PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016
“PERANAN BIOLOGI DALAM PENINGKATAN
KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI”
DEWAN REDAKSI
Pengarah:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin
Penanggung jawab:
Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin
Penyunting (Editor):
Magdalena Litaay, M.Mar. Sci, Ph. D Dr. Syahribulan, M. Si
Dr. Fahruddin, M.Si Drs. Muh. Ruslan Umar, M. Si
Nenis Sardiani, S.Si
Litaay, et al. (editor). 2016. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Makassar.
Seminar Nasional Biologi (28 Maret 2016: Makassar) Prosiding Seminar Nasional Biologi, 6 Juni 2016
Penyunting:
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, 2016
ISBN: 978-602-72198-3-0
Penyunting:
Magdalena Litaay, Syahribulan, Fahruddin, Muh. Ruslan Umar, Nenis Sardiani Desain sampul: Nurfaidah
Penerbit:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar
Cetakan Pertama: 2016
@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penyunting.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan perkenan-Nya sehingga buku Prosiding Seminar Nasional Biologi ini dapat terbit. Buku Prosiding ini memuat makalah yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Biologi 2016 dengan tema “Peranan Biologi dalam Peningkatan Konservasi Keragaman Hayati” yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016 di Universitas Hasanuddin Makassar. Makalah yang dimuat pada prosiding ini telah direview oleh tim pakar sesuai bidang ilmu biologi, biologi terapan dan pendidikan biologi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak baik pelaksana Seminar Nasional Biologi 2016, penyaji makalah, penyunting dan penerbit yang telah berkontribusi pada penyusunan dan penerbitan prosiding ini. Semoga prosiding ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan rujukan untuk kemajuan ilmu di bidang biologi, biologi terapan dan biologi pendidikan.
Makassar, 1 Juni 2016
Penyunting
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maka Esa yang telah melimpahkan berkat kepada kita sekalian sehingga Seminar Nasional Biologi 2016 telah terselenggara dengan baik dan terpublikasinya makalah hasil seminar tersebut dalam prosiding ini.
Selanjutnya perkenankan saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Pimpinan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin dan panitia pelaksana Seminar Nasional Biologi 2016 dengan tema: “Peranan Biologi dalam Peningkatan
Konservasi Keragaman Hayati”. Seminar Nasional Biologi 2016 telah
berkontribusi terhadap pencapaian target Universitas Hasanuddin sebagai PTN-BH menuju world class university (WCU). Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada Prof. Valerio Sbordoni (University of Rome Tor Vergata, Italy), Dr. Siti Nuramaliati Prijono (Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Ketua Umum Perhimpunan Biologi Indonesia), serta Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang telah berkenan menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional Biologi 2016.
Kami berharap tulisan ilmiah dalam prosiding ini dijadikan rujukan untuk pengembangan ilmu bidang biologi dan bidang terkait lainnya. Prosiding ini memaparkan konsep-konsep baru tentang perkembangan ilmu biologi, biologi terapan dan pendidikan biologi. seperti perkembangan ilmu bioteknologi, rekayasa genetika, penetapan pohon filogenik berdasarkan kesamaan sequence DNA pengkode gen 165 RNA yang telah merubah secara nyata posisi filogenetik berdasarkan morfologi semata, terapan biologi di bidang pertanian dan sebagainya.
Pada akhirnya, sekali lagi kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi pada penerbitan Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016.
Makassar, 1 Juni 2016 Dekan FMIPA UNHAS
DAFTAR ISI
Halaman depan Prosiding ………..
Kata Pengantar ……….. iii
Sambutan Dekan ……… iv
Daftar Isi ……… v
Makalah Pemateri Kunci
Siti Nuramaliati Prijono ……… 1
Valerio Sbordoni……… 19
Dedy Asriadi ……….. 20
Makalah Bidang Ilmu: ZOOLOGI
Populasi, Pergerakan Harian dan Habitat Kuskus Beruang (Ailurops
ursinus) di Hutan Pendidikan UNHAS ……… 28 Amran Achmad, Putu Oka N, Risma Illa M, dan Asrianny
Potensi Pakan dan Preferensi Bersarang Kuskus Beruang (Ailurops ursinus)
di Hutan Pendidikan UNHAS ……… 37
Amran Achmad, Putu Oka N, Risma Illa M, dan Asrianny
Karakterisasi Sarang Orangutan (Pongo pygmaeus morio) pada Beberapa
Tipe Hutan di Kalimantan Timur ……… 45
Teguh Muslim dan Amir Ma‟ruf
Fragmentasi Habitat Owa Kelawat (Hylobates muelleri) di Kawasan
Permukiman Samarinda, Kalimantan Timur ……… 53
Suryanto, Teguh Muslim, Warsidi
Keanekaragaman dan Pendugaan Populasi Kelelawar Pemakan Serangga (subordo:microchiroptera) Penghuni Goa Gudawang Bogor Jawa
Barat………... 61 Budiman Heriyanto, Dedy Duryadi S, Yanto Santosa, Ibnu Maryanto
Distribution of Rats (Rodentia; Muridae) in Bawakaraeng Mountain, South
Sulawesi, Indonesia ………. 62
Muh. Rizaldi Trias Jaya Putra N., Ibnu Maryanto, Bambang Suryobroto Keanekaragaman Herpetofauna di Lahan Reklamasi Tambang Batubara
PT. Singlurus Pratama, Kalimantan Timur……… 63
Teguh Muslim, Ulfah Karmila Sari, Widyawati
Keragaman Guild Burung pada Hutan Pegunungan Bawah Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung ……… 73
Indra A.S.L.P. Putri
v
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Kepadatan Moluska pada 88 Ekosistem Mangrove Alami dan Hasil Rehabilitasi ………
Andi Nur Samsi
Jenis Ikan Tangkapan Bernilai Ekonomi di Pangandaran ……… 97
Eddy Soekendarsi
Jenis Ikan Tangkapan Bernilai Ekonomi di Danau Matano……… 102
Eddy Soekendarsi, Armawaty Syam, Ambeng, Zohrah Hasyim
Kelimpahan dan Distribusi Spasial Bambu Laut Isis hippuris di Kepulauan
Wakatobi ……… 106
Dining Aidil Candri, Jamaluddin Jompa, A. Niartiningsih, Chair Rani
Kelimpahan dan Distribusi Echinodermata di Padang Lamun Pulau Bone
Batang Sulawesi Selatan ………. 107
Dody Priosambodo
Makalah Bidang Ilmu: ENTOMOLOGI
Komunitas Kupu-Kupu (Lepidoptera : Papilionoidea) di Suaka
Margasatwa Angke Jakarta ……… 119
Hasni Ruslan dan Dwi Andayaningsih
Interaksi Kupu-Kupu (Lepidoptera : Papilionoidea) pada Habitat Terbuka
dan Tertutup Hutan Lindung Muara Angke Jakarta……… 120
Dwi Andayaningsih dan Hasni Ruslan
Keanekaragaman Serangga Lepidoptera dan Parasitoidnya
pada Kompleksitas Lanskap Pertanian yang Berbeda ………. 127
Evawaty S.Ulina, Damayanti Buchori, Sjafrida Manuwoto, Pudjianto, Akhmad Rizali
Keanekaragaman Kupu-Kupu pada Hutan Kemiri Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung ………. 128
Indra A.S.L.P. Putri
Keragaman Rayap pada Pertanaman Jati (Tectona grandis L.) ………….. 139 Astuti Arif
Peranan Vegetasi terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) di Kawasan Taman Wisata Alam
Nanggala III Kota Palopo ……….. 150
Harlina, Adi Basukriadi, Amran Achmad, Djunijanti Peggie
Inventarisasi Arthropoda dan Strategi Konservasi Serangga di Lingkungan
Kampus ITS Surabaya ………. 159
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
KERAGAMAN RAYAP PADA PERTANAMAN JATI
(Tectona Grandis L.)
Astuti Arif1 1
Jurusan Kehutanan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar, Sulawesi
Selatan email: astuti_arif@yahoo.com
Abstrak
Rayap memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan siklus hara dalam ekosistem, dengan cara menguraikan bahan organik. Organisme ini dapat ditemukan dalam beragam tipe ekosistem. Studi ini bertujuan untuk mengetahui keragaman rayap yang ditemukan pada pertanaman jati (Tectona grandis L.) di Kampus Universitas Hasanuddin. Pengumpulan spesimen rayap menggunakan metode Transect Sampling Protocol (Jones, 2005), dengan ukuran 100 m x 2 m, yang kemudian dibagi menjadi 20 bagian (5 x 2 m). Untuk penentuan jenis dilakukan pengamatan morfologi dan morfometri dari rayap prajurit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rayap yang ditemukan di bawah tegakan jati adalah Odontotermes sp., Nasutitermes sp., Pericapritermes sp. dan Microcerotermes sp. Kekayaan rayap yang dinyatakan sebagai perjumpaan rayap dalam transek tertinggi ditemukan Odontotermes sp. dan terendah pada Microcerotermes sp.
Kata Kunci: Rayap (Isoptera), pertanaman Jati (Tectona grandis L.), keragaman
.
PENDAHULUAN
Rayap (Blattodea: Isoptera) merupakan organisme tanah yang melimpah dan tersebar di daerah tropis dan subtropis (Su dan Scheffrahn, 2000), yang dapat dengan mudah ditemui pada berbagai tipe habitat mulai dari savana (Aidara et al., 2010; Dawes, 2010) sampai hutan hujan (Jones and Prasetyo, 2002); Ackerman et al., 2009). Organisme ini memiliki peranan yang sangat penting dalam memodifikasi sifat fisik kimia tanah dengan cara mendekomposisi bahan organik yang ada di sekitarnya, yang dikenal juga sebagai ecosystem engineer (Pardeshi and Prusty, 2010).
Penyebaran rayap yang cukup luas, mulai dari daerah tropis sampai daerah subtropik memungkinkannya memiliki keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Data yang dikemukakan oleh Evans et al. (2013) menunjukkan jumlah rayap di dunia yang telah dideskripsikan mencapai 2.750 spesies, yang tercakup dalam 281 genera dan 7 familia,yaitu Mastotermitidae, Hodotermitidae, Termopsidae, Kalotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae dan Termitidae. Namun, keragaman rayap telah bertambah sebagaimana data terbaru yang dikutip dari Krishna et al. (2013) yaitu sebanyak 3.106 jenis rayap yang teridentifikasi dan tersebar seluruh dunia; dan tercakup dalam 9 (sembilan) familia dan 282 genera (Beccaloni and Eggleton, 2013), yaitu Mastotermitidae, Archotermopsidae, Hodotermitidae, Stolotermitidae, Kalotermitidae, Stylotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Keragaman spesies rayap adalah jumlah spesies per satuan luas dalam suatu transek standar. Kelimpahan absolut tidak langsung didefinisikan sebagai jumlah pertemuan untuk masing-masing spesies dalam satu transek. Setiap pertemuan merupakan kejadian dari populasi rayap dari satu spesies pada satu titik penggalian (Davies et al., 2003). Pada dasarnya, kelimpahan rayap dipengaruhi oleh banyak faktor. Kelimpahan relatif rayap menurun akibat penggunaan lahan (Jones et al., 2003) dan fragmentasi habitat (Davies, 2002). Selain faktor lingkungan seperti perubahan lingkungan (Lima, 2000; Eggleton et al., 2002), pengaruh vegetasi terhadap kelimpahan rayap banyak dipublikasi oleh peneliti seperti asal vegetasi eksotik dan asli (Scheffrahn et al., 2009), tipe habitat (Tracy et al., 1998; Korb dan Linsenmair, 2001) dan perbedaan tegakan pohon (Wang dan Powell, 2001).
Adanya perbedaan jenis vegetasi yang mendominasi suatu habitat ataupun lanskap dapat memengaruhi keragaman suatu spesies serangga, termasuk spesies rayap. Studi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis rayap yang ada di bawah tegakan pertanaman jati, khususnya jati yang berasal dari rekayasa genetik.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental eksploratif, yang dilaksanakan Februari 2015. Lokasi pengambilan dan pengumpulan sampel serta pendataan habitat rayap dilakukan di Pertanaman Jati (Tectona grandis L.) yang berada di kawasan Kampus Universitas Hasanuddin dengan posisi geografis 5°08‟05.3” Lintang Selatan dan 119°29‟25.1” Bujur Timur. Pengukuran karakter morfologi rayap prajurit untuk penentuan spesies dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Objek yang diteliti adalah populasi rayap yang terdapat pada pertanaman jati. Pengumpulan dan koleksi spesimen rayap menggunakan testing a rapid
biodiversity assesment protocol (Jones and Eggleton, 2000). Spesimen yang
telah dikumpulkan diupayakan mewakili semua anggota koloni, yaitu reproduksi (laron), pekerja, prajurit dan nimfa dewasa; lalu diawetkan dengan menggunakan EtOH 70% sebelum dilakukan pengamatan morfologi dan pengukuran morfometri.
Transect Sampling Protocol
Pengumpulan, koleksi dan pengawetan sampel serta mikrohabitat rayap dilakukan pada transek berdasarkan transect sampling protocol (Jones and Eggleton, 2000). Pada penelitian ini hanya digunakan satu transek karena lokasi pertanaman jati tidak memungkan untuk membuat transek yang lebih banyak. Transek yang dibuat berukuran panjang 100 m dan lebar 2 m, kemudian akan dibagi menjadi 20 bagian dengan ukuran masing-masing 5 m x 2 m. Setiap bagian tersebut akan dibantu oleh 10 orang dan disampel selama 30 menit, dengan data mikrohabitat yang dikumpulkan dalam setiap
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
bagian adalah: (1) Pengambilan sampel dilakukan pada permukaan tanah dengan ukuran 12 cm x 12 cm sampai pada kedalaman 10 cm; (2) Pengambilan sampel juga dilakukan pada akumulasi serasah dan humus pada pangkal pohon dan antara banir/penopang akar, bagian dalam log yang mati, tunggak pohon, cabang dan ranting, tanah dan humus di dalam log dan di bawah log yang lapuk, sarang gunungan, carton sheeting, tunnel pada vegetasi, sarang arboreal sampai ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dari rayap tanah; (3) Pengumpulan dan koleksi rayap sebaiknya mewakili semua kasta yang ada di dalam koloni, dengan prioritas dari kasta prajurit dan pekerja untuk memudahkan identifikasi rayap. Semua rayap yang dikumpulkan dipisahkan, lalu dimasukkan ke dalam botol sampel berisi etanol 70%.
Variabel Pengamatan
Penentuan Spesies
Identifikasi rayap akan dilakukan berdasarkan pada kunci determinasi morfologi prajurit (Takematsu dan Vongkaluang, 2012; Tho, 1999). Untuk membandingkan dan mengindentifikasi spesies rayap maka dilakukan pengukuran terhadap 9 (sembilan) bagian anatomi eksternal rayap prajurit dan tiga nilai indeks yang diadaptasi dari Takematsu and Vongkaluang (2012), yaitu: panjang kepala tanpa mandibel (PKTM), lebar kepala pada dasar mandibel (LDKM), lebar maksimum kepala (LMK), panjang mandibel kiri (PMK), panjang pronotum (PP), lebar maksimum pronotum (LMP), panjang postmentum (PPos), lebar posmentum (LPos), dan jumlah segmen antena (JSA). Pengukuran dilakukan pada 4 (empat) individu per spesies rayap dalam setiap bagian dalam transek. Pangamatan dan pengukuran dilakukan menggunakan stereomikroskop Stemi 2000 dengan phototube camera ERc 5S.
Keragaman Spesies
Keragaman spesies rayap adalah jumlah spesies per satuan luas dalam suatu transek standar. Kelimpahan absolut tidak langsung didefinisikan sebagai jumlah pertemuan untuk masing-masing spesies dalam satu transek. Setiap pertemuan merupakan kejadian dari populasi rayap dari satu spesies pada satu titik penggalian (Davies et al., 2003).
Analisis Data
Data yang dihasilkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Data pengukuran morfologi dan visualisasi karakteristik khas dari rayap kasta prajurit yang dicocokkan dengan kunci determinasi yang ada untuk menentukan jenis rayap yang ditemukan. Jenis rayap tersebut selanjutnya dideskripsikan dan divisualisasi dalam bentuk gambar. Selain itu, data pengukuran morfologi disajikan nilai rata-rata dan standar deviasinya.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Habitat
Vegetasi yang mendominasi pertanaman jati adalah pohon jati (Tectona
grandis L.) yang seumur, dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Tanaman jati ini
memiliki pertumbuhan pohon yang sangat lurus karena anakannya berasal dari hasil rekayasa genetik. Penutupan tajuk rapat, kecuali pada ujung transek di sebelah timur agak terbuka karena tanaman jati kurang tumbuh akibat adanya pohon yang tumbang. Pada transek yang dibuat, juga ditemukan jenis tanaman lain, yaitu pohon mangga (Mangifera indica L.) dengan diameter 37 cm. Selain itu, dalam transek juga ditemukan pohon tumbang yang telah mengalami pelapukan. Pada lantai pertanaman jati terdapat banyak ranting-ranting berukuran < 2 cm dan tumpukan serasah daun jati yang tersebar merata permukaan tanah. Keberadaan serasah memungkinkan permukaan tanah senantiasa dalam kondisi lembab.
Keragaman Spesies Rayap
Rayap yang dikoleksi ditemukan pada pertanaman jati berdasarkan pengamatan morfologi dan karakteristik anatomi eksteral khas, serta pengukuran morfometrik bagian kepala rayap prajurit ditemukan 4 (empat) species, yaitu Nasutitermes sp., Odontotermes sp., Pericapricatermes sp., dan Microcerotermes sp.
Nasutitermes sp.
Jenis rayap ini ditemukan pada kayu lapuk, batang pohon mango (Mangifera indica) dan batang pohon jati. Deskripsi rayap ini sesuai dengan deskripsi umum dari genus yang sama sebagimana dikemukakan oleh Tho (1992), meskipun spesies sulit dipastikan Hasil pengamatan dan pengukuran bagian kepala prajurit rayap ini sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.
Diagnosis: Badan dan kepala sangat berpigmentasi, yang terlihat
sebagai warna yang gelap, mandibel verstigial, kepala berbentuk nasut, pronotum berbentuk pelana, dan segmen antena 12-13.
Ukuran (mm): 4 prajurit: PKDN 1,52-1,58; LKDM: 0,37-0,56; LMK:
0,98-1,00; PP: 0,20-0,35; LP: 0,49-0,52. .
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Gambar 1. Morfologi prajurit Nasutitermes sp.: (a) bentuk utuh individu prajurit, (b) Bagian kepala, termasuk antena, (c) pronotum, dan postmentum
Odontotermes sp.
Jenis rayap ini ditemukan pada serasah daun, di bawah permukaan tanah; kayu lapuk, dan batang pohon jati. Deskripsi rayap ini sesuai dengan deskripsi umum dari genus yang sama sebagimana dikemukakan oleh Sornnuwat dan Vongkaluang (2004) dan Tho (1992). Hasil pengamatan dan pengukuran bagian kepala prajurit rayap ini sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.
Diagnosis: Kepala dan pronotum pada jenis Odontotermes sp. memiliki
rambut yang panjang, sedangkan postmentum memiliki beberapa rambut panjang. Kepala dan badan terpigmentasi, yang terlihat berwarna gelap. Pronotum berbentuk pelana. Mandibel kiri memiliki gigi marginal yang menonjol. Jumlah segmen antena sebanyak 17.
Ukuran (mm): 4 prajurit: PKTM: 1,99-2,09; LKDM: 0,59-0,88; LMK:
1,55-1,65; PMK: 0,99-1,20; PP: 0,31-0,44; LP: 0,92-1,13; PPos: 1,19-1,27; LPos: 0,62-0,64.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Gambar 2. Morfologi prajurit Odontotermes sp.: (a) bentuk utuh individu prajurit, (b) mandibel kiri,
pronotum, (d) postmentum, dan (e) bagian kepala dengan antena
Pericapritermes sp.
Jenis rayap ini ditemukan pada batang pohon jati, serasah daun dan ranting, dan di bawah permukaan tanah. Deskripsi rayap ini sesuai dengan deskripsi umum dari genus yang sama sebagimana dikemukakan oleh Sornnuwat dan Vongkaluang (2004) dan Tho (1992). Hasil pengamatan dan pengukuran bagian kepala prajurit rayap ini (Gambar 3) dijabarkan sebagai berikut:
Diagnosis: Kapsul kepala berbentuk rectangular, dengan mandibel
tidak simetris. Mandibel kiri melengkung dan lebih panjang daripada mandibel kanan. Kepala dan pronotum memiliki rambut panjang tapi jarang, Pronotum berbentuk pelana. Jumlah segmen antena sebanyak 14.
Ukuran (mm): 4 prajurit: PKTM: 1,40-2,34; LKDM: 0,49-1,07; LMK:
0,80-1,37; PMK: 1,67-1,86; PP: 0,26-0,36; LP: 0,67-0,84; PPos: 1,49-1,91; LPos: 0,25-0,40.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Gambar 3. Morfologi prajurit Pericapritermes sp.: (a) bentuk utuh individu prajurit, (b) mandibel kiri,
pronotum, (d) postmentum, dan (e) bagian kepala dengan antena
Microcerotermes sp.
Jenis rayap ini memiliki ukuran yang kecil dan biasanya ditemukan dalam sarang yang terletak di atas pohon atau permukaan tanah. Rayap ini ditemukan pada batang pohon jati, serasah daun, dan di bawah permukaan tanah. Deskripsi rayap ini sesuai dengan deskripsi umum dari genus yang sama sebagimana dikemukakan oleh Sornnuwat dan Vongkaluang (2004) dan Tho (1992). Hasil pengamatan dan pengukuran bagian kepala prajurit rayap ini (Gambar 4) dijabarkan sebagai berikut:
Diagnosis: Kapsul kepala berbentuk rectangular. Kepala dan pronotum
memiliki rambut panjang yang jarang. Pronotum berbentuk pelana. Mandibel bergerigi. Jumlah segmen antena 12-13.
Ukuran (mm): 4 prajurit: PKTM: 1,63-1,64; LKDM: 0,33-0,43; LMK:
0,95-1,01; PMK: 070-0,95; PP: 0,31-0,38; LP: 0,60-0,64; PPos: 0,92-0,99; LPos: 0,29-0,32.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Gambar 4. Morfologi prajurit Microcerotermes sp.: (a) bentuk utuh individu prajurit, (b) mandibel kiri,
(c) pronotum, (d) postmentum, dan (e) bagian kepala dengan antena
Kelimpahan Spesies Rayap
Kelimpahan spesies rayap dinyatakan dalam kelimpahan absolut tidak langsung yang didefinisikan sebagai jumlah pertemuan untuk masing-masing spesies dalam satu transek. Setiap pertemuan merupakan kejadian dari populasi rayap dari satu spesies pada satu titik penggalian (Davies et
al., 2003). Jumlah perjumpaan rayap dalam transek yang dibuat di bawah
tegakan jati adalah: Nasutitermes sp. sebanyak 5, Odontotermes sp. sebanyak 19, Pericapricatermes sp. sebanyak 9, dan Microcerotermes sp sebanyak 2.
Pembahasan
Keragaman spesies rayap yang berada di bawah tegakan jati relatif kecil, yaitu hanya 4 spesies (Nasutitermes sp., Odontotermes sp.,
Pericapricatermes sp. dan Microcerotermes sp.). Spesies tersebut tercakup
dalam satu famili, yaitu Famili Termitidae (Beccaloni and Eggleton, 2013). Famili ini merupakan kelompok rayap tanah yang memiliki anggota dengan jumlah spesies terbanyak dibandingkan dengan famili lainnya. Di ekosistem teresterial, kelompok rayap ini banyak ditemukan sebagai dekomposer pada daerah-daerah berhutan atau bervegetasi, dengan menguraikan bahan-bahan organik seperti serasah daun dan ranting, kayu lapuk, ataupun humus. Hal ini juga terlihat dari habitat spesifik dimana rayap tersebut dikoleksi pada penelitian ini. Selain itu, rayap ini juga seringkali ditemukan membangun sarang di atas pohon atau di permukaan tanah.
Keragaman jenis rayap yang ditemukan di bawah tegakan jati di Kampus Unhas ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Nurdianti (2015) pada tegakan jati rakyat di Kabupaten Bantaeng, dengan jenis yang ditemukan adalah Nasutitermes
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
sp., Odontotermes sp. dan Microcerotermes sp. Kedua penelitian ini dilakukan pada waktu yang relatif sama. Perbedaan dari kedua habitat ini adalah banyak serasah yang berada di lantai hutan, yang secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi kelembaban tanah. Selain itu, kondisi yang juga turut memengaruhi adalah jumlah vegetasi yang menyusun tegakan. Pada tegakan jati di Kawasan Unhas, pohon jati memiliki jarak tanam yang teratur, sehingga kerapatan tajuk lebih tertutup. Hal ini tentu saja berdampak pada iklim mikro yang terbentuk di bawah tegakan. Sebaliknya, pada pertanaman jati rakyat di Kabupaten Bantaeng, pohon jati ditanam tanpa jarak tanam tertentu atau tidak beraturan, sehingga banyak ditemukan ruang yang cukup lebar dan sinar matahari dapat menembus langsung ke lantai hutan. Perbedaan keragaman rayap di kedua habitat tersebut ditentukan oleh perbedaan kondisi lingkungan khususnya iklim mikro di bawah tegakan, kerapatan individu penyusun tegakan.
Pertanaman jati merupakan habitat yang dominan disusun oleh tanaman sejenis atau monokultur. Pada habitat dengan keragaman spesies tanaman rendah, seperti pertanaman jati, maka keragaman rayap juga akan cenderung menurun. Hal ini juga ditemukan oleh Jones et al (2003) bahwa kekayaan spesies dan kelimpahan relatif spesies rayap menurun dengan pola sebagai berikut: hutan primer > hutan yang telah ditebang secara selektif > „hutan karet‟ dewasa (agroforestry yang didominasi pohon karet) > pertanaman karet dewasa > pertanaman Paraserianthes falcataria muda > padang rumput Imperata cylindrica > kebun singkong. Kekayaan spesies menurun dari 34 spesies pada hutan primer menjadi satu spesies pada kebun singkong.
Kelimpahan spesies rayap yang dinyatakan sebagai jumlah perjumpaan spesies dalam transek dari habitat jati di Kawasan Hutan Pendidikan juga lebih banyak dibandingkan kelimpahan spesies rayap dari habitat jati rakyat di Kabupaten Bantaeng yang diteliti oleh Nurdianti (2015). Kelimpahan terbesar terbesar ditemukan pada Odontotermes sp. di kedua habitat tersebut, sedangkan spesies lainnya dijumpai dalam jumlah yang bervariasi. Rayap Odontotermes sp. merupakan spesies yang terdapat hampir di semua habitat teresterial, khususnya di hutan hujan tropis, sehingga mudah diperoleh dan dikoleksi. Jenis ini memegang peranan yang sangat penting dalam dekomposisi bahan organik di lantai hutan.
KESIMPULAN
Keragaman spesies rayap pada pertanaman jati yang didominasi oleh pohon jati sebanyak 4 spesies, yaitu Nasutitermes sp., Odontotermes sp., Pericapricatermes sp. dan Microcerotermes sp., yang termasuk dalam famili Termitidae.
Perjumpaan spesies rayap terbesar ditemukan pada rayap Odontotermes sp., sedangkan yang terendah pada spesies Microcerotermes sp.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Ira Nurdianty, S.Hut., M.Si. dan mahasiswa di Minat Deteriorasi dan Perbaikan Sifat Kayu atas bantuannya dalam
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
pelaksanaan survey di lapangan, terkhusus Giselawati Putri atas bantuannya di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, I.L., Constantino, R., Gauch, H.G.Jr., Lehmann, J., Riha, S.J., and Fernandes, E.C.M. 2009. Termite (Insecta: Isoptera) species composition in a primary rain forest and agroforests in Central Amazonia. Biotropica, 41(2): 226-233.
Aidara, D., Konate, S., Dosso, K., and Linsenmair, K.E. 2010. Termite diversity and abundance across fire-induced habitat variability in a tropical moist savanna (Lamto, Central Cote d'Ivoire). Journal of
Tropical Ecology, 26: 323-334.
Beccaloni, G. and Eggleton, P. 2013. Order Blattodea. Zootaxa, 3703(1): 46-48.
Davies, R.G., 2002. Feeding group responses of a Neotropical termite assemblage to rain forest fragmentation. Oecologia, 133: 233-242
Davies, R.G., Hernàndez, L. M., Eggleton, P., Didham, R.K., Fagan, L.L., and Winchester, N.N. 2003. Environmental and spatial influences upon species composition of a termite assemblage across neotropical forest islands. Journal of Tropical Ecology, 19(5): 509-524.
Dawes, T.Z. 2010. Impacts of habitat disturbance on termites and soil water storage in a tropical Australian savanna. Pedobiologia, 53(4): 241-246.
Eggleton, P., Bignell, D.E., Hauser, S., Dibog, L., Norgrove, L. and Madong, B. 2002. Termite diversity across an anthropogenic disturbance gradient in the humid forest zone of West Africa. Agriculture,
Ecosystems & Environment, 90(2): 189-202.
Evans, T.A., Forschler, B.T., and Grace, J.K. 2013. Biology of invasive termites: a worldwide review. Annual Review of Entomology, 58: 455– 474.
Jones, D. T. and Eggleton, P. 2000. Sampling termite assemblages in tropical forests: testing a rapid biodiversity assessment protocol. Journal
of Applied Ecology, 37(1): 191-203.
Jones, D.T. and Prasetyo, A.H. 2002. A survey of the termites (Insecta: Isoptera) of Tabalong District, South Kalimantan, Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Jones, D.T., Susilo, F.X., Bignell, D.E., Hardiwinoto, S., Gillison, A.N. and Eggleton, P. 2003. Termite assemblage collapse along a land-use intensification gradient in lowland central Sumatra, Indonesia.
Journal of Applied Ecology, 40(2): 380-391
Korb, J. and Linsenmair, K.E. 2001. The causes of spatial patterning of mounds of a fungus-cultivating termite: results from nearest-neighbour analysis and ecological studies. Oecologia, 127: 324–333.
Lima, A. 2000. Effect of selective logging intensity on two termite species of the genus Syntermes in Central Amazonia. Forest Ecology and Management, 137(1-3): 151-154.
Nurdianti, I. 2015. Keragaman jenis dan feeding group rayap pada berbagai tipe habitat di Kabupaten Bantaeng. Thesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar (Tidak Dipublikasi).
Pardeshi, M. and Prusty, B.A.K. 2010. Termites as ecosystem engineers and potentials for soil restoration. Current Science. 99(1): 11-11.
Scheffrahn, R.H., Křecěk, J., Ripa, R. and Luppichini, P. 2009. Endemic origin and vast anthropogenic dispersal of the West Indian drywood termite.
Biological Invasions, 11(4): 787–799.
Su, N.-Y. and Scheffrahn, R.H. 2000. Termites as pests of buildings. In: Abe, T., Bignell, D.E., Higashi, M. (Eds.), Termites: evolution, sociality, symbioses, ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Netherlands. pp. 437-453.
Takematsu, Y. and Vongkaluang, C. 2012. A taxonomic review of the Rhinotermitidae (Isoptera) of Thailand. Journal of Natural History, 46(17-18): 1079-1109.
Tho, Y.P., 1992. Termites of Peninsular Malaysia. Malayan Forest Record No. 36. Forest Research Institute Malaysia, p. 224.
Tracy, K.N., Golden, D.M. and Crist, T.O. 1998. The spatial distribution of termite activity in grazed and ungrazed Chihuahuan Desert grassland.
Journal of Arid Environments, 40(1): 77-89.
Wang, C.L. and Powell, J. 2001. Survey of termites in the Delta Experimental Forest of Mississippi. The Florida Entomologist, 84(2): 222-226.