• Tidak ada hasil yang ditemukan

0,8 9 0,9 4 1,2 4 7,1 6 %

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "0,8 9 0,9 4 1,2 4 7,1 6 %"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

EMPING MELINJO

(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

EMPING MELINJO

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku Pola Pembiayaan Usaha Pengolahan Emping Melinjo ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).

Buku Pola Pembiayaan usaha pengolahan emping melinjo mengambil sampel di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth interview terhadap pelaku usaha emping melinjo, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan.

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan usaha pengolahan emping melinjo, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.

Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia dengan alamat:

Gedung Tipikal (TP), Lt. 5

Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110

Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email: Bteknis_PUKM@bi.go.id

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM.

Jakarta, Mei 2008

(4)

USAHA EMPING MELINJO

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

USAHA EMPING MELINJO

No UNSUR URAIAN

1 Jenis Usaha Usaha Pengolahan Emping Melinjo

2 Dana yang digunakan Investasi : Rp 216.675.000,-

Modal Kerja : Rp 142.044.271,- Total : Rp 358.719.271,-

3 Sumber Dana Kredit : Rp 225.000.000,-

Modal sendiri : Rp. 133.719.271,-

4 Jangka Waktu Kredit Investasi : 3 tahun

Modal Kerja : 1 tahun

5 Suku Bunga 15% per tahun

6 Periode Pembayaran Kredit Angsuran pokok dan bunga angsuran

dibayarkan tiap bulan 7 Pola Usaha

a. Periode proyek b. Skala Usaha

c. Tingkat Teknologi d. Produk yang Dihasilkan e. Pemasaran Produk

5 tahun

- 8125 kg bahan baku biji melinjo per bulan

- 97.500 kg emping yang dihasilkan per bulan

- Tenaga kerja tetap 3 orang

- Tenaga kerja /pengrajin tidak tetap 65 orang Manual

Emping melinjo mentah kualitas 1 dan 2 Dijual langsung, agen, pesanan

8 Kriteria Kelayakan Usaha Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha BEP rata-rata - Total penjualan - Rata-rata produksi (kg) : Kualitas I - Tinggi - Sedang - Rendah Kualitas II - Tinggi - Sedang - Rendah Penilaian 2,59 Rp 401.168.960,- 70,88%

1 tahun 7 bulan (1,60 tahun) Rp 728.961.265,- per tahun 23.770 28.525 35.656 7.923 9.904 11.319 Layak dilaksanakan

(5)

No UNSUR URAIAN 9 Analisa Sensitifitas

(1) Dari sisi pendapatan a. Pendapatan turun 8% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 1,13 Rp 33.043.408,- 20,13%

4 tahun 5 bulan (4,43 tahun) Layak dilaksanakan b. Pendapatan turun 9% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 0,89 Rp -28.583.868,- 10,41%

lebih dari 5 tahun Tidak layak dilaksanakan (2) Dari sisi biaya operasional

a. Biaya operasional naik 9% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 1,16 Rp 40.423.712,- 21,26%

4 tahun 4 bulan (4,32tahun) Layak dilaksanakan

b. Biaya operasional naik 10% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 0,94 Rp -14.467.210,- 12,69%

lebih dari 5 tahun Tidak layak dilaksanakan (3) Dari sisi pendapatan dan biaya

operasional

a. Pendapatan turun 4 dan Biaya operasional naik 4% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 1,24 Rp 59.988.827,- 24,20% 4 tahun (4,04 tahun) Layak dilaksanakan b. Pendapatan turun 5% dan Biaya

operasional naik 5% Net B/C Ratio DF 15% NPV DF 15% IRR PBP usaha Penilaian 0,81 Rp -48.148.983,- 7,16%

lebih dari 5 tahun Tidak layak dilaksanakan

(6)

USAHA EMPING MELINJO iv

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………...………...… i RINGKASAN EKSEKUTIF ……… ii DAFTAR ISI ………... iv DAFTAR TABEL ………..……. vi DAFTAR GAMBAR ………... vii BAB I PENDAHULUAN ...……….…………... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ...

3

2.1 Profil Usaha ... 3

2.2 Pola Pembiayaan ………... 3

BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI ... 5 3.1 Lokasi Usaha ……….………..………. 5

3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………. 5

3.3 Bahan Baku ……….. 7

3.4 Tenaga Kerja ………... 8

3.5 Teknologi ……….. 8

3.6 Proses Produksi ………... 9

3.7 Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi ………... 13

3.8 Produksi Optimum ……….. 17

3.9 Kendala Produksi ……… 17

BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ……… 19

4.1 Aspek Pasar ……….………... 19

4.1.1 Permintaan ... 19

4.1.2 Penawaran ... 19

4.1.3 Persaingan dan Peluang Pasar ... 20

4.2 Aspek Pemasaran ………... 20

4.2.1 Harga ... 20

4.2.2 Jalur Pemasaran Produk ... 21

4.2.3 Kendala Pemasaran ... 22

BAB V ASPEK KEUANGAN ..………...………... 23 5.1 Pemilihan Pola Usaha ……….………... 23

5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ... 23

5.3 Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 24

(7)

5.3.2 Biaya Operasional…………...….……….. 25

5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ... 26

5.5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor .………... 27

5.6 Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point (BEP) .……... 27

5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ………... 28

5.8 Analisis Sensitivitas ………... 29

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ... 31 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ... 31

6.2 Dampak Lingkungan ... 31

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..…... 33 7.1 Kesimpulan ……….………...…... 33 7.2 Saran …………..………... 33 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

USAHA EMPING MELINJO

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Produksi Masing-masing Jenis Emping untuk Setiap Musim ... 14

Tabel 3.2 Standar Produk Emping: SNI 01-3712-1995 ... 15

Tabel 4.1 Produktifitas Tanaman Melinjo di Indonesia ... 19

Tabel 4.2 Fluktuasi Harga Jual Emping Melinjo Setipa Musimnya ... 21

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan ………. 24 Tabel 5.2 Biaya Investasi Usaha Emping Melinjo……….... 25

Tabel 5.3 Biaya Operasional Usaha Emping Melinjo ………. 25

Tabel 5.4 Perhitungan Kebutuhan Modal Kerja ………... 26

Tabel 5.5 Kebutuhan Modal Usaha Emping Melinjo... 26

Tabel 5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ………. 27

Tabel 5.7 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha ……….….…... 28

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Proses Penyangraian Biji Melinjo ... 9

Gambar 3.2 Proses Pemecahan Cangkang Biji Melinjo ... 10

Gambar 3.3 Proses Pemipihan Emping ... 11

Gambar 3.4 Pelepasan Emping dari Batu Landasan ... 11

Gambar 3.5 Proses Penjemuran Emping ... 12

Gambar 3.6 Emping yang Sudah Dikemas dan Siap Dipasarkan ... 13 Gambar 4.1 Jalur Pemasaran Emping Melinjo ... 21

(10)

USAHA EMPING MELINJO

viii

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman melinjo dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m dpl. Dengan demikian, tanaman melinjo dapat tumbuh di pegunungan berhawa lembab, bisa juga didataran rendah yang relatif kering. Namun agar dapat berproduksi secara maksimal, melinjo sebaiknya ditanam di dataran rendah yang ketinggiannya tidak lebih dari 400 m dpl dan dengan curah hujan sekitar 3.000-5.000 mm/tahun merata sepanjang tahun.

Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Panen dilakukan dua kali setahun. Panen besar sekitar bulan Mei-Juli, sedangkan panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Sedangkan pemungutan bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Hasil melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah dewasa bervariasi antara 15.000-20.000 biji. Menurut petani, tanaman melinjo umur 15 tahun hasil produksi buahnya mencapai 50 kg klatak (buah yang telah dikupas kulitnya) sekali panen, berarti produksi yang diperoleh klatak 100 kg/pohon/tahun.

Berbagai bagian dari pohon melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Diantaranya, daun, biji melinjo dan kulit biji melinjo sering dimanfaatkan sebagai bahan untuk sayur. Selain itu, bijinya juga dapat diolah menjadi emping.

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang telah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditi pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga jual yang relatif tinggi maupun sebagai komoditi ekspor yang dapat mendatangkan devisa. Sejauh ini, emping diekspor ke negara-negara tetangga di antaranya ke Singapura, Malaysia dan Brunei. Bahkan, pasar ekspor yang potensial menjangkau Jepang, Eropa dan Amerika.

Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng.

(12)

Pendahuluan

USAHA EMPING MELINJO

2

Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman.

(13)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Propinsi Banten merupakan satu diantara sentra industri emping melinjo yang relatif besar di Indonesia. Sentra tersebut tersebar di hamper seluruh kabupaten di Banten, salah satunya adalah Kabupaten Pandeglang.

Usaha emping melinjo di Kabupaten Pandeglang baru dirintis pada tahun 1960-an. Sebelumnya, biji melinjo yang dihasilkan di daerah ini masih belum dimanfaatkan. Data Dinas Perkebunan Banten, hingga akhir tahun 2004, secara keseluruhan luas lahan melinjo di Propinsi Banten sekitar 6.610 ha dengan produksi 14.011 ton buah melinjo. Dari total luas lahan tersebut, sebagian besar (48%) berada di Kabupaten Pandeglang, sisanya tersebar di Kabupaten Lebak dan Serang. Pada awal-awal produksinya, hasil produksi emping melinjo dari Banten tidak dipasarkan di daerah setempat, melainkan dipasarkan di Jakarta.

Potensi bahan baku biji melinjo yang banyak tersebut, menempatkan Pandeglang sebagai sentra industri emping yang penting. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar, Dinas Pertanian dan Peternakan dan Kantor Koperasi Kabupaten Pandeglang menginfomasikan di wilayah Pandeglang terdapat ±125 pengusaha. Rata-rata, setiap pengusaha memperkerjakan antara 50 sampai 250 pengrajin.

Usaha emping melinjo dijalankan dengan keterlibatan tenaga kerja yang intensif sebagai pengrajin. Pada umumnya, pengusaha emping melinjo di Pandeglang memberi pinjaman peralatan dan bahan baku (biji melinjo) kepada pengrajin untuk digunakan membuat emping. Emping yang dihasilkan oleh pengrajin kemudian dikembalikan lagi kepada pengusaha. Sedangkan pengrajin akan memperoleh upah dari pengusaha berdasarkan jumlah emping yang dihasilkan.

2.2. Pola Pembiayaan

Pada umumnya pengusaha emping melinjo mengawali usaha dengan modal sendiri. Setelah berkembang, beberapa diantaranya mulai mengakses kredit dari perbankan. Kebutuhan kredit tersebut biasanya untuk modal kerja. Kebutuhan modal kerja terutama untuk pengadaan bahan baku biji melinjo yang relatif besar. Hal ini mengingat, masa panen buah melinjo hanya dua

(14)

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

USAHA EMPING MELINJO

4

kali setahun. Oleh karena itu, pengusaha perlu menyediakan bahan baku yang cukup untuk keberlanjutan produksinya dalam satu tahun.

Prosedur untuk memperoleh kredit antara lain kelayakan usaha, ketersediaan jaminan, fotokopi KTP, surat nikah, Kartu Keluarga, dan Perizinan Usaha. Sedangkan penilaian kredit, umumnya bank menggunakan kriteria 5C (Capital, Capacity, Collateral, Character, Condition). Dari kelima C, aspek karakter (character) dan jaminan (collateral) relatif menjadi prioritas penilaian. Karakter yang meliputi keuletan pengusaha sangat menentukan keberlangsungan usaha yang berarti mengindikasikan kelancaran pembayaran kredit. Sedangkan agunan sebagai jaminan bagi bank jika pengusaha tidak dapat mengembalikan kredit. Jaminan yang digunakan dapat berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha.

Perihal cara perhitungan bunga kredit, masing-masing bank menggunakan cara berbeda-beda. Ada bank yang menggunakan sistem bunga menurun, yaitu perhitungan bunga dihitung berdasarkan jumlah sisa pinjaman dan ada juga bank yang menggunakan sistem bunga flat atau tetap sepanjang jangka waktu kredit.

Dari hasil survei, bank yang memberi kredit untuk usaha emping melinjo antara lain Bank Jabar, BRI dan Bank Danamon. Kredit yang dibutuhkan adalah kredit modal kerja. Berdasarkan informasi dari pihak bank diketahui bahwa pengusaha emping melinjo tergolong nasabah yang taat. Hal ini dapat diketahui dengan pengulangan kredit oleh beberapa pengusaha emping.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman melinjo dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m dpl. Dengan demikian, tanaman melinjo dapat tumbuh di pegunungan berhawa lembab, bisa juga didataran rendah yang relatif kering. Namun agar dapat berproduksi secara maksimal, melinjo sebaiknya ditanam di dataran rendah yang ketinggiannya tidak lebih dari 400 m dpl dan dengan curah hujan sekitar 3.000-5.000 mm/tahun merata sepanjang tahun.

Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Panen dilakukan dua kali setahun. Panen besar sekitar bulan Mei-Juli, sedangkan panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Sedangkan pemungutan bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Hasil melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah dewasa bervariasi antara 15.000-20.000 biji. Menurut petani, tanaman melinjo umur 15 tahun hasil produksi buahnya mencapai 50 kg klatak (buah yang telah dikupas kulitnya) sekali panen, berarti produksi yang diperoleh klatak 100 kg/pohon/tahun.

Berbagai bagian dari pohon melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Diantaranya, daun, biji melinjo dan kulit biji melinjo sering dimanfaatkan sebagai bahan untuk sayur. Selain itu, bijinya juga dapat diolah menjadi emping.

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang telah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditi pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga jual yang relatif tinggi maupun sebagai komoditi ekspor yang dapat mendatangkan devisa. Sejauh ini, emping diekspor ke negara-negara tetangga di antaranya ke Singapura, Malaysia dan Brunei. Bahkan, pasar ekspor yang potensial menjangkau Jepang, Eropa dan Amerika.

Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng.

(16)

Pendahuluan

USAHA EMPING MELINJO

2

Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman.

(17)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Propinsi Banten merupakan satu diantara sentra industri emping melinjo yang relatif besar di Indonesia. Sentra tersebut tersebar di hamper seluruh kabupaten di Banten, salah satunya adalah Kabupaten Pandeglang.

Usaha emping melinjo di Kabupaten Pandeglang baru dirintis pada tahun 1960-an. Sebelumnya, biji melinjo yang dihasilkan di daerah ini masih belum dimanfaatkan. Data Dinas Perkebunan Banten, hingga akhir tahun 2004, secara keseluruhan luas lahan melinjo di Propinsi Banten sekitar 6.610 ha dengan produksi 14.011 ton buah melinjo. Dari total luas lahan tersebut, sebagian besar (48%) berada di Kabupaten Pandeglang, sisanya tersebar di Kabupaten Lebak dan Serang. Pada awal-awal produksinya, hasil produksi emping melinjo dari Banten tidak dipasarkan di daerah setempat, melainkan dipasarkan di Jakarta.

Potensi bahan baku biji melinjo yang banyak tersebut, menempatkan Pandeglang sebagai sentra industri emping yang penting. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar, Dinas Pertanian dan Peternakan dan Kantor Koperasi Kabupaten Pandeglang menginfomasikan di wilayah Pandeglang terdapat ±125 pengusaha. Rata-rata, setiap pengusaha memperkerjakan antara 50 sampai 250 pengrajin.

Usaha emping melinjo dijalankan dengan keterlibatan tenaga kerja yang intensif sebagai pengrajin. Pada umumnya, pengusaha emping melinjo di Pandeglang memberi pinjaman peralatan dan bahan baku (biji melinjo) kepada pengrajin untuk digunakan membuat emping. Emping yang dihasilkan oleh pengrajin kemudian dikembalikan lagi kepada pengusaha. Sedangkan pengrajin akan memperoleh upah dari pengusaha berdasarkan jumlah emping yang dihasilkan.

2.2. Pola Pembiayaan

Pada umumnya pengusaha emping melinjo mengawali usaha dengan modal sendiri. Setelah berkembang, beberapa diantaranya mulai mengakses kredit dari perbankan. Kebutuhan kredit tersebut biasanya untuk modal kerja. Kebutuhan modal kerja terutama untuk pengadaan bahan baku biji melinjo yang relatif besar. Hal ini mengingat, masa panen buah melinjo hanya dua

(18)

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

USAHA EMPING MELINJO

4

kali setahun. Oleh karena itu, pengusaha perlu menyediakan bahan baku yang cukup untuk keberlanjutan produksinya dalam satu tahun.

Prosedur untuk memperoleh kredit antara lain kelayakan usaha, ketersediaan jaminan, fotokopi KTP, surat nikah, Kartu Keluarga, dan Perizinan Usaha. Sedangkan penilaian kredit, umumnya bank menggunakan kriteria 5C (Capital, Capacity, Collateral, Character, Condition). Dari kelima C, aspek karakter (character) dan jaminan (collateral) relatif menjadi prioritas penilaian. Karakter yang meliputi keuletan pengusaha sangat menentukan keberlangsungan usaha yang berarti mengindikasikan kelancaran pembayaran kredit. Sedangkan agunan sebagai jaminan bagi bank jika pengusaha tidak dapat mengembalikan kredit. Jaminan yang digunakan dapat berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha.

Perihal cara perhitungan bunga kredit, masing-masing bank menggunakan cara berbeda-beda. Ada bank yang menggunakan sistem bunga menurun, yaitu perhitungan bunga dihitung berdasarkan jumlah sisa pinjaman dan ada juga bank yang menggunakan sistem bunga flat atau tetap sepanjang jangka waktu kredit.

Dari hasil survei, bank yang memberi kredit untuk usaha emping melinjo antara lain Bank Jabar, BRI dan Bank Danamon. Kredit yang dibutuhkan adalah kredit modal kerja. Berdasarkan informasi dari pihak bank diketahui bahwa pengusaha emping melinjo tergolong nasabah yang taat. Hal ini dapat diketahui dengan pengulangan kredit oleh beberapa pengusaha emping.

(19)

BAB III

ASPEK TEKNIK PRODUKSI

3.1. Lokasi Usaha

Usaha pengolahan emping melinjo sebaiknya berlokasi di dekat sumber bahan baku yaitu kebun melinjo. Hal ini untuk menjaga mutu bahan baku dan memudahkan transportasi. Mengingat biji melinjo sebaiknya tidak disimpan terlalu lama sebelum diolah menjadi emping. Buah melinjo yang disimpan lebih dari tiga bulan tanpa fasilitas penyimpanan yang baik akan mempengaruhi kualitas emping yang dihasilkan.1

Daerah penghasil emping di kabupaten Pandeglang tersebar di hampir seluruh wilayah kecamatan. Sentra industri emping melinjo yang relatif besar diantaranya yaitu kecamatan Menes,Cikedal, Labuan, Jiput, Pagelaran dan Saketi. Kecamatan Menes merupakan sentra industri emping yang terkenal diantara kecamatan lain di Pandeglang.

3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas produksi yang diperlukan oleh pengusaha dalam pembuatan emping melinjo adalah ruang produksi, ruang penyimpanan bahan baku, ruang penyimpanan emping melinjo yang sudah jadi dan showroom untuk menjual produk. Fasilitas produksi ini umumnya menjadi satu dengan tempat tinggal, kecuali untuk ruang penyimpanan bahan baku. Beberapa pengusaha mempunyai fasilitas ruang penyimpanan bahan baku yang relatif baik dan terpisah dengan bagian produksi. Ruang penyimpanan yang baik dapat menyimpan bahan baku biji melinjo sampai delapan bulan.

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi emping melinjo masih sederhana, mudah diperoleh, dan relatif murah harganya. Alat-alat yang diperlukan antara lain:

1. Batu landasan atau yang biasa disebut umpak

Umpak digunakan sebagai tempat/alas untuk memipihkan biji melinjo. Umpak biasanya memiliki permukaan yang rata dan licin serta terbuat dari kayu seperti kayu mahoni dan kayu sawo, tetapi ada juga umpak yang terbuat dari batu.. Umur ekonomis umpak biasanya berkisar antara 7-8 tahun. Satu buah umpak harganya berkisar antara ±Rp 30.000 – Rp 40.000.

(20)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

6

Sedangkan umpak dari baru harganya relatif lebih mahal yaitu mencapai ±Rp150.000,- dengan umur ekonomis > 15 tahun.

2. Palu / martil

Martil digunakan untuk memecahkan cangkang/kulit keras serta memipihkan biji melinjo yang sudah disangrai. Martil tersebut terbuat dari besi baja. Ukuran berat martil bermacam-macam, mulai dari 1 kg, 1,5 kg, dan 2 kg bahkan ada yang sampai 3 kg. Semakin berat martil akan semakin bagus emping yang dihasilkan. Ini karena berat martil menentukan kekuatan pemipihan biji melinjo. Proses pemipihan yang baik adalah dengan cara memukulkan martil pada biji melinjo 2-3 kali. Pemukulan yang berkali-kali justru akan membuat emping pecah/hancur. Sedangkan pemukulan yang lemah akan menghasilkan emping tebal.

Martil yang terbuat dari besi baja tersebut mempunyai umur ekonomis yang cukup lama yaitu > 20 tahun. Satu buah martil baja harganya ±Rp 40.000,-.

3. Sosok / kape

Serok atau yang biasa disebut kape ini terbuat dari seng. Untuk memindahkan biji melinjo yang sudah dipipihkan di atas umpak ke anyaman bambu/rigen, maka digunakan serok/kape. Satu buah serok/kape tersebut harganya ±Rp 5.000 dan mempunyai umur ekonomis sekitar ±1 tahun.

4. Wajan

Wajan digunakan untuk menyangrai biji melinjo. Wajan tersebut terbuat dari tanah liat. Harga 1 unit wajan berkisar antara Rp 15.000 – Rp 25.000 dan mempunyai umur ekonomis antara 6 bulan – 1 tahun.

5. Serok

Serok yang digunakan untuk mengaduk-aduk dan mengangkat biji melinjo yang disangrai di wajan biasanya terbuat dari stainless steel atau tempurung kelapa agar tidak karatan. Serok memiliki bagian bawah yang berlubang-lubang. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan antara pasir dan biji melinjo ketika diangkat dari wajan. Harga 1 unit serok berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000 dengan umur ekonomis 6 bulan – 1 tahun.

6. Anyaman bambu (rigen)

Anyaman bambu/rigen yang digunakan untuk menjemur emping yang telah dipipihkan biasanya berukuran 70cm x 80cm dan 60cm x 120cm. Harga satu unit anyaman bambu tersebut berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000 dengan umur ekonomis rata-rata 6 bulan – 1 tahun.

(21)

7. Tungku

Tungku yang digunakan sebagai pemanas untuk menyangrai biji melinjo terbuat dari batu bata dengan P x L x T = 20 x 25 x15 cm serta mempunyai umur ekonomis > 25 tahun. Untuk membuat tungku tersebut biasanya tidak membutuhkan biaya, atau kalaupun membutuhkan biaya, paling-paling hanya diperlukan ±Rp 2.000 untuk membuat satu unit tungku.

Fungsi tungku ini dapat diganti oleh kompor baik dengan bahan bakar minyak tanah, briket batubara ataupun gas. Tetapi para pengrajin lebih menyukai menggunakan tungku batu bata karena panasnya lebih merata dan awet.

8. Mesin pengepres kemasan

Mesin pengepres kemasan ada beberapa jenis, dari yang sederhana sampai yang modern untuk mengemas secara masal. Di wilayah survei mesin pengepres kemasan yang umum digunakan, yaitu:

a. Alat pengepres yang menggunakan tangan.

Harga 1 unitnya ±Rp350.000,- dengan umur ekonomis ± 3 tahun.

b. Mesin pengepres semi otomatis yang biasanya disebut mesin sealer otomatis. Harga 1 unitnya ±Rp 12.000.000 dengan umur ekonomis ±5 tahun.

3.3. Bahan Baku

Bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi emping terdiri dari bahan baku utama yaitu biji melinjo. Bahan baku diperoleh baik dari hasil kebun sendiri, membeli dari pengumpul melinjo ataupun dipasok dari petani melinjo langsung. Sebagian besar pengusaha emping di Pandeglang mendapatkan bahan baku dengan membeli dari pengumpul melinjo. Sedangkan untuk bahan-bahan pembantu seperti bumbu-bumbu, diperoleh dengan cara membeli dari pasar.

Jalur distribusi bahan baku yang umum berlaku adalah sebagai berikut: Petani melinjo Pengumpul Pengusaha melinjo

Untuk menghasilkan emping yang berkualitas baik diperlukan bahan baku yang berkualitas. Biji melinjo yang berkualitas baik adalah biji melinjo yang sudah tua, yang secara fisik dapat diketahui dari kulit luar yang berwarna merah dan relatif segar (tidak disimpan terlalu lama).

(22)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

8

3.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada industri kecil emping melinjo ini terdiri dari manajemen, karyawan administrasi umum serta tenaga kerja produksi yang melakukan aktivitas proses produksi pembuatan emping melinjo. Manajemen bertanggung jawab terhadap kelangsungan usaha dan biasanya juga merupakan pemilik usaha.

Tenaga kerja produksi, yang sering disebut pengrajin, umumnya adalah perempuan, yang biasanya berumur paruh baya (ibu-ibu). Tidak ada kualifikasi khusus yang diperlukan dalam industri emping. Keahlian membuat emping biasanya didapatkan dari turun-temurun. Bagi pengrajin emping, pekerjaan membuat emping merupakan pekerjaan sampingan dari pekerjaan utamanya yaitu bertani.

Sistem penggajian untuk tenaga kerja produksi adalah sistem upah produksi. Pada sistem ini, para pengrajin emping membuat kelompok-kelompok. Satu kelompok terdiri dari ±6-10 orang. Biasanya satu kelompok tersebut dimodali satu set peralatan untuk tiap pengrajin dan biji melinjo oleh pengusaha emping. Satu set peralatan yang diberikan antara lain berupa umpak, martil dan wajan.

Modal natura berupa bahan baku biji melinjo, kemudian diproses menjadi emping oleh pengrajin. Selanjutnya hasil produksi emping ini dikembalikan lagi ke pengusaha. Pengusaha emping memberikan upah kepada kelompok pengrajin berdasarkan jumlah emping yang mampu diproduksi.

Pada lokasi penelitian, kisaran upah yang diterima para pengrajin berkisar Rp 1.500 – Rp 3.000 per kg emping melinjo. Biasanya untuk membuat satu kg emping, dibutuhkan dua kg bahan baku biji melinjo. Rata-rata satu orang pengrajin mampu menghasilkan 5 kg emping per hari.

3.5. Teknologi

Teknologi yang digunakan untuk industri pembuatan emping masih sangat tradisional. Hampir semua prosesnya masih menggunakan tenaga manusia, mulai dari penyangraian, pemipihan, sampai dengan pengeringan. Hanya pada proses pengemasan saja yang sudah menggunakan mesin pengepres kemasan.

(23)

3.6. Proses Produksi

Tahap-tahap pembuatan emping melinjo yaitu: 1. Pengupasan kulit luar

Tahap pertama dalam pembuatan emping yaitu pengupasan kulit luar biji melinjo. Kulit luar biji melinjo dikupas dengan menggunakan pisau. Kulit luar biji melinjo ini dapat digunakan untuk sayuran.

2. Penyangraian

Biji melinjo yang sudah dikupas kulit luarnya dan sudah dikeringkan selama beberapa waktu seperti yang telah disebutkan di atas, kemudian disangrai. Prosesnya yaitu: pertama-tama, wajan yang telah diisi pasir dipanaskan di atas tungku hingga panas pasirnya merata. Jika pasirnya sudah panas, biji melinjo dimasukkan dan diaduk-aduk bersama pasir hingga panasnya merata. Agar menghasilkan emping yang berkualitas bagus (rasanya gurih dan warna empingnya bening) maka selama proses penyangraian, waktunya tidak boleh terlalu cepat ataupun terlalu lama. Apabila terlalu lama, maka biji melinjo akan hangus dan ini akan membuat rasa emping menjadi kurang enak/pahit serta warnanya kuning gelap/gosong. Sedangkan apabila terlalu cepat, biji melinjo kurang matang, hal ini akan mengakibatkan kulit keras (cangkang) biji melinjo sulit untuk dilepaskan (dipecahkan) selain itu warna emping yang dihasilkan akan berwarna putih keruh. Waktu yang ideal untuk proses penyangraian ini biasanya ± 2 menit.

(24)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

10

3. Pelepasan/pemecahan kulit keras (cangkang)

Proses selanjutnya setelah penyangraian adalah pengangkatan biji melinjo dengan menggunakan serok dan ditaruh di tempat penampungan. Tempat penampungan yang digunakan di lokasi penelitian adalah tempurung kelapa agar biji melinjo tidak cepat dingin. Kemudian dalam keadaan masih panas, biji melinjo langsung dilepaskan/dipecahkan cangkangnya dengan menggunakan martil baja di atas umpak/batu landasan.

Gambar 3.2. Proses Pemecahan Cangkang Biji Melinjo

4. Tahap Pemipihan

Emping yang sudah ditata di atas rigen kemudian dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari

Biji melinjo yang sudah terkelupas cangkangnya langsung dipipihkan dengan cara menggetok/memukul biji melinjo tersebut hingga rata dengan menggunakan martil baja sebanyak 2-3 kali getok.

Emping yang bagus adalah emping yang permukaannya tipis dan tidak cepat. Jadi semakin tipis emping tersebut, maka akan semakin bagus. Apabila ingin membuat emping ukuran yang lebih besar, maka caranya dengan meletakkan secara berdekatan biji melinjo pertama dengan biji melinjo berikutnya. Semakin besar ukuran yang diharapkan, makin banyak biji melinjo yang dibutuhkan.

(25)

Gambar 3.3. Proses Pemipihan Emping

5. Tahap Pelepasan Emping dari Umpak/Batu Landasan

Biji melinjo yang telah dipipihkan, selanjutnya dilepaskan dari umpak dengan menggunakan sosok/kape kemudian ditaruh di atas anyaman bambu/rigen.

Gambar 3.4. Pelepasan Emping dari Batu Landasan

6. Tahap Pengeringan

Emping yang telah diangkat dari umpak, kemudian diletakkan di atas anyaman bambu/rigen. Peletakan emping tersebut tidak boleh sembarangan, harus diatur sedemikian rupa agar tidak saling bertumpuk (tidak tumpang tindih). Karena apabila saling bertumpukan, maka akan sulit untuk mengangkatnya (apabila diangkat, empingnya akan hancur).

(26)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

12

Pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Makin intensif penyinaran makin cepat proses pengeringan dan makin baik kualitas emping yang dihasilkan. Proses kering angin dengan penyinaran yang baik dibutuhkan waktu antara 15 - 30 menit.

Gambar 3.5. Proses Penjemuran Emping

7. Tahap Sortasi

Penyotiran bertujuan untuk memisahkan emping sesuai dengan kualitas. Kualitas fisik dinilai dari keutuhan bentuk, kejernihan, kepipihan dan bau.

Emping yang telah benar-benar kering, kemudian disortir dahulu. Penyortiran emping tersebut dilakukan dengan cara:

a. Memisahkan emping yang utuh dari yang pecah b. Memisahkan emping yang ada bintik-bintik hitamnya. c. Memisahkan emping yang tebal dari yang tipis

d. Memisahkan emping yang berasal dari biji melinjo yang masih muda. Ciri-ciri emping yang berasal dari biji melinjo yang masih muda yaitu warna empingnya kurang bening dan ada kerutan-kerutannya.

8. Tahap Pengemasan

Setelah emping-emping tersebut disortir berdasarkan kualitas lalau dilakukan pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kemasan plastik dan atau karton.

Kemasan plastik biasanya sudah diberi label untuk yang akan dijual satuan. Emping dimasukkan ke kantong plastik dan ditimbang berat bersihnya (netto). Setelah itu barulah

(27)

dipress dengan menggunakan mesin press. Ukuran kemasan bermacam-macam tetapi umumnya 0,5 kg dan 1 kg. Sementara untuk kemasan plasti yang dijual curah, biasanya dalam ukuran 5kg, 10 kg atau 15 kg. Pada perkembangan, pengusaha juga melayani kemasan sesuai pesanan, misalnya untuk supermarket dibuat kemasan 100 gram atau 0,25kg atau dalam bentuk toples. Emping-emping yang sudah dikemas tersebut sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

Kemasan karton digunakan untuk pengiriman produk ke tempat yang relatif jauh dan dalam jumlah besar/curah. Pemakaian kemasan karton bertujuan agar produk sampai di tempat tujuan dalam kondisi utuh dan baik.

Gambar 3.6. Emping yang sudah dikemas dan siap dipasarkan

3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi 3.7.1. Jenis Produk Emping Melinjo

Jenis emping yang dimaksud adalah emping mentah. Hasil wawancara dari narasumber penelitian diketahui bahwa jenis emping mentah, diantaranya yaitu:

1. Emping biji 2-3, yaitu emping yang terbuat dari 2 – 3 biji melinjo. Emping jenis ini merupakan jenis emping yang paling banyak diproduksi dan yang umumnya kita kenal di pasaran. Pengusaha emping di daerah ini biasanya hanya memproduksi jenis emping kualitas 1 dan 2 saja. Perbedaan antara jenis emping kualitas 1 dan 2 yaitu kalau emping kualitas 1 itu isinya

(28)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

14

lebih banyak karena emping jenis ini bentuknya lebih rata dan sangat tipis sekali, lebih bersih dibandingkan dengan emping kualitas 2.

2. Emping Remaja, yaitu emping yang terbuat dari 7 – 10 biji melinjo. Emping jenis ini jarang diproduksi, biasanya diproduksi kalau ada pesanan khusus saja seperti pesanan untuk rumah-rumah makan.

3. Emping Benggol : yaitu emping yang terbuat dari >10 biji melinjo. Emping jenis ini juga jarang sekali diproduksi, biasanya diproduksi kalau ada permintaan khusus saja misalnya untuk diekspor.

3.7.2. Jumlah Produksi

Jumlah produksi emping dengan menggunakan fasilitas yang ada, biasanya berbeda-beda, kadang tinggi, kadang sedang, kadang rendah, tergantung dari musimnya. Penjualan tinggi biasanya sekitar menjelang bulan puasa sampai dengan setelah hari raya Idul Fitri. Sedangkan penjualan rendah terjadi pada sekitar bulan April – Juli (4 bulan).

Tabel 3.1. Jumlah Produksi Masing-masing Jenis Emping untuk Setiap Musimnya

Jenis Produk

Jumlah Penjualan Pada Masing-masing Musim (kg) / bulan

Penjualan Tinggi Penjualan Sedang Penjualan Rendah

Emping Kualitas 1 6.000 3.000 500

Emping Kualitas 2 2.000 1.000 0

Total 8.000 4.000 500

3.7.3. Mutu Produksi

Emping merupakan produk makanan. Emping sebagai produk makanan mempunyai standar kualitas yang tercantum dalam SNI 01-3712-1995. Tabel 3.2. menampilkan standar untuk produk emping.

(29)

No. Uraian Satuan Syarat Mutu 1. Keadaan - Bau - Rasa - Warna - Penampakan - - - - Khas melinjo Khas melinjo Normal

Normal, bersih dari kulit ari yang menempel dan benda asing lainnya

2. Emping tidak utuh %, b/b Maksimum 5

3. Air %, b/b Maksimum 12 4. Abu %, b/b Maksimum 2 5. Protein (N x 6,25) %, b/b Maksimum 10 6. Cemaran logam - Cu - PB - Hg - Zn mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maksimum = 30 Maksimum = 2 Maksimum = 0,03 Maksimum = 40

7. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimum = 1

8. Cemaran mikroba

- kapang Koloni/kg Maksimum 104

Keterangan:

 Benda asing: bahan-bahan lain yang bukan emping melinjo yang tercampur, seperti kulit biji, kotoran serangga dan lain-lain.

 Emping tidak utuh: emping yang 1/3 bagian atau lebih dari seluruh luas permukaannya telah terlepas.

Untuk menghasilkan emping yang berkualitas baik, maka diperlukan kontrol mutu mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan produk akhir. Berikut penjelasan kontrol mutu yang dilakukan pada masing-masing tahap:

1. Kontrol Mutu Pada Bahan Baku

Kontrol mutu yang dilakukan pada bahan baku yaitu pada pemilihan bahan baku dan cara penyimpanan bahan baku.

Pada pemilihan biji melinjo, bila masih ada kulit luarnya, maka biji melinjo dipisah-pisahkan berdasarkan warnanya, yaitu ada yang berwarna hijau, kuning, dan merah. Biji melinjo yang berwarna merah merupakan bahan baku pembuatan emping yang terbaik. Sementara yang berwarna hijau dan kuning biasanya digunakan untuk sayur.

(30)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

16

Sedangkan untuk penyimpanan bahan baku dibutuhkan tempat dengan sirkulasi udara yang lancar. Biji melinjo yang sudah dikupas kulit luarnya, sebelum digunakan untuk produksi sebaiknya disimpan dahulu supaya kering. Penyimpanan bertujuan untuk memisahkan kulit ari dari daging biji melinjo.

Standar Penyimpanan Bahan Baku yang Baik:

Agar biji melinjo dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama, caranya yaitu : biji melinjo disimpan di dalam suatu ruangan yang dilengkapi dengan pendingin atau blower. Hal ini berguna untuk :

a. Mencegah kutu/hama pada biji melinjo. b. Agar biji melinjo bisa lebih kering. c. Menghilangkan debu.

2. Kontrol Mutu pada Tahap Produksi

Pada tahap produksi, kontrol mutu yang dilakukan adalah sbb:

a. Proses pengempingan, secara fisik dapat ditenggarai dari keseragaman ukuran dan bentuk, kepipihan serta kejernihan emping.

b. Dalam proses pengeringan, ada 2 tahap pengeringan.

i. Tahap pertama, pengeringan bertujuan untuk memperoh emping yang utuh dan jernih (kering produksi). Pada tahap ini, lama waktu pengeringan di bawah sinar matahari selama kurang lebih 15 menit, kemudian segera diangkat. Karena kalau terlalu lama, maka emping akan keriting/tidak rata dan warnanya akan cepat menjadi kuning.

ii. Tahap kedua, pengeringan bertujuan untuk penyimpanan/kering simpan. Pada tahap ini, emping diangin-anginkan sampai benar-benar kering. Karena kalau tidak benar-benar kering, maka emping akan cepat berjamur dan bentuk emping bisa berubah.

3. Kontrol Mutu pada Produk Akhir

Kontrol mutu pada produk akhir dilakukan antara lain: i. Memisahkan emping yang utuh dari yang pecah/hancur ii. Memisahkan emping yang tipis/pipih dari yang tebal iii. Memisahkan emping yang ada bintik hitamnya/keruh.

(31)

v. Produk yang sudah dikemas kemudian disimpat di tempat yang sejuk dan kering dengan memperhatikan tinggi dan berat tumpukan agar produk tidak rusak/pecah.

3.8. Produksi Optimum

Dengan kapasitas peralatan dan asumsi jumlah tenaga kerja yang dimiliki adalah ±65 orang, perusahaan mampu memproduksi rata-rata 8 ton/bln. Kemampuan berproduksi tenaga kerja adalah maksimal ±5 kg emping per hari.

3.9. Kendala Produksi

Kendala produksi yang sangat dirasakan oleh pengusaha emping melinjo adalah:

1. Pengelolaan bahan baku terkait dengan penyimpanan biji melinjo untuk kontinuitas produksi. Penyetokan bahan baku dalam waktu yang cukup lama harus mengikuti standar penyimpanan yang benar, baik untuk penyediaan ruang yang besar dan pengadaan peralatan seperti blower atau AC. Hal ini membutuhkan biaya yang relatif besar.

2. Pada umumnya pekerjaan membuat emping bagi pengrajin bukan merupakan pekerjaan utama melainkan pekerjaan sampingan saja. Pekerjaan utama adalah petani. Pada musim panen padi, pengrajin berhenti membuat emping, sehingga ada kekurangan/keterbatasan ketersediaan tenaga kerja, sedangkan permintaan produksi emping terus ada sepanjang tahun. Akibatnya, pengusaha kesulitan untuk memenuhi permintaan yang kontinyu dalam jumlah besar.

3. Kurang kesadaran pengusaha yang melakukan Quality Control (melakukan pembinaan langsung ke para pekerja) baik terhadap proses produksi di tingkat pengrajin maupun paska produksi. Hal ini terkondisikan karena para pengrajin biasanya melakukan pekerjaan membuat emping tersebut di rumah masing-masing (tidak di satu tempat seperti pabrik). 4. Masih kesulitan untuk melakukan produksi yang menghasilkan emping kualitas ekspor

(produksi yang higienis). Hal ini karena banyaknya pengusaha yang belum mengetahui standar produksi untuk ekspor/keterbatasan akses informasi pasar, kurangnya pembinaan secara langsung ke para pengrajin serta tingkat keterampilan dan kesadaran para pengrajin terhadap kualitas relatif masih rendah.

5. Keterbatasan modal yang dihadapi pengusaha adalah untuk pengadaan bahan baku dan perputaran produksi. Terkait dengan pengadaan bahan baku yang memerlukan modal yang besar adalah untuk menyetok persediaan. Sedangkan kebutuhan modal untuk perputaran

(32)

Aspek Teknik Produksi

USAHA EMPING MELINJO

18

produksi karena penjualan emping biasanya dilakukan secara kredit sehingga perputaran uangnya tidak cepat. Sejauh ini, baru beberapa pengusaha yang sudah mampu mengakses kredit perbankan. Hal ini karena banyak pengusaha yang tidak mampu menyediakan jaminan yang dipersyaratkan oleh perbankan.

(33)

BAB IV

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

4.1. Aspek Pasar 4.1.1. Permintaan

Permintaan akan emping melinjo secara nasional terus mengalami peningkatan. Dari data BPS konsumsi melinjo (termasuk emping) per kapita per bulan mengalami peningkatan yaitu dari 0,234 kg pada tahun 2002 menjadi 0,240 kg pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 2,5%.

Permintaan atas produk emping melinjo datang dari berbagai macam konsumen mulai dari konsumen lokal (kabupaten Pandeglang), Propinsi Jawa Barat (Tangerang, Serang), antar Propinsi (DKI Jakarta, Kalimantan) sampai ke mancanegara yaitu Belanda, Arab Saudi, Australia, Taiwan, Malaysia, dan sebagainya.

4.1.2. Penawaran

Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang menginformasikan bahwa kemampuan produksi pengusaha emping di wilayah tersebut mencapai ±96.000 kg per tahun. Sehubungan dengan kuantitas produksi ini, pengusaha emping sering tak mampu memenuhi permintaan dalam jumlah besar dan kontinyu. Hal ini karena keterbatasan kapasitas produksi, mengingat pekerjaan mengemping merupakan pekerjaan padat karya. Akibatnya, peluang pasar emping baik domestik maupun ekspor masih belum mampu dipenuhi.

Secara nasional, penawaran emping melinjo masih dapat ditingkatkan. Data Departemen Pertanian, menunjukan bahwa produksi tanaman melinjo secara nasional kecenderung meningkat walaupun luas lahan semakin sedikit. Peningkatan produksi ini dikarenakan meningkatnya produktifitas tanaman melinjo, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1. Produktifitas Tanaman Melinjo di Indonesia Indikator Satuan 2003 2004 2005 2006

Luas panen Ha 17.403,27 17.948,00 16.292,00 14.615,00

Produksi Ton 244.864,00 209.629,00 210.836,00 239.209,00

(34)

Aspek Pasar dan Pemasaran

USAHA EMPING MELINJO

20

Kecenderungan makin meningkatnya ketersedian bahan baku menjadi indikasi potensi bagi pengembangan industri emping. Merujuk dari peluang pasar yang masih terbuka, maka masih diperlukan peningkatan produksi emping.

4.1.3. Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan sentra industri emping melinjo di Pandeglang adalah sentra-sentra industri sejenis baik di sekitar Pandeglang, wilayah sekitar Banten maupun dari sentra di luar Banten. Sentra di luar Banten yang terkenal antara lain Limpung – Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung dan lain-lain. Persaingan kuat terjadi dalam hal penggunaan bahan baku biji melinjo. Ini mengingat biji melinjo asal Banten merupakan bahan baku terbaik untuk emping. Selain itu biji melinjo tersedia terbatas karena panen hanya dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun.

Pada umumnya pengusaha-pengusaha dari daerah Jawa merupakan pengusaha besar dengan modal kuat. Oleh karena itu, pengusaha tersebut mampu membeli bahan baku dalam jumlah besar/curah untuk stok produksinya. Akibatnya, tidak jarang pengusaha Banten mengalami kelangkaan bahan baku sehingga harus membeli dari luar Banten.

Perluasan pasar untuk produk emping melinjo masih sangat terbuka. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang belum dimasuki oleh para pengusaha, seperti wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara sampai dengan Papua. Pasar luar negeri pun tak kalah besar, negara-negara seperti Jepang, Arab Saudi, Malaysia, bahkan sampai ke Eropa dan Amerika. Informasi dari pengusaha di lokasi penelitian, menyebutkan bahwa permintaan pasar domestik maupun ekspor belum mampu dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi.

4.2. Aspek Pemasaran 4.2.1. Harga

Harga jual produk emping melinjo diperhitungkan berdasarkan harga bahan baku, biaya produksi, kualitas produk dan keuntungan yang diharapkan. Meskipun demikian, harga jual sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan tinggi dan produk terbatas maka harga emping relative tinggi, demikian juga sebaliknya. Fluktuasi harga emping dapat dilihat pada table 4.2.

(35)

Produsen Konsumen

Pedagang besar

Agen

Toko eceran Tabel 4. 2. Fluktuasi Harga Jual Emping Melinjo Setiap Musimnya

Jenis Produk

Harga Jual Rata-rata* (Rp per kg) Penjualan Tinggi Penjualan Sedang Penjualan Rendah Emping Kualitas 1 24.000 20.000 16.000 Emping Kualitas 2 20.000 16.000 14.000

* Harga di tingkat produsen (data diolah 2006)

4.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Jalur pemasaran produk emping melinjo secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. 1. Jalur Pemasaran Emping Melinjo

Jalur pemasaran yang paling dominan yaitu jalur pemasaran yang melalui pedagang besar. Namun meskipun demikian, jalur pemasaran yang memberikan keuntungan terbesar yaitu jalur pemasaran langsung ke konsumen, hal ini karena frekuensinya sering dan pembayarannya dilakukan secara tunai sehingga pengusaha bisa lebih cepat memutarkan uangnya kembali. Sedangkan untuk jalur pemasaran melalui pedagang besar volumenya relative besar dan pembayarannya dilakukan secara kredit antara 2 minggu sampai 1 bulan setelah transaksi. Dampaknya, pengusaha tidak dapat dengan cepat memutarkan uangnya kembali. Hal ini membawa konsekuensi pada kebutuhan modal yang besar.

(36)

Aspek Pasar dan Pemasaran

USAHA EMPING MELINJO

22

4.2.3. Kendala Pemasaran

1. Desain kemasan produk kurang menarik. Pelatihan mengenai pembuatan desain kemasan produk masih kurang sekali, sehingga para pengusaha tidak tahu bagaimana cara membuat desain kemasan produk yang menarik.

2. Persepsi masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi emping melinjo, yaitu bisa terkena asam urat dan darah tinggi. Persepsi tersebut mengakibatkan promosi emping terhambat.

(37)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah usaha emping melinjo yang memproduksi emping mentah di wilayah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Penyajian analisis keuangan industri emping melinjo diharapkan dapat memberikan gambaran baik kepada perbankan tentang kelayakan pembiayaan terhadap usaha yang bersangkutan maupun pengusaha/pe-merhati usaha emping melinjo terhadap nilai tambah yang dihasilkan melalui kegiatan usaha ini.

Produk utama yang dihasilkan adalah emping mentah kualitas 1 dan emping mentah kualitas 2. Teknologi yang digunakan adalah tradisional/manual yaitu menggunakan tenaga manusia. Kapasitas produksi ± 97.500 kg emping setiap tahunnya, atau dengan tenaga kerja sekitar 65 orang dan rata-rata produktifitas tenaga kerja adalah ± 5 kg emping per hari.

Perhitungan analisis kelayakan ini didasarkan pada kelayakan usaha emping melinjo skala industri kecil. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha emping melinjo yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain.

5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Lampiran 1. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Merujuk pada asumsi seperti yang tercantum dalam tabel 5.1., usaha emping ini mampu mengolah ±16.250 kg bahan baku untuk memproduksi memproduksi ±8.125 kg emping melinjo setiap bulannya.

(38)

Aspek Keuangan

USAHA EMPING MELINJO

24

No Asumsi Jumlah/ Nilai Satuan Keterangan

1 Periode proyek 5 tahun 2 Jumlah hari kerja per bulan 25 hari 3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan 4 Kapasitas produksi per pengraji (rata-rata)

a. Bahan baku biji melinjo 10 kg/hari b. Rendemen pengolahan biji melinjo

menjadi emping jadi 50% Prosentase c. Emping 5 kg/hari 5 Jumlah pengrajin 65 orang

6 Kapasitas produksi unit usaha (rata-rata) 325 kg/hari Total produksi per hari a. Prosentase produk kualitas 1 75% prosentase

b. Produksi emping kualitas 1 244 kg/hari c. Produksi emping kualitas 2 81 kg/hari 6 Periode produksi dan permintaan

- Tinggi 4 bulan Bulan Puasa dan Idul Fitri - Sedang 4 bulan

- Rendah 4 bulan 4 Skala Produksi

7 Harga bahan baku 6,500 Rp/kg Biji Melinjo 8 Harga emping

a. Kualitas 1, pada masa permintaan

- Tinggi 24,000 Rp/kg - Sedang 20,000 Rp/kg - Rendah 16,000 Rp/kg b. Kualitas 2, pada masa permintaan

- Tinggi 20,000 Rp/kg - Sedang 16,000 Rp/kg - Rendah 14,000 Rp/kg

9 Discount Factor ( suku bunga) 15% % Tk. Suku Bunga Pinjaman

Sumber: Lampiran. 1

5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha emping melinjo terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perizinan, tanah dan bangunan, pembelian peralatan produksi dan mesin pengepres kemasan, peralatan pendukung dan sarana transportasi (kendaraan pick up). Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha emping melinjo disajikan pada tabel 5.2. dan selengkapnya pada lampiran 2.

Biaya perijinan meliputi izin usaha yang diperlukan adalah : Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP), Izin Usaha Industri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), izin dari Depkes, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Masa berlaku masing-masing surat izin tersebut bervariasi dengan total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 1.750.000,-. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol (0) adalah Rp 116.675.000,-.

(39)

No Jenis Biay a Nilai Peny usutan 1 Perijinan 1,750,000 -2 Tanah 25,000,000 5,000,000 3 Peralatan produksi 6,825,000 668,571 4 Peralatan lain 13,100,000 2,666,667 5 Kendaraan 70,000,000 7,000,000

Jumlah Biay a Inv estasi 116,675,000 15,335,238

6 Sumber Dana Investasi dari Rp

Kredit 80,000,000

Dana Sendiri 36,675,000

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah untuk kendaraan yang mencapai 60% dari total biaya investasi pada awal usaha.

5.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional antata lain: pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran, upah tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum.

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun adalah sebesar Rp.1.632.331.250,-. Biaya bahan baku menyerap sebesar 77,6% dari total biaya operasional per tahun. Tenaga kerja terdiri dari dua golongan yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap yang digunakan terdiri dari 1 orang pimpinan, 3 orang tenaga tetap yang merupakan tenaga administrasi, dan 65 orang tenaga kerja tidak tetap yang dalam hal ini adalah pengrajin emping. Tenaga kerja tidak tetap (pengrajin) diasumsikan mampu memproduksi 5 kg emping per hari dengan upah Rp.2000,- per kg emping yang dihasilkannya. Biaya operasional ini dapat dilihat pada table 5.3. dan selengkapnya pada lampiran 3.

Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Emping Melinjo

No Jenis Biay a Nilai (Rp)

1 Bahan Baku 1,267,500,000

3 Bahan Pendukung 43,060,000

4 Biaya Pemasaran 39,000,000

5 Biaya Tenaga kerja 195,000,000

6 Biaya overhead pabrik (BOP) 85,971,250

7 Biaya administrasi & umum 1,800,000

1,632,331,250 Jumlah Biay a Operasional Per Tahun

(40)

Aspek Keuangan

USAHA EMPING MELINJO

26

Kebutuhan investasi maupun modal kerja untuk usaha tidak harus dipenuhi dengan modal sendiri. Besarnya modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan emping melinjo mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Dengan demikian, perhitungan jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan disajikan pada tabel 5.4. di bawah ini.

Tabel 5.4. Perhitungan Kebutuhan Modal Kerja Usaha Emping Melinjo

No Jenis Biay a Harga/ satuan Nilai (Rp)

1 Jumlah dana modal kerja*) 0.083 136,027,604

2 Sumber dana modal kerja dari: % Rp

Kredit 75,000,000

Dana sendiri 61,027,604

*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 1 bulan pertama operasional Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan = (1/12)X biaya operasional 1 th

Jumlah total modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha emping melinjo adalah sebesar Rp 252.702.604,-. Jumlah tersebut terdiri dari Rp 116.675.000,- untuk dana investasi awal dan Rp 136.027.604,- untuk modal kerja.

Untuk dana investasi awal, diasumsikan sebesar Rp 80.000.000,- berasal dari kredit investasi dari bank, dan sisanya berasal dari dana sendiri. Sedangkan sumber dana untuk modal kerja berasal dari dana pengusaha sendiri dan Rp 75.000.000,- berasal dari kredit modal kerja bank. Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha emping melinjo disajikan pada tabel 5.5 dan selengkapnya pada lampiran 4.

Tabel 5.5. Kebutuhan Modal Usaha Emping Melinjo

No Rincian Biay a Proy ek Total Biay a

1 Dana inv estasi y ang bersumber dari

a. Kredit 80,000,000

b. Dana sendiri 36,675,000

Jumlah dana investasi 116,675,000

2 Dana modal kerja y ang bersumber dari

a. Kredit 75,000,000

b. Dana sendiri 61,027,604

Jumlah dana modal kerja 136,027,604

3 Total dana proy ek y ang bersumber dari

a. Kredit 155,000,000

b. Dana sendiri 97,702,604

(41)

Jangka waktu kredit investasi diasumsikan 3 tahun tanpa grace period. Sedangkan untuk kredit modal kerja, jangka waktu kredit adalah 1 tahun. Kredit modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 15% per tahun menurun. Dengan demikian jumlah angsuran pokok dan bunga kredit yang harus dibayar oleh pengusaha emping melinjo pada setiap bulannya dapat dihitung. Lampiran 5 menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga) untuk kredit modal kerja yang harus dibayar setiap tahunnya.

5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 97.500 kg, yang terdiri dari produksi emping kualitas 1 sebesar ±73.125 kg dan emping kualitas 2 sebesar ±24.375 kg. Harga untuk masing-masing jenis produk diasumsikan ada tiga tingkatan yaitu ketika permintaan tinggi, sedang dan rendah sebagaimana ditampilkan pada tabel 5.6. Merujuk dari harga tersebut maka total pendapatan kotor dari produksi emping per tahun mencapai sekitar Rp 1.868.750.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

No Uraian Satuan Produksi Produksi Harga Nilai Penjualan

kg per bln kg per thn Rp/ kg Rp/ thn 1 Jenis Produk • Emping Kualitas 1 Kg 6,094 73,125 1,462,500,000 a. Tinggi 24,000 585,000,000 b. Sedang 20,000 487,500,000 c. Rendah 16,000 390,000,000 2 • Emping Kualitas 2 Kg 2,031 24,375 406,250,000 a. Tinggi 20,000 162,500,000 b. Sedang 16,000 130,000,000 c. Rendah 14,000 113,750,000

Total Pendapatan Kotor Per Tahun 97,500 1,868,750,000

5.6. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian yang sangat penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Lampiran 7 menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek berjalan.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama saja usaha ini telah untung sebesar Rp 160.876.167,-. Laba yang diperoleh ini akan meningkat pada

(42)

tahun-Aspek Keuangan

USAHA EMPING MELINJO

28

tahun berikutnya. Laba bersih rata-rata selama periode proyek adalah Rp 168.815.333,- per tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 9.03%. Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan emping melinjo, BEP rata-rata per tahun selama 5 tahun periode prorek usaha emping melinjo ini adalah Rp 728.961.265,- per tahun (BEP nilai penjualan). Perhitungan BEP dapat dilihat pada table 5.7. dan pada lampiran 8.

Tabel 5. 7. Rata-rata Laba-Rugi dan BEP Usaha

No. Uraian Nilai

1 Laba Pertahun 168.815.333

2 Profit Margin 9,03%

3 BEP Nilai penjualan (Rp) 728.961.265

4 BEP Produksi : Kualitas 1 - Tinggi 23.770 - Sedang 28.525 - Rendah 35.656 Kualitas 2 - Tinggi 7.923 - Sedang 9.904 - Rendah 11.319

Sumber: Lampiran 7 dan 8

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Berdasarkan analisis arus kas, dilakukan perhitungan B/C ratio, Net B/C ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha emping melinjo layak dilaksanakan, bahkan menguntungkan, karena pada tingkat suku bunga (discount rate) 15% per tahun, net B/C ratio sebesar 2,59 (> 1) dan NPV sebesar Rp 401.168.960,- (> 0). Dengan nilai IRR 70,88% (> discount rate), artinya proyek ini layak dilaksanakan meskipun tingkat suku bunga (discount rate) mencapai 70,88% per tahun.

Pada tabel 5.8 atau lampiran 9 dapat diketahui bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh biaya investasi usaha (PBP usaha) adalah 1 tahun 7 bulan. Dengan

(43)

demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih pendek dari periode proyek.

Tabel 5. 8. Kelayakan Usaha Emping Melinjo

No. Kriteria Nilai

1. NPV (Rp.) 401.168.960

2. IRR (%) 70,88%

3. Net B/C Ratio 2,59

4. Pay Back Periode (Usaha) 1 tahun 7 bulan

Sumber: Lampiran 9

5.8. Analisis Sensitivitas

Dalam analisis proyek investasi emping melinjo terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dan harga-harga bahan baku dan output. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario yaitu:

1. Skenario I

Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga emping, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun.

2. Skenario II

Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll.

3. Skenario III

Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap.

Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 8%, usaha emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula diberi kredit. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C ratio

(44)

Aspek Keuangan

USAHA EMPING MELINJO

30

sebesar 1,13 (> 1), NPV sebesar Rp 33.043.408,- (> 0), dengan nilai IRR 20,13% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 bulan (< periode proyek).

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 9%, usaha emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula diberi kredit. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C ratio sebesar 1,16 (> 1), NPV sebesar Rp40.423.715,- (> 0), nilai IRR 21,26% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 4 bulan (< periode proyek).

Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sebesar 4% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 4%, usaha emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula diberi kredit. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C ratio sebesar 1,24 (> 1), NPV sebesar Rp59.988.827,- (> 0), nilai IRR 24,20% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun (< periode proyek).

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 8% (dengan asumsi biaya operasional dan investasi tetap), artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 8% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 9% (dengan asumsi pendapatan dan biaya investasi tetap), artinya jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 9% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sebesar 4% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 4%.

(45)

BAB VI

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Berkembangnya industri emping melinjo di daerah ini sangat berpengaruh bagi masyarakat sekitar. Proses pembuatan emping melinjo yang masih tradisional dan padat karya mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri tersebut terbukti mampu mengurangi jumlah pengangguran di daerah tersebut. Sedangkan bagi pengusaha, kegiatan usaha emping melinjo merupakan usaha yang menguntungkan. Lebih jauh, industri emping melinjo dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah baik melalui perdagangan domestik maupun ekspor.

Sejalan dengan hal di atas, maka pengembangan industri emping melinjo dapat menjadi industri penggerak bagi perekonomian Banten pada umumnya dan Pandeglang pada khususnya. Sekaligus dapat berkontribusi pada pengurangan kemiskinan melalui kebutuhan tenaga kerja secara massal pada proses produksi.

6.2. Dampak Lingkungan

Sejauh ini, industri emping melinjo tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Ini karena industri emping melinjo tidak menimbulkan limbah seperti pada industri lainnya. Semua bagian dari biji melinjo dapat digunakan untuk :

1. Kulit luar biji melinjo yang sudah dikupas dapat dimanfaatkan untuk mebuat sayur.

2. Cangkang biji melinjo dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman (dengan cara dibakar). 3. Daging melinjonya sendiri dipakai sebagai bahan baku pembuat emping.

Dengan demikian, usaha emping melinjo merupakan usaha yang ramah lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai usaha green label yang menarik bagi pasar internasional.

(46)

Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan

USAHA EMPING MELINJO

32

(47)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Industri emping merupakan industri yang menggunakan peralatan sederhana sehingga mudah untuk replikasi di wilayah lain, terutama yang mempunyai potensi bahan baku. Ini karena hampir semua tahapan dalam proses produksi masih menggunakan tenaga manusia kecuali pada tahap pengemasan.

2. Industri emping merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri ini tidak memerlukan kualifikasi khusus, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Ini berpotensi untuk menyerap pengangguran di wilayah pedesaan.

3. Industri emping melinjo merupakan industri yang mempunyai prospek yang bagus serta pangsa pasar yang masih luas bahkan ke pasar ekspor.

4. Dilihat dari aspek keuangannya, usaha emping melinjo cukup menguntungkan dengan profit margin rata-rata sebesar 9,03% per tahun. Usaha ini juga dinilai layak untuk dilakukan karena memiliki IRR sebesar 70,88%, lebih tinggi dibandingkan asumsi discount factor yang digunakan yaitu 15%.

5. Dari analisa sensitifitasnya, usaha emping melinjo ini sensitif terhadap adanya perubahan pada tingkat pendapatan dan biaya operasional.

6. Usaha emping melinjo merupakan usaha yang menguntukan, oleh karena itu bank-bank setempat sudah mencairkan kredit untuk pengembangan usaha ini.

7. Industri ini tidak menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar/ramah lingkungan.

7.2. Saran

1. Untuk mendorong perkembangan usaha emping melinjo, maka perlu dibangun semacam terminal bahan baku. Tujuannya untuk menjamin pasokan bahan baku emping dengan harga yang stabil.

Gambar

Gambar 3.1.  Proses Penyangraian Biji Melinjo
Gambar 3.2.  Proses Pemecahan Cangkang Biji Melinjo
Gambar 3.3.  Proses Pemipihan Emping
Gambar 3.5. Proses Penjemuran Emping
+7

Referensi

Dokumen terkait

Titik potong tersebut merupakan titik optimum dimana pada konsentrasi NaOH tersebut yaitu konsentrasi 35%, CMC memiliki derajat substitusi yang cukup tinggi namun

55 Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan untuk

Hasil penelitian menunjukkan laju penyerapan kuning telur, perkembangan mulut, pertumbuhan panjang dan derajat kelangsungan hidup larva ikan betok terbaik terdapat

Setelah melalui serangkaian proses produksi benih, akhirnya diperoleh benih tanaman hutan yang berkualitas baik. Untuk memperoleh bibit yang bermutu.. diperlukan kegiatan

Mengenai hal ini, apa yang telah dilaku- kan oleh pemerintah Iran bisa dijadikan bahan kajian yang tepat, yaitu karena konsekuensi atas pelarangan perkawinan sesama

Kerangka Berpikir Media produksi poligalakturonase biaya terjangkau dari pemanfaatan limbah kulit pisang raja nangka dengan variasi penambahan sumber karbon dan pektin

Berisiuraianteori yang sedangdikajimeliputikompetensipembuatan batik cap. di SMK, dankompetensipembuatan batik

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya