• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lamp II SK 480 Thn 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lamp II SK 480 Thn 2016"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran II : Keputusan Bupati Barito Kuala        Nomor 188.45/ 480 /KUM/2016        Tanggal 28 Desember 2016

TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN  PEMBANGUNAN DAN OPERASIONAL PDAM  BARITO KUALA, INSTALASI PENGOLAHAN AIR  (IPA) MARABAHAN KELURAHAN ULU 

BENTENG KECAMATAN MARABAHAN KOTA, KABUPATEN BARITO KUALA,

      

TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.

Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sistem atau   sarana   yang   berfungsi   untuk   mengolah   air   dari   kualitaas   air   baku (influent)   terkontaminasi   untuk   mendapatkan   perawatan   kualitas   air   yang diinginkan   sesuai   standar   mutu   atau   siap   untuk   di   konsumsi.   Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting di seluruh dunia yang akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi.

Pembangunan   berkelanjutan   menentukan   persyaratan   kinerja   lingkungan yang   berdampak   baik   bagi   suatu   tatanan   ekosistem.   Untuk   itu   model manajemen lingkungan yang baik harus melalui kajian dampak yang akan terjadi sebagai akibat adanya suatu kegiatan pembangunan. Dampak tersebut merupakan hubungan sebab  akibat atau hubungan kausal antara rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup dengan dampak yang bersifat negatif dan bersifat   positif   dan   dampak   adalah   suatu   perubahan   yang   terjadi   sebagai akibat   suatu   aktivitas.   Hubungan   sebab   akibat   tersebut   dapat   bersifat antagonik maupun bersifat sinergistik pada setiap tahapan kegiatan dan pada setiap rincian kegiatan.

Kegiatan   Rencana   Pembangunan   dan   Operasional   PDAM   Barito   Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan   Kota   Kabupaten   Barito   Kuala   saat   ini   sedang   dalam   tahap kegiatan   pra   konstruksi.   Untuk   lebih   mengetahui   secara   rinci   tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa PDAM Barito Kuala.

(2)

tentang   Jenis   Rencana   Usaha   dan/   atau   Kegiatan   yang   Wajib   Melengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka kegiatan ini wajib dilengkapi dokumen UKL dan UPL. Pembangunan IPA 90 Liter/detik PDAM Barito Kuala di  Kelurahan   Ulu   Benteng,   Kecamatan   Marabahan   Kota,  berpotensi   untuk menimbulkan   dampak   terhadap   lingkungan   sekitar,   baik   berupa   dampak positif maupun dampak negatif, untuk meminimalkan dampak yang terjadi dari suatu kegiatan tersebut maka perlu dilakukan perencanaan pengelolaan lingkungan usaha kegiatan. 

Perencanaan pengelolaan tersebut tertuang dalam dokumen sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. 

Berdasarkan   hasil   prakiraan   dan   evaluasi   terhadap   dampak   yang   muncul akibat kegiatan  Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan   Air   (IPA)   Marabahan   Kelurahan   Ulu   Benteng,   Kecamatan Marabahan Kota,  Kabupaten Barito Kuala, diperkirakan akan menimbulkan dampak   terhadap   lingkungan,   baik   yang   bersifat   positif   maupun   negatif. Komponen   lingkungan   yang   terkena   dampak  tersebut  meliputi   komponen lingkungan fisik–kimia, biologi, sosial ekonomi dan   budaya, serta kesehatan masyarakat  dimana   besaran   dan     sifat   dampak   akan   bervariasi   terhadap komponen lingkungan yang satu dengan komponen yang lainnya  baik pada tahap pra konsruksi, tahap konsruksi dan pasca konsruksi. 

Untuk  mengetahui  bagaimana   suatu   komponen   lingkungan   akan   berubah akibat adanya suatu aktivitas/kegiatan manusia, maka  dilakukan perkiraan dampak   lingkungan.   Metode   perkiraan   dampak   yang  digunakan  adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan menggunakan kriteria   atau   standar   baku   mutu   lingkungan   yang   ada  sehingga  perlu dilakukan   arahan   pengelolaan   dan     pemantauan.   Pengelolaan   terhadap dampak   ini   bertujuan   untuk   meminimalkan   dampak   negatif   dan mengoptimalkan dampak positifnya.  Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang   dilaksanaan   ini   berdasarkan   rona   lingkungan   dan   dampak   yang ditimbulkan maka pengelolaan yang dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap pra kontruksi, tahap kontruksi dan tahap pasca Kontruksi maka program kegiatan yang dilakukan adalah :

A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI, TAHAP KONSTRUKSI DAN TAHAP PASCA KONSTRUKSI

1. Pengelolaan Dampak Terhadap Survey Awal dan Perencanaan

(3)

memperoleh data primer dan data sekunder yang diperlukan baik dengan pengamatan dan pengukuran di rencana lokasi kegiatan maupun diperoleh dari instansi­instansi yang bersangkutan. Pada kegiatan survey awal dan perencanaan diperkirakan akan menimbulkan dampak persepsi positif dari masyarakat   karena   akan   adanya   peningkatan   fasilitas   pelayanan   air bersih.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Sebelum melakukan kegiatan lapangan, melakukan pendekatan kepada RT/RW   setempat   dan   masyarakat   sekitar   yang   berbatasan   langsung dengan lokasi proyek.

Menginformasikan lebih awal pada masyarakat/pelaku usaha di sekitar berkaitan   kegiatan   pembangunan   IPA   IKK   Marabahan   Kapasitas   90 Liter/detik   bahwa   akan   dilakukan   kegiatan   survey   awal   dan perencanaan.

Melakukan koordinasi di lapangan secara terus menerus dengan RT/RW, pihak   aparat   desa   setempat   untuk   mengurangi   timbulnya   potensi­ potensi konflik.

Survey   awal   dilakukan   secara   terbuka   sehingga   masyarakat   sekitar dapat melihat secara langsung dan memberikan masukan teknis.

2. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Peralatan dan Material

Kegiatan   ini   meliputi   pengangkutan   peralatan   dan   material   untuk keperluan pembangunan IPA 90 Liter/detik. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini berpotensi menyebabkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas di jalan­jalan yang dilewati kendaraan pengangkut material dan peralatan. Dampak yang diperkirakan akan terjadi adalah Dampak yang diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan mobilisasi material dan peralatan adalah   penurunan   kualitas   udara,   peningkatan   volume   lalu   lintas, peningkatan kebisingan, dan kerusakan  jalan.

a. Penurunan kualitas udara

Kualitas   udara   akan   turun   karena   kegiatan   mobilisasi   alat   berat   yang ditandai   dengan   peningkatan   partikel   dan   gas   buang   emisi   kendaraan pengangkut alat berat tersebut.  

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

(4)

Pengaturan   arus   lalu­lintas   sehingga   kegiatan   mobilisasi peralatan dan material ini berlangsung bertahap dan singkat sehingga tidak menimbulkan penurunan kualitas udara.

Jadwal   pengangkutan   peralatan   dan   material   disesuaikan dengan kondisi arus lalu­lintas dan sedapat mungkin dihindari saat jam­ jam sibuk lalu­lintas.

Pemilihan   kendaraan   pengangkut   material   dan   peralatan yang   masih   layak   pakai   dengan   kondisi   mesin   yang   masih   memadai, untuk   mengurangi   emisi   gas   buang   kendaraan,   termasuk   tonase   dan ukuran kendaraan pembawa material 

Kendaraan pembawa material harus dilengkapi dengan tutup sehingga material tidak mudah diterbangkan angin. 

Penutupan terutama untuk material yang mudah terdispersi dan terbawa oleh angin atau material sumber debu.

Adanya rambu­rambu lalu lintas di sekitar area proyek yang menunjukkan arah lokasi pembangunan proyek.

Pada areal di dalam lokasi proyek yaitu :

Menyiapkan   lokasi   penampungan   material   di   dalam   areal proyek dan khusus untuk material­material yang mudah diterbangkan angin disimpan dalam tempat khusus.

Penyiraman   atau   pembasahan   secara   berkala   untuk mengurangi   debu   di   dalam   areal   proyek   maupun   di   sekitar   lokasi permukiman penduduk terutama untuk daerah­daerah rawan debu. Pembersihan ban kendaraan  pengangkut material bila keluar

dari lokasi proyek sehingga tidak mengotori jalan yang dilewati dan tidak menimbulkan debu apabila kotoran tersebut telah mengering.

b. Peningkatan Kebisingan

Tingkat   kebisingan   pada   saat   kegiatan   mobilisasi   alat   berat   akan meningkat   karena   mobilitas   keluar   masuknya   kendaraan   pengangkut material dan peralatan dan diprakirakan akan melebihi baku mutu atau tingkat kebisingan yang disyaratkan oleh kesehatan.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Jadwal   pengangkutan   material   dan   peralatan   sedapat   mungkin   tidak pada saat­saat istirahat penduduk atau pada malam hari.

(5)

Pengaturan   arus   lalu   lintas   sehingga   tidak   terjadi   kemacetan   di   jalan sekitar proyek yang dapat menimbulkan kebisingan.

c. Penurunan Kinerja  jalan

Kegiatan   mobilisasi   peralatan   kerja   dan   material   diprakirakan   akan menambah volume lalu lintas di sekitar lokasi proyek. Kegiatan mobilisasi kendaraan   pengangkut   material   proyek   setiap   hari   diprakirakan   akan menurunkan   kinerja   jalan   di   sekitar   proyek.   Apabila   kondisi   jalan   yang buruk   sangat   berpengaruh   besar   terhadap   kemacetan   bahkan   tidak menutup kemungkinan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Setiap bak kendaraan pengangkut material urugan (tanah) diharuskan tertutup/tersedia  jaring  penutup  pada  bak kendaraan   agar  material tidak tercecer di jalan 

Penempatan petugas untuk mengatur keluar masuknya alat­alat berat proyek di akses keluar masuk lokasi proyek

Material dan peralatan yang akan digunakan berasal dari daerah yang paling   dekat   dengan   lokasi   proyek   sehingga   mengurangi   terjadinya kemacetan atau penambahan arus lalu­lintas pada ruas jalan tertentu disekitar lokasi proyek.

Mengatur   lokasi   yang   cocok   untuk   penyimpanan   material   sehingga akan mengurangi gangguan yang disebabkan arus lalu lintas angkutan kendaraan pengangkut

Adanya pemasangan rambu keluar masuk kendaraan proyek dilengkapi petugas proyek pada lokasi proyek.

Adanya pemasangan dan pemeliharaan rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua rambu lalu lintas dan penghalang harus diberi garis­garis (strips) yang reflektif dan atau terlihat dengan jelas pada malam hari.

Kontraktor   harus   menyediakan   dan   menempatkan   petugas   pengatur lalu lintas di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang  diperkirakan mengganggu arus lalu lintas. 

Menyesuaikan kapasitas kendaraan pengangkut dengan tipe jalan yang dilalui agar tidak menimbulkan kerusakan jalan (< 10 ton).

(6)

Jika terjadi  pengiriman material dan peralatan berat pada malam hari, maka   harus   melalui   koordinasi   dengan   Polsek   setempat   dan   pihak Aparat Desa setempat.

3. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Tenaga Kerja

Mobilisasi   tenaga   kerja   kegiatan   Pembangunan   IPA   90   Liter/detik   di Kecamatan Marabahan Kota dilakukan langsung oleh kontraktor pelaksana proyek dengan jumlah tenaga kerja kurang lebih 20 orang yang dilakukan secara   bertahap   sesuai   jadwal   proyek.   Kegiatan   ini   akan   menimbulkan dampak terjadinya dampak positif adanya kesempatan kerja, dan dampak negatif berupa adanya kecemburuan sosial/konflik sosial.

a. Kesempatan kerja

Kegiatan   mobilisasi   tenaga   kerja   sejumlah   kurang   lebih   20   orang   yang dilakukan secara bertahap, dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada  masyarakat sekitar proyek  di  wilayah sekitar  proyek  dan  tenaga kerja dari luar wilayah proyek.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Memberikan   informasi   secara   transparan   kepada   masyarakat   tentang adanya lowongan tenaga kerja untuk kegiatan pengadaan dan Kegiatan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Air Bersih di Kecamatan Marabahan Kota Informasi dapat dilakukan satu pintu lewat Kantor Desa setempat. Mengutamakan tenaga kerja non skill yang berasal dari daerah sekitar

proyek atau masyarakat Desa setempat.

Adanya   keterbukaan   syarat­syarat   tenaga   kerja   oleh   kontraktor pelaksana dalam proses pengambilan tenaga kerja melalui sistem satu atap yaitu melalui kantor Desa setempat.

Pemberian upah para pekerja baik mandor, tukang, tenaga kasar sesuai aturan yang umumnya berlaku melalui perjanjian antara kontraktor dan tenaga kerja yang terlibat sehingga terhindar adanya perselisihan.

Melakukan   kontrak   kerja   yang   jelas   sehingga   pada   masa   pemutusan kerja tidak terjadi salah paham dan menimbulkan gejolak.

(7)

Tenaga kerja yang terlibat wajib melapor dan menyerahkan KTP untuk dilakukan registrasi demi menjaga pelaksanaan proyek.

b.  Peningkatan Pendapatan

Besaran   dampak   yang   terjadi   adalah   besarnya   pendapatan   tenaga   kerja sebanyak 20 orang yang digunakan selama kegiatan pra konstruksi dan konstruksi   Kegiatan   Pembangunan   IPA   IKK   Marabahan   Kapasitas   90 Liter/detik (tenaga skill dan tenaga non skill), dengan besar pendapatan minimal tenaga kerja adalah sesuai nilai UMR Kabupaten Barito Kuala atau pendapatan   yang   diterima   setiap   minggu   oleh   tukang   yang   disesuaikan dengan upah minimum untuk tiap tukang/mandor/buruh bangunan yang umumnya berlaku di Kabupaten Barito Kuala.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Pemberian   batas   waktu   kontrak   yang   jelas   dan   upah   yang   jelas termasuk tanggal penerimaan gaji.

Untuk   tenaga   kerja   yang   digunakan,   sistem   upah/   gaji   yang diberlakukan   dan   minimal   disesuaikan   dengan   Upah   Minimum Regional   Kabupaten   Barito   Kuala   atau   tarif   tukang/mandor/buruh bangunan yang umumnya diberikan di Kabupaten Barito Kuala.

c. Kecemburuan Sosial

Adanya   kecemburuan   sosial   dapat   terukur   dengan   jumlah   masyarakat setempat yang protes atau mengeluh karena rekruitmen tenaga kerja oleh kontraktor   pelaksana   tidak   diutamakan   dari   masyarakat   sekitar Kecamatan Marabahan tersebut.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Prioritas   tenaga   kerja   harus   dari  masyarakat  Desa   setempat   melalui upaya   memasukkan   salah   satu   klausul   atau   SPK   pada   kontraktor pelaksana     untuk   mengambil   tenaga   kerja   dari   masyarakat   sekitar proyek.

Transparasi   dalam   proses   rekruitmen   dan   dilewatkan   informasi peluang kerja pada Kantor Desa setempat.

Memberi kemudahan masyarakat yang akan berusaha untuk membuka warung   di   dalam   areal   proyek   dan   diutamakan   pada   masyarakat sekitar proyek.

(8)

Dalam kegiatan penyiapan lahan yang terdiri dari kegiatan pembersihan lahan,   pengurugan   dan   pemadatan   lahan   menggunakan   beberapa   alat berat seperti dump truk. Dampak dari kegiatan Penyiapan Lahan adalah menimbulkan kebisingan dan penurunan kualitas udara.

a. Peningkatan Kebisingan

Kegiatan   mobilisasi   tenaga   kerja   sejumlah   kurang   lebih   20   orang   yang dilakukan secara bertahap, dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada  masyarakat  sekitar proyek   di  wilayah  sekitar  proyek  dan  tenaga kerja dari luar wilayah proyek.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Sedapat   mungkin   tidak   melakukan   kerja   pada   malam   hari   dan   pada waktu   istirahat   penduduk   terutama   yang   menimbulkan   kebisingan sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar.

Pemilihan alat untuk kegiatan penyiapan lahan yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.

Kegiatan   penyiapan   lahan   dilakukan   secara   bertahap   untuk meminimalkan terjadinya kebisingan dari alat pemotong tanaman.

Jika   untuk   kepentingan   penyiapan   lahan,   diperlukan   genset   maka genset   harus   dalam   keadaan   layak   pakai   dan   tidak   menimbulkan kebisingan berlebihan.

b. Penurunan Kualitas Udara

Kualitas   udara   akan   turun   karena   kegiatan   penyiapan   lahan   berupa pembersihan lahan dari tanaman, pengurugan dan pemadatan lahan akan meningkatkan dispersi debu ke udara.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Melakukan   kegiatan   pembersihan   lahan   secara   bertahap   sehingga meminimalkan terjadinya debu yang terdispersi ke udara.

Penyiraman   atau   pembasahan   secara   berkala   pada   areal   di   sekitar proyek   dan   permukiman   penduduk   terdekat   untuk   mengurangi   debu terutama untuk wilayah­wilayah rawan debu. 

Pengangkutan   material  hasil   pembersihan   lahan   berupa  tanaman  dan lain­lain   dengan   kendaraan     tertutup   dan   tidak   melebihi   kapasitas kendaraan pengangkut. 

(9)

Pada saat pembersihan lahan, apabila terdapat pohon – pohon besar di lokasi   kegiatan   diusahakan   selama   pohon   –   pohon   tersebut   tidak mengganggu rencana pembangunan maka pohon – pohon yang sudah hidup dan besar tetap dipertahankan/jangan dipotong.

5. Pengelolaan   Dampak   Terhadap  Pembangunan   dan   Pengoperasian Basecamp

Pembangunan   dan   pengoperasioan   base   camp     digunakan   untuk mengkoordinasikan   kegiatan   proyek   maupun   untuk   tempat   kegiatan sementara pekerja proyek. Kegiatan ini berdampak pada dihasilkannya air limbah   dan   sampah,   gangguan   kamtibmas   dan   adanya   keresahan   pada masyarakat sekitar proyek.

a. Dihasilkannya sampah

Kegiatan   operasional   sehari­hari  basecamp     akan   menghasilkan   sampah baik   dari   kegiatan   kantor   maupun   dari   aktivitas   pekerja   yang   tinggal sementara   di   lokasi   basecamp   tersebut.   Besaran   jumlah   sampah   yang dihasilkan dari kegiatan tenaga kerja kurang lebih adalah 0,04 m3/hari, dengan asumsi setiap tenaga kerja membuang sampah 2 liter/orang/hari dengan   jumlah   tenaga  kerja   20   orang.   Sedangkan   sampah  yang   berasal dari lapak atau sisa ­ sisa konstruksi proyek diprakirakan sekitar 1 ­ 2 m3/hari, sehingga total sampah akibat adanya proyek dan aktivitas tenaga kerja proyek adalah 1,04 ­ 2,04 m3/ hari.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Penyediaan tempat sampah di dalam areal proyek yang mudah diakses tenaga kerja dan mudah diambil oleh petugas kebersihan.

Melakukan   kerjasama   dengan   pihak   ketiga   untuk   menangani   sampah yang sifatnya  adalah  sampah  kardus, plastik,  sampah sisa kayu, dan bahan­bahan bangunan lainnya agar dimanfaatkan kembali.

Pemberlakuan   larangan   bagi   tenaga   kerja   proyek   untuk   membuang sampahnya secara sembarangan.

(10)

Bekerja   sama   dengan   pihak   ketiga/pengumpul   material   bekas/tukang puing dalam melakukan pengangkutan sampah proyek yang masih dapat dimanfaatkan namun tidak digunakan lagi di dalam proyek.

b. Dihasilkanya air limbah Domestik

Besaran volume air limbah yang dihasilkan dalam satu hari dari kegiatan pekerja   proyek   dengan   asumsi   kebutuhan   air   tiap   pekerja   40 liter/orang/hari x 20 orang x 70% yaitu sebanyak 0,56 m3/hari.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Melakukan koordinasi untuk pemakaian KM/WC antara pemrakarsa dan kontraktor pelaksana sekaligus pemberian informasi terkait penggunaan sarana yang ada di dalam Base Camp.

Memasang   pemberitahuan   untuk   selalu   menjaga   kebersihan   KM/WC dan lingkungan base camp pekerja.

Larangan tenaga  kerja  proyek  untuk membuang  air  limbahnya secara sembarangan.

Melakukan   penutupan   atau   merapikan   kemabli   bekas   basecamp terutama untuk fasilitas KM/WC  setelah proyek selesai.

c. Gangguan Kamtibmas

Pembangunan dan pengoperasian basecamp yang sebenarnya lebih banyak difungsikan sebagai tempat untuk mengkoordinasi kegiatan proyek sehari­ hari,   pada   akhirnya   seringkali   bertambah   fungsi   yaitu   sebagai   tempat tinggal   sementara   beberapa   pekerja   proyek   ataupun   untuk   menyimpan beberapa peralatan atau bahan material proyek yang penting. Gangguan kamtibmas dapat terjadi dengan adanya faktor­faktor pemicu yaitu karena ketidakseimbangan   dalam   pola   interaksi   antara   masyarakat   proyek   dan masyarakat sekitar proyek ataupun  karena adanya tindak kriminalitas di dalam area proyek yang dapat merambat pada masyarakat sekitar proyek. Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Penempatan   peralatan   dan   material   sesuai   dengan   jenis   materialnya terutama material mahal sehingga terhindar dari kasus pencurian.

Memperbanyak   penerangan   malam   hari   di   dalam   wilayah   proyek sehingga   akan   terkesan   aman   dan   tidak   gelap,   terutama   di   lokasi dumping area untuk material.

(11)

Bekerja   sama   dan   berinteraksi   secara   aktif   antara   pemrakarsa   dan petugas keamanan lingkungan.

Jumlah tenaga kerja yang tinggal di base camp dibatasi dengan jumlah seminimal mungkin. 

Jika   terdapat   tenaga   kerja   yang   menempati   basecamp   maka   harus terdata secara rinci dan dilaporkan ke aparat terdekat minimal RT/RW setempat.

d. Keresahan Masyarakat

Adanya   kegiatan   pembangunan   dan   pengoperasian   base   camp,   akan menyebabkan keresahan masyarakat  karena keamanan dan kenyamanan masyarakat terganggu oleh adanya tenaga kerja yang mungkin mempunyai kebiasaan/budaya     yang   tidak   sama   dengan   masyarakat   sekitar,   juga kemungkinan adanya gangguan keamanan dalam bentuk pencurian dan lain­lain yang meresahkan masyarakat.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Bekerja sama dan berinteraksi secara aktif antara masyarakat, aparat dan pemilik proyek.

Sedikit   mungkin   atau   dibatasinya   keberadaan   tenaga   proyek   yang menempati base camp.

Peningkatan penerangan di dalam kawasan proyek.

Melibatkan aparat Muspika dalam kegiatan pengamanan wilayah proyek. Berkoordinasi antara kontraktor pelaksana dengan mandor proyek atau

pengawas proyek.

Pihak   pemrakarsa   dapat   memberikan   ruang   /   lahan   di   sekitar   area proyek bagi warga sekitar untuk membuka usaha.

Penempatan petugas keamanan 24 jam di lokasi proyek. 

Bekerja sama dengan aparat Desa setempat terutama pendataan tenaga kerja   di   lokasi   proyek   sebagai   penduduk   sementara   sehingga keberadaannya terpantau dan menyerahkan KTP.

6. Pengelolaan Dampak Terhadap Pekerjaan Bangunan Penunjang

(12)

ini   berdampak   pada   penurunan   kualitas   udara,   adanya   kebisingan disekitar lokasi pekerjaan bangunan penunjang.

a. Penurunan Kualitas Udara

Pekerjaan   pembangunan   penunjang   menimbulkan   penurunan   kualitas udara   berupa   peningkatan   debu   saat   pelaksanaan     galian   tanah   dan konstruksi bangunan seperti adanya kegiatan truk pembawa material dan pekerjaan konstruksi lainnya.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di   sekitar   proyek   dan   permukiman   penduduk   terdekat   untuk mengurangi debu terutama untuk wilayah­wilayah rawan debu. 

Pekerjaan pembangunan bangunan penunjang  dilakukan sesuai SOP yang ada.

Pemilihan   peralatan   untuk   kegiatan   galian   yang   masih layak pakai.

b. Peningkatan Kebisingan

Pekerjaan pembangunan penunjang dapat menimbulkan kebisingan karena adanya   penggunaan   alat   kerja   dan   aktifitas   pekerjaan   yang   dilakukan tenaga kerja.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Pemilihan   alat   kerja   yang   masih   layak   pakai   untuk mengurangi tingkat kebisingan.

Jika   untuk   kepentingan   pembangunan   bangunan penunjang, diperlukan genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.

7. Pengelolaan Dampak Terhadap Pekerjaan Pemasangan Bangunan  IPA Pekerjaan   pemasangan   bangunan   IPA   dilaksanakan   setelah   pekerjaan pondasi   selesai   dilaksanakan.   Pekerjaan   pembangunan   IPA   yang menggunakan produk fabrikasi yang material hampir semua dari plat dan baja,   maka   resiko   akan   keselamatan   kerja   /   K3   semakin   meningkat. Kegiatan   ini   berdampak   pada   penurunan   kualitas   udara,   adanya kebisingan disekitar lokasi pekerjaan pembangunan IPA.

a. Peningkatan kebisingan

(13)

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Pemilihan   alat   kerja   yang   masih   layak   pakai   untuk mengurangi tingkat kebisingan.

Jika   untuk   kepentingan   kegiatan   pemasangan   IPA, diperlukan genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.

b. Penurunan kualitas udara

Pekerjaan   pemasangan   bangunan   IPA   menimbulkan   penurunan   kualitas udara   berupa   peningkatan   debu   saat   pelaksanaan     pekerjaan pembangunan, seperti saat kegiatan welding plat baja.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di   sekitar   proyek   dan   permukiman   penduduk   terdekat   untuk mengurangi debu terutama untuk wilayah­wilayah rawan debu. 

Pekerjaan   pemasangan   IPA    dilakukan  sesuai   SOP   yang ada.

Pemilihan   peralatan   untuk   kegiatan   galian   yang   masih layak pakai.

c. Keresahan Masyarakat

Dampak lain yang mungkin timbul dari kegiatan pekerjaan pemasangan bangunan   IPA     adalah   keresahan   masyarakat   sekitar   terutama kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan kerja.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Menjelaskan   sistem   pemasangan   IPA   yang   direncanakan   kepada aparat Desa dan warga sekitar bahwa sistem yang dipilih adalah lebih aman terhadap lingkungan 

Menginformasikan lebih awal pada masyarakat yang lokasinya dekat dengan lokasi rencana pemasangan IPA.

Melakukan   koordinasi   di   lapangan   yang   melibatkan   masyarakat sekitar ketika akan dilakukan kegiatan pemasangan IPA.

d. Gangguan K3

(14)

resiko / bahaya, tidak ada tindakan pengamanan, pekerja tidak memakai alat   pelindung   dan   sebagainya.   Tercapainya   keselamatan   kerja   dapat diperoleh   jika   didukung   oleh   kondisi   peralatan   yang   digunakan   selama proyek berlangsung dan kesehatan pekerja yang berada pada kondisi baik.  Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Memberlakukan   kewajiban   pada   tenaga   kerja   proyek   untuk menggunakan SK3 (Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3. Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK)

kepada tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek. Kelengkapan penyertaan   ASTEK   tersebut     dapat   diinformasikan   melalui   papan pengumuman

Melengkapi   seluruh   tenaga   kerja   proyek   dengan   alat   pelindung   diri untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.

Memasang tanda atau peringatan bahaya pada pekerjaan­pekerjaan yang mempunyai   resiko   kecelakaan   kerja   dan   tempat­tempat   yang   rawan bahaya.

Memasang prosedur/ langkah­langkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek (SOP).

8. Pengelolaan   Dampak   Terhadap   Kegiatan   Demobilisasi   Peralatan   dan Pembersihan Sisa Material

Kegiatan   demobilisasi   peralatan   dan   pembersihan   sisa   material   adalah pengembalian peralatan yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan konstruksi.  Kegiatan demobilisasi  sisa material adalah pembuangan sisa material   yang   sudah   tidak   digunakan   lagi   dalam   kegiatan   konstruksi. Kegiatan demobilisasi sisa material (hasil pembersihan material sisa proyek di   lokasi   rencana   kegiatan   dan   sekitarnya)   .   Kegiatan   ini   dapat menimbulkan   dampak   adanya   penurunan   kualitas   udara,   peningkatan volume lalu­lintas.

a. Penurunan kualitas udara

Kegiatan demobilisasi peralatan dan sisa material   meliputi pengembalian peralatan   ke   lokasi   asal   peralatan   dan   pembuangan   sisa   material   yang sudah   tidak   digunakan   lagi   dalam   kegiatan   konstruksi.   Kualitas   udara akan turun ditandai dengan adanya peningkatan partikel dan gas buang emisi kendaraan pengangkut pada kegiatan demobilisasi tersebut.

(15)

Pengaturan arus lalu­lintas sehingga kegiatan demobilisasi peralatan  ini berlangsung   singkat   sehingga   tidak   menimbulkan   penurunan   kualitas udara.

Jadwal pengembalian peralatan disesuaikan dengan kondisi arus lalu­ lintas dan sedapat mungkin dihindari saat jam­jam sibuk lalu­lintas  Pemilihan   kendaraan   pengangkut   peralatan   yang   masih   layak   pakai

dengan kondisi mesin yang masih memadai, untuk mengurangi emisi gas buang  kendaraan.

b. Peningkatan Kebisingan

Besaran   dampak   peningkatan   kebisingan   adalah   intensitas   bising   yang terjadi   dibandingkan   dengan   kriteria   tingkat   kebisingan   berdasarkan berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 53 tahun 2007, besaran dampak kebisingan yang terjadi diperkirakan adalah 70 ­ 80 dBA dan   terjadi   sesaat   pada   suatu   waktu   (Canter   and   Hill,   1999)   atau   saat kendaraan   pengangkut   material   dan   peralatan   datang   dan   keluar   dari lokasi proyek.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Jika melakukan demobilisasi peralatan dan pembersihan sisa material pada malam hari, maka harus melakukan izin kepada RT/RW setempat agar tidak mengganggu masyarakat.

Pemakaian   kendaraan   yang   layak   pakai   untuk   mengurangi   tingkat kebisingan baik.

c. Penurunan Kinerja Jalan

Kegiatan   demobilisasi   peralatan   dan   sisa   material   diprakirakan   akan menambah volume lalu lintas di sekitar lokasi proyek. Kegiatan mobilisasi kendaraan   pengangkut   material   proyek   setiap   hari   diprakirakan   akan menurunkan   kinerja   jalan   di   sekitar   proyek.   Apabila   kondisi   jalan   yang buruk   sangat   berpengaruh   besar   terhadap   kemacetan   bahkan   tidak menutup kemungkinan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Setiap bak kendaraan pengangkut sisa material, terutama pada material yang   mudah   terbawa   angin   diharuskan   tertutup/tersedia   jaring penutup pada bak kendaraan  agar material tidak tercecer di jalan.

(16)

proyek.

Melakukan   pembersihan   roda   kendaraan   yang   keluar   masuk   lokasi proyek,  dengan cara disemprot atau dibuatkan cekungan penampung air   untuk   pembersihan   ban   kendaraan   tersebut,   agar   mencegah terjadinya dispersi debu dan ceceran material proyek.

Pemberitahuan   kepada   RT/RW   terdekat   untuk   jadwal   dimulainya kegiatan   demobilisasi   peralatan   dan   sisa   material   kegiatan pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik

9. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Demobilisasi  Tenaga Kerja Kegiatan demobilisasi  tenaga kerja merupakan kegiatan pemutusan kerja sebagian   atau   seluruh     pekerja   yang   sudah   tidak   terlibat   lagi   dalam kegiatan Pembangunan IPA 90 Liter/detik di Kecamatan Marabahan Kota. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak hilangnya kesempatan kerja.

a. Hilangnya kesempatan kerja

Peluang kelanjutan untuk  bekerja  bagi  tenaga kerja  yang  terlibat  dalam proyek   pembangunan   IPA   90   Liter/detik   di   Kecamatan   Marabahan   Kota pada   akhirnya   harus   berakhir,   sehingga   dengan   demikian   maka kesempatan kerja akan hilang. Hilangnya kesempatan kerja akan berakibat dampak lanjutan berupa penurunan tingkat pendapatan yang selama ini telah diperoleh tenaga kerja yang terlibat sebanyak kurang lebih 20 orang tersebut. 

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Pemberian   informasi   sejak   awal   kepada   tenaga   kerja   terhadap   batas kontrak kerja sama dengan kontraktor.

Memberikan   informasi   kepada   tenaga   kerja   yang   telah   habis   masa kontraknya akan adanya kegiatan yang serupa di tempat lain.

Memberikan   referensi   kerja   kepada   tenaga   kerja   sehingga   dapat digunakan   sebagai   bahan   pertimbangan   bila   melamar   pekerjaan   lain yang sejenis.

b. Penurunan Pendapatan

(17)

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Pemberian   informasi   sejak   awal   kepada   tenaga   kerja   terhadap   batas kontrak kerja sama dengan kontraktor.

Pemberian   informasi   sejak   awal   kepada   sektor   informal/pedagang disekitar   lokasi   kegiatan   yang   muncul   bersamaan   dengan   kegiatan konstruksi   berkaitan   dengan   berakhirnya   kegiatan   konstruksi   pada Kegiatan Pembangunan IPA IKK Marabahan Kapasitas 90 Liter/detik. 10.Pengelolaan   Dampak   Terhadap   Operasional   IPA   dan   Bangunan

Penunjang

Kegiatan   operasional   IPA   dan   bangunan   penunjang   adalah   kegiatan pengolahan air baku menjadi air bersih untuk selanjutnya didistribusikan air   bersih   ke   masyarakat   pelanggan.   Kegiatan   operasional   IPA   dan bangunan   penunjang   dapat   menimbulkan   dampak   adanya   kesehatan masyarakat dan keresahan masyarakat

a. Kesehatan Masyarakat

Dengan   beroperasi   nya   IPA   dan   bangunan   penunjang   maka   terdapat pelayanan   air   bersih   kepada   pelanggan/SR   yang   baru,   sehingga masyarakat yang sebelumnya belum terlayani air bersih selanjutnya sudah mendapatkan pelayanan air bersih.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Menjaga kondisi sarana dan prasarana jaringan air bersih dan bangunan penunjang   lainnya   seperti   assesoris   pipa,   instalasi   pengolahan   air, pompa, reservoir dan lain­lain.

Adanya informasi dari pihak pengelola (Unit IKK dan PDAM Kabupaten Barito Kuala) berkaitan dengan penambahan pelayanan jaringan / SR kepad pelanggan baru di Wilayah Kecamatan Marabahan.

Adanya kegiatan penataan landscape/RTH disekitar area IPA IKK  Marabahan.

b. Keresahan Masyarakat

Saat   operasional   IPA   dan   bangunan   penunjang   diprakirakan   akan menimbulkan dampak adanya keresahan masyarakat yang khawatir akan adanya kebocoran pada IPA, reservoar, pompa dan jaringan pipa sehingga mengganggu sistem distribusi air ke masyarakat pelanggan.

(18)

Menjaga kondisi jaringan pipa air bersih, IPA dan bangunan penunjang tidak mengalami gangguan atau kerusakan

11.Pengelolaan   Dampak   Terhadap   Pemeliharaan   IPA   dan   Bangunan Penunjang

Kegiatan   pemeliharaan   IPA   dan   bangunan   penunjang   berupa   perawatan dan pembersihan IPA secara berkala sesuai jadwal pembersihan, perawatan dan pemeliharaan pompa, genset dan perawatan jaringan pipa, perawatan galian  jaringan   berupa   penimbunan   bekas   galian   pipa   dipastikan   dalam keadaan baik dan perawatan assesoris distribusi jaringan pipa. Kegiatan pemeliharaan IPA dan bangunan penunjang dapat menimbulkan dampak peningkatan kesehatan lingkungan.

a. Peningkatan kesehatan lingkungan

Kegiatan pemeliharaan IPA dan bangunan penunjang, merupakan kegiatan penting   yang   harus   dilakukan   oleh   pihak   Unit   IKK   untuk   memberikan jaminan   tersedianya   air   bersih   yang   memenuhi   syarat   dan   layak   untuk kesehatan   dan   kenyamanan   bagi   masyarakat   luas   akan   meningkatan kesehatan lingkungan.

Upaya   pengelolaan   yang   harus   dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

Menjaga kondisi sarana dan prasarana jaringan air bersih dan bangunan penunjang   lainnya   seperti   assesoris   pipa,   instalasi   pengolahan   air, pompa, reservoir dan lain­lain.

B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN

Dari   hasil   analisis   prakiraan   dampak   penting   dan   evaluasi   dampak penting,   maka  kegiatan  Pembangunan  Pembangunan   dan   Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota,  Kabupaten Barito Kuala  dapat dinilai layak dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

(19)

2. Aspek   teknis  kegiatan  Pembangunan  Pembangunan   dan   Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu   Benteng,   Kecamatan   Marabahan   Kota,  Kabupaten   Barito   Kuala telah   didesain   sedemikian   rupa   sehingga   terjamin   keamanannya   dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan  yang akan diperoleh. 3. Penanganan   dampak   terhadap   lingkungan   dapat   ditangani   dengan

segera   dan   tidak   memerlukan   teknologi   yang   sangat   canggih   namun lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang dampak   tersebut   terjadi.   Dari   dampak   yang   timbul   telah   diberikan rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik melalui   pendekatan   teknis,   pendekatan   sosial  ­  ekonomi  ­   budaya maupun pendekatan institusi.

4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat di wilayah  Desa Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, menjadi wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah   dapat   dilakukan   komunikasi   dan   pendekatan   atau   sosialisasi bersama   yang   menguntungkan   kedua   belah   pihak,  sehingga   proses pengelolaan   dampak   pada   aspek   adanya   gesekan   atau ketidaksepahaman   dengan   masyarakat   sekitar   dapat   segera diminimalisir.

Dari   beberapa   pertimbangan   tersebut,   maka  kegiatan  Pembangunan Pembangunan dan Operasional PDAM Barito Kuala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Marabahan Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan Kota, Kabupaten Barito Kuala layak bagi lingkungan.

BUPATI BARITO KUALA,

(20)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

tidak ada pekerjaa-pekerjaan pengangkatan di sekitarnya (lifting) di sekitar lokasi pemasangan perancah. 4) Petugas keselamatan kerja / safety bekerja sama dengan