• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESELAMATAN KERJA KARYAWAN INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESELAMATAN KERJA KARYAWAN INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KESELAMATAN KERJA KARYAWAN INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN SRAGEN

Oleh : Haris Setyawan

ABSTRAK

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja bahan dan proses pengolahan, landasan kerja, dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2012). Industri batik merupakan salah satu sektor usaha yang mengandung potensi dan faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Berdasarkan survey awal didapatkan 3 dari 10 industri batik di sragen belum menerapkan praktik keselamatan kerja dengan baik dan benar sehingga sering terjadi kecelakaan akibat kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan kerja pada karyawan industri batik di Kabupaten Sragen. Jenis penelitian ini menggunakan explanotry research, metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah 117 responden. Analisa data menggunakan analisa univariat dengan crosstab, analisa bivariat dengan chi square dan analisa multivariat dengan regresi logistic.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur (p value 0,041), masa kerja (p value 0,0001), pelatihan (p value 0,0001), status perkawinan (p value 0,0001) dengan praktik keselamatan kerja, dan variabel pendidikan dan jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan praktik keselamatan kerja.

Kata Kunci : Faktor Pengaruh, Praktik Keselamatan Kerja, Karyawan Batik

Pendahuluan

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja bahan dan proses pengolahan, landasan kerja,

dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi, atau juga bisa didefinisikan bahwa keselamatan kerja adalah segala

(2)

tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Tarwaka, 2012). Kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman di tempat kerja. Perilaku tidak aman menyumbang presentase terbesar dalam penyebab kecelakaan kerja yaitu sebesar 85 % (Silalahi, 1995). Menurut teori procede precede penentu perilaku seseorang ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor yang mempermudah (predisposing factor)

yaitu pencetus yang mempermudah terjadinya perilaku, terwujud dalam pengetahuan, pelatihan, sikap, dan karakteristik pekerja (umur, status pernikahan dan masa kerja) yang terdapat dalam diri atau kelompok(Harbandinah, 2005). Faktor yang memungkinkan

(enabling factor) yaitu faktor yang

memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu. Kelompok yang dikarenakan antara lain tersedianya fasilitas fire protection dan supervisi. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam pengawasan oleh supervisor dan dukungan rekan kerja (Green, 2005).

Penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) dan berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari Rangsang (stimulus) yang diberikan pada organime dapat diterima atau ditolak. Bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Apabila stimulus telah mendpat pehatian dari organisme yang diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses selanjutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari indvidu tersebut mengalami perubahan perilaku (Notoadmojo, 2003).

Dalam teori Fungsi beranggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat

(3)

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz dalam

Notoatmojo bahwa perilaku

dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan yaitu perilaku berfungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhannya. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence

mekanism atau sebagai pertahanan diri

dalam menghadapi lingkunganya, perilaku dan tindakannya dapat melindungi dari ancaman-ancaman luar. Fungsi selanjutnya sebagai penerima obyek dan memberikan arti, dalam peranan tindakan seseorang senatiasa menyesuiakan diri dengna lingkunganya. Pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan spontan dan dalam waktu singkat dan perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari hati sanubari, oleh sebab itu perilaku merupakan tempat ungkapan diri seseorang yang dapat terlihat dari luar.

Industri batik merupakan salah satu sektor usaha yang mengandung potensi dan faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun

penyakit akibat kerja. Berdasarkan survey awal dari 10 lokasi industri batik di Desa Pilang Sragen didapatkan temuan tenaga kerja melakukan praktik tidak selamat saat bekerja, misalnya tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja dengan risiko tinggi, modifikasi gas LPG untuk pengeringan yang sangat rawan terjadi ledakan akibat kebocoran gas, dan adanya keluhan dari pekerja batik mengalami gangguan pernafasan dan low back pain saat bekerja.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis

explanatory research sedangkan metode

yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah simple

random sampling sedangkan teknik

pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuestioner yang telah disediakan oleh peneliti dan peneliti juga melakukan observasi lapangan untuk mengamati praktik keselamatan saat karyawan bekerja. Analisa data penelitian dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2005):

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan variabel penelitian secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi

(4)

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.

3. Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar beberapa variabel penelitian dengan menggunakan regresi logistic.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2015 dengan sampel yang digunakan berjumlah 90 responden dari populasi 117 pekerja di 3 lokasi industri batik Desa Pilang Sragen yaitu batik H, Batik PL dan Batik I. Jumlah pekerja batik dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi jumlah pekerja batik di desa Pilang Sragen

No Lokasi Jumlah pekerja batik(orang)

1 Batik H 51

2 Batik I 40

3 Batik PL 26

Jumlah total pekerja batik 117

Jumlah sampel 90

Penelitian ini menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat yang hasilnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Umur

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015

Umur pekerja batik adalah lama hidup pekerja dalam satuan tahun yang dihitung dari tahun kelahiran sampai dengan ulang tahun terakhir berdasarkan Kartu Tanda Penduduk. (Hurlock, 1980) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase umur responden yang paling banyak dari umur kurang dari 40 tahun sebesar 95,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan antara umur dengan praktik keselamatan kerja diperoleh hasil p value 0,041 yang berarti lebih kecil dari 0,05, dengan demikian ada hubungan antara umur dengan praktik keselamatan kerja, pekerja yang berumur tua lebih cenderung tingkat praktik keselamatan kerja yang kurang disebabkan umur diatas 40 tahun tubuh sudah mengalami berbagai perubahan akibat proses penuaan (aging process) yang secara

No Umur (tahun) Frekuensi Presentase(%)

1 Muda ≤ 40 86 95,6

2 Tua > 40 4 4,4

(5)

alami terjadi maupun diperberat akibat penyakit yang pernah diderita. Kemampuan fisiologis menurun secara bermakna pada umur 44 tahun, sehingga kemampuan untuk mengantisipasi beban kerja fisik maupun mental berkurang (Hartati, 2005). Pekerja batik dengan kategori umur muda mempunyai semangat kerja tinggi khususnya dalam hal keselamatan, hal ini bisa diketahui dengan peneliti melihat sebagian besar responden menegur kepada rekan kerjanya apabila kedapatan tidak berperilaku aman saat bekerja. Berdasarkan hasil analisa multivariat diperoleh hasil variabel umur responden tidak dominan dengan nilai Exp. B sebesar 1,000 dan tidak menunjukkan nilai signifikasi dengan nilai p value 1,000 karena lebih besar dari nilai α 0,05 yang berarti umur responden tidak menunjukkan pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja.

2. Tingkat pendidikan

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang

pernah dijalani oleh

responden.(kementerian pendidikan RI, 2015). Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara tingkat pendidikan dengan praktik keselamatan kerja tidak terdapat hubungan, dengan p value 0,051 yang berarti lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang tidak berpengaruh terhadap baiknya praktik keselamatan kerja.

3. Masa kerja

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015

Lama kerja merupakan lama tenaga kerja yang bekerja dari pertama kali

masuk hingga sekarang.(Hurlock, 1980). Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara masa kerja dengan praktik keselamatan kerja terdapat hubungan, dengan p value 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α 0,05. No Masa Kerja(tahun) Frekuensi Presentase (%) 1 Baru =< 1 36 40 2 Lama > 1 54 60 Jumlah 90 100

No Pendidikan Frek Presentase (%) 1

Rendah 90 100

2 Tinggi 0 0

(6)

Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja seseorang berpengaruh terhadap baiknya praktik keselamatan kerja. Masa kerja berperan dalam menentukan dosis pajanan ditempat kerja dan tentunya dapat mempengaruhi berat ringannya tingkat kelelahan dan pada akhirnya mempengaruhi praktik keselamatan kerja, masa kerja juga mempengaruhi performance seseorang terutama dalam hal general performance kerjanya. Secara teori masa kerja berperan mempunyai pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja seseorang. Ini sedikit berbeda dengan kaitan pajanan biologis, kimia dan fisika dimana dengan semakin lama masa kerja, maka dimungkinkan semakin terakumulasi pajanan yang didapatkan. Praktik keselamatan kerja terkait dengan performa umum (general work performance) dimana dipengaruhi oleh masa kerja. Semakin lama masa kerja dengan pola kerja shift yang rutin, maka pekerja akan semakin beradaptasi dengan pola kerjanya. Demikian pula dengan praktik keselamatan kerja, semakin beradaptasi maka semakin biasa dan tidak mengalami penurunan atau gangguan praktik keselamatan kerja. General performance ini dicerminkan dengan kemampuan umum pekerja untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya

sehari- hari dengan hasil sesuai yang diharapkan dalam suatu kurun waktu tertentu tanpa upaya tambahan apapun dari pekerja . Hal ini berbeda dengan pajanan atau exposure terhadap faktor resiko kesehatan. Praktik keselamatan kerja bisa lebih dikaitkan dengan performance kerjanya proses adaptasi ini juga terkait dengan “proses learning by doing” sehingga masa kerja semakin lama maka akan semakin beradaptasi.

Berdasarkan hasil analisa multivariat diperoleh hasil variabel umur responden tidak dominan dengan nilai Exp. B sebesar 1,000 dan tidak menunjukkan nilai signifikasi dengan nilai p value 1,000 karena lebih besar dari nilai α 0,05 yang berarti masa kerja responden tidak menunjukkan pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja. 4. Status training

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Training pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015

No Status training Frek Presentase (%) 1 Training buruk 17 18,9 2 Training baik 73 81,1

Jumlah 9

0 100

(7)

Status training merupakan training yang berhubungan dengan pengoperasian peralatan kerja yang sesuai dengan standar keselamatan. Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara status training dengan praktik keselamatan kerja terdapat hubungan, dengan p value 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa status training seseorang berpengaruh terhadap baiknya praktik keselamatan kerja,. Dengan adanya pelatihan pelatihan yang diselenggarakan perusahaan untuk pekerja, hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilan serta semangat kerja. Training juga memberikan pemahaman pada pekerja akan pentingnya tugas serta tanggung jawab yang diemban pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya . pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan diperusahaan terutama yang berkaitan dengan penurunan praktik keselamatan kerja. Berdasarkan hasil analisis multivariate diperoleh hasil status training responden tidak dominan dengan nilai Exp. B sebesar 1,000 dan tidak menunjukkan nilai signifikasi dengan p value 1,000 karena melebihi nilai α 0,05 yang berarti status training responden tidak

menunjukkan pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja.

5. Status perkawinan

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015 No Status Pernikahan Frek Presentase (%) 1 Belum kawin / duda 61 67,8 2 Sudah kawin 29 32,2 Jumlah 9 0 100

Status perkawinan merupakan status keterikan responden dengan hukum perkawinan (Hurlock, 1980). Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara status perkawinan dengan praktik keselamatan kerja terdapat hubungan, dengan p value 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa status perkawinan seseorang berpengaruh terhadap baiknya praktik keselamatan kerja. Keluarga merupakan faktor yang penting dalam adaptasi dan toleransi terhadap waktu kerja. Interaksi dalam ikatan perkawinan atau dalam status berkeluarga menimbulkan beban tambahan yang bersumber dari tugas tugas rumah tangga sehingga berperan besar dalam menentukan tingkat

(8)

kelelahan dan penurunan kewaspadaan keselamatan dalam bekerja. Tanggung

jawab dalam tugas tugas

kerumahtanggaan dan aktivitas sosial yang harus dijalankan oleh pekerja dapat mengganggu pola istirahat dan pola pengaturan jadwal pemulihan sehingga pekerja sudah dalam kondisi lelah sewaktu menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan hasil analisis multivariate diperoleh hasil status perkawinan responden tidak dominan dengan nilai Exp. B sebesar 1,000 dan tidak menunjukkan nilai signifikasi dengan p

value 1,000 karena melebihi nilai α 0,05

yang berarti status perkawinan responden tidak menunjukkan pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja.

6. Jumlah anak

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015

Jumlah anak merupakan jumlah anak yang hidup saat ini yang dimiliki oleh responden. Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara status perkawinan dengan praktik

keselamatan kerja terdapat hubungan, dengan p value 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa status perkawinan seseorang berpengaruh terhadap baiknya terhadap praktik keselamatan kerja. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Katharine R Parker bahwa dengan jumlah anak yang semakin banyak membutuhkan perhatian orangtua untuk berbagai keperluan seperti pembiayaan sekolah, kebutuhan hidup dan pertumbuhan anak. Semakin banyak anak semakin besar beban keluarga yang harus dipikul oleh pekerja, hal ini mengakibatkan beban mental bagi pekerja. Berdasarkan hasil analisis multivariate diperoleh hasil status perkawinan responden tidak dominan dengan nilai Exp. B sebesar 1,000 dan tidak menunjukkan nilai signifikasi dengan p value 1,000 karena melebihi nilai α 0,05 yang berarti status

perkawinan responden tidak

menunjukkan pengaruh terhadap praktik keselamatan kerja.

No Jumlah anak Frek Presentase (%) 1 Tidak ada 37 41,1 2 1 - 3 orang 53 58,9 Jumlah 90 100,0

(9)

7. Pekerjaan sampingan

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Pekerja Batik di Desa Pilang Sragen Tahun 2015 No Pekerjaan sampingan Frekuensi Presentase (%) 1 Ada pekerjaan sampingan 3 3,3 2 Tidak ada pekerjaan sampingan 87 96,7 Jumlah 90 100

Pekerjaan sampingan merupakan aktivitas sampingan kerja yang dilakukan secara menetap untuk menambah pendapatan. Hasil uji analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan antara pekerjaan lain dengan praktik keselamatan kerja tidak terdapat hubungan, dengan p value 0,080 yang berarti lebih besar dari α 0,05. Adanya pekerjaan tambahan akan menambah berat tingkat kelelahan yang berujung pada penurunan kewaspadaan dalam keselamatan bekerja. Hal ini terutama disebabkan karena tubuh yang seharusnya mendapat istirahat yang cukup untuk pemulihan tetapi malah mendapatkan beban pekerjaan.

Kesimpulan

Adanya hubungan yang signifikan antara umur (p value 0,041), masa kerja (p value 0,0001), pelatihan (p value 0,0001), status perkawinan (p value 0,0001) dengan praktik keselamatan kerja, dan variabel pendidikan dan jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan praktik keselamatan kerja pada responden pekerja batik di Sragen

(10)

Daftar Pustaka

1. Green LW,and Kreuter M.W. Health Promotion Planning an Educational and Enviorment Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company ; 1991

2. Green, Lawrence. Health Education Planing A Diagnosis Approach. California : Masfiela Publishing Co. 1991

3. Hartati, Desi S. Evaluasi Penerapan Sistem Managemen K3 terhadap Perilaku Aman. Diakses tanggal 20 agustus 2010- 13.00 WIB. Di unduh

dari :

http:library.usu.ac.id/download/fkm/ 05012334.pdf

4. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan Suatu Penelitian Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga ; 1980

5. Notoatmojo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Kerja. Jakarta : Rineka Cipta ; 2003

6. Notoatmojo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta; 2003

7. Pendidikan,Kementrian Indonesia. Satuan Pendidikan Diakses tanggal 20 September 2015-19.00 WIB).

http:// www.kemdiknas.go.id/satuan-pendidikan.aspx

8. Pitoyo, Harbandinah dkk. Perencanaan dan Evaluasi PKM dan Petunjuk Pembuatan Tugas. Semarang : Bagian PKIP FKM UNDIP ; 2005

9. Silalahi, Bennett NB dan Silalahi,

Rumondang B. Managemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo; 1995

10. Sugiono. Statistik non Parametrik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta; 2005

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  jumlah  pekerja batik di desa Pilang Sragen
Tabel  5  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Status  Training  pada  Pekerja  Batik  di  Desa  Pilang Sragen Tahun 2015
Tabel  6  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Status  Perkawinan  pada  Pekerja  Batik  di  Desa  Pilang  Sragen  Tahun 2015  No  Status  Pernikahan  Frek  Presentase (%)  1  Belum  kawin  /  duda  61  67,8  2  Sudah  kawin  29  32,2  Jumlah  9
Tabel  8  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Umur  pada  Pekerja  Batik  di  Desa  Pilang  Sragen  Tahun 2015  No  Pekerjaan  sampingan  Frekuensi  Presentase (%)  1  Ada  pekerjaan  sampingan  3  3,3  2  Tidak  ada  pekerjaan  sampingan  87  9

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian terhadap konstruksi mata jaring dinding dasar mendapatkan bahwa konstruksi mata jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran l dan w = 2,4 × 2,8 (cm) adalah

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat akan melaksanakan pengadaan-Barang/Jasa dengan metode Pengadaan Langsung untuk paket

Penggunaan analisis regresi mensyaratkan dipenuhinya beberapa asumsi dasar (asumsi klasik) sebelum dilakukan tahap pengujian lebih lanjut. Uji persyaratan analisis

Perhitungan harga pokok sewa kamar Hotel Pelangi Malang adalah dengan cara mengidentifikasikan biaya sumber daya dan aktivitas, membebankan biaya sumber daya pada

Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa perpindahan dari layanan personal ke self- service technology mempunyai efek yang negatif terhadap ikatan sosial dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kranggan sudah dilaksanakan dengan baik, pelaksana kebijakan ada penyusunan anggota

A concept is a result of someone’s idea or a group of people that is stated in definition, so it results the knowledge products including principal, law, and theory. It

Dari beberapa pengertian penilaian prestasi kerja diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja membuat karyawan mengetahui tentang hasil kerja