• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya persaingan itulah yang membuat mereka takut kehilangan pemirsa setianya, sehingga mendorong setiap stasiun televisi untuk mampu mempertahankan eksistensinya dengan memproduksi acara-acara baru, lebih menarik, cepat, tetapi tetap tidak lepas dari keinginan pasar. Dengan kenyataan ini, televisi tumbuh menjadi sebuah industri yang memperoleh keuntungan dari aktifitas “jual beli” informasi dan hiburan.

Sebagai media audio visual, televisi dinilai sebagai media yang paling berhasil dalam menyebarkan informasi dan disampaikan dalam kemasan yang lebih menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, seperti media cetak dan radio. Oleh karena itu, televisi dalam kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan sebuah peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa menghadirkan suatu efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia, dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang mampu menyentuh secara langsung segi-segi kejiwaan manusia. Dan fenomena inilah yang akhirnya dibaca oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang

(2)

hati pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau lebih dikenal dengan “reality show”.

Reality show adalah jenis program acara televisi dimana pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian

bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang (www.wikipedia.com).

Geliat reality show di Indonesia muncul ketika disiarkannya sebuah program yang bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta” adalah reality show pertama di Indonesia yang disiarkan sejak 19 Januari 2003 di RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen yang kini telah berganti nama menjadi AGB Nielsen, “Katakan Cinta” adalah program reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi

yang menyaksikan seluruh acara televisi pada jam siarnya. Selain itu, “Katakan Cinta” terpilih sebagai reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004.

Kesuksesan RCTI menyiarkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Reality show dengan tema percintaan menjadi semakin booming, seperti SCTV dengan

Playboy Kabel, Kontak Jodoh, dan Harap-harap Cemas (H2C), Pacar Usil, Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK), Cinta Lokasi, Masihkah Kau Mencintaiku, dan masih banyak lainnya. Lalu ketika reality show bergerak dari tema percintaan maka TPI muncul dengan program Uka-Uka, Trans TV dengan Dunia Lain,

(3)

Ekspedisi Alam Gaib, Indosiar yang mengusung Tantangan, Kontes Pencarian Bakat yang diberi nama AFI yang mengadopsi La Academica dari Meksiko, sehingga menginspirasi munculnya Indonesian Idol oleh RCTI yang juga turut mengadopsi American Idol., Anteve yang menayangkan aksi para artis untuk membantu kesulitan seseorang yang diberi nama Selebriti Jam, bahkan Metro TV tidak ketinggalan dengan menayangkan The Scholar Indonesia.

Namun ternyata daya kreatif para kreator televisi tidak terhenti pada lingkup tema-tema tersebut, hingga muncullah reality show bertema sosial dengan mengangkat sesuatu yang berbau kemiskinan dan privaci. Trans Tv dengan Termehek-Mehek, Orang Ketiga, Jika Aku Menjadi. RCTI dengan program Bedah Rumah, Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Nikah Gratis, Mata-Mata dan di akhir periode ini SCTV juga kembali memunculkan program terbarunya Tukar Nasib.

“Tukar Nasib”, adalah reality show yang mengangkat tema tentang pertukaran nasib antara keluarga kaya dan keluarga miskin, yang ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00 s/d 17.00 dengan durasi 60 menit. Pertukaran nasib ini dilaksanakan selama tiga hari lamanya, dengan mencakup rumah tinggal, seluruh fasilitas, gaya hidup dan juga pekerjaan. Dalam setiap episode pemutarannya, keluarga kaya ditugaskan melakukan tiga pekerjaan utama yang sehari-hari dilakukan oleh keluarga miskin, juga sebaliknya.

Menurut situs resmi SCTV, acara tersebut hadir untuk melebur jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan, karena selama ini kaya dan miskin bagaikan dua kutub yang saling bertolak belakang. Jurang pemisah itu semakin

(4)

sedangkan keluarga miskin harus bekerja keras demi sesuap nasi. Lalu muncul ide, bagaimana bila keluarga miskin mencicipi kemewahan dan berleha-leha seperti keluarga kaya, lalu bagaimana pula rasanya keluarga kaya hidup dalam keterbatasan ekonomi (Suara Merdeka edisi Minggu, 26 April 2009).

Dalam setiap episode penyiarannya, reality show “Tukar Nasib” ini memiliki sebuah misi yang harus diwujudkan. Landung Y. Saptoto produser “Tukar Nasib” mengatakan misi berhasil ketika keluarga kaya telah mampu mensyukuri segala kelebihan yang mereka miliki jika dibandingkan dengan keluarga miskin, serta keluarga miskin juga tetap bersyukur dengan kehidupan mereka dan bertekad akan bekerja lebih keras untuk dapat menikmati kehidupan seperti keluarga kaya.

Seiring dengan penyiarannya, reality show ini memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari khalayak pemirsa. Tanggapan tersebut diekspresikan dalam bentuk persepsi. Pesan moral yang mulia yang disampaikan kepada pemirsa dalam acara ini, juga diimbangi oleh tanggapan masyarakat bahwa disisi lain dengan alih-alih kemanusiaan, acara sejenis ini telah menjadi lahan empuk bagi para kreator televisi dalam mengeksploitasi kemiskinan dikarenakan tingginya rating yang sangat menjanjikan dalam menghasilkan keuntungan, khususnya bagi produsen.

Ditambahkan dengan pernyataan Head of Corporate Affairs SCTV Budi Darmawan dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa ”Pertunjukan ini adalah gabungan drama, komedi, dan satire dari kesenjangan budaya,”, dan itu tampak jelas dalam berbagai adegan. Selalu muncul keluarga kaya kerepotan hidup dengan kemewahan minus dan juga kegaguan, kecanggungan, dan wajah

(5)

bengong keluarga miskin ketika melihat dan menggunakan fasilitas mewah sangat mewarnai reality show ini. Bagaimanapun juga visualisasi yang ekspresif sangat diperkuat dalam acara ini.

Menu atau hidangan yang ada layaknya reality show seolah makanan, sejauh masyarakat suka dengan mengunyah, lalu menelannya, produksi akan dibuat secara massal. Maka tak jarang warna yang dibangun di setiap stasiun televisi menjadi sama dan seragam karena di campur dalam satu tempat dengan satu tema dan satu tujuan yang sama yakni pasar.

Peneliti tertarik menjadikan masyarakat Perumahan Bumi Asri yang berada pada tingkat ekonomi menengah keatas sebagai objek penelitian dikarenakan persepsi yang dapat dibangun akan lebih bervariasi, dibandingkan masyarakat yang berada pada tingkat ekonomi lemah. Keberadaan ekonomi mereka yang lemah, dengan sangat mudah akan membangun sifat sensitif mereka karena merasa telah dijadikan objek oleh para produsen dalam menciptakan acara televisi yang mengandalkan keuntungan pasar. Reality show yang ada selama ini juga mayoritas menggunakan masyarakat miskin sebagai pesertanya. Namun dalam acara reality show ”Tukar Nasib” ini, masyarakat dari kalangan menengah keatas juga diikutsertakan. Sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui tingkat kesediaan mereka untuk menjadi peserta dalam acara reality show ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap Acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV.

(6)

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Bagaimanakah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show ”Tukar Nasib”di SCTV?”

1.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini adalah acara reality show ”Tukar Nasib”, yang ditayangkan di SCTV setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00-17.00 WIB.

2. Objek penelitian ini adalah masyarakat Perumahan Bumi Asri, Kelurahan Cinta Damai, Lingkungan 8, Kecamatan Medan Helvetia.

3. Penelitian ini terbatas pada persepsi masyarakat terhadap acara reality show ”Tukar Nasib” di SCTV, yang akan dilihat melalui perangkat teori

(7)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menemukan tingkat ketertarikan masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

2. Untuk menemukan frekwensi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Jurnalistik

b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

(8)

1

1..55..KKerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menyusun kerangka teori. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah : 1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, “Communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003 :30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Lasswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat lima unsur atau komponen

di dalam komunikasi, yaitu Siapa yang mengatakan ; Apa yang dikatakan ; Media apa yang digunakan ; Kepada siapa pesan disampaikan ; dan dengan efek apa.

(9)

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy, 2003:253).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik (Mulyana, 2002 :75).

Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film (Cangara, 2006:36). Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi “massa” sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan

individualitas. Defenisi ini hampir manyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi khususnya bila dipakai dalam kaitannnya dengan khalayak media.

(10)

1.5.2. Media Massa Televisi

Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Istilah “television” berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya far, off, jauh. Ditambah

dengan : Vision yang berasal dari bahasa Latin, yang artinya to see, melihat. Jadi artinya secara harfiah, melihat jauh.

Penemuan Televisi telah melalui berbagai percobaan yang dilakukan oleh berbagai ilmuan akhir abad ke 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Henrich Hertz. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins.

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur kata-kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibanding media massa lainnya (Atmowiloto, 1996:6).

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini adalah hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Efendy 2004 :122).

(11)

Mengutip pernyataan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, berdasarkan uraian diatas, juga dapat disimpulkan bahwa pesan komunikasi atau stimulus yang disampaikan melalui media massa televisi akan mendapatkan berbagai tanggapan individu-individu. Artinya, walaupun peristiwanya sama, orang akan menanggapi berbeda-beda sesuai dengan keadaan dirinya (Darwanto, 2007:60)

Semua ini tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar pemirsa dapat menyerap makna pesan secara tepat, yakni mengedepankan lima sifat dari media massa televisi tersebut, yakni: Publisitas, Perioditas, Universalitas, Aktualitas, dan Kontinuitas (Kuswandi, 1996:18).

1.5.3. SOR

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori

ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya, keadaan internal organisme befungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu juga. Prinsip ini adalah prinsip belajar yang sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tersebut.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan

Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

(12)

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori SOR ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah (Effendi, 2003: 254-255) :

a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa, yakni masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.5.4. Persepsi

Menurut beberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Desiderato yang dikutip oleh Rahkmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Stimulus (S) Organism (O):  Perhatian  Pengertian  Penerimaan Response (R)

(13)

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori (Rahkmat, 2005 :51).

Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor fungsional maupun faktor struktural. Para ahli mengatakan bahwa pengaruh suasana emosional terhadap persepsi, secara hipnotis diciptakan oleh tiga macam suasana emosional yaitu suasana bahagia, suasana kritis dan suasana gelisah. Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pernyataan, “Apa ciri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”.

Secara etimologi, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut DeVito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada defenisi John R. Wenburg dan Willian W. Wilmot: “persepsi dapat didefenisikan sebagai cara organisme memberi makna”, atau defenisi Rudolph F.

(14)

Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi” (Mulyana, 2005:167).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167-168).

PROSES PERSEPSI

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori ransangan-tanggapan (stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.

Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara menahan dampak dari ransangan. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan tanggapan.

(15)

Penalaran

Ransangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan

Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu pengetahuan sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)

Variabel Bebas adalah variabel yang mengandung gejala / faktor / unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang

(16)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara reality show ‘Tukar Nasib” di SCTV.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel bebas (X) dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z)

Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau yang menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel intervening ini mempengaruhi hubungan langsung antara variabel

independent dan variabel dependent, sehingga terjadi hubungan yang tidak

langsung (Husein umar, 2002:61).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

1.7. Model Teoritis

Variabel Bebas(X)

Acara reality show “Tukar Nasib”

Variabel Terikat(Y)

(17)

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka diperlukan suatu operasional variabel-variabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV  Frekwensi Menonton  Waktu Penyiaran - Jam Siar - Durasi Penyiaran - Frekwensi Penyiaran  Isi Acara - Tema Acara - Alur Cerita - Peserta - Gaya/Bahasa Tubuh - Musik Pendukung  Kejelasan Makna 2. Variabel Terikat (Y)

Persepsi Masyarakat  Pengenalan  Penalaran  Perasaan  Tanggapan 3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden  Usia  Jenis Kelamin  Pendidikan  Pekerjaan

(18)

1.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Acara Reality show”Tukar Nasib” di SCTV) yang terdiri dari: a. Frekwensi Menonton, yakni frekwensi pemirsa dalam menonton acara

reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya.

b. Waktu Penyiaran

- Jam Siar, yakni jam penyiaran reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni pada pukul 16.00 s/d 17.00 WIB.

- Durasi penyiaran, yakni waktu penyiaran reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni 1 jam. - Frekwensi penyiaran, yakni frekwensi penyiaran reality show

“Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya, yakni 2x dalam seminggu

c. Isi acara

- Tema acara, yakni materi acara yang dihadirkan dalam reality show “Tukar Nasib”

- Alur cerita, yakni rangkaian cerita yang ditampilkan dalam pertukaran nasib tersebut

- Peserta/pemain, yakni keluarga yang menjadi para pelaku acara reality show “Tukar Nasib”

(19)

- Gaya/Bahasa tubuh, yakni gaya dan bahasa tubuh para pelaku acara reality show “Tukar Nasib” ketika melakukan perannya

- Musik pendukung, yakni yakni musik/lagu yang digunakan sebagai musik /lagu pembuka, mengiringi pergantian adegan serta menutup acara.

d. Kejelasan makna, yakni kejelasan makna tersurat dan tersirat dalam setiap episode penyiaran reality show “Tukar Nasib”.

2. Variabel terikat (Persepsi Masyarakat) yang terdiri dari :

a. Pengenalan, yakni pengenalan masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” yang disiarkan di SCTV

b. Penalaran, yakni proses berfikir oleh masyarakat yang menuju pada penarikan kesimpulan

c. Perasaan, yakni pengakuan diri terhadap kesamaan rasa

d. Tanggapan, yakni pandangan yang diberikan oleh masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib”

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden ) yang terdiri dari :

a. Usia, yakni banyaknya usia yang dimiliki oleh para responden b. Jenis Kelamin, yakni pria dan wanita

c. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para responden

Referensi

Dokumen terkait

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492) Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan  pada mukosa lambung

Akan tetapi, dalam bahan pangan yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme yang ada telah rusak oleh pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh konsentrasi garam, sel-sel

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan website di lingkungan IPDN, di harapkan unit pelayanan teknologi dan informatika dapat memperbaiki jaringan internet yang

Penelitian tentang hubungan perilaku higiene dan status gizi dengan infestasi STH pada murid SDN 008 Sukaping dapat diambil simpulan bahwa anak laki-laki, usia 6-9

• suhu basah alami (natural wet bulb temperature) : suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini diukur dengan

Nilai p yang dihasilkan dari uji tersebut adalah 0,159 ( p > 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan) antara perlakuan ekstrak

Jenis koagulan yang utama yang menggunakan alumina hidrat sebagai bahan baku utamanya adalah alumina sulfat (tawas).. dan Poly-Aluminium

Setelah pengelasan selesai dilakukan maka perlu dilakukan kontrol dan pengecekan terhadap seluruh parameter proses lasan seperti arus listrik, tegangan listrik, komposisi