• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Subang Jawa Barat. Adapun peneliti memilih tempat penelitian di MTs.N Subang ini karena sekolah ini merupakan sekolah strategis yang menjadi pusat dari semua Madrasah Tsanawiyah yang ada di kota Subang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.B dengan mengambil tiga orang siswa dan tiga orang guru sebagai

xample, kemudian sebagai perwakilan akhirnya diambil seorang siswa dan

seorang guru Bahasa Inggris dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

B. Desain Penelitian

Problematika di MTs.N Subang dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah bahwa sebagian siswa belum berperilaku baik dan berkarakter dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagian guru masih kurang menguasai berbagai model dan metode pembelajaran sehingga motivasi siswa dalam mengikuti belajar kurang maksimal.

Penelitian tentang Internalisasi sikap positif melalui pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di MTs.N Subang, menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun definisi dari pendekatan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah

experiment) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan xample sumber data dilakukan secara purposive dan snowball.

Adapun alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif ini adalah bermaksud mendapatkan pemahaman secara lebih mendalam tentang proses dan hasil dari internalisasi sikap positif melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Inggris, yakni suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia dan secara khusus untuk memperoleh jawaban atau informasi

(2)

Nunung Yuliantini, 2015

mendalam tentang interaksi sosial. Hal ini berarti peneliti mengamati interaksi manusia yang secara khusus diamati dalam pembelajaran Bahasa Inggris barulah peneliti memperoleh jawaban atau informasi dari kompleksitas yang telah diamati.

B

Bagan 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Studi Kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.Studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Dua sumber bukti yang biasanya digunakan adalah Observasi dan Wawancara.

Robert K.Yin (Soendari, 2007) mengatakan bahwa dalam penelitian studi kasus, bukti atau data dalam penelitian bisa berasal dari enam sumber yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan

Studi pustaka program test

- Teori - Kajian penelitian kasus - Planning - Tujuan - procedure - Tulis - Lisan - Skala sikap

survei Desain Sasaran

- Studi lapangan - Sasaran - Hasil observasi - Workshop / MGMP - Model pembelajaran - Strategi pembelajaran - privat A. Siswa B. Guru produk

A.Siswa dan guru

Workshop/MGMP B.Model pembelajaran C.Strategi pembelajaran D.privat yang berkarakter dan berprestasi

(3)

dan perangkat fisik. Kemudian untuk pengambilan informan menggunakan teknik

purposive sampling. Dalam penelitian ini peneliti membatasi sumber bukti

menjadi empat sumber bukti yaitu; dokumen, rekaman arsip, wawancara dan pengamatan langsung. Sementara untuk instrumen yang digunakan dalam pengamatan komponen karena masalah yang dikaji dan apa yang diteliti berkaitan dengan kegiatan dan perilaku manusia tersebut adalah dengan membuat check list atau daftar cek.

Adapun peneliti menggunakan Metode studi kasus ini adalah dengan alasan bahwa untuk mengetahui dan memecahkan suatu masalah bahwa siswa masih kurang memiliki sikap positif, yang terjadi di MTs.N Subang melalui

instrument-instrument yang akan diberikan kepada semua subjek yang diteliti,

sehingga mendapatkan solusi sesuai harapan peneliti dan berguna untuk kepentingan pendidikan.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep dan istilah yang harus diperjelas dan dipertegas mengenai makna yang digunakan, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan memiliki interpretasi yang beragam. Maka, dirumuskan definisi operasional dari tiap istilah yang digunakan, definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Internalisasi

Internalisasi adalah proses pemasukan nilai pada seseorang dalam menanamkan perilaku yang baik yang akan membentuk pola pikirannya dalam kehidupan (Soekamto, 1981:25). Proses utama untuk menguatkan dan menanamkan perilaku adalah keterampilan individual, sejarah penguatan masa lalu dan karakteristik warisan yang dioptimalkan dengan variasi (perilaku) dan seleksi berdasarkan konsekuensi (Gredler, 2011:122).

Internalisasi merupakan proses panjang individu sejak dilahirkan sampai Ia hampir meninggal, dimana dia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

(4)

Nunung Yuliantini, 2015

Proses internalisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari pesan yang diterima terutama menyangkut makna yang dilihat dan didengarnya (Setiadi dan Kolip, 2011:165). Tiap individu dilahirkan ke dalam suatu struktur sosial yang objektif di mana ia menjumpai orang-orang yang berpengaruh dan yang bertugas mensosialisasikannya (Berger dan Luckmann, 2013, 179). Secara epistimologi internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan (Peter dalam Tongo, 2011:1). Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran “isasi” mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses, lebih lanjut internalisasi dapat didefinisikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (KBBI, 1989:336). Dalam hal ini internalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses usaha untuk menjadikan sesuatu berada di dalam (Setiawan, 2011:151).

Proses yang dimana individu memperoleh suatu sikap, keyakinan atau tingkah laku dari sumber-sumber di luar dirinya yang menyebabkan adanya transformasi yang terus menerus pada sebuah organisasi, tujuan dan nilai pribadi. Internalisasi tersebut merupakan suatu proses menanamkan nilai-nilai normatif melalui pembelajaran untuk terinternalisasi ke dalam pikiran atau kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-praktek dari orang-orang lain sehingga menjadi bagian dari diri sendiri.

Adapun langkah-langkah/indikator dari Internalisasi diantaranya: proses pembelajaran, proses pembudayaan, proses pembiasaan dan proses peneladanan sehingga membentuk suatu kepribadian seseorang dalam kehidupannya.

2. Sikap Positif

Menurut Chapman (2007) Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa, yang terutama memperhatikan hal-hal yang positif yakni suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjerumuskan kegembiraan daripada kesedihan, harapan dari pada keadaan jiwa melalui usaha-usaha yang sadar dan bila sesuatu terjadi pada sendirinya supaya tidak membelokkan

(5)

kearah sikap yang negatif jika pun membelok kearah itu maka kembali lagi kearah sikap yang positif.

Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik. Sikap positif adalah suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, Optimisme dari pada pesimisme. Sikap positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan fokus mental seseorang pada negatif. Dengan kata lain bahwa berperilaku baik adalah sikap tingkah laku seseorang yang tidak melanggar atas norma dan agama yang berlaku. Jadi yang dimaksud dengan internalisasi sikap positif adalah penghayatan melalui proses penanaman perilaku yang baik sehingga akan membentuk nila-nilai sikap positif yang akan membentuk pola pikir sebagai perwujudan yang nyata dalam kehidupan.

Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Secara ringkas, sikap positif dapat diartikan dengan perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat.

Adapun langkah-langkah/Indikator dari sikap positif diantaranya: membiasakan untuk selalu berpikiran positif, berkepribadian baik tidak menyimpang dari aturan agama maupun norma masyarakat, aktif dan kreatif, peduli terhadap lingkungan sekitar dll.

3. Pendekatan Kontekstual

CTL (Contekstual teaching and learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh pada materi yang dipelajari dan dihubungkan dengan kehidupan nyata sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006:256). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan kontrukstivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Masnur,

(6)

Nunung Yuliantini, 2015

2007:41). Menurut Tim Penulis Depdiknas (2003:5) adalah sebagai berikut: Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

Pendekatan kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan nyata mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. pendekatan pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan mereka, sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata yang diarahkan untuk dapat menyentuh secara menyeluruh kecerdasan siswa, baik itu kecerdasan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta dalam keseluruhan tahapan proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah/karakteristik dari pendekatan kontekstual diantaranya: siswa menemukan materi sendiri, siswa belajar aktif, kreatif dan mandiri, siswa dapat mnghubungkannya langsung antara materi pembelajaran dengan kehidupan mereka.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ingin digali oleh peneliti dengan hasil yang lebih baik dalam artian hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga memudahkan peneliti dalam mengolah dan mereduksi temuan-temuan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti sendiri yang menjadi instrumen penelitian. Peneliti sebagai instrument penelitian dikarenakan

(7)

peneliti sendiri yang dapat berhubungan langsung dengan responden atau objek lainnya, dan penelitilah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

Peneliti sebagai instrumen penelitian atau human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu, peneliti sendiri yang berperan serta secara aktif dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam usahanya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen. Untuk sampai kepada masalah yang ingin digali lebih jauh, maka peneliti menggunakan instrumen dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan angket.

F. Teknik Pengumpulan data

Untuk menunjang metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang diharapkan dapat mengungkap beberapa masalah dari data dan fakta yang terkumpul. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

a. Observasi

Menurut Supardi dalam Arikunto (2008:127) observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi sebagai salah satu teknik untuk mengamati secara langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati terhadap fenomena dalam pembelajaran di kelas. Data yang dikumpulkan melalui tehnik ini adalah data pengamatan tentang sikap belajar anak yang selama ini terjadi di kelas dan cara guru menyampaikan materi pelajarannya.

b. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan

(8)

Nunung Yuliantini, 2015

juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel. Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini adalah seputar pertanyaan tentang hambatan dan kendala Materi bahan pelajaran diantaranya tentang minat/tidak minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris, model dan strategi apa yang disampaikan guru dalam menyampaikan pembelajaran, perolehan hasil evaluasi belajar siswa, bahan pelajaran dll.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda, dan sebagainya (Arikunto 2002:206). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa, photo rekaman proses tindakan penelitian berupa RPP, silabus, daftar hadir siswa, daftar nilai siswa,bahasa kamus-kamus Bahasa Inggris dan hasil kreativitas siswa. Data yang dikumpulkan melalui dokumentasi ini adalah pengumpulan data-data penting yang berhubungan dengan subjek yang diteliti.

Tabel 3.1

Indikator dan Teknik Pengumpulan data penelitian

No Variabel Indikator Alat pengumpul data 1 Sikap positif 1. Positive thinking

2. Kreatif

3. Berperilaku baik

4. Peduli terhadap lingkungan

1. Wawancara 2. Skala sikap 3. Observasi 2 Pendekatan Konstektual 7 Asas CTL 1. Constructivism 2. Inquiry 3. Questionong 4. Learning Community 5. Modelling 6. Reflection 7. Authentic Assesment 1. Wawancara 2. Skala sikap 3. Observasi

(9)

G. Langkah – langkah penelitian

Penelitian ini diharapkan supaya antara siswa dan guru dapat menginternalisasikan sikap positif dalam proses KBM mata pelajaran Bahasa Inggris melalui strategi pembelajaran kontekstual sehingga antara siswa dengan siswa lainnya akan lebih semangat dan fokus mengerjakan tugas bersama guru dibimbing dan diarahkan, kemudian siswa pun berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara alhasil terjadinya keterlibatan pembelajaran yang aktif yang menjadi kesatuan antara materi, media pembelajaran, siswa yang aktif berkreatifitas mencapai prestasi dengan bimbingan guru yang lebih profesional.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan

(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia;

2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak; 3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai di lapangan;

4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan

(10)

Nunung Yuliantini, 2015

(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;

5. Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan satu langkah penting untuk memperoleh temuan-temuan hasil riset. Dalam kegiatan riset, data mentah akan memberi arti bila dianalisis, ditafsirkan dan dibahas sehingga pelaku riset dapat memperoleh makna dari setiap temuan yang diperoleh berdasarkan data yang dapat dikumpulkan itu. (Ali 2011: 415). Peneliti menggunakan teori Miles dan Huberman bahwa analisis data kualitatif dilakukan dalam 3 (tiga) aktifitas (komponen) yaitu:

1. Reduksi Data.

Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data dasar ke dalam catatan lapangan.

2. Penyajian Data.

Penyajian data merupakan suatu cara merangkai data suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan/tindakan yang diusulkan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.

Verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan

proporsisi–proporsisi yang terkait dengannya. (Hamzah, 2009:242). analisis data

bersifat induktif, realitatif, dan hasil penelitian yang kualitatif lebih menekankan pada makna generalisasi.

(11)

Tabel 3.2

Ringkasan Analisis Data

NO Pertanyaan

Penelitian Jenis data

Sumber data Teknik Pengumpulan data Rancangan analisi data 1 Bagaimanakah proses Internalisasi sikap positif melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Inggris? Data nilai afektif siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris (kualitatif) Data primer, Data sekunder Observasi Analisis deskriptif (reduksi, penyajian data, dan verifikasi) 2 Bagaimanakah gambaran sikap positif siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di MTs.N Subang? Data keaktifan siswa di kelas, data nilai kompetensi dasar harian (kualitatif) Data primer, data sekunder Observasi, Wawancara, dan Daftar tilik Analisis deskriptif (reduksi, penyajian data, dan verifikasi) 3. Bagaimana kendala dan upaya untuk menginternalisasikan sikap positif melalui Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Inggris? Data nilai afektif, kognitif, psikomotor siswa Data keadaan guru dengan siswa (kualitatif) Data primer, data sekunder Observasi, Wawancara, dan Daftar tilik Analisis deskriptif (reduksi, penyajian data, dan verifikasi)

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok A TK Pertiwi II

Indikator Soal : Disajikan teks bacaan, siswa mampu menganalisis pengaruh interaksi manusia terhadap lingkungan bagi masyarakat. Level Kognitif : 3

2 Pada bulan Desember 2013, sistem perdagangan multilateral dibangkitkan kembali ketika negara anggota WTO menyetujui paket yang mencakup tiga isu penting yang

Weiss (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa kelompok dengan penghasilan yang lebih rendah cenderung mengalami kesepian.. Hal

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan lain yang berkaitan dengan Retribusi Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Kuantan Singingi yang bertentangan dengan

Kaedah pembuatan emas yang ditatah dalam atau ‘gold inlay’ ini dijelaskan oleh Winstedt (1925) iaitu “where the base is a black oxydized metal, in which a pattern is chiselled

Teknis Daerah Kota Bandung yang menyatakan Sub Dinas Pemakaman menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersendiri yaitu Kantor Pengelolaan Pemakaman di JL

2) Menganalisis distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. 3) Menganalisis distribusi usia pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP