waktu penentuan pemilihan minat
(sebelum atau sesudah diterima), dan penyediaan menu mata pelajaran pilihan.
c. Peserta didik dapat memilih 4 atau 3 mata pelajaran peminatan, dan 2 atau 3 mata
pelajaran lintas minat.
d. Peraturan pindah peminatan atau pindah lintas minat, diatur oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada Permendikbud No. 64 tahun 2014 tentang
Peminatan pada Pendidikan Menengah.
e. Tata cara dan strategi pelaksanaan pendalaman minat yang dilakukan melalui
kerjasama dengan perguruan tinggi sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
(Menunggu Panduan Pendalaman Minat di SMA oleh Direktorat PSMA)
18. Mutasi peserta didik
Pengaturan mutasi peserta didik antar satuan pendidikan diatur oleh satuan
pendidikan masing- masing dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
i. Menjelaskan bagaimana bentuk pendidikan kewirausahaan dikembangkan di
sekolah, (dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui
integrasi berbagai kegiatan sekolah, maupun kegiatan riil praktik wira usaha.
ii. Sekolah melakukan analisis internal sekolah dan dukungan lingkungan (eksternal
sekolah) untuk memperoleh jenis kewirausahaan yang sesuai untuk dilaksanakan.
iii. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dipadukan pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, dengan mengambil Kompetensi Dasar pada
Kewirausahaan yang sesuai dengan hasil analisis.
iv. Dapat diwujudkan dalam kegiatan, misalnya Pameran seni.
(lihat Panduan Pelaksanaan Kewirausahaan di SMA).
20. Pendidikan Kecakapan Hidup
Berisi tentang bagaimana penerapan pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di
sekolah. Dapat berupa implementasi dari mata pelajaran pada domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, atau pembiasaan yang dilakukan di sekolah.
9. BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN a. Pengertian Kalender Pendidikan.
b. Dasar Hukum Kalender Pendidikan yang berlaku pada tahun pelajaran berjalan.
c. Berisi tentang kalender pendidikan dan rencana time schedule kegiatan yang akan
dilaksanakan, dan disusun berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
kegiatan sekolah, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar
Isi.
d. Rencana Kegiatan atau jadwal memuat antara lain; kegiatan awal tahun, minggu efektif
(Proses Pembelajaran, Ujian, Ulangan, hari libur, PPDB, MOPDB/Pengenalan Lingkungan
Sekolah , dll)
e. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan
(Contoh kalender pendidikan terlampir).
f. Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan
mengikuti kalender pendidikan. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk
kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan
hari libur.
Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan Waktu Pelajaran yaitu dimulai
pada setiap awal tahun pelajaran, dengan kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik Baru
(MOPDB)/Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa kelas X, dan dengan mengacu
kepada Permendikbud nomor 18 tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah
Bagi Siswa Baru.
h. Pengaturan Waktu Belajar Efektif
1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,
2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk
muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh
satuan pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
daerah.
3) Dengan berpedoman kepada Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor:
420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Tengah, maka perlu diupayakan penyelenggaraan
pendidikan dengan waktu belajar 5 hari dalam seminggu.
i. Pengaturan Waktu Libur
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang
hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1: Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan
NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN
1. Minggu efektif
2. Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II
3. Libur akhir tahun pelajaran
Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
4. Hari libur keagamaan