• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA laran .lcnderal Gatot Sul>roto - Jakarta 10270

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

(2)

, ,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

Jalan Jcndera! Gatot Subroto -Jakarta 10270

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR· . TAHUN 1996

TENTANG

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbag: a.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

) :. l : ~ , . • .

Bahwa NegaraRepubiik

ind~~esia

adalah negara hukum . . . ' : . ; . . ~

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram dan tertib, dan menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum;

(3)

b. bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan merata diseluruh tanah air, memerlukan biaya besar yang harus· digaH terutama dari sumber kemampuan sendiri;

e. bahwa dalam rangka kemandirian tersebut, peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di bidang perpajakan perlu terus ditingkatkan, dengan mendorong kesadaran, pemahaman dan pellghayatan bahwa pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional serta merupakan salah satu kewajiban kenegaraan sehingga setiap anggota masyarakatwajib berperan aktif dalam melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya;

d. bahwa dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan perpajakan sering terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh Wajib Pajak sebagaimana mestinya sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa;

e. bahwa Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang PenagihanPajak Negara Dengan Surat Paksa tidak dapat scpenuhnya mendukung pelaksanaan Ulldang-undang perpajakan yang berlaku sehubungan dcngan adanya perkembangan kehidupan masyarakat yang dinamis dan perubahan perundang-undangan-perpajakan, sehingga diperlukan Undang-undang penagihan pajak yang mampu memberi kepastian hllkllm dan keadilan serta dapat mendorong peningkatan kepatuhan masyarakat dalammemenuhi kewajiban perpajakannya;

(4)

f.

bahwa oleh karena itu Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa dipandang perlu diganti;

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104);

3. Undang-undangNomor6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umur dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lem'baran Negara Nomor 3566);

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263), sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3567);

5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 "tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264),

(5)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor II Talmn 1994 (Lembaran Negara Talmn 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3568); 6. Undang-undang Nomor 12 Talmn 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor68.

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312), sebagaimana telah dillbah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Talmn 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Ncgara Nomor 3569); 7. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Talmn 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3474);

8. Undang- undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587) 9. Undang-undang Nomor 8 Tahun 19'95 tentang Pasar

Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608);

10. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612);

11. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Tahlln 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613);

(6)

12. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengaltl Tanah (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 42 ,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3632);

13. Undang-Undang Nomor .... Tahun 19 ... tentang Badan Peradilan Pajak (Lembaran Negara Tahun .... Nomor .... , Tambahan Lembaran Negara Nomor );

14. Undang-undang Nomor Tahun tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun Nomor Tambahan Lembaran Negara Nomor);

15. Undang-undang Nomor Tahun tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun Nomor .... ,Tambahan Lembaran Negara Nomor ... );

16. Vendu. Reglement Staatblad 1908 Nomor 189 (Peraturan Lelang Tahun 1908);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : U\JOANG-UNDANG TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA.

(7)

BABI

KETENTUAN UMUM Pasall

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat termasuk bea masuk dan Cukai, bea balik nama tanah dan bangunan, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah menu rut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu;

3. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

4. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perusahaan publik, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun,reksadana, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha lainnya;

5. Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat Jurusita Pajak dan mencrbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,Pencabutan Sita,

(8)

Pengumuman Lelang, Pembatalan Pelaksanaan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan atau surat-surat lain yang diperlukan bagi penagihan pajak" sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utallg pajak menurut peraturan perulldang-undangan yang berlaku;

6. Jurusita Pajak adalah pctugas yang diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat serta bertugas sebagai pelaksana tindakan penagihan yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, penyampaian Surat Paksa, penyitaan, atau penyanderaan;

7. Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tindakan penagihan dilaksanakan;

8. Badan Peradilan Pajak adalah suatu badan peradilan khusus sebagai pelaksana kekuasaall kehakiman di bidang perpajakan;

9. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak dan tahun pajak;

II. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak,termasuk sanksi administrasi berupa bunga, dendla atau kenaikan dan biaya penagihan pajak;

(9)

Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang,Pembatalan Lelang dan biaya-biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak;

13. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang dan atau hak Penanggung Pajak, gunadijadikanjaminan untukmelunasi utang pajak menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

14. Objek sita adalah barang dan atauhak Penanggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak;

15. Lelang adalah setiap penjuatan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara Hsan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli;

16. Kantor Lelang adalah kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara Ielang;

17. Risalah Lelang adalah Berita Acara Pelaksanaan Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang atau kuasanya dalam bentuk yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan Ie lang yang berlaku;

18. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu;

19. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu;

20. Gugatan adalah upaya hukum termasuk sanggahan yang diajukan oleh Penanggung Pajak atau pihak ketiga sehubungan dengan tindakan pelaksanaan penagihan;

(10)

21. Menteri adalah Menteri Kel.llangan Republik Indonesia;

22. Kepala Daerah adalah Kepala Daerah Tingkat I atau Kepala Daerah Tingkat II;

23. Pemerintah Daerah adalah pemerintah daerah yang wilayahhukumnya me\iputi tempat tindaka1l1 penagihan dilaksanakan.

BABII

PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK

Pasal2

(1) Menteri benvenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak pusat. (2) Kepala Daerah berwellang menunjuk P(tiabat untuk penagihan pajak

daerah.

(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dan ayat (2) berwenang:

1) Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak; 2) Menerbitkan:

a. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus; b. Surat Paksa;

e. Surat Perintah Me\aksanakan Penyitaan; d. Surat Perintah Penyanderaan;

(11)

e. Pcneabutan Sita; f. Pengumuman Lelang;

g. Pembatalan Pelaksanaan Lelang; atau

h. surat-surat lain yang diperlukan bagi pelaksanaan penagihan pajak.

Pasal3

(\) Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat.

(2) Untuk dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dengan keputusan Menteri.'

Pasal4

(I) Sebelum menjalankan tugasnya Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agamanya oleh Pejabat, yang bunyinya sebagai berikut:

"Saya bersumpah/bcrjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau eara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapunjuga.

"Saya bersumpahlberjanji bahwa saya, untuk melakllkan atau tidak melakllkan sesllatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kaij akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Paneasila sebagai dasar dan

(12)

ideologi negara, undang Dasar 1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik J ndonesia".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak

membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adi Inya seperti layaknya bagi seorang Jumsita Pajak yang berbudi baik danjujur, menegakkan hukum dan keadilan". (2) Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnyaharus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak dan harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak.

Pasal5 (1) Jurusita Pajak bertugas:

I) melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus; 2) memberitahukan Surat Paksa;

3) melaksanakan penyitaan atas barang-barang dan atau hak Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan~

4) melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan;

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita Pajak berwenang:

(13)

lemari, laci-Iaci dan tempat-tempat lain, untuk menemukan objek sita di tempat usahadan melakukan penyitaan, di tempat kedudukan atau di tempat tinggal Penanggung Pajak atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita;

2) meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Kehakiman, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain dalam rangka melaksanakan penagihan pajak. (3) Juru sita Pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang

mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah.

Pasal6

Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila:

1) Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama lamanya atau berniat untuk itu;

2) Penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekeljaan yang dilakukannya di Indonesia ataupun memindah tangankan barang-barang dan atau hak-hak yang dimilikinya atau dikuasainya;

3) terdapat tanda-tanda Ibahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itlLl;

(14)

5) terjadi penyitaan atas barang-barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda ... .

BABIII

SURATPAKSA

Pasal7

(1) Surat Paksa berkepala kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA", mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sarna dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Surat Paksa sekllrang-kurangnya harus memuat:

1) nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak;

2) besarnya utang pajak;

3) perintah untuk membayar.

Pasal8

Surat Paksa diterbitkan apabila:

1) Penanggung Pajak tidak melllnasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atausurat lain yang sejenis;

(15)

2) terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau

3) Penanggullg Pajak tidak memelluhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan allgsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Pasal9

(1) Dalam hal terjadi keadaan di luar kekuasaan Pejabat, Surat Paksa Pengganti dapat diterbitkan olch Pejabat karena jabatannya.

(2) Surat Paksa Pengganti sebagaimana terse but da lam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).

PasallO

(1) Surat Paksa diberitahukan oleh Jum sita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan SuratPaksa kepada Penallggung Pajak.

(2) Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tallggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Juntsita Pajak, nama yang menerima dan tempat pemberitabuan Surat Paksa.

(3) Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Juntsita Pajak kepada:

1) Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan;

(16)

bekerja di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai;

3) salahseorangahli wasiatatau pelaksana wasiatatauyangmengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; atau

4) para ahli wasiat, apabila Wajib Pajak tetah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.·

(4) Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada : 1) pcngurus, direksi, komisaris, pernegang saham, pemilik modal atau sekutu, baik dii tempat kedudukan badan yangbersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan; atau

2) pegawai setingkat pemimpindi tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana tersebut pada angka 1). (5) Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan

kepada Hakim Komisaris atau Balai Harta Peninggalan, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pcmbcresan, atau Iikuidator.

(6) Dalam hal Wajib Pajak menunjukscorang kuasadengan surat kuasa khusus untuk mcnjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa terscbut.

(17)

(3) dan ayat (4) tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa disampaikan meJalui Pemerintah Daerah setempat.

(8) Dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempatusahaatau tempatkedudukannya,maka penyampaian Surat Paksa dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman kantor Pejabat yang menerbitkannya.

Mengumumkan melalui media massa atau cara lain. yang ditetapkan oleh Menteri atau Kepala Daerah.

(9) Dalam hal Surat Paksa hams dilaksanakan di luar wilayah kerja Pejabat, Pejabat tersebut meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah.

(110) Pejabat yang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9), memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada Pejabat yang meminta bantuan.

(11) Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menerima Surat Paksa Jurusita Pajak meninggalkan Surat Paksa tersebut, mencatatnya dalam Derita Acara bahwa Penanggung Pajak tidak mau menerima Smat Paksa dan Surat Paksa dianggap teUah diberitahukan.

Pasalll

PeUaksanaan Surat Paksi:! tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 24 (dua puluh empat) jam seteiah Surat Paksa diberitahukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

(18)

BABIV

PENYITAAN

Pasal12 .

(1) A pabi la utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu sebagaimana dirriaksud dalam Pasal 11, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

(2) Penyitaan dilaksanakan oieh JunisitaPajakdengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Prijak:dan dapat dipercaya.

(3) Walaupun Penanggullg Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat

dilaksanakan dengan syarat~eorang saksi sebagaimana dimaksud .1 dalam ay at (2) berasal dari PemerintahDaerah setempat.

(4) Setiap melaksanakan penyitaan, Juru sita Pajak membuat BeritaAcara ' . . . '. ,"

Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi.

(5) Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap mempunyai kekuatan mengikat, meskipun Penanggung.,Pajakme,I1?lak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita scbagaimana dimaksud dalam ayat (4).

(6) Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang gerak atau barang tak gerak yang disita, atau di tempat barang gerak atau barang tak gerakyang disita berada, dan atau di tempat-tempat umum.

(19)

Pasal13

Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak, tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan ..

Pasal14

(1) Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak benlpa:

I) barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, sa ham, atau surat berharga lainnya, piutang, pcnyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau

2) barang tak bergerak termasuk tanah, bangunan, kapal dengan bobot tertentu yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukim; atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebanidengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

(2) Penyitaan sebagaimana dimaksud dalani ayat (I) dilaksamlkansampai dengan nilai barang dan atau hak yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

(3) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan hak-hak lainnya selain sebagaimana dimaksud daJam ayat (I).

Pasal15

(l) Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:

(20)

. . - - -

-1) pakaian, tempat tidur besertaperlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya; 2) persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan

beserta peratatan memasak yang berada di rumah; 3) perlengkapan Penanggung pajak yang bersifat dinas;

4) buku-buku yang bertalian dengan jabatan/pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang di pergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmua

ll;

5) peralatan yang digunakan untuk pekerjaan atau usaha sehari-hari yangjumlah nilai keseluruhannya tidak lebih dari Rp. 3.000.000,00 (tigajuta rupiah); atau

6) peralatan pellyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

(2) Jenis dan nilai barang bergerak lainnya yang dikecualikan dari penyitaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasall6

Barang-barang yang telah disita, dititipkan kepada Penanggung Pajak kecuali apabila menurut JUl"Usita Pajak barang-barang tersebut perlu disimpan di kantor Pejabat atau di tempat lain;

Pasall7

(1) Penyitaan tcrhadap deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

(21)

(2) Dalam hal penyitaandilaksanakanterhadap barang-barangdanatauhak-hak yang kepemilikannya terdaftar, Salinan Befita Acara Pelaksanaan Sita diserahkan kepada instansi tempat kepemiJikan barang-barang atau hak tersebut terdaftar.

(3) DaJam hal penyitaan dilaksanakan terhadap barang tak bergerak yang kepemilikannya belum terdaftar, luru sita Pajak menyampaikan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Pemerintah Daerah setempat dan Pengadilan Negeri setempat untllkdiumumkan menurut cam yang lazim di tempat itu.

Pasal18

(1) Terhadap barang-barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana. lurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa dengan dilarnpiri surat pernberitahuan yang menyatakan bahwa barang-barang dirnaksud akan disita apabila proses pembuktian telah scJesai dan diputuskan bahwa barang-barang bukti dikernbalikan kepada Penanggung Pajak.

(2) Kejaksaanatau Kepolisian segera memberitahukan kepadaPejabatyang menerbitkan Surat Paksa agar segera melaksanakan penyitaan sebelum barang-barang dimaksud dikembalikan kepada Penanggung Pajak.

Pasal19

(1) Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang-barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang.

(2) Terhadap barang-barang yang telah disita sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Jurusita Pajak menyampaikanSUI·at Paksa kepada Hakim Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang.

(22)

(3) Hakim Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) segera memanggil pihak-pihak yang bersangkutan untuk bersidang pada hari yang terdekat guna menetapkan barang yang telah disita sebagai jaminan pelunasan utang pajak.

(4) Instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),setelah menerima Surat Paksa menjadikan barang yang telah disita sebagai jaminan pelunasan utang pajak.

(5) Hakim Pengadilan Negeri atau instansi yang berwenang, menentukan pembagian hasil penjualan. barang-barang tersebut berdasarkan ketentuan hak mendahulu negara untuk tagihan pajak.

(6) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segalahak mendahulu lainnya, keeual i terhadap:

1) biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun tak bergerak; 2) biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang;

atau

3) biaya per-kara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

(7) Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap segera disampaikan oleh Hakim Pengadilan Negeri· kepada Kantor Lelang lIntllk dipergllnakan sebagai dasar pembagian hasillelang.

Pasal20

(1) Dalam hal objek sita berada di luar wilayah kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa, Pejabat meminta bantuan kepada Pejabatyang

(23)

wilayah kerjanya meliputi tempat objek sita berada untuk menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan terhadap objek sita dimaksud, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah.

(2) Dalam hal objek sita letaknya berjauhan dengan tempat kedudukan Pejabat tetapi masih dalam wilayah kerjanya.

Pejabat tersebut dapat meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya juga meliputi tempat objek sita berada untuk menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

(3) Pejabatyang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat( I) dan ayat (2), memberitahukan pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan tersebut kepada Pejabat yang meminta bantuan segera setelah penyitaan dilaksanakan dengan mengirimkan Berita Acara PeJaksanaan Sita.

PasaI21

Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan dan utang pajak.

Pasal22

(1) Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak atau berdasarkan plltllsan hakim atau ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah.

(2) Pencabutan sita sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)dilaksanakan berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh Pejabat.

Pasal23 (1) Penanggung Pajak dilarang:

(24)

~---I) mem indahkan hak, . memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan barang yang telah disita;

2) membebani barang-barang Yang telah disita dengan hakjaminan untuk pelunasan utang tertentu atau

3) Merusak, meneabut atau menghilangkan salinan berita acara pelaksanaan sita yang t~lahditempel pada barang sitaan.

(2) Pananggung Pajak yang melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dine~ ~~i pidana sesuai ketentuanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal14

Ketentuan mengenai tata cara penyitaan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

PasailS

(I) Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan tidak dilunasi setelah dilaksankan penyitaan, Pejabat berwenang melaksankan penjualan seera lelang terhadap barang-barang yang disita melalui kantor lelang (2) Barang atau hak yangdisita bempa uang tunai, deposito, tabungan,

saldo uang di bank atau saldo rekening korang obligasi, saham atau surat berharga lainnya, serta piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan dari penjualan secara Ie lang sebagai mana dimaksud dalam ayat (I)

(3) Barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan untuk membayar utang pajak dengan eara :

(25)

---~1

I) uang tunai disetor ke kas negara atau kas daerah;

2) deposito beljangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dipindah bukukan ke rekening kas negara atau kas daerah atas permintaan Pejabat kepada bank yang bersangkutan;

3) obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek, dijual di bursa efek atas penn intaan Pejabat;

4) piutang dibuatkan persetujuan tentang pengalihan hak menagih piutang dari Penanggung Pajak kepada Pejabat.

(4) Apabila pihak-pihak sebagaimana dimaksud daJam ayat (3) angka 2), angka 3), dan angka 4) tidak melaksanakan kewajibannya, dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pemndang-undangan yang berlaku.

(5) Ketentuan mengenai tatacara penjualan barang-barang dan hak-hak yang dikecualikan dari penjualan secara lelang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasa126

(I) Pen jualan secara lelang terhadap barang-barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 ayat (1) dilaksanakan sekurang-kurangnya 8 (delapan) hari setelah penyitaan.

(2) Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan Ie lang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.

(26)

(3) Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani asli Risalah Lelang.

(4) Pejabat dan Jurusita Pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.

Pasal27

(l) Lelang tetap dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan keberatan.

(2) Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.

(3) Apabila Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan atau berdasarkan putusan hakim, atau objek lelang musnah, maka lelang tidak dilaksanakan.

Pasal28

(I) Hasil Ielang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.

(2) Hak Penanggung Pajak atas barang-barang yang telah dilelang berpindah ikepada pemlbeli, dan kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak.

(27)

BABV

PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN

Pasal29

Pencegahan dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Pasal30

(1) Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri atas permintaan Pejabat atau atasan Pejabat yang bersangkutan.

(2) Keputusan Pencegahan memuat sekurang-kurangnya:

I) identitas Penanggung Pajak yang dikenakan Pencegahan; 2) alasan untuk me1akukan Pencegahan;

3) jangka waktu Pencegahan.

(3) Jangka waktu Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) angka 3) paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk paling banyak 2 (dua) kalli masing-masing tidak lebih dari 6 (enam) bulan.

(4) Keputusan Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan Pencegahan, Menteri Kehakiman dan Pejabat yang memohon Pencegahan

(28)

(5) Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung Pajak Wajib Pajak hadan atau ahli waris.

Pasal31

Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan.

Pasal32

Pencegahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal33

(1) Penyanderaan dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

(2) Penyanderaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Smat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan . oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteriatau Kepala Daerah Tingkat I.

(3) Masa penyanderaan paling lama I (satu) tahun.

(4) Surat Perintah Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat tanggal izin penyanderaan, nama Penanggung Pajak, tempat dan lamanya penyanderaan.

(5) Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalal11 hal Penanggung Pajak sedang beribadah atau sedang mengikllti sidang resmi atau sedang

(29)

mengikuti Pemilihan Umum. Pasal 29 dan Pasal 33 ayat (I) dapat diubah dengan Peraturan

(6) Besarnya jumlah utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pemerintah.

Pasal34 (1) Penanggung Pajak yang disandera dilepas:

1) apabila utang pajak dan biaya penagihan telah dibayar lunas; 2) apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah

Penyanderaan itu telah terpenuhi;

3) berdasarkan putusan hakim Badan Peradilan Pajak; atau

4) berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri atau Kepala Daerah Tingkat I.

(2) Sebelum Penanggung Pajak diJepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) angka 1), angka 3) dan angka 4), Pejabat segera memberitahukan secara tertulis kepada kepala tempat penyanderaan sebagaimana tercantum dalam Surat Perintah Penyanderaan.

Pasal35

Penyanderaan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Pasal36

Ketentuan mengenai tata cara dan tempat penyanderaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

(30)

BABVI

GUGATAN

Pasal37

(1) Gugatan Penanggung Pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan hanya dapat diajukan kepada Badan Peradilan Pajak.

(2) Gugatan Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) tidak menunda pelaksanaan penagihan.

Pasal38

(I) Gugatan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang-barang yang disita hanya dapat diajukankepada Pengadilan Negeri.

(2) Pen gad i Ian Negeri yang menerima surat gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l), memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat.

(3) Pejabat menangguhkan pelaksanaan penagihan hanya terhadap barang-barang yang digugat kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Pasal39

(1) Gugatan Penanggung Pajak terhadap.:

a. pelaksanaan Surat Paksa, sita dan lelang tidak dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.

(31)

b. pelaksanaan penyanderaan, tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.

(2) Gugatan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.

BABVII

KETENTUAN KHUSUS

Pasal40

(1) Penanggllng Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan kepada Pejabat terhadap Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan dan Pengumuman Lelang yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.

(2) Pejabat karenajabatan atau atas permohonan Penanggung Pajak dapat membetulkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Sura Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan dan Pengumuman Lelang yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.

(3) Tindakan pelaksanaan penagihan dilanjutkan setelah kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh Pejabat.

Pasal41

(l) Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran

(32)

pajak, Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang-barang yang telah dilelang.

(2) Pejabat mengembalikan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dalam bentuk uang sesllai dengan ketentuan perundang-t.mdangan perpajakan yang berlaku.

Pasal42

Penagihan pajak tidak dilaksanakan apabila tclah daluwarsa sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

HABVIlI

KETENTUANPERALlllAN

Pasal43

. , (1) Tindakan pelaksanaan penagihall bcrdasarkan Undang-llndang Nomor 19 Tahllll 1959 yang belum dapat diselesaikan pada saat berlakunya Undang-undang ini, ditetapkan sebagai berikut:

1) dalam hal Surat Paksa sudah diterbitkan tetapi belum d iserahkan kepada Penanggung Pajakyang bersangkutan,Surat

, . , , '. . ~

Paksa tersebut dinyatakan batal demi hukum;

2) dalam hal Surat Paksa sudah diseral1kan kepada yang bersangkutan, pelaksanaan sita yang belum diproses diselesaikan berdasarkan Undang-undang ini.

3) dalam hal Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan sudah diterbitkan tetapi belum dilaksanakan, Surat Perintah

(33)

Melaksanakan Penyitaan tersebut dinyatakan batal demi hukum;

4) dalam hal Ielang sudah diproses tetapi belum diselesaikan, tetap diselesaikan berdasarkan Undang-undang lama; (2) Gugatan Penanggung Pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan

sebelum tanggal I lanuari 1998, diajukan kepada badan peradilan yang bersangkutan.

BABIX

KETENTUANPENUTUP

Pasal44

(I) Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 63 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 1850) dinyatakan tidak berlaku.

(2) Dengan berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan di bidang penagihan pajak tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini atau belum diganti dengan peraturan pelaksanaan yang barn.

Pasal45

Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa".

Pasal46

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

(34)

Disahkan di Jakarta pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd,

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ttd,

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR ... .

(35)

UMUM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jalan Jenderal Gatot Subroto - Jakarta 10270

RANCANGAN PENJELASAN

AT AS

UNDANG-:-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 1996

TENTANG

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar ] 945 adalah mewujudkan masyarakat adit, makmur dan merata. Tujuan luhur yang demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional secara bertahap, terencana,

(36)

terarah dan berkesinambungan. Untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional tersebut diperlukan dana dari masyarakat, antara lain berupa pembayaran pajak. Oleh karena itu, peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Namun demikian, dalam kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Terhadap tunggakan pajak tersebut perlu dilakukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Selama ini tindakan penagihan diniaksud dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tabun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara Dengan Surat Paksa.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 kurang dapat sepenuhnya mendukung pelaksanaan Undang-undang perpajakan yang berlaku sekarang, sebab selain Undang-undang perpajakan telah mengalami perubahan,juga karena adanya perkembangan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Oleh karen a itu, diperlukan Undang-undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang dapat memenuhi perkembangan kehidupan masyarakat yang dinamis, dapat mcngatasi semua permasalahan yang timbul di masyarakat khususnya permasalahan mengenai tunggakan pajak serta dapat memberikan motivasi peningkatan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak.

Undang-undang penagihan pajak yang demikian itu diharapkan akan dapat memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan tersebut berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil, serasi dan selaras dalam wujud tata aturan yangjelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

(37)

Undang-undang Penagihan Pajak DenganSurat Paksa mengatur ketentuan tentang tata cara tindakan penagihan pajak yang berupa penagihan seketika dan sekaligus, pelaksanaan Surat Paksa, penyitaan, penyanderaan dan Pencegahan, serta pelelangan.

Melalui Undang-undang ini, Surat Paksa diberi kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sarna dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tettlP dan tidak dapat diajukan banding, sehingga Surat Paksa langsung dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti sampai pelelangan barang-barang Penanggung Pajak. Meskipun demikian, Undang-undang ini tetap memberikan perlindungan hukum berupa hak untuk mengajukan gugatan. Gugatan Penanggung Pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan diajukan ke Badan Peradilan Pajak sesuai dengan kewenangannya, sedangkan gugatan pihak· ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita diajukan ke Pengadilan Negeri.

Beberapa pokok pengaturan yang terkandung dalam Undang-undang ini adalah sebagai berikut:

a. Ketentuan tentang pengertian Penariggung Pajak diperluas untuk menyesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yaitu untuk Wajib Pajak badan,Penanggung Pajak adalah pengurus yang pengertiannya telah diperluas termasuk juga orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan;

b. Dalam hal-hal tertentu, dapat dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus;

c. Memperjelas dan mempertegas penyampaian Surat Paksa secara lebih rinei tentang kepada siapa, dimana, kapan dan bagaimana

(38)

Surat Paksa disampaikan serta kemungkinan pembetulan serta penggantian Surat Paksa;

d. Ketentuan ten tang penyitaan barang dan atau hak yang digunakan sebagai jaminan pelunasan utang pajak diatur secara lebih rinci danjelas serta tegas yang meliputijenis, status, nilai serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik Penanggung Pajak;

e. Untuk melindllngi kepentingan masyarakat Wajib Pajak, diberikan I

pengeeualian terhadap barang-barang yang dapat disita;

f. Penyitaan terhadap deposito berjangka, tabllngan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahlllu;

g. Untuk kepentingan negara, diatur secara lebih tegas tentang hak mendahllill yang dimiliki oleh negara terltadap pembagian hasil Ielang bas-ang-barang milik Penanggung Pajak

h. Dalam rangka mendorong masyarakat agar menglltamakan kewajiban kenegaraan, ketentuan tentang pelaksanaan penagihan sampai dengan Ie lang lebih dipertegas walaupun Wajib Pajak mengajukan keberatan;

i.

Untuk melindungi kepentingan pembeli barang hasil lelang, Risalah Lelang digunakan sebagai dasar pengalihan hak;

j. Dalam hal-hal tertentll Pencegahan atau penyanderaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggllng Pajak agar melunasi lItang pajaknya I zin penyanderaan yang dulunya diberikan oleh Gubernllr, menurut Undang-undang ini diberikan oleh Menteri Keuangan atau Kepala Daerah Tingkat

J;

(39)

k. Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan penyederhanaan prosedur, gugatan Penanggung Pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan hanya dapat diajukan ke Badan Peradilan Pajak dan gugatan tidak dapat diajukan setelah Ie lang dilaksanakan; 1. Dalam hallelang telah dilaksanakan dan Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan 'banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak.

Maka Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang-barang yang telah dilelang, tetapi Pejabat mengembalikannya dalam bentuk uang sebagai pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yangberlaku.

PASAL DEMI PASAL Pasall

Pasal ini memuat rumusan mengenai· pengertian istilah yang bersifat teknis dan baku yang dipergunakandalam Undang-undang ini. Rumusan pengertian istilah ini diperlukan untuk mencegah adanya salah penafsiran dalam melaksanakan pasal-pasalyang bersangkutan, sehingga dapat memberi kemudahan dan kelancaran baik bagi Wajib Pajak maupun bagi aparatur dalam melaksanakan hak dan'

ke~ajibannya.

Pasal2 Ayat (I)

Pejabat untuk penagihan pajak pusat misalnya Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Yang dimaksud dengan pajakpusat adalah pajak yang

(40)

dipungllt oIeh pemerintah pllsat misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa,Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak BlIl11i dan Bangunan, Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan terl11asuk Bea Masuk dan Cukai.

Ayat(2)

Pejabat untuk penagihan pajak daerah misalnya Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pel11crintah dacrah l11isalnya Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Pe:nerangan Jalan, Pajak Kendaraan Berl11otor. Ayat(3)

Ayat ini mengatur ketentuan tentang pemberian kewenangan kepada Pejabat untuk mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

I

angka

6

serta menerbitkan surat-surat lain misalnya surat permintaan bantu an kepada kepolisian atau surat permintaan Pencegaban.

Pasal3 Ayat(l) Cukupjelas Ayat(2) Cukupjelas Pasal4 Ayat(l) Cukupjelas

(41)

Ayat (2) Cukupjelas Pasa15 Ayat (1) Pasal3 Angka I) Cukupjelas Angka 2) Cukupjelas Angka3) Ayat (3)

Ayat ini mengatur ketentuan tentang pembenan kewenangan kepada Pejabat untuk mengangkat dan memberhentikan Juru sita Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasall angka 6 serta menerbitkan surat-surat lain misalnya surat permintaan bantuan kepada kepolisian atau surat jpermintaan pencegahan.

Ayat (I)

(42)

Ayat(2) Cukup jelas Pasal4 Ayat (I) Cukupjelas Ayat (2) Cukupjelas Pasal5 Ayat (I) Angka I) Cukupjelas Angka2) Cukupjelas Angka 3). Cukupjelas Angka4)

(43)

perintah dari Pejabat sesuai dengan izin yang diberikanoleh Menteri atau Kepala Daerah Till1gkatI.

Ayat (2) Angka 1

Cukupjelas Angka 2)

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugas dapat meminta bantu an pihak lain, misalnya dalam hal Penanggung Pajak tidak memberi izin atau menghalangi pelaksanaan penyitaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan. Demikan juga dalam hal penyitaan terhadap barang tak bergerak seperti tanah, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Badan Pertanahan Nasional atau Pemerintah Daerah untuk meneliti kelengkapan dokumen berupa keterangan kepemilikan atau dokumen lainnya. Dalam hal penyitaan terhadap kapal laut dengan berat tertentu dapat meminta bantuan kepada Direktorat. Jenderal Perhubungan Laut. Ayat (3)

CUkupjelas Pasal6

Dalam keadaan tertentu kepada Penanggung Pajak dapat dilaksanakan penagihan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran untuk seIuruh utang pajak dari semua jenis pajak dan tahun pajak.

(44)

Pasal7

Ayat (1)

Oleh karena Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Surat Paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa putusan hakim lagi dan tipak dapat diajukan banding. Ayat (2) Cukupjelas Pasa18 CUkupjelas Pasal9 Ayat (1)

Keadaan di luar kekuasaan Pejabat misalnya keeurian, kebanjiran, kebakaran atau gempa bumi yang menyebabkan asli Surat Paksa rusak, tidak terbaca, atau tidak dapat diketemukan lagi. Pejabat karena jabatannya adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

Ayat(2)

(45)

PasallO

Ayat (I) dan ayat (2)

Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sarna dengan putusan hakim.

Maka pemberitahuannya kepada Penanggung Pajak oleh Juru sita Pajak dilaksanakan dengan cara membaeakan isi Surat Paksa dan kedua belah pihak menandatangani Berita Acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa tdahdiberitahukan, dan selanjutnya Salinan Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak sedang asli Surat Paksa disimpan dikantor Pejabat.

Ayat (3) Angka I) Cukupjelas Angka 2) Cukupjelas Angka 3) CllkllP jeJas Angka4)

Terhadap Wajib Pajak yang meninggal duniadan meninggalkan warisan yang telah dibagi, Surat Paksa diterbitkan dan

(46)

Ayat (4)

diberitahukan kepada masing-masing ahli waris. Surat Paksa tersebut memuat antara lain jumlah tunggakan utang pajak yang telah dibagi sebanding dengan besarnya warisan yang diterima oleh masing-masing ahlii waris. Dalam hal ahli waris belum dewasa, Surat Paksa diserahkan kepada wali atau pengampunya.

Angka 1)

Dalam pengertian direksi misalnya general manager, manager dan termasuk juga orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam me:njalankan perusahaan, baik yang namanya tercantum maupun tidak tercantum. dalam akta pendirian perusahaan. Hal ini bertujuan agar Surat Paksa tersebut benar-benar dilaksanakan terhadap orang yang bertanggung jawab atas pelunasan tunggakan utang pajak dimaksud.

Angka2)

Ayat(5)

Yang dimaksud dengan pegawai setingkat pemimpin misalnya yang membawah i bag ian pembukuan, keuangan, personalia, hubungan masyarakat atau bagian umum.

Cukupjelas Ayat (6)

(47)

orang pribadi atau badan yang menerima kuasa khusus untuk menjalankan hak dankewajiban perpajakan.

Ayat (7)

Dalam hal Juru sita Pajak tidak menjumpai seorangpun sebagaimana tersebut dalam ayat (3) dan ayat (4), Salinan Surat Paksa disampaikan kepada Penanggung Pajak melalui aparat Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya setingkat Kcpala Kelurahan atau Kepala Desa dengan membuat Berita Acara, yang selanjutnya akan segera menyerahkan Salinan Surat Paksa tersebut kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan. Ayat(8) Cukupjelas Ayat (9) Cukupjclas Ayat (10) Cukupjelas Ayat (11)

Apabila Penanggung Pajak menolak menerima Surat Paksa dengan berbagai alasan misalnya karena Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan, maka Salinan Surat Paksa tersebut ditinggalkan pada tempat tinggal, tempat usaha atau tempat kedudukan Penanggung Pajak dan dieatat dalam Berita Acara

(48)

bahwa Penanggung Pajak tidak mau atau menolak mellerima Salinan Surat Paksa. Dellgall demikian Surat Paksa diallggap telah diberitahukan.

Pasal 11

Jallgka waktu 24 (dua puluh empat) jam dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada Penanggung Pajak melunasi: utang pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Paksa yang bersangkutan.

Pasal 12 Ayat (I)

Cukupjelas Ayat (2)

Kehadiran para saksi dimaksudkan untuk meyakini bahwa pelaksanaan penyitaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang , .... berlaku.

Ayat (3)

Seorang saksi dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat Kepala Kelurahan atau Kepala Desa.

Ayat(4)

Berita Acara Pelaksanaan Sita merupakan pemberitahuan kepada Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang dan atau hak Penanggung Pajak telah berpindah dari Penanggung Pajak

(49)

kepada Pejabat. Oleh karena itu dalam setiap penyitaan, Jurusita Pajak harus membUiat Berita Acara Pelaksanaan Sita secara jelas dan lengkap, yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal, nomoI', nama Jurusita Pajak, nama Penanggung Pajak, nama dan jenis barang yang disita, tempat penyitaan.

Ayat(5)

Cukupjelas Ayat(6)

Clikup jelas Ayat (7)

Penempelan atau pemberian segel sita pada barang-barang yang disita dimaksudkan sebagai pengumuman bahwa penyitaan telah dilaksanakan baik dihadiri ataupun tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak.

Pasal 13

Oleh karena pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, inaka penyitaan tetap dilaksanakan walaupun Wajib Pajak mengajukan keberatan.

Pasal14 Ayat (I)

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan lItang pajak dari Penanggung Pajak, dan oleh karena itu penyitaan dapat

(50)

dilaksanakan terhadap semua barang-barang dan atau hak-hak Penanggung Pajak baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak atau di tempat lain, sekalipun penguasaannya berada di tangan pihak lain Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, n31llUn dalalll keadaan tertentu pcnyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak.

Keadaan terten1u misalnya lurusita Pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak yang dijumpainya tidak mempunyai nilai atau harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.

Pengertian kepemilikan atas tanah meliputi hak milik, hak pakai, hak guna bangunan, hak guna usaha.Yang dimaksud dengan penguasaan bcrada di tangan pihak lain misalnya disewakan atau dipinjamkan, sedangkan yang dimaksud dengan dibebani dengan hak tanggungan sebagaijaminan pelunasan utang tertentu Illisalnya barang yang dihipotekkan, digadaikan atau diagunkan.

Ayat (2) CukupjeJas Ayat(3) CukupjeJas Pasal15 Ayat(1)

(51)

Pajak maka terh~dap barang-barang t~rtentu yang· digunakan sehari-hari oleh Penanggung Pajak dan alat-alat yang digunakan penyandang cacat tidak dapat disita.

Ayat (2)

Cukupjelas Pasal 16

Barang-barang yang dis ita, penguasaannya telah berpindah dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, tetapi penyimpanannya dititipkan kepada Penanggung Pajak.

Oalam hal tertentu menurut pertimbangan Jurusita Pajak, barang yang disita dapat dititipkan ke tempat lain misalnya barang perhiasan dapat dititipkan pada Bank atau kantor Pegadaian.

Pasal 17 Ayat (1)

Cukupjelas Ayat (2)

Darang-barang yang disita dapat berupa barang dan atau hak yang kepemilikannya t""l'daftar maupun tidak terdaftar. Penyitaan barang seperti kendaraan bermotor diberitahukan kepada KepoHsian Republiklndonesia, tanah diberitahukan kepada Badan Pertanahan Nasional dan penyitaan kapallaut dengan bobot tertentu diberitahukan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan

(52)

Laut. Pemberitahuan ini dimaksudkan agar barang-barang sitaan tersebut tidak dapat dipindahtangankan sebelum utang pajak beserta biaya penagihan dan biaya lainnya dilunasi oleh Penanggung Pajak. Pemberitahuan dilakukan dengan penyerahan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Ayat (3)

Atas penyitaan barang tak bergerak inisalnya tanah yang kepemilikannya belum terdaftar di Badan Pertanahan Nasional, Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada Pemerintah Daerah setempat untuk digunakan scbagai dasar penerbitan Surat Keterangan Riwayat Tanah dan untuk mencegah pemindahtanganan tanah tersebut.

Penyampaian Berita Acara Pelaksanaan Sita ke Pengadilan Negeri dimaksudkan untuk didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri.

Pengadilan Negeri dan Pemerintah Daerah setempat selanjutnya mengumumkan penyitaan tersebut.

Pasal18

Ayat(l)

Cukupjelas

Ayat(2)

(53)

Pasal19

Ayat (I)

Cukupjelas

Ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)

Penyerahan Salinan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak kepada Hakim Pengadilan Negcri atau instansi yang berwcllang dimaksudkan agar Hakim atau instansi yang berwcnang, menentukan bahwa penyitaan atas barang tersebut berlaku juga sebagai jaminan untuk pelunasan utang pajak yang tercalltum dalam Surat Paksa; •

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan hak mendahulu negara, m isalnya yang diatur dalam Undang-undang Nomor

6

Tahun ] 983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cam Perpajakan sebagaimana telah diubah dcngan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.

Ayat(6) Cukupjclas Ayat(7) Cukupjelas Pasal20 Ayat (I) Cukupjelas

(54)

Ayat (2)

Ketentllan ini dimaksudkan agar Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa dapat mem inta bantuan kepada Pejabat lain lIntllk menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan memerintahkan Jurusitanya untllk melaksanakan penyitaan terhadap barang yang berada jauh dari tempat kediidukan Pejabat tersebllt sekalipun masih berada dalam wilayah kerjanya.

Misalnya apabila KelPal.a Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Negara dan Daerah di Jakarta yang wilayah kerjanya meJiputi seluruh Indonesia akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Penanggung Pajak yang berada di Kupang, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pemsahaan Negara dan Daerah dapat meminta bantuan kcpada Kepala Kantor PeJayanan Pajak Kupang.

Ayat (3)

CUkllP jelas Pasal21

Apabila hasilleJang barang-barang yang tclah disita tidak cukup untllk melunasi utang pajak dan biaya penagihan, maka Jurusita Pajak dapat melaksanakan penyitaan tambahan terhadap barang-barang milik Pcnanggung Pajak yang bcIlIm disita. Dengan demilkian penyitaan dapat dilaksanakan lebih dari satll kali sampai dengan jumlah yang cllkup untuk melunasi utang pajak.

Pasal22 Ayat(l)

(55)

Ayat (2)

Cukupjelas Pasal23

Ayat (I)

Oleh karena penguasaan barang. yang disita telah beralih. dari Penanggllng Pajak kepada Pejabat, maka Penanggllng Pajak dilarang untuk memindah tangankan atatl memindahkan hak atas barang-barang yang disita misalnya dengan cara menjual, mcnghibahkan, mewariskan, mewakafkan atau menyumbangkan kepada p ihak lain.

Selain itu Penanggung Pajakjuga dilarang membebani barang yang telah disita dengan hak jaminan untllk pelunasan utang tertentu atall mel1iyewakan. Larangan dimaksud berlaku baik untuk seluruh maupun untuk sebagian barang yang disita.

Ayat (2)

ClIkup.jelas

Pasal24

Tata cara penyitaan untuk penagihan pajak pllsat ditetapkan oleh Menteri dan untllk penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah. PasaI25

Ayat (I)

(56)

merupakan tindak lanjut penagihan karena Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan atau biaya penagihan.

Sekalipun Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak termasuk sanksi administrasi, tetapi belum melunasi biaya penagihannya maka biaya penagihan tersebut tetap dapat ditagih sampai dengan pelaksanaan Ielang tanpa menerbitkan Surat Paksa atau Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan tersendiri.

Ayat (2) Cukupjelas Ayat (3) Cukupjelas Ayat(4) Cukupjelas Ayat (5) Cukupjelas Pasal26 Ayat (1)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada Penanggung Pajak melunasi utang pajaknya sebelum pelelangan terhadap barang-barang yang disita dilaksanakan. Oleh karenanya

(57)

penjualan seeara lelang baru dapat dilaksanakan oleh Pejabat sekurang-kurangnya 8 (delapan) harisetelah penyitaan.

Ayat (2) CUkupjelas Ayat(3)

Kehadiran Pejabat alau yang mewakilinya dalam lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Lelang sangat diperlukan karena penguasaan atas barang yang disita tersebut telah berada pada Pejabat.

Ayat(4) Cukupjelas Pasal27 Ayat (1) Ketcntuan ini memanfaatkan mcnghindarkan pajaknya. Ayat(2)

dimaksudkan agar Penanggung Pajak tidak pengajuan keberatan sebagai dalih untuk diri atau menunda kewajiban melunasi .utang

Ketentuan ini dimaksudkan untukmeneegah kemungkinan adanya upaya Penanggung Pajak menghalangi pelaksanaan Iclang dengan eara menghindarkan diri atau tidak menghadiri pelaksanaan Ie lang.

(58)

Ayat (3)

Yang dil1laksud dengan alasan lain l11isalnya barang sitaan yang akan dilelang.

Pasal28

Hi lang atau musnah karena kebakaran atau beneana alam. Ayat (I)

Tujuan utama Ie lang adalah untllk melunasi biaya penagihan dan utang pajak dengan tetap mel1lberi perlindllngan kepada Penanggung Pajak agar Ielang tidak dilaksanakan secara berlebihan.

Apabila hasil Ielang slldah l1lencapai jUl1llah yang cukup untuk mclunasi biaya penagihan dan utang pajak, maka pelaksanaan Ielallg harus dihentikan meskipun barang yang akan dile1ang masih ada. Sisa barang tersebut bescrta kelebihan uang hasil Iclang dikcmbalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak segera setclah pelaksanaan lelang.

Ayat (2)

Cukupjelas Pasal29

Termasuk dalam pengcrtian diragukan itikad baik apabila:

I) terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus dan utang pajaknya belum dilunasi;

(59)

2) PenanggungPajakdiduga menyembunyikan harta kekayaannya sehingga barang yang disita tidak ada atau tidak cukup untuk jaminan pelunasan utang pajak; atau

3) Penanggung Pajak menjua1, rnemindahtangankan, meminjamkan, rnernindahkan hak atau membebani barang yang dis ita dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertcntu. Yang dimaksud dengan rnemindahtangankan atau memindahkan hak adalah menjual menghibahkan, mewariskan, menghadiahkan atau tilldakan pengalihan hak lainllya.

Pasal30

Ayat (1) CUkupjelas Ayat(2) Cukupjelas Ayat(3) Cukupjelas Ayat(4) Cukup jelas Ayat (5) Cukupjelas

(60)

PasaJ 31 Cukupjelas Pasal32 CukupjeJas PasaJ 33 Ayat(J)

Penyanderaan merupakan salah satu upaya penagihan pajak yang diJaksanakan daJam hal tidak ada upaya lain untuk memaksa Penanggllng Pajak melunasi utang pajaknya.

Penyanderaan dilaksanakan apabiJa itikad baik Penanggung Pajak diragukan, misalnya Penanggung Pajak sebenamya memiliki harta kekayaan yang cukup namun menyembunyikannya, sehingga tidak ada atau tidak cukup barang yang disita untuk jaminan peJunasan utang pajak.

Ayat(2)

Pemberian izin ini dimaksudkan agar penyanderaan tidak dilakukan sewenang-wenang dan juga tidak bertentangan dengan rasa keadilan. Oleh karena itu Pejabat tidak boJeh menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan sebelum mendapat izin tertulis dari Menteri atau KepaJa Daerah Tingkat I.

Ayat (3)

(61)

dengan jumlah utang pajak dimaksudkan agar dalam menentukan lamanya penyanderaan harus mempcliimbangkan besar kecilnya utang pajak.

Ayat (4)

Cukup lelas

Pasal34

Ayat (I)

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang-barang milik Penanggung Pajak, tetapi apabila terjadi kekeliruan atau kesalahan penyitaan terhadap barang yang bukan milik Penanggung Pajak, pihak ketiga dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri.

Ayat (2)

Cukupjelas

Ayat (3)

Cukllp jelas

Pasal35

Penyanderaan tidak dimaksudkan sebagai pengganti pelunasaan utang pajak oleh karen a itu sekalipllll Penanggung Pajak telah menjaiani penyanderaan, utang pajak tidak terhapus atau tidak menjadi lunas

(62)

sehingga pelaksanaan penagihan tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Pasal36

Cukup lelas

Pasal37

Ayat (1)

Ketentuan ini memberikan hak kepada Penanggung Pajak untuk mengajukan gugatan kepada Badan Peradilan Pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan berupa pelaksanaan Surat Paksa, sita, lelang dan penyanderaan.

Ayat(2) Cukupjelas Pasal38 Ayat (1) Cukupjelas Ayat(2) Cukupjelas

(63)

Pasal39 Ayat(l) Cukupjelas Ayat(2) Cukupjelas "J :.1 Pasal40

Ayat (I) dan ayat (2)

Kesalahan atau kekeliruan yang, dapat dibettJlkan oleh Pejabat misalnya penulisan naina, alam~t, Nomor PokokWajib Pajak, jumlah utang pajak atau keterangat1)ainny~,

. ";1: Ayat(3) Cukupjelas Pasal41 Ayat( I) Cukupjelas Ayat(2) Cukup jelas

(64)

Pasal42 Cukupjelas Pasal43 Ayat(l ) Cukupjelas Ayat(2) Cukupjelas Pasal44 Ayat(l) Cukupjelas Ayat (2) Cukupjelas Pasal45 Cukupjelas Pasal46 Cukupjelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOM.OR ... " ... .

Referensi

Dokumen terkait

paling diminati nasabah bank syariah di Banda Aceh dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah terhadap penggunaan bank syariah di Banda Aceh. Data yang

Dengan menyimak tayangan video, siswa mampu menaksir harga barang dengan sekelompok pecahan uang yang setara..

Generator memiliki jumlah lilitan (N) ,luas penampang (A) ,dengan perioda putar ( T) memiliki GGL induksi maksimum ε ,bila periodanya diperbesar 2 kali maka GGL

Disisi lain metode adsorpsi yang telah sukses dikembangkan untuk mengurangi zat warna remazol brilliant blue memiliki kelemahan diantaranya proses adsorpsi tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul biologi berorientasi problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif mahasiswa dengan ketuntasan

Input Data BOM Simpan Data BOM Membuat Data Penjualan Data Penjualan Membuat Peramalan Permintaan Data Permintaan Melakukan perencanaan produksi MPS Data Pembelian Input Data

Dilakukan terhadap 25 ekor tikus putih yang di bagi dalam 5 kelompok (kontrol dan uji) dan di berikan doxorubicin dipejankan 1 kali seminggu pada hari ke-1 dan ke-8 intra

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenaikan kemungkinan bank mengalami financial distress yang terjadi pada Sektor Perbankan Indonesia periode 2009-2013. Penelitian ini