• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PPKN MURID KELAS V SDN 53 SAWERIGADING 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PPKN MURID KELAS V SDN 53 SAWERIGADING 1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PPKN

MURID KELAS V SDN 53 SAWERIGADING

1

Hasnah2

SDN 53 Sawerigading ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fasilitas belajar terhadap prestasi belajar PPKn murid SDN 53 Sawerigading. Berdasarkan hasil pengujian hiptesis pada bab tiga di atas di mana hipotesis nihil yang diajukan menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh yang positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading “Ada pengaruh yang positif antara fisilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading.” Besarnya koefisien korelasi antara kedua variable tersebut di atas yaitu 0.2602 dengan koefisien determinasinya sebesar 6.77%. hal ini berarti bahwa keeratan hubungan antara kedua variable ini adalah rendah yaitu 6.77% dengan kata lain bahwa fasilitas belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada murid kelas V SDN 53 Sawerigading. Jadi dengan adanya ketergantungan prestasi belajar bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variable (X) akan diikuti oleh perubahan variable (Y) dan selebihnya ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, konsentrasi, intelegensi di samping itu tempat belajar lingkungan baik di rumah maupun di masyarakat.

Kata Kunci : Pengaruh, fasilitas belajar, prestasi belajar PPKn

Kehadiran lembaga pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun untuk mewujudkan aspirasi-aspirasi nasional, cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, dengan ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1993 sebagai berikut:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa pratriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan, menciptakan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan prilaku yang kreatif, inovatif dan keinginan untuk maju” (TAP MPR No. II/MPR/1993).

Tujuan pendidikan nasional tersebut dapat terwujud apabila setiap potensi dan kemampuan yang dimiki dapat dikembangkan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dnegan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kelangsungan hidup manusia.

1 Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Karakter di Gedung SCC Palopo pada Sabtu, 03 Mei

2014

(2)

Hal 181 dari 214 Persoalan mutu pendidikan adalah persoalan yang sering dipertanyakan pada kurun waktu sekarang ini, yang terutama pada jenjang pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kelangsungan hidup manusia.

Persoalan mutu pendidikan adalah persoalan yang sering dipertanyakan pada kurun waktu sekarang ini, yang terutama pada jenjang pendidikan formal khususnya pada jenjang penddikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini menunjukkan arti bahwa tujuan pendidikan secara keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terpadu, dan terencana.

Keadaan tersebut sungguh merupakan suatu tantangan bagi para ahli dan pakar pendidikan yang ada di Indonesia. Mereka sangat membutuhkan sumbangan pikiran dari berbagai pihak yang terkait dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya peningkatan mutu prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah di dalam meningkatkan mutu pendidikan telah ditempuh berbagai macam cara seperti penyempurnaan kurikulum, buku paket, penataran guru-guru, secara regional maupun secara nasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar termasuk prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), demikian banyaknya akan tetapi dalam penelitian ini yang hanya diselidiki adalah fasilitas belajar yang dimiliki oleh murid. Fasilitas belajar yang kurang lengkap bagi seorang murid, sudah jelas tidak akan memperoleh prestasi belajar yang baik. Jika alat-alat yang digunakan itu dalam belajar tidak lengkap, maka akan menjadi penghalang bagi perserta didik dalam proses belajar. Akibatnya dalam konsentrasi pemusatan pemikiran untuk belajar sangat kurang sehingga prestasi belajarnya juga kurang. FASILITAS BELAJAR

Fasilitas adalah segala yang memudahkan untuk bertempat tinggal, berpergian dan sebagainya. Pada pokoknya fasilitas belajar perlu mendapat perhatian yang serius, karena fasilitas belajar mempunyai peranan penting didalam peningkatan kuantitas dan kualitas ppendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Onny S. Prijino dan A.M.W. Praharka yang dikutip oleh Herlina Garay menyatakan bahwa: “Terlaksananya pembangunan pendidikan yang hanya memecahkan masalah-masalah kuantitas dan kualitas jelas memerlukan fasilitas” (dalam Herlina Gara, 1991:23).

Kemudian dari pada itu hartono Kasmadi yang dikutip oleh Alimuddin menyatakan bahwa : “Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya selaras dengan kombinasi sumber belajar lainnya. Aktivitas yang direncanakan sebagai sumber belajar lebih banyak merupakan teknik khusus memberikan fasilitas belajar”. (dalam Alimuddin 1987 : 24). Tanpa fasilitas belajar yang lengkap jelaslah dapat berpengaruh terhadap diri murid, terutama pada prestasi belajarnya, dan sebaliknya jika fasilitas belajar lengkap dapat pula menunjang proses kegiatan dan keberhasilan dalam belajar.

Belajar dan Prestasi Belajar

Masalah belajar adalah masalah yang selalu menarik perhatian untuk dikaji. Murid yang berhasil dalam belajarnya dengan memperoleh suatu nilai yang cukup baik, biasanya disebut sebagai murid yang mempunyai prestasi belajar yang baik. “Prestasi adalah segala pekerjaan yang berhasil. Prestasi menunjukkan kecakapan tentang manusia dan bangsa itu dalam mencapai cita-citanya” (Adinegoro 1983:298).

Selain itu pula dikatakan bahwa : “Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan apa yang telah diciptakan sesuati hasil yang menyenangkan hati diperoleh dengan jalan keuletan kerja” (Habiyeb, 1977:274). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, peneliti berpendapat bahwa prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang dilakukan secara maksimal, ulet dan bersungguh-sungguh. Sedangkan belajar berarti berusaha atau mengusahakan diri untuk mendapatkan sesuatu perubahan sikap. Dalam

(3)

Hal 182 dari 214

proses pendidikan kegiatan belajar merupakan kegiatan utama. Pada dasarnya proses belajar membawa perubahan pada diri seorang murid atau si pelajar dalam bentuk penguasaan. Dengan demikian orang yang belajar akan memperoleh suatu perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini peneliti akan mengemukakan beberapa pengertian tentang belajar.

1. Belajar adalah suatu perubahan dalam pengalaman ataupun tingkah laku sebagai hasil observasi yang bertujuan aktivitas yang penuh pikiran dan disertai reaksi-reaksi emosi yang penuh motivasi, di mana hasil perubahan itu lebih memuaskan.

2. Belajar adalah suatu usaha untuk menguasai suatu kecakapan, baik jasmani dan rohani dengan jalan mengemukakan materi yang telah diperoleh maupun yang sedang diperoleh untuk selanjutnya diorganisir yang kemudian menjadi miliknya yang utuh. Sehubungan dengan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar itu adalah:

a. Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang dengan sengaja dan bertujuan. b. Belajar merupakan suatu keaktifan

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan menunjukkan suatu peningkatan pyang mengarah kepada kesempurnaan.

Berdasarkan pengertian tentang prestasi dan belajar di atas, maka dapatlah dirumuskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar dan hal ini dapat dilihat dari daftar nilai dari semua bidang studi atau mata pelajaran yang diperoleh setiap murid atau murid setelah mengikuti ujian atau test”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian ex-post factor yang bersifat korelasional. Dan penelitian ini yaitu variabel bebas dicarikan hubungannya dengan variabel terkait. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh murid kelas V SDN 53 Sawerigading. Sasaran penelitian ini adalah seluruh murid kelas V SDN 53 Sawerigading yang sekaligus juga berbagai obyek penelitian. Jumlah murid kelas V SDN 53 Sawerigading yang terdaftar dalam tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 26 orang murid. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, wawancara, angket. Data yang diperoleh dari variabel penelitian tersebut diatas dianalisis dengan teknik analisis Korelasi Product Moment.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Setelah Koefisien Korelasi (rxy) diketahui, maka langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan pada bab-bab terdahulu diterima atau tidak. Untuk maksud tersebut, maka hipotesis alternative (Ha) yang diajukan, diubah menjadi hipotesis nihil (Ho) sebagai syarat analisis statistic parametik, hipotesis tersebut diubah menjadi “Tidak ada pengaruh positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading.

Kriteria Pengujian yang digunakan adalah:

Jika r-hitung > r-tabel dengan N = 75 pada taraf kepercayaan 5% (0,05) maka hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima sebaiknya hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima sebaliknya hipotesis nihil (Ho) ditolak. Sedang jika r-hitung < r-tabel dengan N = 75 pada taraf kepercayaan 5% (0.05) maka hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan ditolak sebaliknya hipotesis nihl (Ho) diterima. Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.2602. Hal ini berarti bahwa 0.2602 > 0.227 dengan N = 75 pada taraf

kepercayaan 5% atau (0.05) jadi dapat dikatakan bahwa hitung lebih besar dari pada r-tabel.

(4)

Hal 183 dari 214 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut di atas maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh yang positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading ditolak pada taraf kepercayaan 5% (0.05) sebaliknya hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading” diterima.

Interpretasi Nilai “r”

Setelah pengujian hipotesis selesai maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah interpretasikan nilai rxy yang diperoleh dengan mencocokkan pada tabel interpretasi nilai “r”

(lihat tabel no. 3 halaman 44). Dengan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.2602 yang apabila dicocokkan dengan tabel tersebut maka koefisien korelasi tersebut tergolong “RENDAH”

Untuk menentukan koefesien determinasi (penentu) ditemukan oleh r2 x 100 jadi

koefisien determinasi antara variable peneltiian ini sebesar (0.2602)2 x 100 = 0.06770 x 100

= 6.77%. hal ini berarti bahwa keeratan hubungan yang terjadi antara kedua variable di atas sebesar 6.77%.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada bab tiga di atas di mana hipotesis nihil yang diajukan menyatakan bahwa “Tidak ada pengaruh yang positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid kelas V SDN 53 Sawerigading” ditolak berart bahwa hipotesis alternative yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang positif antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) murid SDN 53 Sawerigading.” b. Besarnya koefisien korelasi anara kedua variable tersebut di atas yaitu 0.2602 dengan

koefisien determinasinya sebesar 6.77%. hal ini berarti bahwa keeratan hubungan antara kedua variable ini adalah rendah yaitu 6.77% dengan kata lain bahwa fasilitas belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada murid kelas V SDN 53 Sawerigading. Jadi dengan adanya ketergantungan prestasi belajar bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variable (X) akan diikuti oleh perubahan variable (Y) dan selebihnya ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, konsentrasi, intelegensi di samping itu tempat belajar lingkungan baik di rumah maupun di masyarakat. 2. Saran-Saran

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada umumnya perlu adanya usaha dan upaya yang intensif dari berbagai pihak utama orang tua siswa untuk membangkitkan minat, motivasi serta menciptakan kondisi rumah tangga yang memungkinkan siswa belajar dengan baik sehingga dapat meraih prestasi belajar yang lebih tinggi.

b. Diharapkan kepada guru, utamanya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada murid kelas V SDN 53 Sawerigading agar senantiasa dapat menyisihkan sebagian waktunya untuk memberukan petunjuk tentang fasilitas belajar yang perlu dimilik oleh siswa berdasarkan kebutuhan masing-masing bidang studi.

c. Kepada para peneliti lain agar dapat menyelidiki faktor-faktor yang berkaitan dengan faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini agar diperoleh wawasan yang lebih luas dalam meningkatkan prestasi belajar murid SD di Kabupaten Luwu pada umumnya dan SDN 53 Sawerigading pada khususnya.

(5)

Hal 184 dari 214 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Abd. Hafid. 1961. Pengelolaan Kelas FIP IKIP Ujung Pandang

Abdullah. Ambon Enre. 1973. Tingkat Prestasi Belajar Ditinjau Dari Faktor Motif Berprestasi

dan Kecendrungan Umum Siswa Kelas III SMA Negeri pada Beberapa Daerah di Sulawesi Selatan. (Disertasi).

Abimayu. Abu. 1979. Teori Belajar dan Implementasinya Dalam Proses Belajar Mengajar. FIP IKIP Ujung Pandang.

Adinegoro. 1983. Ensiklopedi Ilmu Dalam Bahasa Indonesia. Penerbit Bulan Bintang. Ahmadi. Abu. 1979. Didaktik metodik. Penerbit Bulan Bintang.

Alimuddin. 1987. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Matematika pada SMP Sinjai (Skripsi S1) FPMIPA IKIP Ujung Pandang.

Arikunto. Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Cetakan Keenam Penerbit Bina Aksara. Jakarta.

Habyeb. 1977. Kamus Populer. Cetakan ke 15 Penerbit Centra Jakarta.

Hadi. Sutrisno.1980. Statistic II. Cetakan III. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.

Makkulau. Andi Cs. 1984. Makalah Penataran Penelitian Tingkat Dasar Bagi Tenaga Dosen

IKIP Ujung Pandang. Latihan Penelitian IKIP Ujung Pandang.

Orah. TH,J. 1978. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah FIP IKIP. Ujung Pandang.

ahabuddin, dkk. 1963. Dasar-Dasar Kependidikan. Bagian Penelitian FIP IKIP Ujung Pandang. Singarimbun. Masri. 1986. Metode Penelitian Survey. LP3IS. Jakarta

Sudjana. 1984. Metode Statistika. Edisi III. Penerbitan Transito. Bandung

Sumidjo. SH. 1989. Bimbingan Belajar Dalam Rangka Penerapan SKS dan Pola Belajar Yang Efisien Penerbit Armico, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Memakai ;ilbab diwqjibkan oleh tiga agama samawi Yahudi, Kristen dan Islam. Dalam tradisi Yahudi, jilbab merupakan tanda ketaatan dan kehormatan wanita kepada suami '!J

Menurut Gobe (2005) berkaitan dengan emosi, aspek emosional dan sistem distribusi dari suatu produk merupakan kunci pembeda antara pilihan akhir konsumen dengan harga

Permasalahan yang terdapat pada Piyungan adalah kurangnya fasilitas kesehatan dan untuk di Yogyakarta kurangnya tempat terapi bagi anak autis dimana pusat terapi yang

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan zakat dalam pajak penghasilan orang pribadi pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Makassar

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan

Jual beli atas tanah milik bersama ahli waris anak di bawah umur di beberapa daerah tertentu, penetapan Pengadilan ini tidak terlalu menjadi suatu keharusan mengingat para

Teknik modeling memberikan sumber informasi penting untuk mengukur self-efficacy, dengan mengamati model siswa mendapatkan pola perilaku baru dengan mengamati orang

data ini akan diuraikan hasil pengamatan aktivitas guru dan sisa pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. menggunakan pendekatan