Lampiran II : Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/ 480 /KUM/2016 Tanggal 28 Desember 2016
TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN OPERASIONAL PDAM BARITO KUALA, INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) MARABAHAN KELURAHAN ULU
BENTENG KECAMATAN MARABAHAN KOTA, KABUPATEN BARITO KUALA,
TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitaas air baku (influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting di seluruh dunia yang akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi.
Pembangunan berkelanjutan menentukan persyaratan kinerja lingkungan yang berdampak baik bagi suatu tatanan ekosistem. Untuk itu model manajemen lingkungan yang baik harus melalui kajian dampak yang akan terjadi sebagai akibat adanya suatu kegiatan pembangunan. Dampak tersebut merupakan hubungan sebab akibat atau hubungan kausal antara rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup dengan dampak yang bersifat negatif dan bersifat positif dan dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Hubungan sebab akibat tersebut dapat bersifat antagonik maupun bersifat sinergistik pada setiap tahapan kegiatan dan pada setiap rincian kegiatan.
Kegiatan Rencana Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota Kabupaten Barito Kuala saat ini sedang dalam tahap kegiatan pra konstruksi. Untuk lebih mengetahui secara rinci tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa PDAM Barito Kuala.
tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Melengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka kegiatan ini wajib dilengkapi dokumen UKL dan UPL. Pembangunan IPA 90 Liter/detik PDAM Barito Kuala di Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar, baik berupa dampak positif maupun dampak negatif, untuk meminimalkan dampak yang terjadi dari suatu kegiatan tersebut maka perlu dilakukan perencanaan pengelolaan lingkungan usaha kegiatan.
Perencanaan pengelolaan tersebut tertuang dalam dokumen sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Berdasarkan hasil prakiraan dan evaluasi terhadap dampak yang muncul akibat kegiatan Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, Kabupaten Barito Kuala, diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Komponen lingkungan yang terkena dampak tersebut meliputi komponen lingkungan fisik–kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat dimana besaran dan sifat dampak akan bervariasi terhadap komponen lingkungan yang satu dengan komponen yang lainnya baik pada tahap pra konsruksi, tahap konsruksi dan pasca konsruksi.
Untuk mengetahui bagaimana suatu komponen lingkungan akan berubah akibat adanya suatu aktivitas/kegiatan manusia, maka dilakukan perkiraan dampak lingkungan. Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan menggunakan kriteria atau standar baku mutu lingkungan yang ada sehingga perlu dilakukan arahan pengelolaan dan pemantauan. Pengelolaan terhadap dampak ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positifnya. Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan rona lingkungan dan dampak yang ditimbulkan maka pengelolaan yang dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap pra kontruksi, tahap kontruksi dan tahap pasca Kontruksi maka program kegiatan yang dilakukan adalah :
A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI, TAHAP KONSTRUKSI DAN TAHAP PASCA KONSTRUKSI
1. Pengelolaan Dampak Terhadap Survey Awal dan Perencanaan
memperoleh data primer dan data sekunder yang diperlukan baik dengan pengamatan dan pengukuran di rencana lokasi kegiatan maupun diperoleh dari instansiinstansi yang bersangkutan. Pada kegiatan survey awal dan perencanaan diperkirakan akan menimbulkan dampak persepsi positif dari masyarakat karena akan adanya peningkatan fasilitas pelayanan air bersih.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Sebelum melakukan kegiatan lapangan, melakukan pendekatan kepada RT/RW setempat dan masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan lokasi proyek.
• Menginformasikan lebih awal pada masyarakat/pelaku usaha di sekitar berkaitan kegiatan pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik bahwa akan dilakukan kegiatan survey awal dan perencanaan.
• Melakukan koordinasi di lapangan secara terus menerus dengan RT/RW, pihak aparat desa setempat untuk mengurangi timbulnya potensi potensi konflik.
• Survey awal dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat sekitar dapat melihat secara langsung dan memberikan masukan teknis.
2. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Peralatan dan Material
Kegiatan ini meliputi pengangkutan peralatan dan material untuk keperluan pembangunan IPA 90 Liter/detik. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini berpotensi menyebabkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas di jalanjalan yang dilewati kendaraan pengangkut material dan peralatan. Dampak yang diperkirakan akan terjadi adalah Dampak yang diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan mobilisasi material dan peralatan adalah penurunan kualitas udara, peningkatan volume lalu lintas, peningkatan kebisingan, dan kerusakan jalan.
a. Penurunan kualitas udara
Kualitas udara akan turun karena kegiatan mobilisasi alat berat yang ditandai dengan peningkatan partikel dan gas buang emisi kendaraan pengangkut alat berat tersebut.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengaturan arus lalulintas sehingga kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini berlangsung bertahap dan singkat sehingga tidak menimbulkan penurunan kualitas udara.
• Jadwal pengangkutan peralatan dan material disesuaikan dengan kondisi arus lalulintas dan sedapat mungkin dihindari saat jam jam sibuk lalulintas.
• Pemilihan kendaraan pengangkut material dan peralatan yang masih layak pakai dengan kondisi mesin yang masih memadai, untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan, termasuk tonase dan ukuran kendaraan pembawa material
• Kendaraan pembawa material harus dilengkapi dengan tutup sehingga material tidak mudah diterbangkan angin.
• Penutupan terutama untuk material yang mudah terdispersi dan terbawa oleh angin atau material sumber debu.
• Adanya ramburambu lalu lintas di sekitar area proyek yang menunjukkan arah lokasi pembangunan proyek.
Pada areal di dalam lokasi proyek yaitu :
• Menyiapkan lokasi penampungan material di dalam areal proyek dan khusus untuk materialmaterial yang mudah diterbangkan angin disimpan dalam tempat khusus.
• Penyiraman atau pembasahan secara berkala untuk mengurangi debu di dalam areal proyek maupun di sekitar lokasi permukiman penduduk terutama untuk daerahdaerah rawan debu. • Pembersihan ban kendaraan pengangkut material bila keluar
dari lokasi proyek sehingga tidak mengotori jalan yang dilewati dan tidak menimbulkan debu apabila kotoran tersebut telah mengering.
b. Peningkatan Kebisingan
Tingkat kebisingan pada saat kegiatan mobilisasi alat berat akan meningkat karena mobilitas keluar masuknya kendaraan pengangkut material dan peralatan dan diprakirakan akan melebihi baku mutu atau tingkat kebisingan yang disyaratkan oleh kesehatan.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Jadwal pengangkutan material dan peralatan sedapat mungkin tidak pada saatsaat istirahat penduduk atau pada malam hari.
• Pengaturan arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan di jalan sekitar proyek yang dapat menimbulkan kebisingan.
c. Penurunan Kinerja jalan
Kegiatan mobilisasi peralatan kerja dan material diprakirakan akan menambah volume lalu lintas di sekitar lokasi proyek. Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut material proyek setiap hari diprakirakan akan menurunkan kinerja jalan di sekitar proyek. Apabila kondisi jalan yang buruk sangat berpengaruh besar terhadap kemacetan bahkan tidak menutup kemungkinan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Setiap bak kendaraan pengangkut material urugan (tanah) diharuskan tertutup/tersedia jaring penutup pada bak kendaraan agar material tidak tercecer di jalan
• Penempatan petugas untuk mengatur keluar masuknya alatalat berat proyek di akses keluar masuk lokasi proyek
• Material dan peralatan yang akan digunakan berasal dari daerah yang paling dekat dengan lokasi proyek sehingga mengurangi terjadinya kemacetan atau penambahan arus lalulintas pada ruas jalan tertentu disekitar lokasi proyek.
• Mengatur lokasi yang cocok untuk penyimpanan material sehingga akan mengurangi gangguan yang disebabkan arus lalu lintas angkutan kendaraan pengangkut
• Adanya pemasangan rambu keluar masuk kendaraan proyek dilengkapi petugas proyek pada lokasi proyek.
• Adanya pemasangan dan pemeliharaan rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua rambu lalu lintas dan penghalang harus diberi garisgaris (strips) yang reflektif dan atau terlihat dengan jelas pada malam hari.
• Kontraktor harus menyediakan dan menempatkan petugas pengatur lalu lintas di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang diperkirakan mengganggu arus lalu lintas.
• Menyesuaikan kapasitas kendaraan pengangkut dengan tipe jalan yang dilalui agar tidak menimbulkan kerusakan jalan (< 10 ton).
• Jika terjadi pengiriman material dan peralatan berat pada malam hari, maka harus melalui koordinasi dengan Polsek setempat dan pihak Aparat Desa setempat.
3. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Tenaga Kerja
Mobilisasi tenaga kerja kegiatan Pembangunan IPA 90 Liter/detik di Kecamatan Marabahan Kota dilakukan langsung oleh kontraktor pelaksana proyek dengan jumlah tenaga kerja kurang lebih 20 orang yang dilakukan secara bertahap sesuai jadwal proyek. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak terjadinya dampak positif adanya kesempatan kerja, dan dampak negatif berupa adanya kecemburuan sosial/konflik sosial.
a. Kesempatan kerja
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja sejumlah kurang lebih 20 orang yang dilakukan secara bertahap, dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar proyek di wilayah sekitar proyek dan tenaga kerja dari luar wilayah proyek.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Memberikan informasi secara transparan kepada masyarakat tentang adanya lowongan tenaga kerja untuk kegiatan pengadaan dan Kegiatan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Air Bersih di Kecamatan Marabahan Kota Informasi dapat dilakukan satu pintu lewat Kantor Desa setempat. • Mengutamakan tenaga kerja non skill yang berasal dari daerah sekitar
proyek atau masyarakat Desa setempat.
• Adanya keterbukaan syaratsyarat tenaga kerja oleh kontraktor pelaksana dalam proses pengambilan tenaga kerja melalui sistem satu atap yaitu melalui kantor Desa setempat.
• Pemberian upah para pekerja baik mandor, tukang, tenaga kasar sesuai aturan yang umumnya berlaku melalui perjanjian antara kontraktor dan tenaga kerja yang terlibat sehingga terhindar adanya perselisihan.
• Melakukan kontrak kerja yang jelas sehingga pada masa pemutusan kerja tidak terjadi salah paham dan menimbulkan gejolak.
• Tenaga kerja yang terlibat wajib melapor dan menyerahkan KTP untuk dilakukan registrasi demi menjaga pelaksanaan proyek.
b. Peningkatan Pendapatan
Besaran dampak yang terjadi adalah besarnya pendapatan tenaga kerja sebanyak 20 orang yang digunakan selama kegiatan pra konstruksi dan konstruksi Kegiatan Pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik (tenaga skill dan tenaga non skill), dengan besar pendapatan minimal tenaga kerja adalah sesuai nilai UMR Kabupaten Barito Kuala atau pendapatan yang diterima setiap minggu oleh tukang yang disesuaikan dengan upah minimum untuk tiap tukang/mandor/buruh bangunan yang umumnya berlaku di Kabupaten Barito Kuala.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pemberian batas waktu kontrak yang jelas dan upah yang jelas termasuk tanggal penerimaan gaji.
• Untuk tenaga kerja yang digunakan, sistem upah/ gaji yang diberlakukan dan minimal disesuaikan dengan Upah Minimum Regional Kabupaten Barito Kuala atau tarif tukang/mandor/buruh bangunan yang umumnya diberikan di Kabupaten Barito Kuala.
c. Kecemburuan Sosial
Adanya kecemburuan sosial dapat terukur dengan jumlah masyarakat setempat yang protes atau mengeluh karena rekruitmen tenaga kerja oleh kontraktor pelaksana tidak diutamakan dari masyarakat sekitar Kecamatan Marabahan tersebut.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Prioritas tenaga kerja harus dari masyarakat Desa setempat melalui upaya memasukkan salah satu klausul atau SPK pada kontraktor pelaksana untuk mengambil tenaga kerja dari masyarakat sekitar proyek.
• Transparasi dalam proses rekruitmen dan dilewatkan informasi peluang kerja pada Kantor Desa setempat.
• Memberi kemudahan masyarakat yang akan berusaha untuk membuka warung di dalam areal proyek dan diutamakan pada masyarakat sekitar proyek.
Dalam kegiatan penyiapan lahan yang terdiri dari kegiatan pembersihan lahan, pengurugan dan pemadatan lahan menggunakan beberapa alat berat seperti dump truk. Dampak dari kegiatan Penyiapan Lahan adalah menimbulkan kebisingan dan penurunan kualitas udara.
a. Peningkatan Kebisingan
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja sejumlah kurang lebih 20 orang yang dilakukan secara bertahap, dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar proyek di wilayah sekitar proyek dan tenaga kerja dari luar wilayah proyek.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari dan pada waktu istirahat penduduk terutama yang menimbulkan kebisingan sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar.
• Pemilihan alat untuk kegiatan penyiapan lahan yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.
• Kegiatan penyiapan lahan dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan terjadinya kebisingan dari alat pemotong tanaman.
• Jika untuk kepentingan penyiapan lahan, diperlukan genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.
b. Penurunan Kualitas Udara
Kualitas udara akan turun karena kegiatan penyiapan lahan berupa pembersihan lahan dari tanaman, pengurugan dan pemadatan lahan akan meningkatkan dispersi debu ke udara.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan kegiatan pembersihan lahan secara bertahap sehingga meminimalkan terjadinya debu yang terdispersi ke udara.
• Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek dan permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk wilayahwilayah rawan debu.
• Pengangkutan material hasil pembersihan lahan berupa tanaman dan lainlain dengan kendaraan tertutup dan tidak melebihi kapasitas kendaraan pengangkut.
• Pada saat pembersihan lahan, apabila terdapat pohon – pohon besar di lokasi kegiatan diusahakan selama pohon – pohon tersebut tidak mengganggu rencana pembangunan maka pohon – pohon yang sudah hidup dan besar tetap dipertahankan/jangan dipotong.
5. Pengelolaan Dampak Terhadap Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp
Pembangunan dan pengoperasioan base camp digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan proyek maupun untuk tempat kegiatan sementara pekerja proyek. Kegiatan ini berdampak pada dihasilkannya air limbah dan sampah, gangguan kamtibmas dan adanya keresahan pada masyarakat sekitar proyek.
a. Dihasilkannya sampah
Kegiatan operasional seharihari basecamp akan menghasilkan sampah baik dari kegiatan kantor maupun dari aktivitas pekerja yang tinggal sementara di lokasi basecamp tersebut. Besaran jumlah sampah yang dihasilkan dari kegiatan tenaga kerja kurang lebih adalah 0,04 m3/hari, dengan asumsi setiap tenaga kerja membuang sampah 2 liter/orang/hari dengan jumlah tenaga kerja 20 orang. Sedangkan sampah yang berasal dari lapak atau sisa sisa konstruksi proyek diprakirakan sekitar 1 2 m3/hari, sehingga total sampah akibat adanya proyek dan aktivitas tenaga kerja proyek adalah 1,04 2,04 m3/ hari.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penyediaan tempat sampah di dalam areal proyek yang mudah diakses tenaga kerja dan mudah diambil oleh petugas kebersihan.
• Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk menangani sampah yang sifatnya adalah sampah kardus, plastik, sampah sisa kayu, dan bahanbahan bangunan lainnya agar dimanfaatkan kembali.
• Pemberlakuan larangan bagi tenaga kerja proyek untuk membuang sampahnya secara sembarangan.
• Bekerja sama dengan pihak ketiga/pengumpul material bekas/tukang puing dalam melakukan pengangkutan sampah proyek yang masih dapat dimanfaatkan namun tidak digunakan lagi di dalam proyek.
b. Dihasilkanya air limbah Domestik
Besaran volume air limbah yang dihasilkan dalam satu hari dari kegiatan pekerja proyek dengan asumsi kebutuhan air tiap pekerja 40 liter/orang/hari x 20 orang x 70% yaitu sebanyak 0,56 m3/hari.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan koordinasi untuk pemakaian KM/WC antara pemrakarsa dan kontraktor pelaksana sekaligus pemberian informasi terkait penggunaan sarana yang ada di dalam Base Camp.
• Memasang pemberitahuan untuk selalu menjaga kebersihan KM/WC dan lingkungan base camp pekerja.
• Larangan tenaga kerja proyek untuk membuang air limbahnya secara sembarangan.
• Melakukan penutupan atau merapikan kemabli bekas basecamp terutama untuk fasilitas KM/WC setelah proyek selesai.
c. Gangguan Kamtibmas
Pembangunan dan pengoperasian basecamp yang sebenarnya lebih banyak difungsikan sebagai tempat untuk mengkoordinasi kegiatan proyek sehari hari, pada akhirnya seringkali bertambah fungsi yaitu sebagai tempat tinggal sementara beberapa pekerja proyek ataupun untuk menyimpan beberapa peralatan atau bahan material proyek yang penting. Gangguan kamtibmas dapat terjadi dengan adanya faktorfaktor pemicu yaitu karena ketidakseimbangan dalam pola interaksi antara masyarakat proyek dan masyarakat sekitar proyek ataupun karena adanya tindak kriminalitas di dalam area proyek yang dapat merambat pada masyarakat sekitar proyek. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penempatan peralatan dan material sesuai dengan jenis materialnya terutama material mahal sehingga terhindar dari kasus pencurian.
• Memperbanyak penerangan malam hari di dalam wilayah proyek sehingga akan terkesan aman dan tidak gelap, terutama di lokasi dumping area untuk material.
• Bekerja sama dan berinteraksi secara aktif antara pemrakarsa dan petugas keamanan lingkungan.
• Jumlah tenaga kerja yang tinggal di base camp dibatasi dengan jumlah seminimal mungkin.
• Jika terdapat tenaga kerja yang menempati basecamp maka harus terdata secara rinci dan dilaporkan ke aparat terdekat minimal RT/RW setempat.
d. Keresahan Masyarakat
Adanya kegiatan pembangunan dan pengoperasian base camp, akan menyebabkan keresahan masyarakat karena keamanan dan kenyamanan masyarakat terganggu oleh adanya tenaga kerja yang mungkin mempunyai kebiasaan/budaya yang tidak sama dengan masyarakat sekitar, juga kemungkinan adanya gangguan keamanan dalam bentuk pencurian dan lainlain yang meresahkan masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Bekerja sama dan berinteraksi secara aktif antara masyarakat, aparat dan pemilik proyek.
• Sedikit mungkin atau dibatasinya keberadaan tenaga proyek yang menempati base camp.
• Peningkatan penerangan di dalam kawasan proyek.
• Melibatkan aparat Muspika dalam kegiatan pengamanan wilayah proyek. • Berkoordinasi antara kontraktor pelaksana dengan mandor proyek atau
pengawas proyek.
• Pihak pemrakarsa dapat memberikan ruang / lahan di sekitar area proyek bagi warga sekitar untuk membuka usaha.
• Penempatan petugas keamanan 24 jam di lokasi proyek.
• Bekerja sama dengan aparat Desa setempat terutama pendataan tenaga kerja di lokasi proyek sebagai penduduk sementara sehingga keberadaannya terpantau dan menyerahkan KTP.
6. Pengelolaan Dampak Terhadap Pekerjaan Bangunan Penunjang
ini berdampak pada penurunan kualitas udara, adanya kebisingan disekitar lokasi pekerjaan bangunan penunjang.
a. Penurunan Kualitas Udara
Pekerjaan pembangunan penunjang menimbulkan penurunan kualitas udara berupa peningkatan debu saat pelaksanaan galian tanah dan konstruksi bangunan seperti adanya kegiatan truk pembawa material dan pekerjaan konstruksi lainnya.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek dan permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk wilayahwilayah rawan debu.
• Pekerjaan pembangunan bangunan penunjang dilakukan sesuai SOP yang ada.
• Pemilihan peralatan untuk kegiatan galian yang masih layak pakai.
b. Peningkatan Kebisingan
Pekerjaan pembangunan penunjang dapat menimbulkan kebisingan karena adanya penggunaan alat kerja dan aktifitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pemilihan alat kerja yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.
• Jika untuk kepentingan pembangunan bangunan penunjang, diperlukan genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.
7. Pengelolaan Dampak Terhadap Pekerjaan Pemasangan Bangunan IPA Pekerjaan pemasangan bangunan IPA dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi selesai dilaksanakan. Pekerjaan pembangunan IPA yang menggunakan produk fabrikasi yang material hampir semua dari plat dan baja, maka resiko akan keselamatan kerja / K3 semakin meningkat. Kegiatan ini berdampak pada penurunan kualitas udara, adanya kebisingan disekitar lokasi pekerjaan pembangunan IPA.
a. Peningkatan kebisingan
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pemilihan alat kerja yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.
• Jika untuk kepentingan kegiatan pemasangan IPA, diperlukan genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.
b. Penurunan kualitas udara
Pekerjaan pemasangan bangunan IPA menimbulkan penurunan kualitas udara berupa peningkatan debu saat pelaksanaan pekerjaan pembangunan, seperti saat kegiatan welding plat baja.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek dan permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk wilayahwilayah rawan debu.
• Pekerjaan pemasangan IPA dilakukan sesuai SOP yang ada.
• Pemilihan peralatan untuk kegiatan galian yang masih layak pakai.
c. Keresahan Masyarakat
Dampak lain yang mungkin timbul dari kegiatan pekerjaan pemasangan bangunan IPA adalah keresahan masyarakat sekitar terutama kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan kerja.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Menjelaskan sistem pemasangan IPA yang direncanakan kepada aparat Desa dan warga sekitar bahwa sistem yang dipilih adalah lebih aman terhadap lingkungan
• Menginformasikan lebih awal pada masyarakat yang lokasinya dekat dengan lokasi rencana pemasangan IPA.
• Melakukan koordinasi di lapangan yang melibatkan masyarakat sekitar ketika akan dilakukan kegiatan pemasangan IPA.
d. Gangguan K3
resiko / bahaya, tidak ada tindakan pengamanan, pekerja tidak memakai alat pelindung dan sebagainya. Tercapainya keselamatan kerja dapat diperoleh jika didukung oleh kondisi peralatan yang digunakan selama proyek berlangsung dan kesehatan pekerja yang berada pada kondisi baik. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Memberlakukan kewajiban pada tenaga kerja proyek untuk menggunakan SK3 (Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
• Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3. • Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK)
kepada tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek. Kelengkapan penyertaan ASTEK tersebut dapat diinformasikan melalui papan pengumuman
• Melengkapi seluruh tenaga kerja proyek dengan alat pelindung diri untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.
• Memasang tanda atau peringatan bahaya pada pekerjaanpekerjaan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja dan tempattempat yang rawan bahaya.
• Memasang prosedur/ langkahlangkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek (SOP).
8. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Demobilisasi Peralatan dan Pembersihan Sisa Material
Kegiatan demobilisasi peralatan dan pembersihan sisa material adalah pengembalian peralatan yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan konstruksi. Kegiatan demobilisasi sisa material adalah pembuangan sisa material yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan konstruksi. Kegiatan demobilisasi sisa material (hasil pembersihan material sisa proyek di lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya) . Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak adanya penurunan kualitas udara, peningkatan volume lalulintas.
a. Penurunan kualitas udara
Kegiatan demobilisasi peralatan dan sisa material meliputi pengembalian peralatan ke lokasi asal peralatan dan pembuangan sisa material yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan konstruksi. Kualitas udara akan turun ditandai dengan adanya peningkatan partikel dan gas buang emisi kendaraan pengangkut pada kegiatan demobilisasi tersebut.
• Pengaturan arus lalulintas sehingga kegiatan demobilisasi peralatan ini berlangsung singkat sehingga tidak menimbulkan penurunan kualitas udara.
• Jadwal pengembalian peralatan disesuaikan dengan kondisi arus lalu lintas dan sedapat mungkin dihindari saat jamjam sibuk lalulintas • Pemilihan kendaraan pengangkut peralatan yang masih layak pakai
dengan kondisi mesin yang masih memadai, untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan.
b. Peningkatan Kebisingan
Besaran dampak peningkatan kebisingan adalah intensitas bising yang terjadi dibandingkan dengan kriteria tingkat kebisingan berdasarkan berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 53 tahun 2007, besaran dampak kebisingan yang terjadi diperkirakan adalah 70 80 dBA dan terjadi sesaat pada suatu waktu (Canter and Hill, 1999) atau saat kendaraan pengangkut material dan peralatan datang dan keluar dari lokasi proyek.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Jika melakukan demobilisasi peralatan dan pembersihan sisa material pada malam hari, maka harus melakukan izin kepada RT/RW setempat agar tidak mengganggu masyarakat.
• Pemakaian kendaraan yang layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan baik.
c. Penurunan Kinerja Jalan
Kegiatan demobilisasi peralatan dan sisa material diprakirakan akan menambah volume lalu lintas di sekitar lokasi proyek. Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut material proyek setiap hari diprakirakan akan menurunkan kinerja jalan di sekitar proyek. Apabila kondisi jalan yang buruk sangat berpengaruh besar terhadap kemacetan bahkan tidak menutup kemungkinan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Setiap bak kendaraan pengangkut sisa material, terutama pada material yang mudah terbawa angin diharuskan tertutup/tersedia jaring penutup pada bak kendaraan agar material tidak tercecer di jalan.
proyek.
• Melakukan pembersihan roda kendaraan yang keluar masuk lokasi proyek, dengan cara disemprot atau dibuatkan cekungan penampung air untuk pembersihan ban kendaraan tersebut, agar mencegah terjadinya dispersi debu dan ceceran material proyek.
• Pemberitahuan kepada RT/RW terdekat untuk jadwal dimulainya kegiatan demobilisasi peralatan dan sisa material kegiatan pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik
9. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Demobilisasi Tenaga Kerja Kegiatan demobilisasi tenaga kerja merupakan kegiatan pemutusan kerja sebagian atau seluruh pekerja yang sudah tidak terlibat lagi dalam kegiatan Pembangunan IPA 90 Liter/detik di Kecamatan Marabahan Kota. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak hilangnya kesempatan kerja.
a. Hilangnya kesempatan kerja
Peluang kelanjutan untuk bekerja bagi tenaga kerja yang terlibat dalam proyek pembangunan IPA 90 Liter/detik di Kecamatan Marabahan Kota pada akhirnya harus berakhir, sehingga dengan demikian maka kesempatan kerja akan hilang. Hilangnya kesempatan kerja akan berakibat dampak lanjutan berupa penurunan tingkat pendapatan yang selama ini telah diperoleh tenaga kerja yang terlibat sebanyak kurang lebih 20 orang tersebut.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pemberian informasi sejak awal kepada tenaga kerja terhadap batas kontrak kerja sama dengan kontraktor.
• Memberikan informasi kepada tenaga kerja yang telah habis masa kontraknya akan adanya kegiatan yang serupa di tempat lain.
• Memberikan referensi kerja kepada tenaga kerja sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bila melamar pekerjaan lain yang sejenis.
b. Penurunan Pendapatan
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pemberian informasi sejak awal kepada tenaga kerja terhadap batas kontrak kerja sama dengan kontraktor.
• Pemberian informasi sejak awal kepada sektor informal/pedagang disekitar lokasi kegiatan yang muncul bersamaan dengan kegiatan konstruksi berkaitan dengan berakhirnya kegiatan konstruksi pada Kegiatan Pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik. 10.Pengelolaan Dampak Terhadap Operasional IPA dan Bangunan
Penunjang
Kegiatan operasional IPA dan bangunan penunjang adalah kegiatan pengolahan air baku menjadi air bersih untuk selanjutnya didistribusikan air bersih ke masyarakat pelanggan. Kegiatan operasional IPA dan bangunan penunjang dapat menimbulkan dampak adanya kesehatan masyarakat dan keresahan masyarakat
a. Kesehatan Masyarakat
Dengan beroperasi nya IPA dan bangunan penunjang maka terdapat pelayanan air bersih kepada pelanggan/SR yang baru, sehingga masyarakat yang sebelumnya belum terlayani air bersih selanjutnya sudah mendapatkan pelayanan air bersih.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Menjaga kondisi sarana dan prasarana jaringan air bersih dan bangunan penunjang lainnya seperti assesoris pipa, instalasi pengolahan air, pompa, reservoir dan lainlain.
• Adanya informasi dari pihak pengelola (Unit IKK dan PDAM Kabupaten Barito Kuala) berkaitan dengan penambahan pelayanan jaringan / SR kepad pelanggan baru di Wilayah Kecamatan Marabahan.
• Adanya kegiatan penataan landscape/RTH disekitar area IPA IKK Marabahan.
b. Keresahan Masyarakat
Saat operasional IPA dan bangunan penunjang diprakirakan akan menimbulkan dampak adanya keresahan masyarakat yang khawatir akan adanya kebocoran pada IPA, reservoar, pompa dan jaringan pipa sehingga mengganggu sistem distribusi air ke masyarakat pelanggan.
• Menjaga kondisi jaringan pipa air bersih, IPA dan bangunan penunjang tidak mengalami gangguan atau kerusakan
11.Pengelolaan Dampak Terhadap Pemeliharaan IPA dan Bangunan Penunjang
Kegiatan pemeliharaan IPA dan bangunan penunjang berupa perawatan dan pembersihan IPA secara berkala sesuai jadwal pembersihan, perawatan dan pemeliharaan pompa, genset dan perawatan jaringan pipa, perawatan galian jaringan berupa penimbunan bekas galian pipa dipastikan dalam keadaan baik dan perawatan assesoris distribusi jaringan pipa. Kegiatan pemeliharaan IPA dan bangunan penunjang dapat menimbulkan dampak peningkatan kesehatan lingkungan.
a. Peningkatan kesehatan lingkungan
Kegiatan pemeliharaan IPA dan bangunan penunjang, merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh pihak Unit IKK untuk memberikan jaminan tersedianya air bersih yang memenuhi syarat dan layak untuk kesehatan dan kenyamanan bagi masyarakat luas akan meningkatan kesehatan lingkungan.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Menjaga kondisi sarana dan prasarana jaringan air bersih dan bangunan penunjang lainnya seperti assesoris pipa, instalasi pengolahan air, pompa, reservoir dan lainlain.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting, maka kegiatan Pembangunan Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, Kabupaten Barito Kuala dapat dinilai layak dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
2. Aspek teknis kegiatan Pembangunan Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, Kabupaten Barito Kuala telah didesain sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh. 3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan
segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik melalui pendekatan teknis, pendekatan sosial ekonomi budaya maupun pendekatan institusi.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat di wilayah Desa Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, menjadi wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama yang menguntungkan kedua belah pihak, sehingga proses pengelolaan dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka kegiatan Pembangunan Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, Kabupaten Barito Kuala layak bagi lingkungan.
BUPATI BARITO KUALA,