• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Kalimantan Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Kalimantan Selatan

Ir. H. Fathurrahman

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Jalan Panglima Sudirman No.5 Banjarbaru

E-mail : dipertakalsel@yahoo.co.id Abstrak

Kalimantan Selatan terdepan di Kalimantan dalam hal produksi tanaman pangan terutama produksi Padi, Jagung dan Kedelai (PAJALE), bahkan untuk produksi padi/ beras termasuk 10 besar provinsi penyumbang beras nasional. Berbagai hal dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura. Dilain hal, pertanian berkelanjutan merupakan hal yang mutlak dilakukan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap terjaga. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kalimantan Selatan oleh Dinas Pertanian TPH untuk mendukung pertanian berkelanjutan pada Tahun 2016 selain difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) juga dirancang kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Kata kunci : Hortikultura, pertanian berkelanjutan, produksi, tanaman pangan

Pendahuluan

Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di sisi lain luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat konversi lahan dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu untuk mengimbangi kebutuhan akan beras nasional, upaya peningkatan produksi padi setiap tahunnya harus terus dilakukan. Dalam konteks tersebut diperlukan berbagai terobosan-terobosan peningkatan produksi. Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi. Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, telah ditetapkan sasaran produksi padi Tahun 2016 sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling (GKG).

Sub sektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang tidak kalah penting. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai Tahun 2015 pengembangan komoditas strategis hortikultura diarahkan pada 3 komoditas utama yaitu aneka cabai, bawang merah dan jeruk (BABERUK). Adapun program pengembangan hortikultura Tahun 2015 yaitu meningkatnya produksi dan Produktivitas tanaman hortikultura yang ramah lingkungan (Dirjen Horti, 2014).

Sementara salah satu prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 (Buku I) Prioritas Kementerian Pertanian adalah Ketahanan Pangan, dengan tema prioritasnya adalah Peningkatan Ketahanan Pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Untuk itu diperlukan program peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura yang berbasis lingkungan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan khususnya di Kalimantan Selatan.

(2)

Kinerja Produksi TPH Tahun 2015

Berdasarkan Angka Sementara BPS Tahun 2015, hampir separuh dari total produksi padi di Pulau Kalimantan disumbang oleh Kalimantan Selatan yang mencapai 2.140.279 Ton GKG atau menyumbang 44,13% dari total produksi padi Kalimantan (4.849.809 ton GKG), produksi jagung mencapai 128.505 Ton jagung pipilan kering atau 51,40% dari total produksi jagung di Kalimantan (249.998 Ton) dan kedelai mencapai 10,537 Ton biji kering atau 57,34% dari total produksi kedelai di Kalimantan (18.347 Ton).

Walaupun pada Tahun 2015 terjadi bencana alam banjir pada lahan pertanian pada MT.2014/2015 yang mengakibatkan puso/gagal panen padi sawah seluas 536 Ha dan pada MT.2016 dilanda bencana alam kekeringan atau El-nino berkepanjangan yang berdampak pada puso tanaman padi seluas 5.997 Ha, jagung 1.155 Ha dan kedelai 1.311 Ha, produksi Padi, Jagung dan Kedelai (PAJALE) Kalsel ternyata meningkat bersamaan sesuatu hal yang jarang terjadi. Produksi padi meningkat 2,18% dari 2.094.592 Ton GKG pada Tahun 2014 menjadi 2.140.276 Ton GKG pada Tahun 2015. Produksi jagung meningkat 8,92% dari 117.985 Ton pada Tahun 2014 menjadi 128.505 Ton dan produksi kedelai meningkat 17,77% dari 8.946 Ton pada Tahun 2014 menjadi 10.536 Ton pada Tahun 2015.

Perubahan iklim ekstrim El-nino selain berdampak negatif yang mengakibatkan puso tanaman Pajale di atas, juga berdampak positif di Kalimantan Selatan yaitu lahan rawa lebak bisa ditanami optimal. Total realisasi tanam padi pada Tahun 2015 terluas sepanjang sejarah, yaitu mencapai 531.303 Ha atau meningkat 4,49% dibanding Tahun 2014 yang hanya mencapai 508.457 Ha. Dampak positif lain dari El-Nino yang ekstrim di Kalimantan Selatan adalah bisa dilakukannya budidaya padi sistem surung (padi surung) di lahan rawa lebak dengan kawasan yang cukup luas pada MT.2015/2016 terutama di Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan yang mencapai lebih dari 10.000 Ha, sehingga berpeluang meningkatkan luas tambah tanam pada program peningkatan produksi padi Tahun 2016. Padi Surung merupakan budidaya padi yang cukup unik, yaitu pada saat tanam lahan masih kering/ gora, pertumbuhan mengikuti perkembangan tinggi air di sawah dan panen biasanya dilakukan pada bulan Maret, pada lokasi-lokasi tertentu panen menggunakan perahu karena dalamnya air.

Capaian produksi padi sebesar 2,140 juta Ton GKG tersebut, Kalsel mampu menyediakan beras lebih dari dua kali lipat kebutuhan penduduknya. Jumlah penduduk Kalsel tahun 2015 sekitar 3,923 juta jiwa, jika asumsi jumlah kebutuhan beras per kapita/ tahun adalah 124 Kg maka Kalimantan Selatan 486.452 Ton beras, sedangkan ketersediaan setara beras di Kalsel mencapai 1,203 juta Ton atau surplus lebih dari 700.000 Ton.

Tabel 1. Produksi PAJALE di Kalimantan Selatan Tahun 2015 dibanding Tahun 2014

No Komoditas ATAP 2014 ATAP 2015 Peningkatan (%)

1 Luas Panen (Ha) : - Padi - Jagung - Kedelai 498.133 20.862 6.848 511.213 21.926 7.722 2,63 5,10 12,76 2 Produktivitas (Ku/Ha) : - Padi - Jagung - Kedelai 42,05 56,56 13,06 41,87 58,61 13,64 (0,43) 3,62 4,44 3 Produksi (Ton) : - Padi - Jagung - Kedelai 2.094.592 117.985 8.946 2.140.276 128.505 10.536 2,18 8,92 17,77

(3)

Pengembangan Tanaman Sayuran dan Aneka Tanaman di dukung dari dana APBD dan APBN 2015 dengan lokasi yang telah terbentuk daerah sentra pengembangan yang dapat meningkatkan produksi dan mutu produk serta pemerataan produksi melalui penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang baik. Pengembangan untuk cabe merah seluas 97 Ha (40 Ha APBD dan 57 Ha APBN), Cabe rawit seluas 54 Ha (APBN), Bawang merah 203 Ha (23 Ha APBD dan 180 Ha APBN) serta Bawang daun seluas 5 Ha (APBD). Sementara pengembangan kawasan tanaman buah dilakukan untuk memperluas wilayah sentra produksi, mengutuhkan kawasan sentra dan/ atau dimanfaatkan sebagai upaya rehabilitasi kebun sentra produksi yang telah dibentuk. Kegiatan pengembangan kawasan tanaman buah pada tahun 2015 meliputi pengembangan buah Durian, Pisang Kepok Manurun, Jeruk Siam Banjar, Mangga Pulau, Nenas Tamban, Langsat Tanjung, Duku Padang Batung Dan Semangka.

Tabel 2.Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura di Kalimantan Selatan Tahun 2015 dibanding Tahun 2014

No Komoditas ATAP 2014 ATAP 2015 %

I Luas Tanam (Ha) - Jeruk - Pisang - Durian - Bawang merah - Cabe besar - Cabe rawit 7.150 4.275 5.352 47 914 670 6.978 4.293 5.882 240 872 1.004 -2,41 0,42 9,90 416,13 -4,54 49,78 II Luas Panen (Ha)

- Jeruk - Pisang - Durian - Bawang merah - Cabe besar - Cabe rawit 3.501 1.992 1.800 39 1.085 811 3.808 1.842 1.704 148 930 1.031 8,77 -7,53 -5,33 279,49 -14,29 27,13 III Produktivitas (Ton/Ha)

- Jeruk - Pisang - Durian - Bawang merah - Cabe besar - Cabe rawit 31,99 44,35 8,39 12,18 6,84 4,45 29,67 43,17 9,05 5,86 6,35 4,64 -7,24 -2,69 7,87 -51,90 -7,16 4,46 IV Produksi (Ton) - Jeruk - Pisang - Durian - Bawang merah - Cabe besar - Cabe rawit 111.981 88.339 15.099 475 7.418 3.606 112.986 79.493 15.419 867 5.903 4.789 0,9 -10,01 2,12 82,52 -20,42 32,80 Kinerja Tanam Pajale MT.2015/2016 dan Baberuk Tahun 2016

Sementara peningkatan produksi PAJALE di Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2016 diprediksi akan menuai sukses yang lebih besar lagi, hal ini ditandai dengan suksesnya peningkatan luas tambah tanam (LTT) padi, jagung dan kedelai periode Okmar atau MT.2015/2016. Realisasi tanam padi MT. 2015/2016 mencapai 382.576 Ha meningkat sangat signifikan sebesar 22,86% atau seluas 71.189 Ha dibanding periode yang sama tahun lalu

(4)

MT.2014/2015 yang hanya 311.387 Ha. Demikian juga realisasi tanam jagung dan kedelai yang naik lebih fantastis masing-masing 134,92% dan 459,94%.

Tabel 3. Realisasi Tanam PAJALE di Kalsel MT.2016 MT 2015/2016 dibanding MT 2014/2015

No Komoditi Oktober - Maret (Ha) Peningkatan

2014/2015 2015/2016 Ha %

1 Padi 311.387 382.576 71.189 22,86

2 Jagung 10.334 24.277 13.943 134,92

3 Kedelai 1.293 7.240 5.947 459,94

Peluang peningkatan produksi Pajale, terutama padi di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi, baik melalui upaya perluasan areal tanam maupun peningkatan rata-rata hasil per hektar atau produktivitas. Data Survey Pertanian (SP) Lahan Tahun 2015 menunjukkan bahwa setiap tahun lahan sawah di Kalsel yang ditanami padi adalah 450.024 Ha, terdiri lahan sawah beririgasi 47.877 Ha, tadah hujan 141.033 Ha, rawa pasang surut 166.317 Ha dan rawa lebak 94.797 Ha. Dari total lahan sawah yang ditanami padi tersebut sebagian besar hanya ditanami satu kali setahun yaitu seluas 408.870 Ha (90,86%), ditanami padi dua kali setahun seluas 41.014 Ha (9,11%) dan yang baru bisa ditanami padi tiga kali setahun sangat sedikit yaitu hanya 140 Ha (0,03%).

Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi

Produktivitas padi di Kalimantan Selatan walaupun tertinggi dibanding empat provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, yaitu 41,87 Ku/Ha, namun masih jauh lebih rendah atau baru mencapai 79,42% terhadap rata-rata produktivitas padi nasional yang sudah mencapai 53,39 Ku/Ha dan masih jauh dari potensi hasil varietas unggul baru (VUB) yang mempunyai potensi hasil 80–120 Ku/Ha. Melihat kondisi dan permasalahan tersebut, peluang peningkatan produksi Pajale terutama padi masih cukup tinggi, baik melalui optimasi penggunaan lahan maupun peningkatan produktivitas tanaman per hektar. Tantangannya kalau kita bisa meningkatkan IP dari tanam 1 kali menjadi 2 kali setahun hanya 25% saja, maka berpotensi meningkatkan luas panen lebih dari 110.000 Ha atau berpotensi meningkatkan tambahan produksi sekitar 462.000 Ton GKG. Demikian juga jika kita mampu meningkatkan produktivitas 2,0 Ku/Ha saja maka akan ada tambahan peningkatan produksi 112.000 Ton GKG. Sehingga dengan kedua strategi ini Kalsel berpotensi bisa meningkatkan produksi padi lebih dari 560.000 Ton GKG.

Masalah maupun kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan indeks pertanaman (IP) atau optimasi penggunaan lahan antara lain :ketersediaan air/ irigasi terbatas pada lahan beririgasi dan tadah hujan, pada lahan rawa lebak tipologi tengahan/ watun II dan dalam/ watun III belum bisa ditanami dua kali setahun, pada lahan rawa pasang surut, lahan kering dan sebagian lahan tadah hujan masih di dominasi penggunaan varietas lokal umur panjang (6–8 bulan) dan masih cukup banyak petani yang berorientasi pertanian subsisten (tanam sekali saja sudah cukup untuk makan setahun), belum berorientasi bisinis. Sedangkan upaya peningkatan produktivitas tanaman per hektar dihadapkan pada masalah/ kendala :masih luasnya budidaya padi menggunakan varietas lokal/ Varietas Produksi Rendah (VPR) sekitar 40-50%, penerapan teknologi PTT (benih bermutu, tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dll) belum optimal, Dampak perubahan iklim (Banjir, kekeringan, intrusi air laut) dan serangan OPT (terutama tikus,wereng dan penyakit blast), terbatasnya kemampuan dan akses petani terhadap modal

(5)

usahatani dan masih kurangnya sarana/ prasarana usahatani (tata air, jaringan irigasi, alsin spesifik lokasi dll).

Strategi Pencapaian Produksi Padi 2016

Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia (existing). Dalam pelaksanaan kegiatan intensifikasi padi akan difokuskan pada upaya penanganan masalah terkait: pengelolaan tanah, penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.

Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul spesifik lokasi dengan produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati,pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya dan disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan diwilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar pertanian. Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam upaya peningkatan produksi padi, maka Kementerian Pertanian melalui APBN TA. 2016 melaksanakan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman padi pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, lahan gambut, lahan rawa, lahan pasang surut, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan marginal, dan lahan lainnya. Tabel 4. Pola Tanam Per Tipe Lahan Tahun 2015

No Uraian Irigasi Tadah

Hujan Pasang Surut Rawa Lebak Total 1. Ditanami Padi 47.877 141.033 166.317 94.797 450.024 Tanam 1 Kali 31.529 127.781 156.473 93.087 408.870 90,86% Tanam 2 Kali 16.268 13.192 9.844 1.710 41.014 9,11% Tanam 3 Kali 80 60 0 0 140 0,03%

2. Tidak Ditanami Padi 7.239 32.485 22.705 39.242 101.671 Ditanami tanaman Lainnya 4.736 9.121 5.805 7.192 26.854

26,41%

Tidak Ditanami apapun 2.503 23.364 16.900 32.050 74.817

73,59%

Jumlah 55.116 173.518 189.022 134.039 551.695 Persentase 9,99 31,45 34,26 24,30 100,00

Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi Tahun 2016 oleh Kementerian Pertanian Dirjen Tanaman Pangan adalah peningkatan produktivitas padi melalui penerapan teknologi tanam

(6)

jajar legowo. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi adalah pola bertanam padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong. Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Legowo juga diartikan sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong. Sejalan dengan hal tersebut, maka pada Tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan intensifikasi (peningkatan produktivitas) dan kegiatan ekstensifikasi (perluasan areal tanam). Seluruh kegiatan intensifikasi diwajibkan menerapkan teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan ekstensifikasi diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat.

Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi diharapkan sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi padi Tahun 2016 serta swasembada beras berkelanjutan.

Program Desa Organik

Untuk Tanaman Hortikultura diterapkan kegiatan SL GAP dimaksudkan untuk memperbaiki proses produksi menjadi lebih ramah lingkungan, meningkatkan kualitas produk sesuai standar. Peningkatan produksi dimaksudkan tidak hanya kuantitas tetapi kualitas. Kualitas/ mutu produk sangat menentukan daya saing, sehingga perlu penguasaan teknologi sehingga produk yang dihasilkan akan efisien dan berkualitas. Peningkatan daya saing produk dicapai melalui penerapan budidaya berbasis GAP dan ramah lingkungan menuju pertanian berbasis organik.

Selama ini petani telah terbiasa menggunakan pupuk produksi pabrik/ anorganik. Meskipun takaran pupuk anorganik diperbesar, tingkat produktivitas tidak sebanding dengan penambahan input pupuk. Ini terjadi karena tanah sudah jenuh dan keletihan, bahkan sakit. Disamping itu pemakaian pestisida dalam jangka waktu yang lama dengan dosis yang tidak terkendali telah menciptakan generasi hama dan penyakit yang kebal. Untuk menjawab hal tersebut atas arahan dari Presiden RI dicanangkan Indonesia Go Organik yaitu program yang sangat erat kaitannya dengan pengelolaan sampah.

Salah satu upaya pemerintah untuk menciptakan Indonesia bebas dari sampah serta menjadikan Indonesia hijau dan sehat adalah dengan menggulirkan kegiatan membangun 1000 Desa Organik yang tersebar diseluruh Indonesia.Tujuan program ini adalah melibatkan masyarakat desa dalam mengelola sampah organik menjadi pupuk organik, disamping itu membuat petani mandiri dari ketergantungan terhadap pupuk anorganik. Didasari kondisi tersebut Kementan mendukung program tersebut dengan membangun desa organik berbasis tanaman pangan dan hortikultura untuk dapat menyediakan pupuk organik, menjamin kelestarian lingkungan, meningkatkan produktivitas dan meningkatklan pendapatan petani.

Rencana Kerja Pertanian Kalsel 2017

Tujuan pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan Berdasarkan Renja 2017 yaitu meningkatkan produksi TPH minimal 15% (3% per tahun) untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, meningkatkan Efisiensi Pengolahan Hasil TPH rata-rata 1% per tahun serta meningkatkan sentra/ kawasan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura rata-rata 1.57%.

(7)

Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut telah ditetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, melalui: (a).Peningkatan penggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat; (b).Peningkatan pemberdayaan kelembagaan pertanian; (c).Peningkatan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT); (d).Pengembangan sarana, pengelolaan lahan, pengelolaan air dan perluasan areal; (e).Pengembangan pengolahan, mutu hasil dan pemasaran tanaman pangan; (f).Pengamanan dan pengawalan tanaman dari gangguan OPT dan DFI; (g).Pengembangan produksi benih Tanaman Pangan; (h).Pengembangan pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan; (i).Pengembangan alat dan Mesin Pertanian Tanaman Pangan; dan (j).Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas, stakeholder dan petani.

2. Kebijakan dalam peningkatan produksi produktivitas Hortikultura, melalui: (a).Penggunaan benih unggul bersertifikat; (b).Pengembangan kawasan sentra produksi hortikultura; (c).Pengembangan pengolahan, mutu hasil dan pemasaran hortikultura; (d).Penerapan SOP, GAP, dan regristrasi Kebun; (e).Pemasyarakatan produk hortikultura; (f).Pengembangan pengelolaan lahan, pengelolaan air dan perluasan areal hortikultura; (g).Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura (GHP, GMP); (h).Pengamanan dan pengawalan tanaman dari gangguan OPT dan DFI; (i).Pengembangan produksi benih hortikultura; (j).Pengembangan pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura; (k).Pengembangan alsintan hortikultura; dan (l). Peningkatan investasi.

3. Kebijakan dalam peningkatan SDM pertanian, melalui: (a). Peningkatan peran petani agar mampu merespon pasar dan persaingan usaha; (b).Peningkatan pembentukan kelompoktani, gabungan kelompoktani dan management kelompoktani; dan (c).Peningkatan supervisi SDM ditujukan kepada petani, pelaku usaha dan aparatur pembina.

(8)

Penutup

Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kalimantan Selatan oleh Dinas Pertanian TPH untuk mendukung pertanian berkelanjutan pada Tahun 2016 selain difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) juga dirancang kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dalam pelaksanaannya diharapkan mengadopsi Teknologi Tanam Jajar Legowo (khusus padi). Melalui pengembangan dan penerapan teknologi tanam jajar legowo padi, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pencapaian sasaran produksi padi nasional. Pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu, on farm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.

Sementara untuk pendekatan sistem pertanian ramah lingkungan digulirkan program desa organik yang menggunakan pola budidaya ramah lingkungan. Pelaksanaan Pengembangan desa organik memerlukan partisipasi seluruh stake holder, oleh karena itu diperlukan upaya menggalang dukungan dan peran serta berbagai pihak termasuk pelaku usaha (swasta), maupun petani/ masyarakat agar berperan aktif dalam upaya pengembangan kawasan. Disamping itu, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Daftar Pustaka

Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalsel. 2016. Renja 2017. Pemprov Kalsel. Banjarbaru.

Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalsel. 2016. Laporan Tahunan 2015. Pemprov Kalsel. Banjarbaru. Direktorat Buah dan Florikultura.2016. Petunjuk Teknis Kegiatan Peningkatan Produksi Buah dan

Florikultura Tahun 2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Petunjuk Umum Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Tahun 2015. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2016. Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Tahun 2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat.2015. Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2016.Kementerian Pertanian. Jakarta.

Gambar

Tabel 5.Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2016-2020

Referensi

Dokumen terkait

Bapak dan Ibu dosen, serta para staf Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEISIA) Surabaya yang telah memberikan banyak bekal dan ilmu dan teladan yang berarti

memiliki jawaban sangat tidak setuju ada 2 orang atau 2,1% dari jumlah.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria perizinan terpadu pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut dan sumberdaya alam yang ada di dalamnya.. Penetapan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang

dalam penelitian ini yaitu suatu rancangan kegiatan layanan bimbingan karier berdasarkan pendekatan Myers-Briggs Type Indicator yang disusun secara sistematis

The frequency modulation is a sub$type of the process for analogue oscillation modulation. Here a continuous sinusoidal high$frequency wave is used as the carrier of.. a

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA

Syarat bahwa item-item dinyatakan valid adalah apabila nilai korelasi r hitung harus positif dan lebih besar atau sama dengan r tabel, dimana untuk subjek ketentuan df = N-2