19
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1.
Tinjauan Tema Proyek
3.1.1.
Latar Belakang Tema
Dalam suatu bangunan dengan ruang-ruang yang berfungsi sebagai ruang musik (auditorium, studio rekaman, kelas praktek, dll) sering timbul masalah akustik, yaitu dapat dipengaruhi kualitas bunyi didalam ruang, sehingga akustik ini menjadi suatu masalah yang mendasar, akustik merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan, mengingat site tapak proyek ini merupakan lokasi dengan tingkat kebisingan kendaraan yang sangat tinggi maka tema akustik diangkat untuk dipelajari dan diteliti, sehingga dapat ditemukan suatu penyesuaian yang baik bagi akustik ruang itu tersendiri.
3.1.2. Pengertian Akustik
Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara, bagaimana suara yang diproduksi / dihasilkan, perambatannya, dan dampaknya, serta mempelajari tentang ruang / medium yang merespon suara dan karakteristik dari suara itu sendiri.
3.2.
Tinjauan Terhadap Akustik
3.2.1. Bunyi
Bunyi atau suara memiliki 3 komponen penting, yaitu sumber bunyi, media penghantar, dan pendengar (penerima bunyi), dimana media penghantar dapat berupa padat, cair, atau gas. bunyi yang baik tergantung daru bentuk dan ukuran ruang. dan bunyi dapat diselubungi oleh bunyi lainnya, selubung bunyi (masking) biasanya terjadi pada saat bunyi yang tidak diinginkan menyebabkan sulitnya mendengar dan mengerti dari bunyi yang diinginkan.
3.2.2. Pengertian Bunyi17
Kata bunyi mempunyai dua definisi, yaitu:
a. Secara fisis :Bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti udara. b. Secara fisiologis :Bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan Penyimpangan fisis, yang digambarkan diatas.
20
Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Jadi definisi bunyi dapat disimpulkan adalah sensasi pendengaran lewat telinga yang timbul karena penyimpangan tekanan udara, penyimpangan ini biasanya timbul dari beberapa benda yang bergetar, misalkan gitar yang dipetik atau grputala yang dipukul.
Rambatan bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan partikel-partikel udara yang bergerak karena penyimpangan tekanan. Kecepatan rambatan bunyi pada kondisi yang tidak tepat karena pengaruh suhu ruang, dapat mengakibatkan cacat akustik.
3.2.3. Sifat-Sifat Bunyi
Sifat-sifat bunyi meliputi :
a. Memerlukan medium dalam perambatannya. b. Dapat dipantulkan.
c. mengalami dibiaskan (refraksi)
3.3.
Gejala Akustik Dalam Ruang Tertutup18Untuk mempelajari kelakuan dari bunyi dalam suatu ruang maka gelombang-gelombang bunyi dapat disamakan dengan cahaya di dalam optik, sehingga sifat dan arahnya menjadi jelas. pendekatan semacam ini, dimana menyamakan kelakuan gelombang bunyi dengan kelakuan sinar cahaya dalam akustik arsitektur disebut akustik geometrik.
Gambar 3.1 : Kelakuan bunyi dalam ruang
tertutup: (1) bunyi datang atau bunyi langsung; (2) bunyi pantul; (3) bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan; (4) bunyi difus atau bunyi yang disebar; (5) bunyi difraksi atau bunyi yang dibelokkan; (6) bunyi yang ditransmisi; (7) bunyi yang hilang dalam struktur bangunan; (8) bunyi yang dirambatkan oleh struktur bangunan.
SUMBER BUNYI
21
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022 3.3.1. Pemantulan Bunyi
Pemantulan bunyi yang baik dapat tercapai pada permukaan yang keras, rata dan licin. Pada pemantulan bunyi, dikenal dengan hukum pemantulan, yaitu sudut bunyi datang sama dengansudut bunyi pantul, dimana hukum ini berlaku jika panjang gelombang bunyi lebih kecil dibandingkan ukuran permukaan pemantul. Refleksi menggunakan bidang pantul yang berbentuk :
1. Permukaan datar, yang mendistribusikan bunyi secara merata dan baik.
2. Permukaan cembung, yang mendistribusikan bunyi dengan menyebar dan sangat baik untuk pendengar.
3. Permukaan cekung, yang memusatkan bunyi dan menjadi kurang baik karena menimbulkan echo dan didistribusikan dengan tidak merata.
3.3.2. Penyerapan Bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi energi bentuk lain ketika melewatisuatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Bahan-bahan penyerap bunyi memiliki tekstur yang lembut dan berpori, seperti kain dan kulit berpori. Dan unsur-unsur yang dapat menunjang penyerapan bunyi, adalah:
1. Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap.
2. Isi ruang sepeti penonton, bahan tirai, tempat duduk, dan karpet. 3. Udara dalam ruang.
3.3.3. Penyebaran Bunyi / Difusi
Suatu keadaan dimana tekanan bunyi disetiap bagian auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah. Difusi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang tertentu (ruang onser, studio musik dan rekaman, studio radio), karena ruang tersebut membutuhkan distribusi bunyi yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicara aslinya, dan menghalangi terjadinya cacat akustik yang tidak diinginkan.
Difusi bunyi dapat diciptakan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tidak teratur dalam jumlah yang banyak, seperti pilaster, pier, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat dan dinding yang bergerigi.
2. Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara bergantian.
22
Manzil luthfi Setiawan/41205010022 3.3.4. Pembelokan Bunyi / Difraksi
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dapat dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang, seperti sudut, kolom tembok dan balok terutama untuk bunyi berfrekuensi rendah. Ini membuktikan bahwa hukum akustik geometri tidak sesuai untuk meramal dengan tepat kelakuan bunyi dalam ruang tertutup karena penghalang yang biasanya ada dalam akustik ruang adalah terlampau kecil dibandingkan dengan panjang gelombang bunyi yang dapat didengar.
3.3.5. Dengung
Yaitu bunyi yang berkepanjangan akibat pemantulan secara berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi berhenti dan terjadi karena seluruh bagian ruangan berfungsi sebagai pemantul.
Dengung berhubungan erat dalam perencanaan akustik ruang, karena itu ada setandar tertentu untuk dengung yang relevan, agar tidak terjadi cacat akustik pada ruang tersebut. Standar dengung adalah waktu dengung (RT).
RT : waktu dengung (sekon)
V : volume ruang, feet kubik (m3)
RT = ( 0,05 atau 0,16 )V A : penyerapan ruang total, sabin feet persegi A + XV x : koefisien penyerapan udara
Gambar 3.2 : Difusi bunyi (penyebaran), atau
distribusi bunyi yng merata dalam auditorium, dapat diperoleh dengan menggunakan (A) ketidak tereaturan permukaan, (B) permukaan penyerap bunyi dan pemantul bunyi yang digunakan secara bergantian, atau (C) lapisan akustik dengan penyerapan bunyi yang berbeda.
23
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Waktu dengung yang lama dan berkepanjangn dapat mengganggu proses mendengar dari penerima bunyi sehingga menimbulkan cacat akustik. Waktu dengung yang baik dalam ruang tertutup, seperti auditorium menurut akustik adalah 1-2 detik, dimana bunyi dihentikan memiliki waktu untuk mengurangi tingkat tekanan bunyi sebesar 60 dB.
3.3.6. Resonansi Ruang
Ruang tertutup yang mempunyai pemantul bunyi tanpa disengaja atau diinginkan akan menimbulkan frekuensi tertentu yang kita sebut dengan nama ragam getaran normal atau yang lebih dikenal resonansi, dimana udara dalam ruang ikut bergetar. Ruang mempunyai ragam normal dalam jumlah yang banyak, dimana ragam normal yang bergetar itu tergantung dari bentuk dan ukuran ruang.
3.4.
Material Akustik3.4.1. Material Pemantul dan Material Penyerap
Pada proyek ini, ruang-ruang yang memerlukan penataan material akustik adalah ruang konser (auditorium), ruang studio musik, dan ruang rekaman. Material yang diperhatikan berupa material dinding, lantai, dan langit-langit atau plafon.
1. Material Pemantul
Karakteristik dari bahan yaitu permukaan keras, tegar, dan koefisien serap bunyi kecil, seperti kaca, gypsum, marmer, dan beton ekspos tanpa cat.
2. Material Penyerap
Material penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik ruang dapat diklasifikasikan menjadi:
Gambar 3.3 : Waktu dengung (RT) suatu
ruang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan suatu bunyi yang tiba-tiba dihentikan untuk berkurang 60 dB.
24
Manzil luthfi Setiawan/41205010022 a. Bahan Berpori 19
Cara kerja bahan berpori dalam menyerap bunyi adalah dengan mengubah energi bunyi menjadi energi panas, kemudian energi panas tersebut diserap oleh bahan berpori tersebut, dan sisanya berupa energi yang sudah berkurang dipantulkan oleh permukaan bahan. Contoh bahannya seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut, mineral wools, dan selimut isolasi adalah suatu jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan.
b. Penyerap Panel (Selaput)
Bahan yang dipakai disini adalah panel-panel tipis atau kulit tipis yang elastis sehingga mudah bergetar. Salah satu panel yang menjadi penyerap bunyi adalah panel playwood 1/4 inch ( 6mm ) dengan rongga 3 inch (75mm) yang mempunyai
karakteristik (lihat gambar 3.4).
c. Resonator Rongga (helmholtz)
Resonator rongga mampu menyerap bunyi secara maksimum pada daerah dengan frekuensi rendah. Resonator rongga dapat digunakan sebagai:
Resonator Rongga Individual
Terbuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran yang berbeda, seperti yang digunakan di gereja-gereja Skandinavia pada abad pertengahan. Pada saat ini resonator rongga individual dibuat dari balok beton standar yang menggunakan campuran yang biasa tetapi memiliki rongga yang ditetapkan yang disebut Soundblox.
Gambar 3.4 Penyerap bunyi panel
playwood 1/4 inci (6mm) dengan jarak
pisah 3 inci (75mm) dari dinding, dengan dan tanpa selimut isolasi dalam rongga udara.
25
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Resonator Panel Berlubang
Jenis ini memiliki jumlah leher yang banyak, yang membentuk lubang-lubang panel lingkaran atau selah pipih, dimana rongga udara bagian belakang lubang membentuk resonator yang tak terbagi dan dipisahkan kedalam lelkukan oleh elemen-elemen sistem kerangka yang horizontal dan vertikal.
Resonator Celah
Pengaruh akustik yang diinginkan dapat dicapai dengan menggunakan selimut isolasi ini membutuhkan perlindungan terhadap goresan, sehingga perlu diberikan lapisan permukaan atau layer perlindungan dengan elemen penampang yang kecil dan jarak yang memungkinkan untuk bunyi menembus elemen-elemen layer kebagian belakang yang berpori. Layer pelindung dapat terdiri dari system kayu, logam atau rusuk pelastik, balok atau bata rongga, deretan lubang, dan celah atau slot yang dapat terlihat.
Penyerap Ruang
Digunakan jika ruang tidak menyediakan tempat yang cocok dan cukup untuk lapisan akustik. Penyerap ruang ini dapat digantung pada langit-langit sebagai unit tersendiri. Penyerap ruang dibuat dari lembaran berlubang (baja, alumunium, hardboard, dsb) dalam bentuk panel, prisma, kubus, bola, silinder, kulit kerucut tunggal atau ganda, dan biasanya diisi atau ditutup dengan bahan penyerap bunyi seperti rock wool, glass wool dll.
Gambar 3.5 Pemasangan resonator panel
berlubang tertentu yang menggunakan bermacam-macam bentuk lubang dan dengan selimut isolasi dalam rongga udara : (A) papan berlubang; (B) hardboard bercelah/diiris-iris; (C) logam atau plastik berlubang.
Gambar 3.6 Lapisan akustik irisan
kayu yang digunakan sebagai penyereap resonator celah dalam ruang kuliah, Universite Laval, Quebec, dengan 250 tempat duduk.
26
Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Penyerap Variabel
Digunakan untuk mengubah RT sesuai dengan kebutuhan akustik dalam ruang, untuk itu cara yang digunakan adalah dengan melakukan penggeseran, memberikan engsel, dapat dipindahkan, dan dapat diputar konstruksi. Panel semacam ini menampilkan permukaan penyerap maupun permukaan pemantul.
Gambar 3.7 PEnyereap ruang yang dapat digantung pada
langit-langit sebagai unit individual. Mereka digunakan bila luas permukaan ruang tidak cukup untuk lapisan akustik konvensional.
Gambar 3.8 Skema penyerap
variabel yang menyediakan sarana untuk mengubah penyerapan dan juga RT : (A) Tirai yang dapat digulung; (B) panel berengsel; (C) panel yang dapat berputar; (D) silinder yang dapat berputar; (E) panel berlubang yang dapat bergeser; (F) elemen segitiga yang dapat berputar.
27
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
3.5.
Persyaratan Akustik Dalam Perencanaan
20Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle (1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat : kekerasan (loudness) yang cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik.
3.5.1. Laudness (kekerasan bunyi)
Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ).
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara :
Auditorium dibentuk agar penonton bida sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh bunyi.
Menaikan sumber bunyi. Sumber bunyi harus dinaikkan sehingga gelombang merambat secara langsung.
Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring.
Gambar 3.9 Dalam auditorium
bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat didudukkan lebih dekat ke sumber bunyi dari pada bentuk segiempat dengan kapasitas sama tanpa balkon. C, pusat daerah pendengar; D1, D2, jarak rata-rata antara sumber bunyi dan pendengar.
Gambar 3.10 Bila pendengar menerima bannyak bunyi langsung, maka hal ini menguntungkan kekerasan bunyi.
28
Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara. Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi harus dikelilingi permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti gypsum board, plywood, flexyglass dan sebagainya.
3.5.2. Energi bunyi
Energi bunyi dari sumber bunyi harus didistribusikan secara merata ke setiap bagian ruang, baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi dengan memperhatikan 2 hal penting, yaitu :
Pengadaan diffuse dalam ruangan dengan perencanaan ruang yang tidak teratur baik pada langit-langit, dekorasi permukaan dan lain-lain.
Memperhatikan ukuran ruang yang cukup, baik dari volume ruang dan lebar ruang.
3.5.3. Bebas cacat akustik
Ruang harus bebas dari cacat akustik seperti :
Gema
Gema (echoes) merupakan cacat akustik yang paling berat, terjadi bila bunyi yang dipantulkan oleh suatu permukaan tertunda cukup lama untuk dapat diterima dan menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi yang merambat langsung dari sumber suara ke pendengar. Gema terjadi jika selang minimum sebesar 1/25 sekon (untuk pembicaraan) sampai 1/10 sekon (untuk musik) terjadi antara penerimaan bunyi langsung dang bunyi pantul yang berasal dari sumber yang sama. Karena kecepatan bunyi adalah sekitar 1.130 ft / sekon (344 m/sekon), maka selang waktu kritis yang ditetapkan Gambar 3.11 Langit-langit pemantul ysng diletakkan dengan tepat, dengan pemantulan
bunyi yang makin banyak ke tempat duduk yang jauh, secara efektif menyumbang kekerasan yang cukup.
29
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
diatas sesuai dengan beda jejak minimum antara bunyi langsung dan bunyi pantul sebesar 45 ft (14m) untuk pidato atau 113 ft (34m) untuk musik.
Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections)
Adalah cacat akustik yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat.
Gaung
Merupakan cacat akustik yang terdiri atas gema-gema kecil yang berurutan dengan cepat yang terjadi di antara permukaan-permukaan dinding atau pemantul bunyi yang sejajar dan rata.
Pemusatan bunyi
Pemusatan bunyi atau disebut juga dengan hot spots merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada permukaan-permukaan cekung.
Distorsi
Merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan kualitas bunyi musik yang tidak dikehendaki dan terjadi karena ketidak-seimbangan atau penyerapan bunyi yang sangat banyak oleh permukaan-permukaan batas pada frekuensi yang berbeda.
Gambar 3.12: cacat akustik dalam
auditorium. (1) gema; (2) pemantulan dengan waktu yang panjang; (3) bayang-bayang bunyi; (4) pemusatan bunyi. POTONGAN
Gambar 3.13: Gaung dapat terjadi
antara permukaan pemantul bunyi yang tidak sejajar, bila sumber bunyi S diletakkan diantaranya.
30
Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Bayangan bunyi
Merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi terhalang untuk sampai ke penonton. Gejala ini dapat diamati pada tempat duduk di bawah balkon yang menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.
Ruang Gandeng (Coupled Spaces)
Merupakan cacat akustik yang terjadi bila suatu auditorium dihubungkan dengan ruang disampinya yang dengung (seperti ruang depan, ruang tangga, serambi, menara panggung atau tempat pembaptisan) lewat pintu ke luar-masuk yang terbuka, maka kedua ruang tersebut membentuk ruang gandeng. Selama rongga udara ruang yang bergandengan tersebut terbuka maka masuknya bunyi dengung dari ruang lain tersebut akan terasa meski dengung di dalam ruang pertunjukan telah diatasi dengan baik. Gejala ini akan mengganggu penonton yang duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka.
Serambi Bisikan (Whispering Gallery)
merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai kecenderungan untuk merangkak sepanjang permukaan-permukaan cekung yang besar (kubah setengah bola).
Resonansi Ruang
Terjadi bila bunyi tertentu dalam pita frekuensi yang sempit mempunyai kecenderungan berbunyi lebih keras dibandingkan dengan frekuensi lain. Biasanya terjadi dalam ruang yang kecil dibandingkan dengan ruang yang besar, seperti ruang radio dan rekaman dimana bunyi ditangkap oleh mikrofon.
31
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022
3.6.
Sistem Akustik Ruang Pagelaran Musik Tertutup (Indoor) Beberapa syarat akustik untuk pagelaran musik : Jumlah penonton (tempat duduk) 1500-2000 buah . (BPA)
Volume ruang 1500 - 15000m3. Dengan kapasitas relatif besar dan dindingnya sebagian besar merupakan bagian bidang pantul akan mendukung terciptanya ruang yang hidup. (AL)
volume ruang tiap penonton 6,2 – 10,8m3. (AL)
jarak pandang terjauh panggung ke penonton 30 - 37,5 m.
Waktu dengung 1,4 – 2 detik dan 5 prinsip dari hasil suara, yaitu : 1. Clarity (kejernihan)
2. Reverberance (gaung) yang terkendali
3. Intimacy (inti suara yang dapat diterima penonton) 4. Loudness (kekerasan suara yang dihasilkan)
5. Envelopmen (untuk mendukung bahwa suara terdengar sama baiknya keseluruh bagian sehingga penonton merasa dikelilingi oleh suara penampil).
Sumber :
BPA = Buildings for the Performing Arts
AL = Akustik Lingkungan
32
Manzil luthfi Setiawan/41205010022
Menghitung Waktu Dengung (RT) Contoh Soal :
Sebuah ruangan berukuran :
1. Hitung waktu dengung untuk frekuensi 1000 Hz bila bahan dinding batu bata tak diglasir, lantai teraso, dan langit-langit gypsum 1/2 ".
2. Hitung waktu dengung untuk frekuensi 1000 Hz bila bahan dinding diganti dengan balok beton kasar, lantai karpet tebal diatas beton, dan langit-langit papan akustik 3/4 " digantung 0,5 m. 3. Hitung waktu dengnung untuk frekuensi 1000 Hz bila kondisi ruangan seperti soal no.1, tetapi
dua dinding memanjang (10m x 5m) yang berhadapan dibuka.
Jawaban Soal 1 : a. Volume ruang
V = 10 x 8 x 5 = 400 m3
b. Menghitung serapan total permukaan ruangan a (a = ∑S.α) Elemen Bahan Koefisien Serapan
α 1000
Luas, S (m) S.α
Langit-langit Gypsum 1/2 " 0.04 10 x 8 = 80 3,2
Dinding Bata tak diglasir 0.04 2 (10 x 5 ) = 100 4
Bata tak diglasir 0.04 2 (8 x 5 ) = 80 3,2
Lantai Teraso 0.02 10 x 8 = 80 1,6
12 Jadi, serapan total permukaan ruangan = 12 m2 sabin. Atau sama dengan serapan 12 m2 jendela terbuka. Ingat bahwa angka tersebut adalah serapan total ruangan untuk frekuensi 1000 Hz.
8 m 10 m 5 m gypsum 1/2 " batu bata tak diglasir teraso LAMPIRAN 1
33
skripsi Angkatan 67 - Jurusan Arsitektur Manzil luthfi Setiawan/41205010022 c. Meng hitung Waktu dengung
RT = 0,16 V/a detik = 0,16 (400/12) detik
= 5,3 waktu dengung (RT) = 5,3 detik
Jawaban Soal 2 :
Menghitung waktu dengung sesuai soal no.2, yaitu mengganti permukaan ruang dengan permukaan bahan-bahan penyerap bunyi. karena papan akustik digantung 0,5 m, maka tinggi dinding ruang menjadi 4,5 m.
Volume Ruang = 8 x 10 x 4,5
= 360 m3
Elemen Bahan Koefisien Serapan α 1000
Luas, S (m) S.α
Langit-langit Papan akustik 3/4 "
digantung
0.99 10 x 8 = 80 79,2
Dinding Balok beton kasar 0.29 2 (10 x 4,5 ) = 90 26,1
Batu bata tak diglasir 0.29 2 (8 x 4,5 ) = 72 20,8
Lantai Teraso 0.37 10 x 8 = 80 29,6 155,7 RT = 0,16 V/a detik = 0,16 (360/155,7) detik = 0,36 detik 8 m 10 m 5 m gypsum 1/2 " batu bata tak diglasir teraso
34
Manzil luthfi Setiawan/41205010022 Jawaban Soal 3 :
Menghitung waktu dengung sesuai soal 3, yaitu dengan kondisi seperti soal 1, namun dinding yang memanjang dibuka.
Elemen Bahan Koefisien Serapan α 1000
Luas, S (m) S.α
Langit-langit Gypsum 1/2 " 0.04 10 x 8 = 80 3,2
Dinding (dinding dibuka) 1,0 2 (10 x 5 ) = 100 100
Batu bata tak diglasir 0.04 2 (8 x 5 ) = 80 3,2
Lantai Teraso 0.02 10 x 8 = 80 1,6
108
RT = 0,16 V/a detik = 0,16 (400/108) detik = 0,59 detik