• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

8   

A. Tinjauan Teori 1. ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan (Roesli, 2000, p.3).

b. Proses Pembentukan ASI

ASI diproduksi atas hasil kerja sama antara hormon dan reflek (Roesli, 2000, p.18). Proses pembentukan ASI dimulai saat kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Pada masa kehamilan payudara akan membesarkan sacara cepat karena pengaruh kadar hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen akan menambah pertumbuhan duktus-duktus dan saluran-saluran penampung progesteron akan merangsang pertumbuhan tonus-tonus alveoli (Markum, 1999). Kerena proses pembuatan ASI sudah dimulai

(2)

saat umur kehamilan 5 bulan maka saat itulahh terbentuk cairan dari payudara yang disebut kolostrum.

Segera setelah persalinan, dengan lepasnya plasenta kadar estrogen dan progesteronturun sedangkan prolaktin ini memegang peranan untuk membuat kolostrum (Roesli, 2000, p.18).

ASI diproduksi oleh kelenjar atau mammae alveoli yang disalurkan melalui saluran susu ke sinus lactiferous yang terdapat di daerah yang berwarna gelap /coklat tua disekitar puting susu (Roesli, 2000, p.18). Saat bayi mulai menghisap akan terjadi reflek-reflek yang menyebabkan ASI keluar dengan jumlah waktu yang tepat.

1) Reflek yang terjadi pada ibu

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu (Roesli, 2000, p.19-20) yaitu :

a) Reflek Prolaktin atau reflek pembentukan ASI

Kelenjar hipofisa atau anterior menghasilkan hormon prolaktin yanga akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI (Roesli, 2000, p.19). Ketika bayi mulai menyusu, ujung saraf sensorik yang terdapat pada puting susu terangsang dan menyebabkan kelenjar hipofisa memproduksi prolaktin. Prolaktin ini lalu dialirkan oleh darah ke kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Jadi semakin sering menyusu semakin banyak prolaltin yang lepas dari hipofisa serta

(3)

semakin banyak ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar susu. Efek lain dari prolaktin juga penting adalah menekan fungsi ovarium sehingga pada ibu menyusui eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan haid, dengan kata lain menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2000, p.19).

b) Reflek Oksitosin (Let Down reflek) atau pengaliran kepuasan ASI

Rangsangan yang ditimbulkan bayi pada waktu menyusui akan sampai kebagian belakang kelenjar hipofisa dan merangsang keluarnya hormon oksitosin. Oksitosin masuk kedalam darah menuju payudara, ia akan memacu sel-sel miopitel yang mengelilingi alveoli dan mengerutkan duktus memerah. ASI keluar dari alveoli, duktus menuju ke papila mammae dan keluar lewat puting susu (Roesli, 2000, p.19).

Bayi tidak akan mendapat ASI cukup bila hanya mengandalkan reflek ini, ASI tidak akan bisa keluar dari gudang susu atau sinus lactiferous (Roesli, 2000, p.20). Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin, Keadaan ini menyababkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu sudah berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak berkerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapatka ASI. Payudara seolah-olah telah

(4)

terhenti memproduksi ASI, padahal payudar tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri. (Roesli dan Yohmi, 2008, p.21)

2) Reflek yang terjadi pada bayi a) Reflek mencari (Rooting reflek)

Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Begitu payudara didekatkan bayi akan mencari puting susu untuk menyusu.

b) Reflek menghisap (Sucking reflek)

Terjadi bila bayi pertama kali mengalami pengisian mulutnya sampai ke langit-langit keras dan punggung lidah dengan puting susu (Markum, 1999). Pada reflek ini melibatkan rahang, lidah dan pipi yang memungkinkan gusi memerah areola dan mendorong susu kedalam mulut.

c) Reflek menelan (Swallowing reflek)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan menghisap yang ditimbulkan oleh otao-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu ini akan menimbulkan mekanisme menelan pada bayi.

(5)

c. Komposisi ASI

ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari. 1) Kolostrum.

Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-kuningan (lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar payudara dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu, kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang, volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. (Roeli, 2000, p.25)

2) ASI Transisi (Peralihan).

ASI transisi diproduksi pada hari 4 sampai 7. hari ke-10 sampai 14. Pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volumenya semakin meningkat. (Roesli, 2000, p.25)

3) ASI Mature.

ASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada

(6)

ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001, p.26).

d. Komposisi Zat Gizi Dalam ASI

Menurut Hendarto dan Pringgadini (2008, p.47-52) komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut :

1) Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidart utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktisa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

2) Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisnya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri darii protein whey yanh lebih mudah diserap

(7)

oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak menagndung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.

3) Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan sus formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.

4) Vitamin

Dalam ASI terkandung beberapa vitamin yaitu , vitamin K yang dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D, seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Tapi dapat diatasi dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin E, salah satu

(8)

fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A, selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Selain itu hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C, tardapat dalam ASI.

5) Mineral

Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi.

e. Volume ASI

Menurut Prasetyo (2009, p.103), volume ASI dari waktu ke waktu berubah, yaitu sebagai berikut :

1) Enam bulan pertama: 500-700 ml ASI/ 24 jam 2) Enam bulan kedua: 400-600 ml ASI/ 24 jam 3) Pada tahun kedua : 300-500ml ASI/ 24 jam

Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stres dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini

(9)

akan berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu-minggu pertama menyusui bayi. (Muchtadi, 1996, p.31)

f. Aspek Imunologik Air Susu Ibu

Imunoglobulin adalah suatu golongan protein yang mempunyai daya zat anti terhadap infeksi. Di dalam tubuh manusia terdapat 5 macam imunoglobulin.

1) Imunoglobulin G.

IgG sudah terbentuk pada kehamilan bulan ketiga, dapat menembus plasenta pada waktu bayi lahir kadarnya sudah sama dengan kadar IgD ibunya. Fungsi dari pada IgG ini ialah anti bakteri, anti jamur, anti virus dan anti toksik.

2) Imunoglobulin M.

IgM mulai dibentuk pada kehamilan minggu ke-14 dan mencapai kadar seperti orang dewasa pada umur 1-2 tahun. Fungsi dari pada IgM ini ialah untuk aglutinasi.

3) Imunoglobulin A.

IgA sudah dibentuk pula oleh janin tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Ada 2 macam IgA ialah serum (di dalam darah) dan IgA sekresi (berasal dari sel mokosa) yang selanjutnya disebut SigA. IgA serum mencapai kadar seperti pada orang dewasa pada usia 12 tahun, sedangkan SigA sudah mencapai puncaknya pada usia 1 tahun.

(10)

IgD belum banyak diketahui, baik pembentukannya maupun fungsinya.  Imunoglobulin D (IgD) diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 0-8 mg/dl. Pada umumnya dapat bekerja dengan bantuan imunoglobulin lainnya (Raihanuri, http://percikcahaya.blogspot.com/2010/09/imunoglobulin.html). 5) Imunoglobulin E.

IgE belum diketahui tetapi diduga berfungsi seperti anti alergik.Perpindahan Immunoglobulin dari Ibu ke Bayi. Terdapat bukti yang nyata bahwa ada hubungan yang erat antara imunoglobulin ibu dan anak, baik pada manusia maupun pada binatang menyusui (mamalia). Selama janin masih didalam kandungan, janin telah mendapat imunoglobulin dari pada ibunya melalui plasenta, terutama

imunoglobulin G, oleh karena itulah janin tidak pernah sakit (infeksi) selama didalam kandungan (Sunoto, 2001, p.17).

Selain imunoglobulin, ASI mengandung pula faktor-faktor kekebalan seperti berikut ini:

a) Faktor Bifidus

Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein-polisakarida merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang berperan mengasamkan lingkungan saluran pencernaan sehingga bakteri patogen dan parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak. Adanya faktor

(11)

bifidus tersebut akan memberi ciri khas pada kotoran bayi berusia seminggu yang mendapat ASI. Sementara pada kotoran bayi yang diberi susu formula, kotorannya sudah seperti orang dewasa.

(Worthington,Robertshttp://mbakdloh.wordpress.com/2010/01/ 03/imunisasi-pertama-utama/)

b) Faktor Laktoferin

Laktoferin bersifat bakteriostatik (Menghambat pertumbuhan bakteri). Efek ini dicapai dengan mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri patogen (misalnya Staphylococcus dan E. Coli). Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6mg/ml dan tertinggi pada kolostrum (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73-74).

c) Faktor Laktospirosidase

Merupakan enzim yang terdapat dalam ASI dan bersama-sama dengan peroksidase hydrogen dan ion tiosinat membantu membunuh streptokokus (Pudjiadi, 2003, p.15). d) Faktor Anti Stafilokokus

Faktor tersebut merupakan asam lemak yang melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus (Pudjiadi, 2003, p.15).

(12)

Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang dianggap sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73).

f) Sel Limfosit T dan Makrofag

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang dapat menghancurkan kapsul bakteri E.Coli dan mentransfer kekebalan seluler dari ibu ke bayi. Sel makromag berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran cerna. (Munasir dan Kurniati, 2008, p.72,75).

g) Lisozim

Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada selaput lendir saluran cerna. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan. Dibanding dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume yang sama (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73).

h) Sitokin

Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang berperan dalam sistim imun di dalam ASI adalah IL-I (interleukin) yang berfungsi mengaktifkan sel

(13)

limfosit T. Sel makrofag juga menghasilkan TNF-α dan interleukin 6 (IL-6) yang mengaktifkan sel limfosit B sehingga antibodi IgA meningkat (Munasir dan Kurniati, 2008, p.73). g. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Bayi.

Menurut Roesli (2001, p.31), manfaat pemberian ASI sangat banyak antara lain:

1) Sebagai Nutrisi Terbaik.

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Denagn melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai bayi dengan usia 6 bulan, Meningkatkan daya tahan tubuh.

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan dan daya tahan dari ibunya melalui plasenta. Tapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendir menjadi lambat, Selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang

(14)

dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.

2) Tidak Mudah Tercemar

ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangka susu formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembutan susu formula yang baik dan benar.

3) Melindungi Bayi dari Infeksi

ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia.

4) Mudah Dicerna

ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak mengandung enzim pencernaan.

5) Menghindarkan Bayi dari Alergi

Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misal asma dan alergi.

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan ASI kepada bayi antara lain:

1) Perubahan Sosial Budaya.

(15)

b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

c) Kepercayaan ibu pada mitos, padahal mitos adalah sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. (Khasanah, 2011, p.153)

2) Faktor Psikologis

a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita b) Tekanan batin.

3) Faktor fisik Ibu

Masalah payudara ibu, Puting susu datar atau masuk ke dalam, nyeri puting, puting lecet, payudara bengkak. (Khasanah, 2011, p.157-163)

4) Dukungan Suami

Respon suami yang diberikan pada istri dalam bentuk perhatian material dan finansial. (Dagun, 2002)

5) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2004).

6) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

Penerangan justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dari susu kaleng (Soetjiningsih, 1997, p.17)

(16)

i. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Berdasarkan beberapa penelitian, terdadapat berbagai macam faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif antara lain :

1) Umur

Menurut Siswono tahun 2004 seseorang yang menjalani hidup dapat diasumsikan bahwa semakin tua umurnya, maka pengalaman juga semakin banyak, pengetahuannya semakin luas, keahlian semakin mendalam, dan kearifannya semakin mantap dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi kehamilan , persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun disebut usia reproduktif tidak sehat serta masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif). Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap atau matang untuk menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau laktasi serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia reproduksi sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehinnga mampu untuk menelaah

(17)

suatu masalah, dan sudah siap dalam hal jasmani dan sosial dalam mengahadapi kehamilan, persalinan, nifas sreta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

2) Pendidikan ibu

Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan dapat menentukan status ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu menpengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadan yang ada, misalnya saja pada seseorang berpendidikan tinggi dan berepengartahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memebrrikan ASI Eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga, 2005). 3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang setiap hari dilakukan responden dan mendapat upah dari pekerjaannya itu. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu kurang dari 2%, jumlah total ibu melahirkan, itu antara lain terjadi karena banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu

(18)

segera bekerja hal ini mungkin menghambat pemberian ASI Ekslkusif (Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga dapat membantu ibu untuk dapat memberikan ASI Ekslusif, ditambah dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik, dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara Eksklusif (Roesli, 2000, p.38).

4) Sosial Budaya dan Status Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penelaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehinnga sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

5) Pengetahuan

Pengetahuan adalah kebisaan, keahlian, keterampilan pemahaman atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar (Notoadmodjo, 2003). Dari pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

(19)

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Dengan adanya pengetahuan yang cukup diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah berubah dan diterima. Jadi jika pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau menghambat dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004). 2. Diare

a. Definisi Diare

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare. Misalnya pada bayi yang yang kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. (Masri, 2004, p.1)

Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian.

Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan yang banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari

(20)

air. Sebab itu bila seorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus.

Sedangkan diare menurut Prabu (2002, p.57) merupakan simtom, jadi bukan penyakit sama halnya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tapi merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh : malaria, radang paru-paru, influinza, dan lain-lain.

Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan.

b. Faktor penyebab diare 1) Faktor Infeksi

a) Infeksi enternal, infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal yaitu sebagai berikut :

(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

(2) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adeno-virus, Rotavirus dan lain-lain.

(21)

(3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giandia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans). b) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan

makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar usus yang memacu aktivitas saraf parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi saluran cerna berupa peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa infeksi yang sering disertai diare adalah infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, campak dan lain-lain. Infeksi saluran nafas dapat disebabkan oleh virus dari saluran napas atas, dapat juga oleh bakteri yang ikut makanan atau minuman, atau udara pernapasan. Pada campak, diare terjadi selama fase akut campak dan selama 2-3 bulan sesudahnya karena daya tahan terhadap infeksi menurun.

(http://dokterkecil.wordpress.com/2008/10/18/diare-parenteral/)

2) Faktor Malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransia laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransia glukosa,

(22)

fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

b) Malabsorbsi lemak. c) Malabsorbsi protein.

3) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi

pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2005, p.224). c. Patogenesis Diare

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah : 1) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehinnga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam ronnga usus. Isi ronnga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehinnga timbul diare.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usu akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam ronnga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi ronnga usus.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanana sehingga timbul diare.

(23)

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula (Ngastiyah, 2005).

d. Gejala dan Tanda

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain : 1) Gejala umum

a) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. b) Muntah, biasanya menyertai diarepada gastroenteritis akut. c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare. d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis, bahkan gelisah. 2) Gejala spesifik

a) Vibro cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.

b) Disentrifrom : tinja berlendir dan berdarah. (Widoyono, 2005, p.149)

e. Pencegahan Penyakit Diare

Menurut Masri (2004, p.4), cara mencegah diare pada bayi yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan.

(24)

ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.

Menurut Widoyono, 2005, p.151, Harold, 2005, p.35 dan Herry, 2005, p.278, Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :

1) Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah ‘3 tidak’, yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

2) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

3) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudaah makan dan sesudah buang air besar (BAB).

4) Mencuci buah sebelum memakannya.

5) Mencuci meja kerja dan peralatan dapur yang telah terkena daging mentah, terutama unggas.

6) Memasukkan daging ke dalam lemasri es begitu sampai dirumah dan masak sampai warna tidak merah lagi.

(25)

8) Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan paling sedikit untuk satu tahun pertama.

9) Memperbaiki cara penyapihan, Berika makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan.

10) Imunisasi campak pada anak, Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak njuga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi campak setelah berumur 9 bulan, Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

11) Menggunakan jamban yang sehat.

12) Membuang tinja bayi dan anak dengan benar. f. Derajat Dehidrasi Diare dan Penatalaksaannya

1) Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a) Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biyasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa. b) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau

gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masuh kembali dengan cepat jika dicubit.

(26)

c) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan turgor kulit kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.

2) Penatalaksanaan diare berdasarkan derajat dehidrasinya : a) Tanpa dehidrasi,dengan terapi A.

Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3 – 4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memeberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah: (1) Memberikan anak lebih banyak cairan.

(2) Memberikan makanan terus menerus.

(3) Membawa ke petugas kesehatan bila anak membaik dalam 3 hari.

b) Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B.

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedanag terjadi kehilangan cairan 6 – 10% dari berat badan. Untuk

(27)

mengobati penyakit diare pada derajat dehidarsi ringan atau sedang digunakan terpai B, yaitu sebagai berikut :

Pada 3 jam pertama jumlah oralit yang digunakan : Tabel 2.1 Pemberian Oralit I Umur < 1 tahun 1 - 4 tahun >5 tahun Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret : Tabel 2.2 Pemberian Oralit II Umur < 1 tahun 1-4 tahun >5 tahun Jumlah oralit 100 ml 200 ml 400 ml c) Dehidarsi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C yaitu perawatn di puskesmas atau rumak sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat).

d) Teruskan pemberian makan, Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebituhann. Untuk bayi, ASI tetap diberikan. (Widoyono, 2005, p.150-151)

g. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare

Kejadian diare pada bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa fakta antara lain :

1) Pemberian ASI Ekslusif

Pemberian ASI Ekslusif pada bayi sampai berusia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam

(28)

penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi dapat terlindungi dari penyakit diare (Roesli, 2001, p.20).

2) Status Gizi

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi terjadinya antropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit kedalam tubuh terutama penyakit diare (Moehji, 2003, p.13).

3) Laktosa Intoleran

Intoleransi laktosa berarti bahwa tubuh tidak dapat dengan mudah mencerna laktosa, sejenis gula alami yang ditemukan dalam susu dan produk susu. Ketika laktosa yang tidak dicerna tadi bergerak melalui usus besar (kolon), dapat menyebabkan gejala tidak nyaman seperti sakit perut dan kembung. Intoleransi laktosa terjadi ketika usus kecil tidak cukup membuat enzim yang disebut laktase. Enzim ini dibutuhkan tubuh untuk mencerna, laktosa.Intoleransi laktosa sering bersifat herediter (diturunkan dalam keluarga) dan gejala biasanya mulai terjadi di masa remaja atau saat dewasa. Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi yang baru lahir ada yang tidak tahan terhadap laktosa. Orang yang lahir

(29)

dengan intoleransi laktosa tidak dapat makan atau minum makanan yang mengandung laktosa.

Beberapa bayi prematur mengalami intoleransi laktosa sementara karena memang ususnya belum mampu memproduksi laktase. Setelah bayi mulai membuat laktase, kondisi biasanya hilang. Gejala intoleransi laktosa dapat ringan sampai berat, tergantung pada seberapa banyak laktase yang mampu dibuat oleh tubuh. Gejala biasanya mulai timbul 30 menit sampai 2 jam setelah makan atau minum produk susu. Gejalanya antara lain: kembung, Nyeri perut atau kram perut, suara gemuruh dalam perut, muntah ataudiare.

(Kusmarjadi,http://www.drdidispog.com/2010/06/intoleransi-laktosa.html)

h. Hubungan Pemberian ASI Secara Eksklusif dengan Kejadian Diare. Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli 2001, p.20).

(30)

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus,jamur dan parasit.

Menurut Soekirman (1991) dalam (Bachtiar, 2000, p.3) bahwa ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004, p.5).

(31)

Penelitian lagi juga menyimpulkan bila dalam dua bulan kehidupan bayi tidak mendapat ASI eksklusif, maka bayi beresiko meninggal 25 kali lebih besar akibat diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif (Admin 2004, p.1).

(32)

B. Kerangka Teori

Tinjauan teori diatas merupakan penjelasan dari kerangka teori sebagai berikut:

Sumber : Modifikasi dari Green dalam Notoatmodjo (2005), Roesli (2001) Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori

1. Faktor Predisposisi - Umur ibu - Pendidikan ibu - Pekerjaan ibu - Pengetahuan ibu 2. Faktor Pemungkin - Psikologis ibu - Lingkungan ibu - Sosial budaya ibu - Status Ekonomi 3. Faktor Penguat - Dukungan suami - Dukungan tenaga kesehatan - Fisik ibu Laktosa Intoleran

Lama Pemberian ASI Eksklusif

Diare Status Gizi

(33)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 : Skema Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan antara lama pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.

Lama Pemberian ASI Eksklusif

Referensi

Dokumen terkait

3 Variabel-variabel independen yang mewakili tingkat kepuasan pengguna perangkat lunak bersifat open source (Linux) dan berpengaruh secara signifikan dengan korelasi yang cukup

Sebagai langkah awal dari pemerintah kota Semarang adalah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat

Kegiatan pemeliharaan pada equipment untuk mencegah kerusakan yang dapat lebih parah agar kelangsungan operasional dan kehandalan ambungan, efektif, efisien, aman dan

Kerbau merupakan salah satu ternak potong alternatif di Propinsi Kalse untuk mendukung program swasembada daging yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya melalui

Dalam proses pendampingan ini petani yang diharapkan adalah petani. peneliti yang mampu mengamati secara mendalam

Dari pengujian ketahanan abrasi yang telah dilakukan menggunakan metode abrasive wheel dan menggunakan alat Taber Abrasser Wheel CS 17 didapatkan data pengaruh rapat arus

Berdasarkan informasi struktur seperti dip-strike, kekar, sesar, dan lainnya, serta proses geomorfologi yang ada, maka dapat diperkirakan apakah suatu bentuk perbukitan termasuk

 Neuron Ajustor, neuron yang menghubungkan neuron sensorik dengan neuron motorik pada pusat susunan saraf (otak atau sumsum tulang belakang) Skema dalam Otak .. Bentuk