• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) a. Pengertian

Menurut Yulifah & Yuswanto (2009) bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1.500 gram sampai 2500 gram. Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati & Ismawati, 2010). Bayi berat lahir rendah adalah neonates dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Ambarwati & Rismintari, 2009) b. Faktor-faktor terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah

Menurut Proverawati & Ismawati (2010) faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah:

1) Faktor Ibu

a) Penyakit:mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, pre eklampsi berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal), malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, TORCH.

(2)

b) Ibu: kehamilan pada usia kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda (multigravida), jarak kelahiran yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun), riwayat BBLR sebelumnya.

c) Keadaan sosial ekonomi: golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan tidak sah.

d) Sebab lain: ibu perokok, pecandu alkohol, pecandu obat narkotika, pengguna obat anti metabolic.

2) Faktor janin

Kelainan kromosom, infeksi janin kronik, radiasi, kehamilan kembar, aplasia pankreas

3) Faktor plasenta

Berat plasenta berkurang atau berongga, luas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasit), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas, sindrom tranfusi bayi kembar. 4) Faktor lingkungan

Bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat racun.

c. Klasifikasi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi: 1) Menurut harapan hidupnya

(3)

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir antara 1.500 - 2.500 gram

b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir antara 1.000 – 1.500 gram

c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1.000 gram (Wiknjosastro, 2002)

2) Menurut masa gestasinya a) Prematuritas murni

Menurut NKB-SMK (Jitiwiyono dan Kristiyanasari, 2010) prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut dengan neonates kurang bulan sesuai masa kehamilan.

b) Dismaturitas

Menurut KMK/SGA (Pantiawati, 2010) adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10 pada kurve pertumbuhan intra uterin, disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.

d. Manifestasi klinik

Secara umum, gambaran klinis dari bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat kurang dari 2.500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur

(4)

kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis (transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang), otot hipotonik kurang, pernafasan tidak teratur bisa terjadi apnue, ekstremitas (paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus), kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40-50 kali per menit, nadi 100-140 kali per menit (Proverawati & Ismawati, 2010).

e. Penanganan bayi berat lahir rendah Penanganan dapat dilakukan dengan cara: 1) Mempertahankan suhu dengan ketat

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mudah mengalami hipotermia, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.

2) Mencegah infeksi dengan ketat

Bayi berat lahir rendah sangat rentan dengan infeksi, oleh sebab itu pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan harus dilakukan sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan nutisi/ASI

Reflek menelan bayi berat lahir rendah (BBLR) belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

4) Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

(5)

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Saiffudin, 2008).

2. Metode Kangguru a. Pengertian

Menurut Proverawati & Ismawati (2010) perawatan metode kangguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Pelaksanaan metode kangguru dapat dilakukan di rumah sakit dan di rumah.Menurut Suriviana (2009) metode kangguru merupakan cara yang sederhana untuk merawat bayi berat lahir rendah yang menggunakan suhu tubuh ibu untuk menghangatkan bayinya.

b. Kriteria bayi yang diberikan metode kangguru Beberapa kriteria dilakukan metode kangguru 1) Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram 2) Tidak terdapat kelainan atau penyakit yang menyertai 3) Reflek dan kordinasi isap menelan yang baik.

4) Suhu tubuh yang stabil (36,5oC – 37,5 oC)

5) Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan (Pantiawati, 2010)

c. Manfaat Perawatan Metode Kangguru

1) Manfaat Perawatan Metode Kangguru (PMK) bagi Bayi :

Stabilitas suhu (36,5oC – 37,5oC), stabilisasi laju denyut

(6)

perilaku bayi lebih baik (menangis kurang, sering menetek ASI & lebih lama), mengurangi stress pada bayi (tidak rewel, tidak gelisah, menangis kurang, berat badan naik, menetek kuat), kenaikan berat badan lebih baik, waktu tidur bayi lebih lama, hubungan lekat bayi dan ibu lebih baik, berkurangnya kejadian infeksi.

2) Manfaat Perawatan Metode Kangguru (PMK) bagi Ibu :

Efektif (tidak membutuhkan alat, terjangkau, masih bisa beraktivitas), mempermudah pemberian ASI, mengurangi stress pada ibu, ibu lebih percaya diri, hubungan lekat lebih baik, ibu lebih sayang, pengaruh psikologis ketenangan ibu & keluarga, peningkatan produksi ASI.

3) Manfaat bagi Tenaga Kesehatan

Bagi petugas kesehatan akan bermanfaat dari segi keefektifan dan efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan berkurang. Bahkan petugas dapat melakukan tugas lain yang memerlukan perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi maupun memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan perawatan metode kangguru (DepKes RI, 2008). d. Perawatan Metode Kangguru

1) Perawatan Kangguru Intermiten

Perawatan kangguru intermiten adalah perawatan dengan jangka waktu yang pendek (perlekatan lebih dari satu jam per hari)

(7)

dilakukan saat ibu berkunjung. Perawatan ini diperuntukkan bagi bayi dalam proses penyembuhan yang masih memerlukan pengobatan medis (infuse, oksigen).tujuan perawatan ini adalah untuk melindungi bayi dari infeksi.

2) Perawatan Kangguru Kontinu

Perawatan Kangguru Kontinu adalah perawatan dengan jangka waktu yang lebih lama dari pada perawatan intermiten. Pada metode ini perawatan bayi dilakukan selama 24 jam sehari (Suriviana, 2009).

e. Tahap-tahap Perawatan Metode Kangguru

Tahap-tahap pelaksanaan perawatan metode kangguru adalah: 1) Cuci tangan, keringkan dan pakai gel handrub.

2) Ukur bayi dengan dengan thermometer. 3) Pakaikan baju kangguru pada ibu

4) Bayi dimasukkan dalam posisi kangguru, menggunakan topi, popok, dan kaos kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu.

5) Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak atau ekstensi.

6) Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran baju yang lebih besar dari badan ibu dan bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju

(8)

ditangkupkan kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh.

7) Bila baju tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain lebar yang elastik atau kantong untuk dapat menyangga tubuh bayi sedemikian juga.

8) Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi ibu setengah duduk dengan meletakkan bantal dibelakang punggung ibu.

9) Bila ibu ingin istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain (Proverawati & Ismawati, 2010).

f. Tahap penggunaan metode kangguru

Tahap penggunaan metode kangguru menurut Perinasia 1) Persiapan Ibu

a) Membersihakan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan sabun mandi 2-3 kali sehari

b) Mempersihakan kuku dan tangan

c) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai d) Selama pelaksanaan metode kangguru ibu tidak memakai BH e) Memakai kain baju yang dapat direnggangkan atau longgar. 2) Persiapan Bayi

a) Bayi jangan dimandikan, hanya dibersihakan dengan kain bersih dan hangat.

(9)

b) Bayi perlu menggunakan tutup kepala ataupun topi dan popok selama metode berlangsung.

c) Posisi bayi vertikal di tengah payudara atau sedikit kesamping kanan/kiri sesuai dengan kenyamanan ibu dan bayi. Usahakan kulit bayi kontak langsung terus menerus dengan kulit ibunya.

d) Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu. Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat kain selendang disekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi (Surviana, 2009). 3. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2011). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

b. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu:

(10)

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Wawan dan Dewi, 2010).

(11)

c. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap terdiri dari: 1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudara) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi dalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (Wawan & Dewi, 2010).

(12)

d. Sifat Sikap

Menurut Purwanto dalam buku Wawan & Dewi (2010) sikap dapat pula bersifat positif dan negatif:

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

e. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor)

Dalam hal ini pendidikan atau promosi kesehatan ditunjukkan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi diri sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks ini juga memberikan pengertian tentang tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun menguntungkan bagi kesehatan.

(13)

2) Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Rumah Bersalin. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama serta petugas termasuk petugas kesehatan. Agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (perilaku hidup sehat) maka petugas kesehatan melakukan pelatihan bagi toga, toma dan petugas kesehatan sendiri.

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)

Pelaksanaan Metode pada Kanguru Bayi Berat Lahir Rendah Faktor Predisposisi:

1. Pendidikan Tenaga Kesehatan 2. Pengetahuan Tenaga Kesehatan 3. Sikap Tenaga Kesehatan

Faktor Pendukung: 1. Keterbatasan Waktu 2. Efektifitas Faktor Pendorong: 1. Dukungan keluarga 2. Motivasi

(14)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi pada remaja terjadi karena remaja tidak mampu mengungkapkan, melepaskan perasaan negatif kepada orang

Tingkat kemampuan berfikir abstraksi peserta didik pada suatu kelas berbeda- beda. Berpikir abstrak dalam hal ini adalah suatu kemampuan menemukan cara- cara dalam

Disc-In-Play Selama kunci kontak berada pada posisi ON atau ACC, dengan fungsi ini anda dapat menghidupkan unit dan mulai memutar disk secara otomatis bila disk dimasukkan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kontribusi Kekuatan Otot Tungkai, Keseimbangan, Dan Kecepatan Terhadap Kemampuan Tendangan Sabit Pada Siswa

Namun sekarang ini dapat kita lihat perkembangan dalam aspek New Media seperti radio digital, televisi yang dapat diakses melalui berbagai macam perangkat, walaupun media

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No: 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan Daerah beserta perubahannya (permendagri No: 59 Tahun 2007),

diantaranya yakni kebijakan pemerintah, penetapan peraturan perundang-undangan, atau bahkan putusan pengadilan. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Warga Negara

Banyaknya PBV yang dibawah rata – rata menandakan bahwa banyak perusahaan yang belum baik dalam mengatur jalannya perusahaan karena harga saham perusahaan tersebut