5 BAB II
REVIEW LITERATUR DAN HASIL RISET 2.1 Review Literatur
Dalam melakukan praktikum Jurnalistik Manajemen Media Online penulis membuat beberapa rujukan berdasarkan beberapa literatur buku dan jurnal ilmiah. Berikut adalah rujukan tersebut:
2.2 Karakteristik Jurnalistik Online
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa perkembangan kegiatan jurnalistik didasarkan pada selera masyarakat yang telah berubah menjadi masyarakat modern. Itulah alasan mengapa media konvensional tidak lagi menjadi prioritas utama, yaitu karena masyarakat modern memiliki selera tersendiri dan berbeda dari ketika media konvensional masih menjadi sumber informasi utama.
Dalam praktiknya, farenting.com menerapkan tujuh karakteristik jurnalistik online yang digagas oleh James C. Faust, yaitu:
1. Audience Control, memungkinkan audiens dapat lebih leluasa dalam memilih dan memilah berita atau informasi, unsur ini terlihat dari adanya rubrikasi farenting.com yang dapat diakses oleh audiens secara leluasa.
2. Non-linearity, yang berarti setiap berita berdiri sendiri, sehingga audiens tidak harus membaca seluruh berita secara berurutan, seperti berita-berita yang hadir dalam portal farenting.com yang selalu mengangkat isu terkini.
3. Storage and Retrieval, yang berarti berita tersimpan dan dapat diakses oleh audiens kapan saja dan dimana saja.
4. Unlimited Space, yang berarti setiap berita dapat dibuat sepanjang apapun karena tidak terbatas oleh ruang.
5. Immediacy, yang berarti jurnalistik online mampu menyampaikan informasi secara cepat kepada audiens. Representasi dari unsur ini yaitu berita straight news yang muncul untuk mengangkat isu terhangat. 6. Multimedia Capability, yang berarti kemampuan dalam menyediakan
6 sekaligus, seperti artikel farenting.com yang dilengkapi dengan foto, infografis, multimedia, dan hyperlink.
7. Interactivity, yang berarti kemampuan untuk menciptakan ruang interaksi antara pembaca dan redaksi. Farenting.com mengadaptasi unsur ini dengan menyediakan fitur live chat pada portal beritanya (Prilani, 2017).
Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat modern lebih menyukai kegiatan jurnalistik online karena merupakan bentuk adaptasi dari mobilitas mereka saat ini, media massa yang serba cepat dan mudah didapat. Kemudahan itu pula yang menjadikan industri media massa berbasis online masih bertahan hingga sekarang. Bahkan, media konvensional juga mulai memanfaatkan konvergensi media sehingga mereka memiliki media online mereka sendiri, contohnya yaitu liputan6.com.
2.3 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI)
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) telah disepakati oleh seluruh aliansi jurnalis Indonesia seperti Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan jurnalisme. Kode etik ini juga merupakan representasi dari UU Pers yang untuk mengatur kegiatan jurnalistik di Indoensia. Farenting.com menerapkan pedoman ini dalam melakukan praktik manajemen media online untuk mematuhi aturan sebagai portal yang berbasis jurnalistik. Kode etik tersebut meliputi:
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
7 5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
2.4 News Value
Dalam praktiknya, farenting.com selalu mengupayakan untuk menghasilkan berita yang memiliki news value (nilai berita). Aspek news value sudah tidak asing lagi dalam kegiatan jurnalistik karena ia merupakan salah satu penentu apakah berita tersebut layak disajikan kepada audiens. Unsur-unsur news value menurut Suciati pada bukunya Teori Komunikasi dalam Multi Perspektif, 1972 yaitu:
1. Magnitude (pengaruh), yaitu seberapa besar pengaruh sebuah berita kepada publik. Farenting mempraktikkan unsur ini dengan menciptakan berita dengan rubrikasi Health yang bermanfaat bagi audiens.
2. Significance (penting), yaitu seberapa pentingnya sebuah berita bagi masyarakat.
3. Timeliness (aktualitas), yang berarti kebaruan, atau seberapa hangat sebuah berita. Farenting.com membuat rubrikasi Events sebagai rubrikasi straight news.
8 4. Proximity (kedekatan), yaitu seberapa dekat sebuah berita dengan audiens
secara geografis, psikologis, dan ideologis.
5. Prominence (ketokohan), yaitu sebuah berita yang melibatkan public figure. Praktik dari unsur ini yaitu adanya rubrikasi Inspiring pada portal farenting.com.
6. Impact (dampak), seberapa besar sebuah dampak dari sebuah peristiwa, maka akan semakin besar pula nilai beritanya.
7. Conflict (konflik), yaitu berita yang mengandung unsur peperangan atau kericuhan. Unsur ini tidak diterapkan pada farenting.com karena perbedaan target audiens.
8. Human Interest (unsur kemanusiaan), adalah berita yang dapat menyentuh sisi emosional audiens, seperti berita yang ada pada rubrikasi in-depth pada farenting.com.
9. Unusualness (keanehan), adalah berita yang mengandung informasi yang tidak biasa.
10. Sex (seksual), yaitu berita yang mengandung unsur seksual. Farenting.com mempraktikkan unsur ini dengan membuatnya menjadi sebuah edukasi, sehingga muncullah rubrikasi Parentalk yang membahas informasi seputar suami istri (Suciati, 1972).
2.5 Infografis
Sebuah visualisasi data pada berita dapat direpresentasikan melalui infografis. Biasanya, infografis hadir dengan desain visual yang menarik. Sebagai pembaca, audiens perlu sebuah data untuk mendukung informasi yang mereka dapatkan. Dan data tersebut perlu disajikan secara sederhana tapi tetap menarik untuk memudahkan mereka memahaminya. Pernyataan ini didasarkan pada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa sebanyak 40% orang lebih mudah menyerap informasi secara visual (Saptodewo, 2014).
Sejarah infografis sudah hadir sejak penggunaan media konvensional cetak seperti koran. Biasanya, sebuah reka adegan kejadian digambarkan dalam sebuah infografis untuk melengkapi deskripsi sebuah berita. Dalam media televisi, infografis biasanya hadir untuk menggambarkan survei cepat (quick count) hasil pemilu. Berdasarkan penjelasan tersebut, infografis merupakan media yang efektif
9 dalam sebuah berita untuk menggambarkan dan merepresentasikan sebuah informasi.
Penggunaan infografis pun memiliki banyak tujuan. Selain untuk menggambarkan data, ia juga berfungsi untuk menyederhanakan berita, rangkuman sebuah berita, dan visualisasi dari identitas media.
2.6 Hasil Riset
Dalam melakukan kegiatan Manajemen Media Online, penulis melakukan beberapa riset menggunakan metode survei untuk menentukan konten dan target audiens. Penulis memanfaatkan Google Form sebagai sarana menyebarkan survei. Survei tersebut dibagikan menggunakan beberapa platform seperti email, Whatsapp, dan Line untuk kemudian diarahkan menuju link Google Form. Hasil riset yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:
Hasil Riset Konten
Dalam melakukan riset konten, penulis beserta anggota kelompok praktikum mengobservasi lima media online yang bertemakan parenting. Hberdasarkan observasi tersebut, pdidapatkan hasil sebagai berikut:
Grafik 1 : Tema berita yang dibaca audiens
Berdasarkan hasil riset tersebut, mengindikasikan bahwa mayoritas audiens pernah membaca berita bertemakan parenting. Temuan ini melahirkan kesimpulan bahwa portal yang bertemakan parenting memiliki potensi untuk menjadi portal yang digemari audiens.
10
Grafik 2 : Media yang di observasi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, didapatkan hasil bahwa terdapat lima portal berita online yang memiliki tema parenting. Yaitu parenting.dream.co.id, id.theasianparent.com, momsdaily.com, parenting.co.id, dan sayanganak.com. Lima portal berita inilah yang dijadikan acuan bagi farenting.com dalam membuat portal berita online.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber untuk mendukung terciptanya portal yang memiliki pondasi yang kuat. Farenting.com melakukan wawancara kepada pakar media, Abdi Purnomo, seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus ketua komunitas Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) Kota Malang. Beliau diambil sebagai narasumber karena track record beliau sebagai jurnalis yang mengetahui seluk beluk dunia jurnalistik.
Hasil dari wawancara dengan narasumber menghasilkan rekomendasi bahwa farenting.com perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan media baru. Memanfaatkan konvergensi media misalnya, tidak cukup hanya dengan menggunakan beberapa media saja. Tetapi juga bagaimana portal media farenting.com bisa menjadi portal yang kreatif dan berbeda dari portal media lainnya. Oleh karena itu, farenting.com menggunakan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Youtube sebagai media akses audiens.
11 2.7 Landasan Teori
Dalam melakukan praktik Manajemen Media Online sendiri penulis mengaplikasikan teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. Maka dari itu, selama kegiatan ini penulis mengambil teori Gestalt yang dikemukakan oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler. Gestalt adalah sebuah teori psikologi untuk menciptakan sebuah persepsi.
Dalam desain, gestalt mempengaruhi sebuah kesan pada desain itu sendiri. Dengan adanya gestalt seseorang akan mempersepsikan sebuah karya, dan karena teori gestalt inilah sebuah desain bisa untuk didapatkan kesannya.
Teori Gestalt dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Kedekatan (proximity). Kedekatan dapat merubah persepsi pengelompokan dari jarak per objek yang berbeda. Farenting merealisasikan poin ini dengan membuat rasio gambar pada masing-masing karya visual.
2. Kesamaan (similarity). Kesamaan dapat merubah persepsi pengelompokan dari 2 buah objek yang bentuknya berbeda. Realisasi dari poin ini yaitu dengan identitas karya visual farenting yang didominasi oleh gambar vektor dua dimensi.
3. Penutupan (closure). Penutupan dapat merubah persepsi objek garis, menjadi menyerupai objek yang bentuknya berbeda, dari objek garis tersebut. 4. Kesinambungan (continuity). Kesinambungan dapat memberikan kesan bahwa objek tersebut mempunyai perubahan yang teratur. Realisasi dari poin ini adalah dengan secara berkala terdapat perubahan warna pada konten media sosial Instagram @farenting.
5. Arah Gerak (common fate). Arah gerak memberikan kesan bahwa sebuah objek mempunyai irama, sehingga terlihat seperti mempunyai garis arah gerak yang tidak terlihat.